Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

“KERACUNAN”

Dosen pembimbing : yesi hasnel. SKP. MSN

Disusun Oleh :

1. LILI SAFRIANI (1814201144)


2. AZYRA AULIA TAMA (1814201139)
3. AMELIA SAFITRI (1814201006)
4. SUDARSI HANDAYANI (1814201039)
5. CANDRA SAPUTRA (1814201105)
6. RAMA WAHYUDI (1714201084)
7. DESTI ANANDA ( 1814201189 )

PRODI S-1 KEPERAWATAN

STIKES UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang


Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan,saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Angka
yang pasti dari kejadian keracunan di Indonesia belum diketahui, meski banyak dilaporkan kejadian-
kejadian keracunan di beberapa rumah sakit tetapi angka ini tidak menggambarkan kejadian yang
sebenarnya di dalam masyarakat.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama kematian anak-
anak . Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang dilaporkan, kejadian pada anak berumur <6
tahun, dengan kematian <4%. Di RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami
keracunan setiap tahunnya, sedangkan di RS dr. Soetomo Surabaya 15-30 penderita anak yang datang
untuk mendapatkan pengobatan Karen setiap tahun yang sebagian besar karena kercunan hidrokarbon
(45-60%), keracunan makanan, keracunan obat-obatan, detergen dan bahan-bahan rumah tangga yang
lain. Meskipun keracunan dapat terjadi melalui saluran cerna, saluran nafas, kulit dan mukosa atau
parental tetapi yang terbanyak racun masuk melalui saluran cerna (75%) dan inhalasi (14%).
Keracunan merupakan suatu keadaan gawat darurat medis yang membutuhkan tindakan segera,
keterlibatan dalam memberikan pertolongan dapat membawa akibat yang fatal.
Mengingat resiko keracunan yang sangat berbahaya dan bahkan dapat menyebabkan
kematian dan mengingat bahwa keracunan sebagian besar adalah karena kecelakaan dan dapat
dicegah, maka usaha-usaha pencegahan hendaknya mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
penanggulangan keracunan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan keracunan?


2. Apa saja klasifikasi keracunan?
3. Apa penyebab keracunan?
4. Bagaimana tanda dan gejala keracunan?
5. Bagaimana proses perjalanan penyakit (PATOFISIOLOGI) sehingga menjadi keracunan?
6. Bagaimana PATHWAY keracunan?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang keracunan?
8. Bagaimana penatalaksanaan keracunan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan (Pengkajian-Intervensi) keracunan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian keracunan
2. Mengetahui klasifikasi keracunan
3. Mengetahui penyebab keracunan
4. Mengetahui tanda dan gejala keracunan
5. Mengetahui proses perjalanan penyakit (PATOFISIOLOGI) sehingga menjadi keracunan
6. Mengetahui PATHWAY keracunan
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang keracunan
8. Mengetahui penatalaksanaan keracunan
9. Mengetahui asuhan keperawatan (Pengkajian-Intervensi) keracunan
10.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung, suntikan
dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relative kecil akan
merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau jaringan.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan
di dalam tubuh dalam jumlah 78yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya
reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan
kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran
pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
B. ETIOLOGI
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan berbahaya dan
potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
- Polusi limbah industri yang mengandung logam berat,
- Bahan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti kuman, bakteri, protozoa,
parasit, jamur beracun.
- Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis normal, tidak
menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan efek samping yang merupakan racun
bagi tubuh. 
C. KLASIFIKASI
 Klasifikasi Keracunan ada 2 yaitu :
- Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi produk alkali,
pembersih toilet, deterjen
- Keracunan Non korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif meliputi makanan,
obat-obatan, gas.
-
D. PATOFIOLOGI
Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor bahan
kimia,mikroba,makanan,toksin,dll. Penyebab tersebut mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga
terjadi penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah,
diare, perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai
akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di lambung, lalu lambung
akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang
masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut
dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi
akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi
maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan
yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis
anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus
tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan
sampai kematian.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat
kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena
efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat
kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat
menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia,
Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
(Brunner and Suddarth, 2010).

F.MANIFESTASI KLINIS
- Mual - Dehidrasi
- Muntah-muntah - Kram perut
- Diare - Kejang
- Hipertermi/hipotermia - Mulut kering
- Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
- Rasa lemas dan mengigil
- Hilang nafsu makan

Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24 jam setelah si kecil terkontaminasi
makanan beracun. Gejala ini bisa berlangsung tiga sampai empat hari, tapi hati-hati! Gejala ini dapat
berlangsung lebih lama lagi jika si kecil yang keracunan masih mengonsumsi secara tidak sengaja
makanan yang terkontaminasi.

KOMPLIKASI

1. henti nafas
2. henti jantung
3. syok,sindrom gawat pernafasan akut
4. Koma

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiografi
EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang menyebabkan penundaan disritmia atau
konduksi.
2. Radiologi
Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk menunjukkan adanya aspirasi dan
edema pulmonal.
3. Analisa GasDarah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain Keracunan akut dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit, termasuk natrium, kalium, klorida,
magnesium dan kalsium. Tanda-tanda oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul, seperti
sianosis, takikardia, hipoventilasi, dan perubahan status mental.
4. Tes fungsi ginjal
Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
5. Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin negatif tidak berarti bahwa
pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk
mengetahui toksin apa saja yang bisa diskrin secara rutin di dalam laboratorium, sehingga
pemeriksaannya bisa efektif.

H.PENATALAKSANAAAN
 PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Stabilisasi
- Jalan nafas (A)
- Pernafasan (B)
- Sirkulasi (C)
2. Dekomentaminasi
a) Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 % selama 15-20 menit, jika
belum yakin bersih cuci kembali
b) Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air mengalir dingin atau
hangat selama 10 menit
c) Gastroinstestinal
Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk pengenceran.
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal 100cc untuk sesekali
minum.
Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.
3. Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
- Tingkat keracuan berat
- Terganggu rute elimiunasi normal (gagal ginjal)
- Menelan zat dengan dodsis letal
- Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma

Tindakan eliminasi:

a) Dieresis paksa:
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
b) Alkalinisasi urine:
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan infuse continue 2-
3cc/kg/jam
c) Hemodialisa
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat yang dapat dieleminasi
dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat molekul kurang dari 500 dalton, larut dalam
air dan berikatan lemah dengan protein.
 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Kaji gejala klinis yang tampak pada klien
b. Anamnesis informasi dan keterangan tentang keracunan dari korban atau dari orang-orang
yang mengetahuinya
c. Identifikasi sumber dan jenis racun
d. Kaji tentang bentuk bahan racun
e. Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam tubuh pasien
f. Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar oleh racun
g. Pemeriksaan fisik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat akumulasi udara.
2.  Resiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan efek tokxin pada pencernaan.
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan depresi sistem saraf
pusat
3. INTERVENSI
NO
. Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
DX
1. Setelah diberikan asuhan a) Pantau a) Mengetahui tingkat
keperawatan diharapkan jalan nafas tingkat/kedaleman dan pernafasan klien
klien kembali efektif dengan pola pernafasan. b) Mengetahui bunyi
Kriteria hasil: b) Auskultasi bunyi pernafasan klien
- Pasien mampu nafas. c) Meningkatkan inspirasi
mempertahankan pola c) Pertahankan posisi maksimal,
nafas yang efektif tidur yang nyaman, meningkatkan ekspansi
dengan tingkat biasanya dengan paru.
pernafasan yang peninggian kepala d) Meningkatkan
normal. tempat tidur. pernafasan klien
2
- Paru-paru pasien d) Berikan tambahan O
bersih, bebas dari
cianosis, dan tanda-
tanda/ gejala-gejala
hipoksia yang lain.
2. Setelah diberikan asuhan a) Catat adanya mual, a) Mengetahui adanya
keperawatan diharapkan kebutuhan muntah, dan diare tanda-tanda mual,
nutrisi klien terpenuhi dengan b) Berikan nutrisi yang muntah dan diare
Kriteria hasil: cukup pada klien b) Untuk memenuhi
- Nafsu makan meningkat c) Ajarkan klien untuk kebutuhan nutrisi pada
memakan makanan klien
- BB naik
yang seimbang c) Untuk memenuhi
- Kebutuhan tubuh pasien d) Kolaborasikan dengan kebutuhan nutrisi klien
akan nutrisi tetap terpenuhi ahli gizi d) Mengetahui adanya
peningkatan status gizi
- Pasien tidak menunjukkan
klien
penurunan status
gizi/nutrisi, seperti pasien
tidak tampak mengurus,
turgor kulit tetap baik

3. Setelah diberikan asuhan a) Kaji tingkat kecemasan a) Peningkatan kecemasan


keperawatan diharapkan ansietas pasien secara terus akan mengacu pada
klien menurun atau hilang dengan menerus. pasien tidak mau
Kriteria hasil: b) Jelaskan tentang semua berespon terhadap
- Pasien akan melaporkan tindakan yang akan semua tindakan yang
adanya tingkat penurunan dilakukan terhadap dilakukan.
kecemasan yang pasien. b) Pasien akan merasa
dialaminya c) Anjurkan pasien untuk aman dan kooperatif
- Pasien menunjukkan berdoa sesuai dengan dalam setiap tindakan
keadaan yang relaksasi keyakinan pasien. yang akan diberikan.
d) Kolaborasikan dengan c) Doa akan menyebabkan
- Pasien dapat
dokter psikologis pasien akan
mengidentifikasikan
merasa aman.
kecemasan yang
d) Mengetahui masalah
dialaminya dan mampu
klien yang belum
mengontrol dir dan situasi
teratasi.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran
pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis
B.   Saran
1. Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus memperhatikan
penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari jangkauan anak dan diberi lebel sehingga
anak dapat membaca dan lebih berhati-hati.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan penanganan
racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan yang cepat
dan benar.
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital seperti
jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga penanganan
tindakan risusitasu ABC (Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

 Alimul Hidayat A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cet. 2. Jakarta : Salemba
Medika, 2006.
 Alimul Hidayat A. Aziz dan Uliah Musrifatul. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC, 2004.
 Betz Cecily L dan Sowden Linda A. Keperawatan Pediatri Ed. 3. Jakarta : EGC, 2002.
 Panitia S. A. K. Standar Asuhan Keperawatan Pasien Anak Seri III. Jakarta: Komisi
Keperawatan P. K. St. Carolus, 2000.

Anda mungkin juga menyukai