Anda di halaman 1dari 11

SISTEM KEGAWATDARURATAN 1

INTOKSIKASI OBAT

Kelompok 7

Analia Damean 15061228

Desty W. Natalya 15061004

Gemma M. Toar 15061036

Indri I. Gigir 15061050

Kezia Tumigolung 15061027

Winata Kahimpon 15061023

Octovir Samadi 15061051

Theresa Pandensolang 15061169

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
atau intoksinasi adalah suatu keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum,
alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan obat merupakan
reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau penumpukkan zat dalam darah akibat dari
gangguan metabolisme atau ekskresi.. Jadi, intoksikasi atau keracunan adalah suatu
keadaan dimana adanya zat kimia yang masuk kedalam tubuh atau adanya penumpukan
zat yang dapat mengganggu fungsi organ-organ tubuh secara langsung.
B. Etiologi
1. Self poisoning
Pada keadaan ini pasien mengonsumsi obat dengan dosis yang berlebih tetapi dengan
pengetahuan bahwa dosis ini tidak membahayakan. Pasien tidak bermaksud bunuh
diri tetapi hanya untuk mencari perhatian orang-orang disekitarnya.
2. Attempted Suicide. Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, keadaan ini
bisa berakhir dengan kematian atau pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan
dosis yang dipakai.
3. Accidental poisoning adalah keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya
factor kesengajaan.
4. Homicidal poisoning adalah keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang
dengan sengaja meracuni orang lain.
C. Klasifikasi
1. Keracunan kronik
Keracunan yang timbul gejalanya secara perlahan dan lama setelah kejadian. Gejala
dapat timbul secara akut berkali-kali dalam dosis relative kecil ciri khasnya adalah zat
penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih panjang sehingga
terjadi akumulasi. Keracunan ini diakibatkan oleh keracunan bahan-bahan kimia
dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka
panjang (minggu, bulan, atau tahun). Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa
hidrokarbon terklorinasi (spt. Kloroform, karbon tetraklorida) dalam kadar rendah
tetapi terus menerus akan menimbulkan penyakit hati (lever) setelah beberapa tahun.
Uap timbal akan menimbulkan kerusakan dalam darah.
2. Keracunan akut
Biasanya terjadi mendadak setelah mengonsunsi sesuatu, sering mengenai banyak
orang (pada keracunan dapat mengenai seluruh keluarga atau penduduk sekampung )
gejalanya seperti sindrom penyakit muntah, diare, konvulsi dan koma. Keracunan ini
juga karena pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau
dirasakan dalam waktu pendek. Contoh, keracunan fenol menyebabkan diare dan gas
CO dapat menyebabkan hilang kesdaran atau kematian dalam waktu singkat.
D. Manifestasi Klinis
1. Luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir yang mungkin akibat
menelan bahan kimia.
2. Bau napas seperti bau bahan kimia
3. Adanya bercak atau bau bahan pada tubuh korban, baik pada pakaian atau pada
furnitur, pada lantai atau objek disekitar korban
4. Tempat obat yang telah kosong atau adanya tablet / pil yang berserakan
5. Muntah, mulut berbuih, sulit bernapas, rasa kantuk yang berat, kebingungan atau
gejala lain yang tidak diharapkan.
E. Patofisiologi
Keracunan obat dapat disebabkan karena mengkonsumsi obat dengan dosis yang
berlebihan. Penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi
penurunan fungsi organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual,
muntah, diare, perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan
kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Obat yang telah masuk ke lambung, di absorbsi diusus halus, masuk ke pembuluh
darah dan keseluruh tubuh, lalu di lambung akan mengadakan perlawanan sebagai
adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk dengan gejala mual,
lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya.
Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan
tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama
kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan
yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya keringat dingin akan merangsang
kelenjar hipopisis anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya
rasa haus.
Penyebab terbanyak keracunan obat adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin
juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah
perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang
terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas
syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia,
Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
(Brunner and Suddarth, 2010).
F. Prognosis
Bergantung pada beberapa faktor:
 Jenis dan jumlah racun yang ditelan
 Jarak antara waktu kejadian dengan waktu perawatan
 Jenis pertologongan pertama yang diberikan
 Waktu yang didapatkan dalam penanganan segera
 Penyakit-penyakit lain yang dihadapi
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi dapat menunjukkan bukti-bukti dari obat-obat yang menyebabkan
penundaan disritmia atau konduksi.
2. Analisa Gas Darah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
3. Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit, termasuk
natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda oksigenasi yang tidak
adequat juga sering muncul, seperti sianosis, takikardia, hipoventilasi, dan perubahan
status mental.
4. Tes fungsi ginjal. Beberapa racun mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
5. Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin negatif tidak
berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang ingin dilihat tidak
ada. Adalah penting untuk mengetahui toksin apa saja yang bisa diskrin secara rutin
di dalam laboratorium, sehingga pemeriksaannya bisa efektif.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a) Pengobatan penunjang
b) merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak
berhasil
c) Cairan intra vena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adanya
kelainan metabolic dan elektrolit.
d) Berikan obat Anti Dotum
e) Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada
tempat penumpukan.
 Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
 Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit samapi timbul k
gejala-gejala atropinisasi (muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
 Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Walaupun jarang dijumpai adannya kasus keracunan tapi harus diperlakukan
seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap tanda-tanda Vital
seperti jalan napas, sirkulasi,dan penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat.
Lakukan Resusitasi, setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernafasan
dan nadi. Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit , oksigen,. Hindari pernafasan buatan
dari mulut kemulut, sebab racun bisa menyebar lewat mulut penolong. Pernafasan buatan
hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
Pemberian penawar, namun tidak semua racun ada penawarnya sehingga di perlukan
prinsip utama adalah mengatasi keadaan sesuai dengan masalah. Penatalaksanaan
intoksikasi harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil pemeriksaan toksikologi.
Beberapa keadaan klinik perlu mendapat perhatian karena dapat mengancam nyawa
seperti koma, kejang, henti jantung, henti nafas, dan syok.
I. Pencegahan
1. Primer,
Tindakan yang tepat bisa dilakukan penyuluhan kesehatan dalam bentuk ceramah dan
diskusi, atau seminar. Ada juga pelayanan dan penyebaran informasi yang benar
melalui media cetak (surat kabar, majalah, bulletin, leaflet, booklets, dll) dan media
elektronik seperti televise, radio, website, media social, dll)
2. Sekunder
f) Pengobatan penunjang
g) Tetap pantau ABCD dalam keadaan baik
h) merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak
berhasil
i) Semua pakaian ketat dibuka.
j) Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung.
k) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
l) Pantau Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR dan fungsi jantung harus
diawasi secara ketat.
m) Cairan intra vena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adanya
kelainan metabolic dan elektrolit.
n) Berikan obat Anti Dotum
o) Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada
tempat penumpukan.
 Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
 Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit samapi timbul k
gejala-gejala atropinisasi (muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
 Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
3. Tersier: Rehabilitasi
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A (Airway) : Terjadi hambatan jalan nafas karena hipersaliva
B (Breathing) : Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat dan
dalam
C (Circulation) : Apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka
percernaan akan mengalami perdarahan dalam
terutama pada lambung.
D (Dissability) : Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran
apabila keracunan dalam dosis yang banyak.
E (Eksposure) : Nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan,
pernafasan cepat, kejang, hipertensi, aritmia, pucat,
hipersaliva
F (Fluid / Folley Catheter) : Jika pasien tidak sadarkan diri kateter diperlukan untuk
pengeluaran urin

2. Pengkajian Sekunder
a) Data Subjektif
- Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah, perdarahan
saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
- Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun yang
digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai
pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

b) Data Objektif
a.        Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan
saluran pencernaan.
b.        Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi,
delirium, kejang sampai koma.
c.         BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
d.        Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah
besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
e.         Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia.
f.         Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau
hipokalsemia
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran pernafasan
3. Gangguan pola napas berhubungan dengan distres penafasan
4. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd
5. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi pada sistem saraf pusat

C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Gangguan pola napas Mempertahankan pola 1. Observasi tanda-tanda
berhubungan dengan napas tetap efektif vital.
distres penafasan 2. Berikan O2 sesuai
anjuran dokter
3. Jika pernafasan depresi
,berikan
oksigen(ventilator) dan
lakukan suction.
4. Berikan kenyamanan dan
istirahat pada pasien
dengan memberikan
asuhan keperawatan
individual
5. komsumsi oksigen
miokard
2. Bersihan Jalan Napas Pasien menunjukkan 1. Kaji frekuensi dan upaya
Tidak efektif bersihan jalan nafas yang pernapasan
berhubungan dengan efektif. 2. Auskultasi bagian dada
obstruksi saluran anterior dan posterior
pernafasan untuk mengetahui
penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan
adanya napas tambahan
3. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
O2 jika perlu

3. Kekurangan volume untuk mengembalikan 1. Observasi tanda-tanda


cairan berhubungan volume cairan vital
dengan mual muntah 2. Pantau cairan elektrolit
pasien (intake/output)
3. Manajemen cairan
(timbang berat badan,
ukur tanda-tanda vital,
intake/output)
4. Anjurkan pemasukan
cairan
5. Kolaborasi dengan
dokter: laporkan cairan
haluaran kurang/lebih
dari batas normal
6. Awasi pemeriksaan
laboratorium

4. Perubahan perfusi Mempertahankan perfusi 1. Kaji adanya perubahan


jaringan serebral jaringan yang adekuat tanda-tanda vital.
berhubungan dengan 2. Kaji daerah ekstremitas
efek toksik pada mioakrd dingin,lembab,dan
sianosis
3. Berikan kenyamanan
dan istirahat
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
terapi antidotum
5. Penurunan kesadaran Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign tiap
berhubungan dengan tindakan perawatan 15 menit
depresi pada sistem saraf diharapkan dapat 2. Catat tingkat kesadaran
pusat mempertahankan tingkat pasien
kesadaran klien 3. Kaji adanya tanda-tanda
(komposmentis) distress pernapasan,nadi
cepat,sianosis dan
kolapsnya pembuluh
darah
4. Monitor adanya
perubahan tingkat
kesadaran
5. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
anti dotum

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. .Jakarta:EGC

Boswick, John A. 2013. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisioolgi. Edisi 3. Jakarta: EGC

Muslilah. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sutrisno. 2013. Keperawatan Kegawat Daruratan. Jakarta: Media Aesculapins.

Anda mungkin juga menyukai