Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

“KERACUNAN”

Dosen pembimbing : Dewi Prasetyani M.Kep

Disusun Oleh :

1. Rizki Ferdian (108117035)


2. Nur Afifah Aini (108117032)
3. Yuyun Wahyuni (108117041)
4. Wida Sukmawati (108117037)
5. Sri Sumyati (108117034)
6. Elisa Wahyu .H. (108117025)
7. Nidha Cholisotun .N. (108117043)

PRODI S-1 KEPERAWATAN

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN 2019/2020
A. PENGERTIAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui
mulut, hidung, suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relative kecil akan merusak kehidupan atau
mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau jaringan.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui
inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh baik melalui
saluran pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan gejala klinis.

B. ETIOLOGI
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-
penyebab tersebut antara lain:
1. Polusi limbah industri yang mengandung logam berat,
2. Bahan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti kuman,
bakteri, protozoa, parasit, jamur beracun.
3. Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui
dosis normal, tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan
memberikan efek samping yang merupakan racun bagi tubuh. 

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Keracunan ada 2 yaitu :
1. Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang
meliputi produk alkali, pembersih toilet, deterjen
2. Keracunan Non korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif
meliputi makanan, obat-obatan, gas.

D. PATOFIOLOGI
Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor
bahan kimia,mikroba,makanan,toksin,dll. Penyebab tersebut mempengaruhi
vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat
dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung. gangguan
pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat
keracunan obat dan bahan kimia).
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di
lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi
pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam lambung
dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan
cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami
dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan.
Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak
mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya
dehidrasi, dan keluarnya keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis
anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus.
Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari,
bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan
akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung
pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat
kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung
lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi
akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth, 2010).
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda:
1. Mual
2. Muntah-muntah
3. Diare
4. Hipertermi/hipotermia
5. Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lender
6. Rasa lemas dan mengigil
7. Hilang nafsu makan
8. Dehidrasi
9. Kram perut
10. Kejang
11. Mulut kering

Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24 jam


setelah si kecil terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa berlangsung
tiga sampai empat hari, tapi hati-hati! Gejala ini dapat berlangsung lebih lama
lagi jika si kecil yang keracunan masih mengonsumsi secara tidak sengaja
makanan yang terkontaminasi.

F. KOMPLIKASI
1. Henti nafas
2. Henti jantung
3. Syok,sindrom gawat pernafasan akut
4. Koma

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiografi
EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang menyebabkan
penundaan disritmia atau konduksi.
2. Radiologi
Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk menunjukkan
adanya aspirasi dan edema pulmonal.
3. Analisa GasDarah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit,
termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda
oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul, seperti sianosis,
takikardia, hipoventilasi, dan perubahan status mental.

4. Tes fungsi ginjal


Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
5. Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin
negatif tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang
ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk mengetahui toksin apa saja yang
bisa diskrin secara rutin di dalam laboratorium, sehingga pemeriksaannya
bisa efektif.

H. PENATALAKSANAAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Stabilisasi
1) Jalan nafas (A)
2) Pernafasan (B)
3) Sirkulasi (C)
b. Dekomentaminasi
1) Mata
Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 %
selama 15-20 menit, jika belum yakin bersih cuci kembali
2) Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air
mengalir dingin atau hangat selama 10 menit
3) Gastroinstestinal
Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk pengenceran.
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal
100cc untuk sesekali minum.
c. Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.
d. Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
1) Tingkat keracuan berat
2) Terganggu rute elimiunasi normal (gagal ginjal)
3) Menelan zat dengan dodsis letal
4) Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma

Tindakan eliminasi:

1) Dieresis paksa:
Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
2) Alkalinisasi urine:
Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%, dengan
infuse continue 2-3cc/kg/jam
e. Hemodialisa
Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat yang
dapat dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat
molekul kurang dari 500 dalton, larut dalam air dan berikatan lemah
dengan protein.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. PENGKAJIAN
1) Kaji gejala klinis yang tampak pada klien
2) Anamnesis informasi dan keterangan tentang keracunan dari
korban atau dari orang-orang yang mengetahuinya
3) Identifikasi sumber dan jenis racun
4) Kaji tentang bentuk bahan racun
5) Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam tubuh pasien
6) Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar oleh racun
7) Pemeriksaan fisik
b. Diagnosa keperawatan
1) tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
akumulasi udara.
2) Resiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan efek tokxin
pada pencernaan.
3) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
depresi sistem saraf pusat
c. INTERVENSI
NO
. Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
DX
1. Setelah diberikan asuhan a) Pantau a) Mengetahui tingkat
keperawatan diharapkan jalan tingkat/kedaleman dan pernafasan klien
nafas klien kembali efektif dengan pola pernafasan. b) Mengetahui bunyi
Kriteria hasil: b) Auskultasi bunyi pernafasan klien
f. Pasien mampu nafas. c) Meningkatkan
mempertahankan pola c) Pertahankan posisi inspirasi maksimal,
nafas yang efektif tidur yang nyaman, meningkatkan
dengan tingkat biasanya dengan ekspansi paru.
pernafasan yang peninggian kepala d) Meningkatkan
normal. tempat tidur. pernafasan klien
g. Paru-paru pasien d) Berikan tambahan O2
bersih, bebas dari
cianosis, dan tanda-
tanda/ gejala-gejala
hipoksia yang lain.
2. Setelah diberikan asuhan a) Catat adanya mual, a) Mengetahui adanya
keperawatan diharapkan kebutuhan muntah, dan diare tanda-tanda mual,
nutrisi klien terpenuhi dengan b) Berikan nutrisi yang muntah dan diare
Kriteria hasil: cukup pada klien b) Untuk memenuhi
- Nafsu makan meningkat c) Ajarkan klien untuk kebutuhan nutrisi
memakan makanan pada klien
- BB naik
yang seimbang c) Untuk memenuhi
- Kebutuhan tubuh pasien d) Kolaborasikan dengan kebutuhan nutrisi
akan nutrisi tetap terpenuhi ahli gizi klien
d) Mengetahui adanya
- Pasien tidak menunjukkan
peningkatan status
penurunan status
gizi klien
gizi/nutrisi, seperti pasien
tidak tampak mengurus,
turgor kulit tetap baik

3. Setelah diberikan asuhan a) Kaji tingkat kecemasan a) Peningkatan


keperawatan diharapkan ansietas pasien secara terus kecemasan akan
klien menurun atau hilang dengan menerus. mengacu pada pasien
Kriteria hasil: b) Jelaskan tentang semua tidak mau berespon
- Pasien akan melaporkan tindakan yang akan terhadap semua
adanya tingkat penurunan dilakukan terhadap tindakan yang
kecemasan yang pasien. dilakukan.
dialaminya c) Anjurkan pasien untuk b) Pasien akan merasa
- Pasien menunjukkan berdoa sesuai dengan aman dan kooperatif
keadaan yang relaksasi keyakinan pasien. dalam setiap tindakan
d) Kolaborasikan dengan yang akan diberikan.
- Pasien dapat
dokter c) Doa akan
mengidentifikasikan
menyebabkan
kecemasan yang
psikologis pasien
dialaminya dan mampu
akan merasa aman.
mengontrol dir dan situasi
d) Mengetahui masalah
klien yang belum
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

 Alimul Hidayat A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cet. 2.


Jakarta : Salemba Medika, 2006.
 Alimul Hidayat A. Aziz dan Uliah Musrifatul. Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC, 2004.
 Betz Cecily L dan Sowden Linda A. Keperawatan Pediatri Ed. 3. Jakarta :
EGC, 2002.
 Panitia S. A. K. Standar Asuhan Keperawatan Pasien Anak Seri III.
Jakarta: Komisi Keperawatan P. K. St. Carolus, 2000.

Anda mungkin juga menyukai