Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN

KEPERAWATAN
DENGAN PENYAKIT
TB PARU
KELOMPOK 1 :
1. AGUSTINO KAPOYOS
2. ANGGRANI WULLUR
3. OLFA BATALI
DEFINISI
Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim
paru karena infeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke
dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon.
(Andra S.F & Yessie M.P, 2013).
ETIOLOGI
Tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini dapat
menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terkena adalah
organ paru (Abd. Wahid, 2013).
Satu satunya yang diketahui menyebabkan tuberkulosis adalah infeksi
mycobacterium tuberculosis, dan ini dapat terjadi dengan menghirup droplet yang
ditularkan di udara yang mengandung nukleus organisme atau menghirup nukleus
kering yang di pindahkan melalui aliran udara Tidak setiap orang akan terkena Tb,
karena organisme nukleus harus sampai ke bagian jalan napas yang berlebih untuk
dapat tersangkut di dalam alveoli tempaat nukleus tersebut berkembang biak
(Hurst, 2015).
MANIFESTASI KLINIS
1) Demam :apakah dalam beberapa minggu terakhir mengalami demam yang
tinggi?

2) Batuk berdarah/batuk berdahak :apakah dalam beberapa minggu terakhir


mengalami batuk berdahak atau batuk berdarahyang parah?

3) Sesak Napas :apakah pernah atau sering mengalami sesak nafas?

4) Nyeri Dada :apakah sering atau pernah merasakan nyeri dada

5) Malaise :apakah sering merasa lelah,nyeri yang menyebar,dan kehilangan


semangat?
PATOFISIOLOGI
• Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada
kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman
basil tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga
gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga tidak
menyebabkan penyakit.
• Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti
oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini
dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
• Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi oleh foist. Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien tuberkulosis dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi farmakologi dan non farmakologi :
1. Terapi farmakologi :
• Pencegahan Tuberkulosis ;
• pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif.
• Mass chest X-Ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok kelompok populasi tertentu, misalnya:
(1)Petugas kesehatan (2)Penghuni rumah tahanan (3)Pelajar pesantren.
• Vaksinasi BCG Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang memberi perlindungan terhadap penyakit TBC
• Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau
mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit
• Pengobatan Tuberkulosis : Pengobatan TB harus selalu meliputi tahap awal dan
tahan lanjutan. Tahap awal, pengobatan diberikan setiap hari, Tahap lanjutan
merupakan tahap yang penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan
2. Terapi Non Farmakologi Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien
tuberkulosis dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif yaitu
latihan batuk efektif, napas dalam dan pengaturan posisi (semi atau high fowler).
• Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok
yaitu :
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan
obat-obat ini.
b. b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).
KOMPLIKASI
Tb paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada
penderita Tb parudibedakan menjadi dua (Sudoyo, 2009)
1. Komplikasi dini: plueuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus Poncet’s arthropathy .
2. Komplikasi stadium lanjut:
• Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas
atau syok hipovolemik
• Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
• Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru
• Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang pecah
• Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan sebagainya
ASUHAN KEPERAWATAN
NO ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Pasien mengatakan: Microbacterium tuberculosa Bersihan jalan nafas tidak
1) Batuk Berdahak sejak 1 bulan terakhir. → Masuk dalam lapang paru efektifnya
2) Dahak susah untuk dikeluarkan Sampai ke Alveoli →
Do: Pasien Tampak : Pembentukan Tuberkel
3) Batuk dan susah mengeluarkan dahaknya peradangan→ Infeksi primer
4) TTV - TD: 100/80 mmhg - N: 90x/menit - RR: pada alveoli →Produksi
28x/menit - S: 39,2o C - BB Sekarang:45Kg - BB sekret berlebihan→ Sekret
Sebelum Sakit:50Kg kental

2 DS: Pasien mengatakan: TBC Primer Meluas→ Gangguan nutrisi kurang


1) Tidak nafsu makan sejak seminggu terakhir Terjadi Haematogen dari kebutuhan tubuh
2) Jika makan terasa pahit Bakteremia masuk ke
3) Jika makan rasa ingin muntah Peritonium→ Asam Lambung
4) Berat badan menurun meningkat →Mual, Muntah
DO: Pasien Tampak: →Anoreksia
5) Lemah
6) Porsi makanan yang diberikan tampak tidak
dimakan
7) Kurus BB Sekarang : 45Kg BB Sebelum Sakit:
50Kg
3 DS: Microbacterium Peningkatan
1.Pasien dan keluarga tuberculosa → suhu tubuh
mengatakan pasien demam Masuk dalam berhubungan
tinggi lapang paru dengan proses
DO: Sampai ke peradangan
2.TTV : Alveoli →  
TD: 100/80 mmhg terjadi
N: 90x/menit peradangan →
RR: 28x/menit menyebabkan
S: 39,2o C panas
BB Sekarang:45Kg
BB Sebelum Sakit: 50Kg
DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan adanya
penumpukan sekret
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
peradangan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL

1 Ketidakefektif Setelah dilakukan 1. Kaji TTV 1. TTV normal


an jalan napas tindakan keperawatan 2. Buang sekret dengan 2. Agar sekret berkurang
berhubungan selama 3 x 24 jam memotivasi pasien untuk 3. Agar membantu
dengan diharapkan pasien : melakukan batuk efektif mengerluarkan sekret
adanya Dengan kriteria hasil : atau menyedot lender sehingga pernapasan tidak
penumpukan 1. Batuk efektif 3. Intruksikan bagaimana terganggu
secret 2. Mengeluarkan sekret agar bisa melakukan batuk 4. Membantu memaksimalkan
secara efektif efektif ventilasi sehingga kebutuhan
3. Pernapasan normal 4. Posisikan semi fowler atau oksigen terpenuhi
  fowler 5. Agar membantu
5. Kolaborasi pemberian obat mengeluarkan atau
atau terapi mengencerkan sekret pada
6. Monitor status pernapasan saluran napas
dan oksigenasi 6. Penurunan saturasi oksigen
dapat menunjukan perubahan
status kesehatan pasien yang
dapat mengakibatkan
terjadinya hipoksia.
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji TTV 1. TTV Normal
nutrisi tindakan keperawatan 2. Identifikasi status nutrisi 2. Untuk mengetahui
kurang dari selama 3 x 24 jam 3. Identifiksi alergi dan kebutuhan nutrisi
kebutuhan diharapkan pasien intoleransi makanan 3. Untuk mengetahui adanya
tubuh Dengan kriteria hasil : 4. Monitor asupan makanan riwayat alergi
berhubungan 1. Adanya peningkatan 5. Berikan makanan tinggi 4. Mengetahui asupan yang
dengan berat badan kalori tinggi protein tercapai dalam tubuh
anoreksia 2. Berat badan ideal 6. Anjurkan pasien untuk 5. meningkatkan jumlah kalori
sesuai dengan tinggi menghabiskan porsi dalam tubuh
badan makan 6. Memenuhi kebutuhan nutri
3. Mampu   dan berat badan yang ideal
mengidentifikasi  
kebutuhan nutrisi  
4. Menunjukkan  
peningktan fungsi  
pengecapan dari
menelan dan tidak
terjadi penurunan
berat badan
3 Peningkatan Setelah dilakukan 1. Pantau suhu tubuh 1. Sebagai indikator untuk
suhu tubuh tindakan keperawatan 2. Anjurkan untuk mengetahui status
berhubunga selama 3 x 24 jam banyak minum air hipetermi
n dengan diharapkan suhu tubuh putih untuk mencegah 2. Dalam kondisi demam
proses kembali normal dehidrasi terjadi peningkatan
peradangan dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan keluarga evaporasi yang memicu
  suhu tubuh dalam pasien agar timbulnya dehidrasi
rentang (36oC – 37oC) memberikan kompres 3. Mengurangi suhu tubuh
hangat pada lipatan dan memberikan
ketiak dan femur kenyamanan pada pasien
4. Anjurkan pasien untuk dengan faktor konduksi
memakai pakaian yang 4. Untuk meningkatkan
menyerap keringat pengeluaran panas melalui
5. Kolaborasi : radiasi
Pemberian 5. Mengurangi panas dengan
paracetamol 500mg farmakologis
THANKYOUUU

Anda mungkin juga menyukai