DIBUAT
OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
PRODI KEPERAWATAN
AMBON
2020
KASUS 1 :
Seorang pria berusia 44 tahun dirawat dengan diagnose medis TB aktif. Pernafasan 24x/menit, ronchi pada kanan
dan kiri paru, produksi sputum banyak. Indeks nassa tubuh 16, tampak pucat dan terlihat sesak disertai kelelahan.
Terpasang oksigen liter/menit, saturasi oksigen 93%.
POINT A :
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium
Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh
lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang
pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak,
usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).
2. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium
tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalamsuhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi
protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam
dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.(FKUI,2005)
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada
dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu
sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara
yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.
Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia
melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung
meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de Jong, 2005)
3. Manifestasi Klinis
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu minggu sampai berbulan –
bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan
penurunan berat badan
4. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk.
Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas).
Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks
serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara
limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya
timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan
sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti
dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari
massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik
yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi
klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya
tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan
necrotizing caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk
jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini
berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi
sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul
yang dikelilingi oleh tuberkel.
5. Pemeriksaan Penunjang
tuberkulosis adalah:
a. Sputum Culture
d. Chest X-ray
tuberculosis
f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel
g. Elektrolit
h. Bronkografi
KLASIFIKASI DATA
POINT C :
ANALISA DATA
PRIORITAS DIAGNOSA
POINT E
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnose
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasioonal
keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan – Lakukan – Mengetahui
nafas tidak efektif keperaatan selama 3x24 jam pasien auskultasi selama obstruksi pada
b/d alkumulasi menunjukan fungsi pernafasan 2-4 jam saluran nafas
secret normal. Dengan kriteria hasil : – Berikan posisi dan
– Menunjukan pembersihan jaan kepala lebih manisfestasinya
nafas yang efektif tinggi dari posisi pada suara nafas
– Menunjukan status pernafasan kaki – Penurunan
yang di buktikan oleh indikatr – Lakukan suction diafragma dapat
gangguan. bila perlu membantu
Kemudahan bernafas – Monitor tanda ekspansi paru
Pergerakan sputum tanda vital tiap 4 lebih maximal
keluar dari jalan nafas jam – Peningkatan
Suara nafas jerni – Lakukan mucus atau
Serang pria 60 tahun mengeluh batuk berdahak sejak tiga hari yang lalu, batuk semakin sering muncul jika udara
dingin dan pada waktu malam hari. Menurut pasien secret yang keluar berwarna hijau dan sangat kental. Saat di
lakukan auskultasi didapatkan suara ronchi pada bagian basal paru destra
POINT A :
KLASIFIKASI DATA
POINT B :
ANALISA DATA
DO:
– Auskultasi, ronchi (+)
paru dextra
POINT C :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan secret pada jalan napas
POOINT D
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan ke – Monitor – Untk
tidak efektif b.d perawatan selama 3x24 TTV mengetahui
penumpukan secret jam diharapkan status – Monitor keadaan
pada jalan napas respirasi: jalan nafas paten respirasi dan umum
dengan criteria hasil : oksigenasi klien
– RR normal – Auskultasi – Penurunan
– Pergerakan bunyi napas bunyi
sputum keluar – Berikan O2 napas dapat
dari jalan napas dengan menunjuka
– Bebas dari suara menggunakan n
nafas tambahan nasal atelektasis
– Mampu – Suction sesuai – Untuk
mengindentifikasi indikasi mencatat
dan mencegah adanya
factor yang dapat suara napas
menghambat jalan tambahan
nafas. – Untuk
membantu
oasien
bernafas
lebih
baik/mengu
rangi sesak
nafas
– Merangsan
g batuk
atau
pembersiha
n jalan
napas suara
mekanik
pada factor
yang tidak
mampu
melakukan
karena
batuk
efektif atau
penurunan
tingkat
kesadaran.
LATIHAN III
Seorang pria umur 55 tahun didiagnosa medis Asma Bronchiale, mengelu sesak nafas. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan RR :36x/menit, terdapat pernafasan cuping hidung dan retraksi intercostal.
POINT A :
LAPORAN PENDAHULUAN
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas pada
rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara (Wahid & Suprapto,
2013). Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermitten, bersifat reversibel dimana trakea dan bronchi
berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan atau inflamasi (Padila, 2013)
Menurut Murphy dan Kelly (2011) Asma merupakan penyakit obstruksi jalan nafas, yang revelsibel dan
kronis, dengan karakteristik adanya mengi. Asma disebabkan oleh spasma saluran bronkial atau pembengkakan
mukosa setelah terpajam berbagai stimulus. Prevelensi, morbiditas dan martalitas asma meningkat akibat dari
peningkatan polusi udara.
Jadi asma atau reactive air way disease (RAD) adalah penyakit obstruksi pada jalan napas yang bersifat
reversible kronis yang ditandai dengan bronchopasme dengan karakteristik adanya mengi dimana trakea dan
bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu serta mengalami peradangan atau inflamasi
2. Etiologi Asma
a. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini penderita sangat mudah terkena
asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.
a. Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, bakteri, dan
polusi.
Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu seperti penisilin, salisilat, beta
blocker, kodein, dan sebagainya.
Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang masuk melalui kontak dengan
kulit.
b. Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus Influenza merupakan salah satu faktor pencetus
yang paling sering menimbulkan asma bronkhial, diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa serangan
asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan (Nurarif & Kusuma, 2015)
c. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma.
d. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien asma. Misalnya orang yang bekerja
di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan.
e. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat.
Lari cepat paling mudah menimbulkan asma
f. Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga dapat memperberat serangan
asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahnya. (Wahid & Suprapto, 2013).
3. Patofisiologi Asma
Patofisiologi dari asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin
terpapar pada penderita. Benda benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem di tubuh
penderita sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu kemudian memicu dikeluarkannya
antibody yang berperan sebagai respon reaksi hipersensitif seperti neutropil, basophil, dan immunoglobulin E.
masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang
membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci).
Ikatan antigen dan antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator kimiawi seperti histamine,
neutrophil chemotactic show acting, epinefrin, norepinefrin, dan prostagandin. Peningkatan mediator kimia tersebut
akan merangsang peningkatan permiabilitas kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran pernafasan (terutama
bronkus). Pembengkakan yang hampir merata pada semua bagian pada semua bagian bronkus akan menyebabkan
penyempitan bronkus
(bronkokontrikis) dan sesak nafas.
Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi sehingga
menurunkan ogsigen yang dari darah. kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga
penderita pucat dan lemah. Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekres mucus dan
meningkatkan pergerakan sillia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan produksi mucus yang cukup
banyak (Harwina Widya Astuti 2010).
4. Manifestasi Klinis Asma
Menurut (Padila, 2013) adapun manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma diantaranya ialah:
a. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
Wheezing belum ada
Belum ada kelainan bentuk thorak
Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
BGA belum patologis
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan Sputum
2Pemeriksaan darah
a. Analisa Gas Darah pada umumnya normal akan tetapi dapat terjadi hipoksemia, hipercapnia, atau
sianosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang diatas 15.000/mm3 yang menandakan adanya infeksi.
d. Pemeriksaan alergi menunjukkan peningkatan IgE pada waktu serangan dan menurun pada saat bebas
serangan asma.
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien asma dapat dilakukan berdasarkan manifestasi klinis yang terlihat,
riwayat, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium (Sujono riyadi & Sukarmin, 2009). Adapun pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah:
Menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara tepat diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum atau sesudah pemberian
aerosol bronkodilator (inhaler atau nebulizer), peningkatan FEV1 atau FCV sebanyak lebih dari 20%
menunjukkan diagnosis asma. Dalam spirometry akan mendeteksi:
b. Pemeriksaan Radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflamasi paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diagfragma yang menurun. Pada penderita dengan
komplikasi terdapat gambaran sebagai berikut:
4. Elektrokardiografi
5 Scanning paru
Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh
pada paru-paru (Wahid & Suprapto, 2013)
7 Pencegahan Asma
Menurut Sundaru & Sukamto (2014), usaha-usaha pencegahan asma antara lain: menjaga kesehatan, menjaga
kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus serangan asma dan menggunakan obatobat antiasma.
Menghindari alergen pada bayi dianjurkan dalam upaya menghindari sensitisasi atau pencegahan primer. Beberapa
study terakhir menyatakan jika kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing sedini mungkin tidak dapat
menghindari alergi, sebaliknya kontak sedini mungkin dengan kucing dan anjing mampu mencegah terserang alergi
lebih baik ketimbang menghindari hewan-hewan tersebut.
Berbagai studi menunjukkan bahwa ibu merokok selama kehamilan akan mempengaruhi perkembangan paru anak,
dan bayi dari ibu perokok, 4 kali lebih sering mendapatkan mengi dalam tahun pertama kehidupannya. Ibu yang
merokok selama kehamilan akan dapat berefek pada sensitisasi alergen, walaupun hanya sedikit yang terbukti.
Sehingga disimpulkan merokok dalam kehamilan berdampak pada perkembangan paru, meningkatkan frekuensi
gangguan mengi pada bayi, tetapi mempunyai peran kecil pada terjadinya asma alergi di kemudian hari. Sehingga
jelas bahwa pajanan asap rokok lingkungan baik periode prenatal maupun postnatal (perokok pasif) mempengaruhi
timbulnya gangguan atau penyakit dengan mengi.
8. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan karena penyakit asma menurut (Wahid & Suprapto, 2013) yaitu:
a. Status Asmatikus: suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang bersifat refrator
terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
c. Hipoksemia
d. Pneumothoraks
e. Emfisema
f. Deformitas Thoraks
g. Gagal Jantung
9. Penatalaksanaan
1. Pengobatan farmakologi
a) Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran napas. Terbagi menjadi dua golongan, yaitu:
2. Santin/teofilin (Aminofilin)
b) Kromalin
Bukan bronkhodilator tetapi obat pencegah seranga asma pada penderita anak. Kromalin biasanya
diberikan bersama obat anti asma dan efeknya baru terlihat setelah satu bulan.
c) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan dalam dosis dua kali 1mg/hari. Keuntungannya
adalah obat diberikan secara oral.
d) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon maka segera penderita diberi
steroid oral.
a) Memberikan penyuluhan
c) Pemberian cairan
c) Aminophilin bolus 5mg/ KgBB diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutkan drip RL atau
D5 mentenence (20 tpm) dengan dosis 20 mg/kg bb per 24 jam
(Padila, 2013)
POINT B :
KLASIFIKASI DATA
POINT C:
ANALISA DATA
POINT D:
POINT E
INTERVENSI KEPERAATAN
No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil intervensi Rasional
1 1. Ketidakefektifi Setelah dilakukan tindakan Mandiri – Membantu klien
tan jalan nafas selama 3x24 jam diharapkan – Tinggikan memperpanjang
b/d sumplai adanya perbaikan jalan nafas. kepalah dan waktu ekspresi
oksigen Dengan kriteria hasil : bantu sehingga klien akan
berkurang – Mempertahankan mengubah bernafas lebih
ventilasi adekuat posisi efektifisien
( Bronkospasm RR :36x/mnt – Ajakan asien – Duduk tinggi
e) – Tidak mengalami pernafasan memungkinkan
sianosis atau tanda dalam ekstansi paru dan
hipoksia lainnya memudahkan
– Klien dapat melakukan Kolaborasi : pernafasan
pernafasan dalam – Berikan – Memaksimalkan
oksigen bernafas dan
tambahan menurunkan kerja
nafas.
LATIHAN IV :
Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke IRD dengan keluhan nyeri dada kiri depan yang tidak berkurang
dengan istirahat. Nyeri tidak menjalar ke bagian tubuh lain dan bisa ditunjuk. Tanda- tanda vital menunjukkan
suhu 38,6 OC, frekuensi nadi 90 x/menit. Klien takut dirinya mengalami sakit jantung koroner dan hanya
berbaring di tempat tidur.
POINT I :
KLASIFIKASI DATA
POINT II
ANALISA DATA
DO : TTV :
Suhu 38,6o C
Nadi 90x/menit
POINT III
INTERVENSI KEPERAATAN
LATIHAN V
Seorang laki-laki berusia 60 tahun diantar ke klinik dengan keluhan batuk dan sesak nafas yang semakin berat
sejak 2 hari terakhir. Pada anamnesa didapatkan riwayat merokok dan di diagnose PPOK. Pemeriksaan fisik
didapatkan Tekanan Darah 150/90mmHg, Nadi 90x/mnt, frekuensi pernafasan 34x/mnt, edema tungkai.
POINT I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Penyakit paru obstruksi kronik adalah istilah yang sering digunakan untuk sekelompok paru yang berlangsung
lamma dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebaga gambaran patofisiologi utamanya.
(sylvia, 2000 : 132)
Penyakit paru obstruksi kronis adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara
secara kronis dan perubahan-perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat
progresif dan tidak sepenunya reversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal dari paru-paru
terhadap gas atau partikel yang berbahaya ( Hariman, 2010)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering diguanakan untuk sekelompok penyakir paru-paru yang berlangsung
lama dan ditanndai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebaga gambaran patofisiologi utamanya.
Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan adalah bronkitis kronis, emfisiema paru-paru, asma bronchitis.
(Smeltzer 2007 : 198)
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat
progresif non reversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emifiesema atau gabungan
dari keduanya ( perhimpunan dokter paru indonesia , 2003 ).
Klasifikasi penyakit PPOK adalah :
1. Bronkitis kronik
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam
bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun,
paling sedikit 2 tahun berturut – turut (Bruner & Suddarth, 2002).
2. Emfisiema paru
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi
dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002).
3. Asma bronchial
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai
macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang
menyeluruh dari saluran nafas (Bruner & Suddarth, 2002).
B. Anatomi Fisiologi
Sutu penghantar udara hingga mencapai paru paru adalah hidung,, laring, faring, trakea, bronus dan bronkiolus
a. Hidung
Terdiri ats bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal menonjol dan wajah yang disangga oleh tulang hidung
dan kartilago. Hidung internal adalah rongga berlorong. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran dan
melembabkan udara yang dihirup ke paru paru.
b. Faring
Udara dari rongga hidung msauk ke faring. Faring merupakan percbbangan 2 saluran, yaitu percabangan saluran
pernafasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang.
c. Laring
Tempatya pita suara. Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai
suara. Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makaknan
dan cairan.
d. Trakea
Tenggorokan berupa pipa panjangnya sekitar 10-12 cm dengan diameter 2,5 cm, teletak sebagian di leher dan
sebagian di dada. Dinding tenggotokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan dan pada bagiann
dalam rongga bersilia. Silia slia ini berfungsi menyaring benda benda asing yang msuk ke dlam saluran pernafasan.
e. Bronkus
Percabangan dari trakea terbagi menjadi kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut carina. Bronkus kanan
lebih pendek lebar dan lebih dekat dengan trakea.
f. Bronkiolus
Bronkiolus memiliki gelembung-gelembung halus yang siebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang tipis
tidak bertulang rawan dan tidak bersilia. Mengandung kelenjar sub mukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut yang tidak terputus putus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas
g. Alveolus
Tempat pertukaran O2 dan CO2. Alveolus berselaput tipis dan banyak bermuara kapiler darah yang memungkinkan
terjadinya difusi gas pernafasan.
h. Paru-paru
Paru paru terletak pada rongga dada di bagian atas,di samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah
dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
C. Etiologi
Ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya PPOK yaitu rokok, infeksi dan polusi.
1. Rokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control, rokok adalah penyebab utama timbulnya
ppok. Secara fisiologi rokok berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar mukosa bronkus dan metaplasia
skuamulus epitel saluran pernafasan. Rokok juga dapat menyebabkan bronko kontriksi akut. menurut Crofton
& Douglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
2. Infeksi
Infeksi saluran pernafasan bagian atas pada seseorang penderita bronchitiskronis hampir selalu menyebabkan
infeksi paru bagian bawah. Serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi bronchitis cronik
diperkirakan paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh
bakteri.
3. Polusi
Polusi zat-zat kimia yang juuga dapat menyebabkan bronchitis adalah zat pereduksi seperti CO2, zat-zat
pengoksidasi seperti N2O, hydrocarbon, aldehid dan ozon.
Faktor penyebab dan faktor resiko menurut Neil F Gordan (2002) yaitu :
D. Patofisiologi
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas jaringan paru
dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut kekuatan kontraksi otot pernafasan juga dapat
berkurang sehingga sulit bernafas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang. Yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam
paru paruuntuk digunakan didalam tubuh. Konsumsi oksiigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke
paruparu. Berkurangnya fungsi paru paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fugsi
ventilasi paru.
Faktor – faktr resiko diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan jugamenimbulkna kerusakan pada
dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan mengakibatkan penutupan atau obstruksi awal fase
ekspirasi. Udara yang msuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirsi banyak terjebak dalam alveolus dan
terjadilah penumpukan udara (air traping). Hal inilah yang mengakibatkan ada nya keluhan sesek nafas dengan
segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasiakan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan
pemanjangan fase ekspirasi. Fungs fungsi paru sebagai ventilasi, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami
gangguan.
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada
sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional
serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat
purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi
terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental
dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.
POINT II
KLASIFIKASI DATA
POINT C
ANALISA DATA
DO :
TTV : TD : 150/90 mmHg, N
: 90x/mnt, RR : 34x/mnt
Klien didapatkan riwayat
merokok
POINT D
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret
POINT E
INTERVENSI KEPPERAWATAN
Tujuan dan
No Dx. Keperawatan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Bersihan jalan nafas Tujuan : Setelah – Monitor TTV – mengetahui adanya
tidak efektif dilakukan abnormalitas
berhubungan dengan tindakan – mengetahui adanya
Peningkatan produksi keperawatan – monitor abnormalitas pada
sekret selama 3 x 24 jam respirasi respirasi pasien
maka bersihan pasien – memberi rasa
jalan nafas teratasi nyaman
dengan – mempertahankan
Kriteria Hasil : – berikan posisi kebutuhan O2
Frekuensi nafas semi flower
dalam batas – berikan O2 – membersihkan jalan
normal untuk nafas
mencegah
sesek nafas – mengencerkan
– ajarkan secret dan
relaksasi melebarkann saluran
nafas dalam nafas
– kolaborasi
dengan tim
medis
LATIHAN VI
Seorang anak laki-laki berusia 11 bulan dibaah rang tuanya ke RS dengan keluhan sesak nafas disertai panas dan
batuk pilek. Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi pernafasan 56x/menit napas cuping hidung (+), retaksi
interkostral (+),. Perawat akan melakukan pemasangan oksigen.
POINT I
KLASIFIKASI DATA
POINT II
ANALISA DATA
POINT III
POINT IV
INTERVENSI KEPERAWATAN