TENTANG
KELAS : A
FAKULTAS KESEHATAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Mengingat ketidakmampuan kami dalam menyusun makalah ini maka kritikan dan saran
sangat kami harapkan dari semua pihak agar dalam makalah selanjutnya dapat menjadi lebih
sempurna.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsp diri berkembang secara bertahap dimulai
dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain ( Suliswati, dkk, 2005 ).
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Konsep diri tidak berbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri dengan orang terdekat dan dengan realitas kehidupan ( Stuart,
2006 ).
Gangguan harga diri atau harga diri rendah adalah perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan ( Sujono dan Teguh, 2009 ).
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 1998).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah penilaian
individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa kesesuaian antara perilaku
dengan ideal diri berupa perasaan negatif terhadap kemampuan diri.
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang Gangguan Konsep Diri dan Asuhan Keperawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara bertahap. Bayi mampu
mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam
berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap
individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia di luar dirinya. Memahami
konsep diri penting bagi perawat karena asuhan keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya
penyakit tetapi menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat tertentu
tentang dirinya.
Konsep diri seseorang terletak pada suatu rentang respons antara ujung adaptif dan ujung
maladaptif, yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan
depersonalisasi.
Rentang respons konsep diri yang paling adaptif adalah aktualisasi diri. Menurut Maslow
karakteristik aktualisasi diri meliputi:
1. realistik,
7. rendah hati,
8. mempunyai dedikasi untuk bekerja,
Citra Tubuh
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak terhadap tubuhnya,
termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran, fungsi, keterbatasan, makna, dan
objek yang kontak secara terus-menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda, dan sebagainya)
baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri. Citra
tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia akan
lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap
individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan
menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya.
Ideal Diri
Persepsi individu tentang seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan,atau nilai
yang diyakininya. Penetapan ideal diri dipengaruhi oleh kebudayaan, keluarga, ambisi,
keinginan, dan kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan norma serta prestasi
masyarakat setempat. Individu cenderung menyusun tujuan yang sesuai dengankemampuannya,
kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas, serta inferiority. Ideal diri harus cukup
tinggi supaya mendukung respek terhadap diri tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, serta
samar-samar atau kabur. Ideal diri akan melahirkan harapan individu terhadap dirinya saat
berada di tengah masyarakat dengan norma tertentu. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal
dan membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri pentinguntuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan
mental.
Harga Diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi
ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga
dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan. Sebaliknya, individu akan merasa harga
dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai, atau tidak diterima lingkungan.
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian.
Harga diri akan meningkat sesuai meningkatnya usia dan sangat terancam pada masa pubertas.
Coopersmith dalam buku Stuart dan Sundeen (2002) menyatakan bahwa ada empat hal yang
dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu:
2. menanamkan idealisme,
3. mendukung aspirasi/ide,
Peran
Serangkaian pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat sesuai
posisinya di masyarakat/kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta
dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada
orang yang berarti. Hal-hal yang memengaruhi penyesuaian individu terhadap peran antara lain
sebagai berikut.
1. Kejelasan perilaku yang sesuai dengan peran dan pengetahuannya tentang peran yang
diharapkan.
4. Perbedaan situasi yang dapat menimbulkan penampilan peran yang tidak sesuai.
Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran tentang “diri sendiri” yang dapat diperoleh individu dari observasi dan
penilaian terhadap dirinya, serta menyadari individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.
Pengertian identitas adalah organisasi, sintesis dari semua gambaran utuh dirinya, serta tidak
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut/jabatan, dan peran. Dalam identitas diri ada otonomi
yaitu mengerti dan percaya diri, hormat terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri, dan
menerima diri.
Ciri individu dengan identitas diri yang positif adalah sebagai berikut.
1. Mengenal diri sebagai individu yang utuh terpisah dari orang lain.
5. Identitas jelas.
A. PENGKAJIAN
Faktor Predisposisi
1. Citra tubuh
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang atau
penyakit).
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
2. Harga diri
a. Penolakan.
b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut.
d. Persaingan antara keluarga.
e. Kesalahan dan kegagalan berulang.
f. Tidak mampu mencapai standar.
3. Ideal diri
a. Cita-cita yang terlalu tinggi.
b. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Ideal diri samar atau tidak jelas.
4. Peran
a. Stereotipe peran seks.
b. Tuntutan peran kerja.
c. Harapan peran kultural.
5. Identitas diri
a. Ketidakpercayaan orang tua.
b. Tekanan dari teman sebaya.
c. Perubahan struktur sosial.
Faktor Presipitasi
1. Trauma.
2. Ketegangan peran.
3. Transisi peran perkembangan.
4. Transisi peran situasi.
5. Transisi peran sehat-sakit.
Perilaku
1. Citra tubuh
a. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
b. Menolak bercermin.
c. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
d. Menolak usaha rehabilitasi.
e. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
f. Menyangkal cacat tubuh.
3. Kerancuan identitas
a. Tidak ada kode moral.
b. Kepribadian yang bertentangan.
c. Hubungan interpersonal yang eksploitatif.
d. Perasaan hampa.
e. Perasaan mengambang tentang diri.
f. Kerancuan gender.
g. Tingkat ansietas tinggi.
h. Tidak mampu empati terhadap orang lain.
i. Masalah estimasi.
3. Kerancuan identitas
a. Tidak ada kode moral.
b. Kepribadian yang bertentangan.
c. Hubungan interpersonal yang eksploitatif.
d. Perasaan hampa.
e. Perasaan mengambang tentang diri.
f. Kerancuan gender.
g. Tingkat ansietas tinggi.
h. Tidak mampu empati terhadap orang lain.
i. Masalah estimasi.
4.Depersonalisasi
Mekanisme Koping
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti kerja keras,
pencapaian akademik.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan
masyarakat.
a. Fantasi
b. Disosiasi
c. Isolasi
d. Proyeksi
e. Displacement
B. DIAGNOSIS
Daftar Diagnosis
1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan koping keluarga inefektif.
4. Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan dengan perubahan penampilan
peran.
C. RENCANA INTERVENSI
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosis yang ditemukan. Pada
rencana intervensi berikut memberikan gambaran pada gangguan konsep diri, yaitu harga
diri rendah.
Tindakan Keperawatan pada Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
e. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
2. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
1) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif
seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negatif.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
b. Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang dimiliki.
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan yang sudah
dilatihkan pasien dengan perawat.
d. Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku pasien.
E. EVALUASI
1. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
b. Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
c. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Contoh Kasus :
Nn. S (28 tahun) dirawat di RSJ X. Saat dikaji, Nn.S mengatakan kalau dirinya adalah wanita
yang paling tidak beruntung. Sejak ditinggal pacarnya untuk menikah dengan sahabatnya setahun
yang lalu, Nn. S merasa bahwa ia tidak akan bisa mendapatkan pasangan lagi, bahkan tidak mau
menikah meskipun ada yang mengajaknya. Enam bulan yang lalu, Nn. S berhenti dari bekerja
karena merasa malu, setiap pekerjaannya selalu tidak pernah benar dan mendapatkan peringatan
dari atasannya. Saat ini, didapatkan Nn. S sering menunduk saat berbicara, kontak mata ada
tetapi minimal, serta tampak tidak bersemangat dan malas melakukan kegiatan apapun.