Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN TBC PARU

Oleh :
Ns. Hendri Budi, M.Kep SP.MB
LUNG DISORDERS
 DEVELOPMENTAL ANOMALY
 MECHANICAL OBSTRUCTION
 CIRCULATION DISORDER
 OBSTRUCTIVE LUNG DISEASE
 RESTRICTIVE LUNG DISEASE
 PULMONARY INFECTION
 PULMONARY NEOPLASM
UPPER RESPIRATORY INFECTION
 RHINITIS
 SINUSITIS
 NASOPHARYNGITIS
 PHARYNGITIS
 TONSILITIS
 Secara klinik bukan kasus emergency
 LARYNGITIS  emergency (larynx edema)
PULMONARY INFECTION
 ANATOMY DAN HISTOLOGY :
Paru kanan : 3 lobus
Paru kiri : 2 lobes
Trachea - main bronchi - lobular bronchi –
bronchioli - respiratory bronchioli - acini :
ductus alveolaris / sacus alveolaris / alveolus.

Respiratory unit :
alveolar epithelium +basement membrane +
capillary endothelium
INFEKSI PARU
 AKUT :
BRONCHITIS
PNEUMONIA – bacterial
LOBAR PNEUMONIA
BRONCHOPNEUMONIA
- viral and mycoplasmal
INTERSTITIAL PNEUMONITIS
INFEKSI PARU
 CHRONIC :
( CHRONIC BRONCHITIS )*
BRONCHIECTASIS
ABSCESS PARU
SPECIFIC :
TUBERCULOSIS
FUNGAL INFECTION
OTHER GRANULOMATOUS
LESIONS
TUBERCULOSIS
Pengertian
 Tuberkulosis adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tubeculosis.
Etiologi :
Mycobacterium Tuberkulosis
1. Bentuk.
 Mycobacterium tuberculosis berbentuk
batang lurus atau agak bengkok
 ukuran 0,2 - 0,4 x 1 - 4 um.
 Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan
untuk identifikasi bakteri tahan asam.
Etiologi :
Mycobacterium Tuberkulosis
2. Penanaman.
 Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak
setelah lebih kurang 2 minggu bahkan
kadang-kadang setelah 6-8 minggu.
 Suhu optimum 37°C, tidak tumbuh pada
suhu 25°C atau lebih dari 40°C.
 PH optimum 6,4- 7,0.
Etiologi :
Mycobacterium Tuberkulosis
3. Sifat-sifat.
 Mycobacterium tidak tahan panas, akan
mati pada 6°C selama 15-20 menit.
 Biakan dapat mati jika terkena sinar
matahari langsung selama 2 jam.
 Dalam dahak dapat bertahan 20-30 jam.
Basil yang berada dalam percikan bahan
dapat bertahan hidup 8 – 10 hari.
Etiologi :
Mycobacterium Tuberkulosis
3. Sifat-sifat.
 Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat
hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam
lemari dengan suhu 20oC selama 2 tahun.
 Mykobakteri tahan terhadap berbagai
kimia dan disinfektan antara lain phenol
5% asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan
NaOH 4%.
 Basil ini dihancurkan oleh jodium tinetur
dalam 5 menit, dengan alkohol 80 % akan
hancur dalam 2-10 menit
Proses Penularan
 Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni
penularan melalui droplet yang dikeluarkan ke
udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif.
 Setiapkali penderita ini batuk dapat
mengeluarkan 3000 droplet nuclei.
 Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan
dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara
dalam waktu lebih lama.
 Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel
mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang
gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa
jam.
Proses Penularan
 Faktor penentu keberhasilan pemaparan
Tuberkulosis pada individu baru
– Konsentrasi droplet nuclei dalam udara
– Panjang waktu individu bernapas dalam udara
yang terkontaminasi tersebut
 Daya tahan tubuh yang bersangkutan.
Di samping penularan melalui saluran
pernapasan (paling sering),
 M. tuberculosis juga dapat masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pencernaan
dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang).
Patofisiologi
 Port de’ entri kuman microbaterium
tuberculosis adalah :
– saluran pernafasan,
– saluran pencernaan,
– luka terbuka pada kulit,
– kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui
udara (air borne), yaitu melalui inhalasi
droppet yang mengandung kuman-kuman
basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi.
Patofisiologi
 Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari
satu sampai tiga gumpalan basil yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran
hidung dan cabang besar bronkus dan
tidak menyebabkan penyakit.
Patofisiologi
 Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di
bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di
bagian atas lobus bawah.
 Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan.
– Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat
tersebut dan memfagosit bacteria namun tidak
membunuh organisme tersebut.
– Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh
makrofag.
– Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi
dan timbul gejala pneumonia akut.
Patofisiologi
 Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan.
– Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal,
atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri
terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
– Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar bening regional.
– Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk
sel tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi
ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinik TB paru : gejala
respiratorik dan gejala sistemik

1. Gejala respiratorik, meliputi:


a. Batuk
b. Batuk darah
c. Sesak napas
d. Nyeri dada
Manifestasi Klinis
1. Gejala respiratorik, meliputi:

a. Batuk
 Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan.

 Mula-mula bersifat non produktif kemudian


berdahak bahkan bercampur darah bila sudah
ada kerusakan jaringan.
Manifestasi Klinis
1. Gejala respiratorik, meliputi:

b. Batuk darah
 Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak
darak, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah sangat banyak.

 Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh


darah.
 Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
Manifestasi Klinis
1. Gejala respiratorik, meliputi:

c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim
paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.

d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri
pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila
sistem persarafan di pleura terkena.
Manifestasi Klinis
2. Gejala sistemik, meliputi:

a. Demam
b. Gejala sistemik lain :
Keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise.
Manifestasi Klinis
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influenza,
hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin
pendek.

b. Gejala sistemik lain


Keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
serta malaise.
Timbulnya gejala gradual dalam beberapa minggu-
bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk,
panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.
 Komplikasi:

 Hemoptisis berat
 Kolaps lobus akibat retraksi bronkial
 Bronkiektasis dan fibrosis paru
 Pneumotoraks spontan
 Penyebaran infeksi ke organ lain
 Insufisiensi kardio pulmoner
Test Diagnostik
 Karakteristik radiology yang menunjang
diagnostik antara lain :
a. Bayangan lesi radiology yang terletak di
lapangan atas paru.
b. Bayangan yang berawan (patchy) atau
berbercak (noduler)
c. Kelainan yang bilateral, terutama bila
terdapat di lapangan atas paru
d. Bayang yang menetap atau relatif
menetap setelah beberapa minggu
e. Bayangan bilier
 Kelainan Radiologis
 Standar: foto toraks PA dan lateral
 Gambaran lesi aktif:
- bayangan berawan/nodular di lokasi khas
- kavitas, terutama lebih dari satu
- bayangan bercak milier
- efusi pleura unilateral
 Gambaran lesi inaktif:
- fibrosis pada segmen apikal atau posterior
lobus atas
- Kalsifikasi atau fibrotik
- Kompleks ranke
- Fibrotoraks dan atau penebalan pleura
Test Diagnostik
Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) ;
 Ditemukannya kuman micobakterium TBC dari
dahak penderita memastikan diagnosis
tuberculosis paru.
Pengambilan dahak yang benar sangat penting
untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
 Pada pemeriksaan pertama. sebaiknya 3 kali
pemeriksaan dahak.
 Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang
terpenting dalam prograrn pemberantasan TBC
paru di Indonesia.
 Uji resistensi harus dilakukan apabila ada
dugaan resistensi terhadap pengobatan.
Uji Tuberkulin
 Uji tuberkulin dilakukan untuk :
 Melihat seseorang mempunyai kekebalan
terhadap basil TB, sehingga sangat baik untuk
mendeteksi infeksi TB.
 Tetapi uji tuberkulin ini tidak dapat untuk
menentukan M.tb tersebut aktif atau tidak
aktif (latent).
 Oleh sebab itu harus dikonfirmasi dengan ada
tidaknya gejala dan lesi pada foto thorak
untuk mengetahui seseorang tersebut
terdapat infeksi TB atau sakit TB.
Uji Tuberkulin
 Test kulit positif bila tampak edema lokal
atau infiltrat maksimal 48-72 jam setelah
suntikan.
 Hasil uji tuberkulin dicatat sebagai
diameter indurasi bukan kemerahan
dengan cara palpasi.
 Standarisasi digunakan diameter indurasi
diukur secara transversal dari panjang axis
lengan bawah dicatat dalam milimeter.
Pedoman untuk menentukan uji
tuberkulin positif

 Indurasi 5 mm
 Faktor risiko
– Individu dengan HIV (+)
– Kontak dengan penderita TB
– Perubahan fibrotik pada foto toraks bekas TB
– Pasien dengan transplantasi organ atau dalam
terapi imunosupresan (senilai dengan >
15mg/hari prednison selama > 1 bulan)
Pedoman untuk menentukan uji
tuberkulin positif
 Indurasi 10 mm, Faktor Resiko
– Baru saja (< 5 tahun) datang dari negara
dengan prevalensi TB tinggi
– Pengguna obat dengan suntikan
– Tinggal atau berkumpul dalam kelompok
risiko tinggi: fasiliti kesehatan penjara, pasien
AIDSdan tunawisma
– Petugas laboratorium yang memeriksa
Mycobacterium
Pedoman untuk menentukan uji
tuberkulin positif
 Indurasi 10 mm, Faktor Resiko
– Seorang karena kondisi klinisnya menjadi
risiko tinggi: silikosis, diabetes mellitus, gagal
ginjal kronik, kelainan hematologi (leukemia &
limfoma), keganasan (karsinoma pada kepala,
leher atau paru), berat badan (BB) turun >
10% BB ideal, gastrektomi, bypass jejunoileal
– Bayi, anak, remaja atau dewasa yang terpajan
dalam kelompok risiko tinggi
Pedoman untuk menentukan uji
tuberkulin positif
 Indurasi 15 mm :
 Faktor Resiko
– Individu tanpa faktor risiko TB

 Sumber :American
: Thoracic Society. Diagnostic standards and classification
of tuberculosis in adult and children. Am J Respir Crit Care Med 2000;
161:1376-95.
Uji Tuberkulin
 Hasil uji tuberkulin positif berarti :
– Seseorang tersebut sedang terinfeksi basil TB.
– Jika seseorang sedang terinfeksi M.tb bisa
sedang terinfeksi atau sakit TB.
– harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan
foto toraks dan pemeriksaan dahak.
– Jika hasil foto toraks tersebut normal maka
dapat dilakukan pemberian terapi TB laten,
– Tetapi jika hasil foto toraks terjadi kelainan
dan menunjukkan ke arah TB maka dapat
dimasukkan dalam M.tb aktif.
Uji Tuberkulin
 Hasil uji tuberkulin negatif :
– seseorang tersebut tidak terinfeksi dengan
basil TB.
– karena terjadi pada saat kurang dari 10
minggu sebelum imunologi seseorang
terhadap basil TB terbentuk.

 Jika terjadi hasil yang negatif maka uji tuberkulin


dapat diulang 3 bulan setelah suntikan pertama.
Uji Tuberkulin
 Sumber :
Curley C. New guidelines: what to do about
anunexpected positive tuberkulin skin test.
Available at
http://www.ccjm.org/pdffiles/curley103.pdf.

Information on tuberkulin skin testing. Available


at
http://www.wdghu.org/_wellnet/manuals/Health
ProtocolPolicyManual/form/faclsheets/TB/HPDTB
(FS)7%20TBskintestchart.pdf.
Klasifikasi
 Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan
gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan
riwayat pengobatan sebelumnya.
 Klasifikasi ini penting karena merupakan
salah satu faktor determinan untuk
menetapkan strategi terapi.
Klasifikasi
 Sesuai dengan program Gerdunas P2TB
klasifikasi TB Paru dibagi sbb :
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1. Dengan atau tanpa gejala klinik
2. BTA positif:
– mikroskopik positif 2 kali,
– mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif satu kali atau disokong radiologik
positif 1 kali.
3. Gambaran radiologik sesuai dengan TB
paru.
Klasifikasi
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1. Gejala klinik dan gambaran radilogik
sesuai dengan TB Paru aktif

2. BTA negatif, biakan negatif tetapi


radiologik positif.
Klasifikasi
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan)
negatif
2. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa
akibat kelainan paru.
3. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB
inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.
4. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat
(lebih mendukung).
Penanganan Medik
 Tujuan pengobatan pada penderita TB
Paru :
– Mencegah kematian,
– Mencegah kekambuhan atau resistensi
terhadap OAT serta
– Memutuskan mata rantai penularan.
Penanganan Medik
 Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase
yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan
(4-7 bulan).
 Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat
utama dan obat tambahan.
 Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol.
Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin,
Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam
Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
PENATALAKSANAAN TB
 Kriteria berdasar riwayat terapi
 Kasus baru
 Kambuh
 Gagal
 Kasus kronik
 Kriteria berdasar dahak dan lokasi
 TB Paru, BTA (+) dan (-)
 TB Ekstra paru, Ringan dan Berat
Pengobatan Tuberkulosis Paru
Pengobatan dibagi 3 katagori
a. Katagori 1 : 2RHZE / 4H3R3
1. Penderita baru TBC paru BTA positif
2. Penderita TBC paru BTA negatif
3. Penderita TBC paru berat
b. Katagori 2 : 2RHZES / HRZE / 5H3R3E3
1. Penderita kambuh
2. Penderita gagal
3. Penderita dengan pengobatan setelah lalai
c. Katagori 3 : 2RHZ / 4H3R3
1. Penderita baru BTA negatif dan
rontgen positif sakit ringan
2. Penderita akstra paru ringan yaitu TBC
kelenjar limfadenitis, pleutitis eksudative
unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali
tulang belakang), sendi dan kelenjar
adrenal

d. Kategori IV : TB kronik
 Kombinasi Obat
 Kategori I : 2HRZE/4H3R3
 Kategori II : 2HRZES/1HRZE/5H3R3
 Kategori III : 2HRZ/2 atau 4H3R3
 Kategori IV : pemberian H seumur hidup
 Evaluasi Penderita:
 Respon pengobatan
 Efek samping obat
 Penanganan efek samping obat
 Keteraturan berobat
Hasil Pengobatan
a. Sembuh
b. Pengobatan Lengkap
c. Default / Droup Out
d. Gagal
Efek Samping Obat
1. INH
Hepatotoksik, kesemutan, nyeri otot (dapat dikurangi
dengan pemberian vitamin B6
2. Rifampicin
Hepatotoksik, gagal ginjal, gatal-gatal kemerahan,
3. Pyrazinamid
Hepatotoksik, nyeri sendi, mual muntah, nyeri ulu hati
4. Etambutol
kurang penglihatan dan rabun
5. Streptomycin
Ganguan pendengaran dan tuli
DOTS
DOTS  Pengukuran jangka pendek yang diobservasi
langsung pada penderita yang mendapat pengobatan OAT
dengan tujuan untuk menjamin keteraturan pengobatan
PMO  1. seorang yang dikenal, dipercaya di setujui oleh
petugas
2. Tinggal dekat penderita
3. Bersedia membantu penderita dengan sukarela
4. Bersedia dilatih
Tugas PMO
1. Mengawasi penderita minum obat agar
menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
2. Memberi dorongan pada penderita agar
berobat teratur
3. Menginginkan penderita untuk periksa
ulang sputum pada waktu yang telah
ditentukan
4. Memberi penyuluhan pada anggita
keluarga penderita TB
Pengkajian
1. Riwayat Perjalanan Penyakit
a. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas
berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur,
demam, menggigil, berkeringat pada malam
hari.

Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat


kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi
radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40 -410C) hilang timbul.
Pengkajian
b. Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak


diperut, penurunan berat badan.

Objektif : Turgor kulit jelek, kulit


kering/bersisik, kehilangan lemak sub
kutan.
Pengkajian
c. Respirasi
S : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Obj :
 Mulai batuk kering s.d batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah,
 Pembengkakan kelenjar limfe,
 Bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu
(penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural),
 Sesak napas,
 Pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.),
 Perkusi pekak dan Penurunan fremitus (cairan pleural),
 Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
Pengkajian
d. Rasa nyaman/nyeri
S : Nyeri dada meningkat karena batuk
berulang.
O : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku
distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga timbul
pleuritis.
e. Integritas ego
S : Faktor stress lama, masalah keuangan,
perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
O : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas,
ketakutan, mudah tersinggung.
Pengkajian
Riwayat Kesehatan Dahulu :
a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak
sembuh-sembuh.
b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
c. Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d. Riwayat kontak dengan penderita
Tuberkulosis Paru.
e. Daya tahan tubuh yang menurun.
Pengkajian
f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
g. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
• Kapan pasien mendapatkan pengobatan
sehubungan dengan sakitnya.
• Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
- Berapa lama. pasien menjalani pengobatan
sehubungan dengan penyakitnya.
- Kapan pasien mendapatkan pengobatan
terakhir.

4. Riwayat Sosial Ekonomi


Pengkajian
Pemeriksaan Diagnostik :

a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis


positif pada tahap akhir penyakit.
b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area
indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).
c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru
atas ; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-
bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ;
Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada
kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak
padat dengan densitas tinggi.
Pengkajian
Pemeriksaan Diagnostik:

d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan


bronkus atau kerusakan paru karena TB
paru.
e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju
Endap Darah (LED).
f. Spirometri: penurunan fuagsi paru
dengan kapasitas vital menurun.
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
sekret kental
2. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan sekret
kental
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang
4. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan
penurunan pertahanan / penekanan proses inflamasi
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, perawatan,
pengobatan dan pencegahan berhubungan dengan
kurangnya informasi
Asuhan Keperawatan

no Diagnosa. Kep Tujuan Intervensi Rasional

1 Bersihkan jalan Jalan napas efektif -Kaji fungsi napas -Penurunan bunyi
napas tidak -Kaji kemampuan napas dapat
efektif untuk batuk menurunkan
-Berikan posisi semi atelektasis paru
flower -Kemampuan pasien

-Anjurkan pasien untuk mengeluarkan


minum obat sputum
-Dapat mempermudah
-Anjurkan pasien
napas dan batuk sputum dikeluarkan
efektif -Minum hangat,
sputum encer
-Napas efektif dapat
meningkatkan
pengeluaran sputum
NO Diagnosa. Kep Tujuan Intervensi Rasional
2 Ganguan Kebutuhan oksigen -Kaji dispnea, -TB paru
pertukaran gas pada pasien dapat menurunkan bunyi menyebabkan efek
berhubungan terpenuhi napas luas pada paru dan
dgn sputum -Batasi aktivitas efak pernapasan
kental perawatan diri sesuai -Menurunkan
keperluan konsusmsi Oksigen
-Evaluasi perubahan dapat menurunkan
pada tingkat beratnya gejala
kesadaran -Pengaruh jalan
-Kolaborasi untuk napas dapat
pemeriksaan AGD menggangu
dan Oksigen oksigenasi organ
vital dan jaringan
-Dengan
pemeriksaan AGD
dapat memberikan
intervensi yang tepat

Anda mungkin juga menyukai