Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DYSPNEU

NAMA: MINALDI
NIM : A1C122033

Preceptor Institusi Preceptor Lahan

---------------------------------------- ----------------------------------------

PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2022
A. TEORI TUBERKULOSIS PARU

1. Pendahuluan

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk basil dan bersifat tahan asam

sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali

ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang

jasanya bakteri tersebut diberi nama basil Koch. TB paru terutama menyerang paru-

paru sebagai tempat infeksi primer, selain itu, tuberculosis dapat juga menyerang

kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TB paru menular melalui droplet

infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat.

Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

micobakterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan

yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-mediated

hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak diparu, tetapi dapat mengenai organ

lainnya, (Langitan et el, 2020).

Dalam penyebarannya, tuberculosis dapat dikategorikan menjadi dua bagian

yaitu TB paru dan TB di luar paru. Limfadenitis yang lebih dikenal dengan TB

kelenjar getah bening termasuk salah satu penyakit TB di luar paru (TB ekstra paru),

(Langitan et el, 2020).

2. Patofisiologi

Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru ketika pasien

batuk, bersin, tertawa. droplet nuclei ini mengandung basil TB dan ukurannya kurang
dari 5 mikron dan akan melayanglayang di udara. Droplet nuclei ini mengandung

basil TB.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan

segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui

serangkaian reaksi imunologis bakteri TB paru ini akan berusaha dihambat melalui

pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme

pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan

bakteri TB paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah

yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit

(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limpospesifik-tubercolosis melisis

(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan

penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia dan infeksi

awal terjadi dalam 2-10 minggu setelah pemajanan.

Massa jaringan paru yang disebut granulomas merupakan gumpalan basil yang

masih hidup. Granulomas diubah menjadi massa jaringan jaringan fibrosa, bagian

sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel ghon dan menajdi nekrotik membentuk

massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar

kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif

karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon system imun. Penyakit dapat

juga aktif dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel

ghon memecah melepaskan bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian
menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel

yang menyerah menyembuh membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi

lebih membengkak, menyebabkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut

3. Tanda Dan Gejala

Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yang artinya suatu penyakit yang

mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala

umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak

jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik (Muttaqin, 2012).

Gejala klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala

respiratorik dan gejala sistemik :

a. Gejala Respiratorik, meliputi :

1) Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan gejala ini banyak ditemukan.

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan

untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari

batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan

kemudian menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3

minggu. Keadaan yang selanjutnya adalah batuk darah (hemoptoe) karena

terdapat pembuluh darah yang pecah.

2) Batuk darah

Pada saat baruk darah yang dikeluarkan yaitu dahak bervariasi,

mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah

atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena
pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari

besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Gejala klinis Haemoptoe :

Kita harus memastikan bahwa perdarahan tersebut dari nasofaring

dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut :

a) Batuk darah

(1) Darah dibatukkan dengan rasa panas ditenggorokkan.

(2) Darah berbuih bercampur udara.

(3) Darah segar berwarna merah muda.

(4) Darah bersifat alkalis.

(5) Anemia kadang-kadang terjadi.

(6) Benzidin test negative.

b) Muntah darah

(1) Darah dimuntahkan dengan rasa mual.

(2) Darah bercampur sisa makanan.

(3) Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung.

(4) Darah bersifat asam.

(5) Anemia sering terjadi.

(6) Benzidin test positif.

c) Epistaksis

(1) Darah menetes dari hidung.

(2) Batuk pelan kadang keluar.

(3) Darah berwarna merah segar.

(4) Darah bersifat alkalis.


(5) Anemia jarang terjadi.

3) Sesak nafas

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,

dimana infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini

ditemukan apabila terjadi kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena

ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia

dan lain-lain.

4) Nyeri dada Nyeri dada pada Tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritic

yang ringan. Gejala nyeri dada ini timbul apabila system persarafan di

pleura terkena.

b. Gejala Sistemik, meliputi :

1) Demam Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Namun kadang-

kadang panas bahkan dapat mencapai 40-41ºC. Keadaan ini sangat

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi

kuman tuberculosis yang masuk. Demam merupakan gejala yang sering

dijumpai biasanya timbul pada sore hari dan malam hari mirip dengan

deman influenza, hilang timbul dan semakin lama semakin panjang

serangannya sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.

2) Gejala sistemik lain Gejala sistemik lainnya adalah keringat malam,

anoreksia, penurunan berat badan serta malaise (gejala malaise sering

ditemukan berupa : tidak nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot,

dll). Timbulnya gejala ini biasanya berangsurangsur dalam beberapa

minggu sampai beberapa bulan, tetapi penampilan akut dengan batuk,


panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala

pneumonia (naga, S , 2012).

4. Pemeriksaan Penunjang dan Komplikasi

a. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Radiologis

a) Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasi

pada bagian perifer paru dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus.

b) Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran:

nekrosis, cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical

lordotik), fibrosis dan retraksi region hilus, bronchopneumonia,

serta infiltrat interstitial.

c) Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya

dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan

serial rontgen dada. Tidak hanya melihat apakah penyakit tersebut

dalam proses progesi atau regresi.

2) Pemeriksaan darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya

kadang-kadang meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat

TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit

meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih

dibawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai

sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih

tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga
didapatkan anemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer,

gama globulin meningkat dan kadar natrium darah menurun.

b. Komplikasi dari TB paru adalah :

1. Pleuritis tuberkulosa

2. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)

3. Tuberkulosa milier

4. Meningitis tuberkulosa

B. KETETAPAN DIONOSA KEPERAWATAN

Ganguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolism d.d pengguna otot bantu napas

meningkat,volime tidal menurun, PO2, disnea, gelisa.

C. PRORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

D. KETETAPAN RUMUSAN TUJUAN

E. PERENCAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

F. RASIONALISASI TINDAKAN KEPERAWATAN


DAFTAR PUSTAKA

Langitan, Alfreth, and Ary Anggara. "MANAJEMEN LIMFADENITIS TUBERKULOSIS."


Jurnal Medical Profession (Medpro) 2.3 (2020)
Darliana, Devi. "Manajemen Pasien Tuberculosis Paru." Idea Nursing Journal 2.1 (2011):
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Anda mungkin juga menyukai