KELAS : A
2. JUNITA SOUISA
3. NOFIANTI SAISELAR
4. STEVANY BELLEN
5. NIDIA TEHUSIARANA
6. VITA TASANE
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak
ada sesuatu yang dulunya ada (Wilkinson,2005). Sedangkan menurut Stuart (2005) kehilangan
adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki.
Kehilangan merupaka sesuatu yang sulit di hindari.
1.2 Pengertian
Menurut Stuart (2005) kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan
sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupakan sesuatu yang sulit di
hindari . seperti kehilangan harta, kesempatan kesehatan bahkan orang yang sangat
disayangi. Kehilangan menurut NANDA dikategorikan dengan dua tipe yaitu berduka
diantisipasi dan berduka disfungsional. Respon dan gejala klien yang berduka antara lain:
a. Respon kognitif Gejala berupa gangguan asumsi dan keyakinan, menemukan makna
kehilangan, berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
b. Respon emosional Gejala berupa marah, sedih, cemas, benci, perasaan mati rasa,
depresi, penderitaan dan kesepian yang berat, putus asa, dan muncul rasa percaya diri
dan mandiri
c. Respon spiritual Gejala berupa kecewa dan marah kepada Tuhan, tidak memiliki
harapan dan kehilangan makna
d. Respon perilaku Gejala berupa menangis dengan berteriak atau tidak terkontrol,
gelisah, perilaku mencari, mennyimpan benda kenangan, menyalahgunakan obat atau
upaya bunuh diri, mencari aktivitas dan relfleksi personal.
e. Respon fisiologis Gejala berupa sakit kepala, insomnia, BB turun, tidak nafsu makan,
lemas, perubahan sistem imun dan gangguan pencernaan.
a. Adaptif
menawar,bertanya-tanya.
b. Maladaptif
2.3 Psikopatologi
Pada fase awal seseorang menunnjukkkan reaksi syok, tidak yakin, tidak percaya ,
perasaan dingin , perasaan kebal, dan bingung. Perasaan tersebut berlangsung selama beberapa
hari , kemudian individu kembali pada perasaan berduka berlebihan. Selanjutnya individu
merassa konflik dan mengekspresikannya dengan menangis dan ketakutan. Fase ini akan
berlangsung selama beberapa minggu
Fase ini dimulai pada minggu ketiga yang ditandai dengan adanya perilaku obsesif .
sebuah perilaku yang terus mengulang-ulang peristiwa kehilangan yang terjadi.
3.) Fase Pemulihan Fase pemulihan ini dialami setelah tahun pertama kehhilangan.
Individu memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk melanjutkan
kehidupannya. Pada fase ini individu sudah dapat memulai berpartisipasi kembali dalam kegiatan
sosial
Reaksi awal seorang individu ketika mengalami kehilangan adalah tidak percaya, syok,
diam, terpaku, gelisah, bingung, mengingkari kenyataan, mengisolasi diri terhadap kenyataan,
serta berperilaku seperti tidak terjadi apa-apa dan pura-pura senang. Manifestasi yang mungkin
muncul antara lain sebagai berikut.
2. Fisik ditunjukkan dengan otot-otot lemas, tremor, menarik napas dalam, panas/dingin
dan kulit lembap, berkeringat banyak, anoreksia, serta merasa tak nyaman.
6. Secara intelektual seseorang dapat menerima hal-hal yang berkaitan dengan kematian,
tapi tidak demikian dengan emosional. Suatu contoh kasus, saat seseorang mengalami
kehilangan akibat kematian orang yang dicintai seperti oang tua. Pada tahap ini biasanya
individu akan beranggapan bahwa orang yang dicintainya masih hidup, sehingga sering
berhalusinasi melihat atau mendengar suara seperti biasanya. Secara fisik akan tampak letih,
lemah, pucat, sesak napas, menangis, dan gelisah. Tahap ini membutuhkan waktu yang panjang,
beberapa menit sampai beberapa tahun setelah kehilangan.
Tahap kedua seseorang akan mulai menyadari tentang kenyataan kehilangan. Perasaan
marah yang timbul terus meningkat, yang diproyeksikan kepada orang lain atau benda di
sekitarnya. Reaksi fisik menunjukkan wajah memerah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, dan
tangan mengepal. Respons pasien dapat mengalami hal seperti berikut.
b. Kemarahan terjadi pada Sang Pencipta, yang diproyeksikan terhadap orang atau
lingkungan.
f. Perlu diingat bahwa bila pasien marah untuk mengutarakan perasaan merupakan hal
yang wajar karena hal itu akan mengurangi tekanan emosi dan menurunkan stres.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Seorang ibu rumah tangga bernama Ny.N berusia 50 tahun yang juga berprofesi sebagaipenjual
nasi bungkus yang hanya lulusan pendidikan sekolah dasar baru saja kehilangan suaminya yang
berprofesi sebagai sopir bus yang berusia 52 tahun akibat kecelakaan dua hari yang lalu. Klien
menunjukkan tanda-tanda masalah psikosial yang berlebihan akibat kehilangan tersebut. Klien
belum siap dengan kenyataan bahwa ia harus berpisah dengan suaminya. Klien mengurung diri,
tidak mau makan dan terus menangis. Akibat tidak mau makan tersebut klien terlihat lemas.
Menurut keluarga, klien sering melamun dan mengaku merindukan sosok suaminya . klien juga
mengaku bahwa ia susah tidur karena sering memikirkan suaminya. Ketiga anaknya sudah
berusaha menenangkan klien tetapi belum berhasil. Dari hasil pengkajian di temukan tanda-tanda
vital TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit , S: 37°C, dan RR: 24x/menit.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.N
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SD
Alamat : Talake
a. Diagnosa keperawatan
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
07 Maret 2020 DO: Duka Cita, Kematian Duka cita
Pkl 07.00 WIT - Klien belum orang terdekat,
siap Distres psikologis,
kehilangan gangguan pola tidur
dan berpisah
dengan
suaminya
- Klien sering
mengurung
diri
- Klien tidak
mau makan
dan terus
menangis
DS:
- Keluarga
mengatakan
bahwa klien
sering
melamun dan
mengaku
merindukan
sosok
suamniya
- Klien berkata
bahwa ia
susah untuk
tidur karena
sering
memikirkan
suaminya
b. Intervensi