Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

BRONCHOPNEUMONIA

Kelompok 1

Natasya Ningtias (P17250201017)


Dewi Ikhfina Karima (P17250203027)
Sandra Ayuk Purwandani (P17250203035)
Trigger case

Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 7 bulan dirawat di ruang Delima


dengan keluhan sesak nafas, mual, muntah dan panas. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan RR 36 kali per menit, Nadi 100 x/mnt,
suhu 39°C, terdapat retraksi intercostae, suara nafas ronchi pada semua
lapang paru. Anak tampak lelah, pucat dan lemas.Hasil Pemeriksaan
Laboratorium WBC 11.000 mg/dl.Hasil anamnesa dari ibunya
didapatkan anak ada riwayat batuk pilek selama 3 hari, batuk
berdahak.Diagnosa Broncho Pneumonia.

2
Definisi Bronchopneumonia

Bronkopneumonia adalah suatu Bronkopneumonia adalah suatu


peradangan pada parenkim paru radang paru yang disebabkan oleh
yang meluas sampai bronkioli atau bermacam-macam etiologi seperti
dengan kata lain peradangan yang bakteri, virus, jamur, dan benda
terjadi pada jaringan paru melalui asing (Ngastiyah, 2014).
cara penyebaran langsung melalui
saluran pernafasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus
(Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009).

3
Klasifikasi Bronchopneumonia

1 2 3
Pneumonia interstinal
Pneumonia lobularis, Pneumonia lobularis (Bronkiolitis) yaitu
melibatkan seluruh bagian (Bronkopneumonia) peradangan yang terjadi
besar dari satu atau lebih merupakan peradangan di dalam dinding alveolar
lobus paru-paru. Bila yang terjadi di ujung (interstinium) dan
kedua paru terkena maka akhir bronkiolus yang jaringan peribronkial serta
dikenal pneumonia tersumbat oleh eksudat interlobular.
bilateral atau ganda dan membentuk bercak
konsulidasi dalam lobus
yang berada di dekatnya.

4
Etiologi Bronchopneumonia

Penyebab terjadinya bronkopneumonia dapat disebabkan dari beberapa


faktor. Berikut adalah penyebab bronkopneumonia antara lain :
1. Bakteri : Neumokokus, Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus,
Influenza dan klebsiela mycoplasma pneumonia.
2. Virus : virus adena, virus parainfluenza, virus influenza.
3. Jamur/Fungi : Histoplasma, Capsutu, Koksidiodes.
4. Protozoa : Pneumokistis katini
5. Bahan Kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
seperti minyak tanah/bensin (Wulandari & Erawati, 2016).
Patofisiologi Bronchopneumonia

“ Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya


disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke
saluran pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus
dan jaringan sekitarnya.Inflamasi pada bronkus ditandai adanya
penumpukan secret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi
positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk
suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :

6
Stadium I / Hiperemia (4-12 jam Stadium II / Hepatiasi Merah (48 jam
pertama/kongesti) berikutnya)
Disebut hiperemia, mengacu pada Disebut hepatiasi merah, terjadi karena
respon peradangan permulaan yang alveolus terisi oleh sel darah merah,
berlangsung pada daerah baru eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh
terinfeksi hal ini ditandai dengan pejamu (host) sebagai bagian dari reaksi
peningkatan aliran darah dan peradangan.Lobus yang terkena menjadi
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit, dan cairan sehingga
warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar.

Stadium IV / Resolusi (7-12 hari)


Stadium III / Hepatisasi Kelabu (3-8 Disebut juga stadium resolusi yang
hari) terjadi sewaktu respon imun dan
Disebut hepatis kelabu yang terjadi peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin
sewaktu sel-sel darah putih dan eksdudat lisis diabsorbsi oleh
mengkolonisasi daerah paru yang makrofag sehingga jaringan kembali ke
terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin strukturnya semula.Inflamasi pada
terakumulasi di seluruh daerah yang bronkus ditandai adanya penumpukan
cedera dan terjadi fagositosis sisa- secret, sehingga terjadi demam, batuk
sisa sel. produktif, ronchi positif dan mual

7
Tanda dan Gejala Bronchopneumonia

Tanda dan gejala yang mengarahkan kepada diagnosis pneumonia pada


anak
1. Demam
2. sianosis (kebiruan, terutama pada bibir)
3. dan lebih dari salah satu gejala tertekannya pernapasan (biasa disebut
dengan distress respirasi)
4. napas cepat (takipnea)
5. Batuk
6. pernapasan cuping hidung (ujung hidung kembang kempis saat bernapas)
7. retraksi dinding dada (pada sela-sela iga dan ulu hati cekung ke dalam)
8. terdapat suara tambahan dalam bernapas.

8
Komplikasi Bronchopneumonia
• Infeksi Darah
Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan
menginfeksi organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat
menyebabkan kegagalan organ.
• Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga
paru paru.Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan
antibiotik.Tetapi terkadang diperlukan pembedahan untuk
menyingkirkannya.
• Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di
sekitar paru-paru dan rongga dada.Cairan yang terinfeksi
biasanya dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis.
• Gagal Napas
Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru,
sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena
gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal
napas dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan
berhenti bernapas sama sekali.
9
Penatalaksanaan Bronchopneumonia

Mencegah
Menjaga Kebutuhan nutrisi komplikasi/ganggu
kelancaran dan cairan an rasa aman
pernafasan nyaman

1 3 5

2 4

Kebutuhan Mengontrol suhu


istirahat tubuh

10
Masalah keperawatan pada Bronchopneumonia berdasarkan
SDKI
• Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas dibuktikan dengan ibu klien mengatakan anaknya batuk berdahak dan pilek
selama 3 hari, terdapat retraksi intercostae, suara nafas ronchi pada semua lapang
paru, pasien tampak sesak nafas dan RR 36 x/menit.
• Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037) dibuktikan dengan mual, muntah
• Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan dehidrasi dibuktikan dengan suhu tubuh
klien 39°C, nadi 100x/ menit, klien tampak pucat. 
• Resiko infeksi (D.0142) dibuktikan hasil pemeriksaan WBC 11.000 mg/dl.
• Intoleransi aktivitas (D.0056)berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
klien tampak lelah dan lemas. resiko infeksi intoleransi aktifitas

11
Intervensi keperawatan berdasarkan SIKI dan SLKI

Diagnosa keperawatan :
Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b.d hipersekresi jalan nafas d.d ibu klien mengatakan anaknya batuk
berdahak dan pilek selama 3 hari, terdapat retraksi intercostae, suara nafas ronchi pada semua lapang paru,
pasien tampak sesak nafas dan lelah, RR 36 x/menit.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan bersihan jalan napas klien meningkat
dengan kriteria hasil batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun, tidak ada suara ronchi, tidak ada sesak
nafas, frekuensi dan pola napas membaik.

1
Intervensi :
• Manajemen jalan napas (I.01011)
Observasi
1. monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. monitor bunyi napas tambahan ronchi
3. monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1. posisikan semi fowler atau fowler
2. lakukan fisioterapi dada, jika perlu
3. lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
4. berikan oksigen, jika perlu
Lanjutan..
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
• Pemantauan respirasi (I.01014)
Observasi
1. monitor adanya sumbatan jalan napas
2. palpasi kesimetrisan ekspansi paru
3. auskultasi bunyi napas
Terapeutik
1. atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2. dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Diagnosa keperawatan :
Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037) dibuktikan dengan muntah

Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tingkat nausea menurun dengan kriteria hasil keluhan mual menurun,
perasaan ingin muntah menurun.
Intervensi :
• Manajemen mual (I.03117)

2
Observasi
1. identifikasi pengalaman mual
2. identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
3. identifikasi faktor penyebab mual
4. monitor mual (frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan
5. monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
1. kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
2. kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
3. berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
Edukasi
1. anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2. anjurkan penggunaan teknik non farmakologis untuk mencegah mual (mis. biofeedback, hypnosis, relaksasi)
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
• Manajemem muntah (I.03118)
Observasi
1. identifikasi karakteristik muntah (warna, konsistensi, adanya darah, waktu, frekuensi dan durasi)
2. periksa volume muntah
3. monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
4. monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
1. atus posisi untuk mencegah aspirasi
2. pertahankan kepatenan jalan napas
3. bersihkan mulut dan hidung
4. berikan dukungan fisik saat muntah (menundukkan kepala)
5. berikan kenyamanan selama muntah (kompres dingin di dahi, atau sediakan pakaian kering dan bersih) 15
Diagnosis keperawatan :
Hipertermia (D.0130) b.d dehidrasi d.d suhu tubuh klien 39°C, nadi 100x/ menit dank lien tampak pucat.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan termoregulasi membaik dengan
kriteria hasil klien tidak tampak pucat, nadi dalam batas normal, suhu tubuh membaik.

Intervensi :
1. Regulasi temperature (I. 14578)
Observasi
1. monitor suhu bayi sampai stabil (36,5°C-37,5°C)

3 2. monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu


3. monitor frekuensi pernapasan dan nadi
4. monitor warna dan suhu kulit
5. monitor dan catat tanda dan gejala hipertermia
Terapeutik
1. pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
2. tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3. gunakan Kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack atau gel pad dan intravascular cooling
catheterization untuk menurunkan suhu tubuh
4. sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu 16
Diagnosiskeperawatan :
Resiko infeksi (D.0142) dibuktikan hasil pemeriksaan WBC 11.000 mg/dl.

Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan integritas mukosa membaik, suhu
tubuh menurun dan sel darah putih dalam batas normal.
Intervensi :
1. Pencegahan infeksi (I. 14539)
Observasi

4 - monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik


 Terapeutik
- cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
- jelaskan tanda dan gejala infeksi
- anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
Diagnosis keperawatan :
Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan klien
tampak lelah dan lemas.

Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keluhan lelah
menurun, perasaan lemah menurun, dan frekuensi napas membaik.
Intervensi :
1. Manajemen Energi (I05178)
Observasi

5 - identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


- monitor kelelahan fisik dan emosional
- monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
- sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai