Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

“BRONCHOPNEUMONIA”
Disusun Untuk Memenuhi Nilai Praktek Belajar Klinik (PBK)
Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ibu Titin Supriatin, Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Septian Bachtiar Saputra
(20.068)
Tingkat IIB
Kelompok 10

PRODI DIII KEPERAWATAN


STIKes AHMAD DAHLAN CIREBON
Jl. Walet 21 Cirebon 45153 Telp/Fax. (0231) 201942
e-mail : stikes.adc@gmail.com - website : stikes-adc.ac.id
2021 – 2022
A. Pengertian
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan benda asing. (Wulandari da Erawati,2016)

Bronchopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkin paru yang meluas


sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke
bronkus (Sujono9 dan Sukarmin,2013).

B. Etiologi

Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh


terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan sehat memounyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya
lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat. Timvbulnya brochopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikloplasma, dan riketsia. (Sandra M.Nettiria) antara lain :

1. Bakteri : streptococcus,staphylococcus, H. influenza,klebsiella


2. Virus : legionella Pneumoniae
3. Jamur : aspergillus,spesies,candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orafaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama

Penyebab tersering bronchopneumonia pada anak adalah pneumoniakokus sedantg


penyebab lainnya antara lain : streptococus pneumonia, stapilokokus aureus haemophillus
influenza, jamur (seperti candida albicans), dan virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan
staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius dan sangat progresif dengan
mortalitas tinggi (Sujono dan Sukarmin,2013).

C. Patofisiologi

Bronchopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya edisebabkan oleh virus


penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke seluruh pernafasan sehingga terjadi peradangan
broncus dan aveolus dan jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret,sehingga terjadi demam, batuk produktif , rochi positif dan mual.
Sehingga mikroganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi
empat stadium,yaitu :

a. Stadium 1(4-12 jam pertama/kongesti)


Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan pemulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler ditempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi bekerja
sama dengan histamin dan prostaglandin unruk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kspiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat
plasma ke dalam ruang intertisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler
dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida
maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan
penurunan saturasi oksigen hemoglobin
b. Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan
fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selam 48 jam.
c. Stadium III/hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah utih mengkolonisasi daerah
paru yang terinfeksi. Pada saat ini enedapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV/resolusi (7-1 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan meredas,
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula.inflamasi pada bronkus di tandai adanya penumpukan
sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelaktasis. Kolaps alveoli aikan mengakibatkan penyempitan jalan
nafas, sesak nafas, dan nafas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan
penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi. Enfisema (tertimbunya
cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari frekuensi nafas, hipoksemia,
asidosis respiratori, pada kien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yantg akan
mengakibatkan terjadinya gagal nafas (Wijaya,2013).

D. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala bronchopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas


2. Demam (390C-400C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi
3. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan
oleh bernafas dan batuk.
4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar
mulut dan hidung.
5. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
6. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang menyebabkan atelektasis
absorbs. (Wijayaningsih,2013).

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada bronchopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus
2. Laboratorium
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin pada pasien bronchopneumonia menujukkan adanya
leukositosis sebesar 48,1x 103/L. berdasarkan teori, pemeriksaan penunjang
laboratorium darah rutin bronchopneumonia menunjukkan adanya infeksi.
b) Analisa gas darah
Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolic dengan atau tanpa
retensi CO@.
c) Kultur darah
Leukositosis dapat mencapai 15.000-40.000 mm3 demgam pergeseran ke kiri.
3. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
4. Analisa gas darah arteri bisa menujukkan asidosis metabolic dengan atau tanpa retensi
CO2.
5. LED meningkat
6. WBC (white blood cell) biasanya kurang darii 20.000 cells mm3.
7. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah.
8. Bilirubin mungkin meningkat.
9. Aspiorasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sistoplasmik.

F. Komplikasi

Komplikasi bronchopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Atelektasis
Adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat
kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang apabila penumpukan secret akibat berkurangnya
daya kembang paru-paru terus terjadi dan penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi
bronkus instrinsik
2. Empisema
Adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu
tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru
Adalah penumpukan pus dalam paru yang meradang.
4. Endokarditis
Adalah peradangan pada katup endokardial.
5. Meningitis
Adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak (Ngastiyah,2012)

G. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi, karena hal itu
perlu waktu, dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan :

a. Umur 3 bulan sampai 5 tahun, bila toksis disebabkan oleh streptokokus. Pada umumnya
tidak diketahui penyebabnya maka secara praktis dipakai: kombinasi penisilin prokain
50.000-1000.000kl/kg/24 jam IM.
b. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi
mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan
(Wijayaningsih,2013)

H. Pengkajian

Pengkajian pada pasien dengan kasus Bronchopneumonia :

a. Identitas, seperti : nama, tempat tanggal lahir/umur,Bronchopneumonia serintg terjadi


pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan
kematian terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
b. Keluhan utama
1) Riwayat penyakit sekarang
a) Bronchopneumonia Virus
Biasanya didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk
rinitis dan batuk, serta suhu badan lebih rendah dari pada pneumonia bakteri.
Bronchopneumonia virus tidak dapat dibedakan dengan Bronchopneumonia
bakteri dan mukuplasma.
b) Bronchopneumonia Stafilokokus (Bakteri)
Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah
dalam beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan
mengalami kesulitan pernafasan.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas.
Riwayat penyakit campak/fertusis (pada Bronchopneumonia).
3) Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan kasus
keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakiy.
4) Riwayat psikososial dan perkembangan
Kelainan Bronchopneumonia juga dapat membuat anak mengalami
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan oleh adanya
ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat jaringan, sehingga anak perlu
mendapatkan simuolai pertumbuhan dan perkembangan yang cukup.
5) Riwayat imunisasi
Biasanya pasien belum nendapatkan imunisasi yang lengkap seperti DPT-
HB-Hib 2.
c. Pemeriksaan fisik
a) Kepala-Leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening.
b) Mata

Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami anemis


konjungtiva.

c) Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami nafas
pendek, dalam, dan terjadi cuping hidung.
d) Mulut
Biasanya pada wajah klien Bronchopneumonia terlihat sianosis terutama
pada bibir.
e) Thorax
Biasanya pada anak dengan diagnosa medis Bronchopneumonia, hasil
infeksi tampak retraksi dinding dada dan pernafasan yang pendek dan dalam,
palpasi terdapatnya nyeri tekan, perkusi terdengar sonor, auskultasi terdengar
suara tambahan pada paru yaitu ronchi, wheezing dan stridor. Pada neonatus, bayi
akan terdengar suara nafas grunting (mendesah) yang lemah, bahkan takipneu.
f) Abdomen
Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
g) Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucatatau
sianosis, kulit teraba panas dan tampak merah.
h) Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan crt>2 detik karena
kurangnya suplai oksigen ke perifer, ujung-ujung kuku sianosis.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik menurut Manurung dkk ()2013), yaitu :
1) Pemeriksaan Radiologi
a) Biasanya pada rontgen thoraks ditemukan beberapa lobus bercak-bercak
infiltrasi
b) Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama
dari arbor trakeoborikial. Jaringtan yang diambil untuk pemeriksaan
diagnostik, secara terapeutik digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengangkat benda asing.
2) Hematologi
a) Darah lengkap
- Hemoglobin pada pasien Bronchopneumonia biasanya tidak mengalami
gangguan. Pada bayibaru lahir normalnya17-12 gram/dl, umur 1 minggu
normalnya15-20 gram/dl. Umur 1 bulan noemalnya 11-15gram/dl, danb
pada anak normalnya 11-13 gram/dl
- Hemotokrit pada pasien Bronchopneumonia biasanya tidak mengalami
gangguan.pada laki-laki normalnya 40,7% - 50,3% dan pada perempuan
normalnya 36,1% - 44,3%
- Leukosit pada pasien Bronchopneumonia biasanya mengalami peningkatan,
kecuali apabial kecuali apabila pasien .mengalami imunodefisiensi nilai
normalnya 5 – 10rb/mm3
- Trombosit biasanya ditemukan dalam keadaan normal yaitu 150 – 400rb
mm=30
- Eeritrosit biasanya tidak mengalami gangguuan dengan nilai normal Laki-
laki 4,7-6,7 juta dan pada perempuan 4,2-5,4 juta
- .laju endap darah (LED) biasanya mengalami peningkatan normalnya pada
laki-laki 0-10 mm perempuan 0-15 mm
b) Analisa gad darah (GAD)
Biasanya pada pemeriksaan AGD pada pasien Bronchopneumonia
ditemukan adanya kelainan. Pada nilai pH rendah normalnya 7,38-7,42,
Bikarbonat (HCO3) akan mengalami peningkatan kecuali ada kelainan
metabolik normalnya 22-28 m/1, tekanan parsial oksigen akan mengalami
penurunan nilai normalnya 75-100 mmHG. Tekanan (pCO2) akan mengalami
peningkatan nilai normalnya 38-42 mmHg, dan pada saturasi oksigen akan
mengalami penurunan nilai normalnya 94-100%.
c) Kultur Darah
Biasanya ditemukan bakteri yang menginfeksi dalam darah, yang
mengakibatkan sistem imun menjadi rendah.
d) Kultur sputum pemeriksaan sputum biasanya di temukan adanya bakteri pneumonia
dan juga bisa bakteri lain yang dapat merusak paru.

I. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan NANDA 2015-2017, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi lendir di jalan nafas, inflamasi
trakeabronkial, nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan.
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi, kerusakan neurologis.
c. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
d. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
kelemahan umum, batuk berlebihan dan dipsnea.
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d peningkatan evaporasi tubuh, kurangnya
intake cairan.
f. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
g. Hipertermi b.d proses infeksi

Anda mungkin juga menyukai