Anda di halaman 1dari 40

1

Nama : Nala Rizkiatun Nisa

Kelas : 1B

NIM :P1337421021100

Pengertian

Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang


disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau pun benda asing yang ditandai dengan
gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare,
serta batuk kering dan produktif (Aziz, 2008: 111). Menurut Wiradarma,
bronkopneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim (jaringan)
paru, pada bagian terjauh dari bronkiolus terminal yang mencakup bronkiolus
respiratorius, dan aveoli, serta menimbulkan konsolidasi (saling menempel)
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan
atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan
tubuh (Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998). Kesimpulan dari bronkopnemonia
adalah sejenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di
daerah bronkus dan sekitar alveoli.

Epidemiologi

Insiden penyakit ini pada Negara berkembang hamper 30% pada anak-
anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukan 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di
bawah umur 2 tahun (Bradley et.al., 2011).

Etiologi

Peradangan ini umumnya disebabkan oleh peradangan yang bersifat ringan


atau berat, hai ini tergantung pada penyebabnya. Menurut Yolanda (2015),
bronkopneumonia disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang diawali infeksi
pernafasan atas (hidung dan tenggorokan). Infeksi dapat didapat dari udara yang
tercemar, infeksi virus pada umumnya lebih sering terjadi dan umumnya
disebabkan oleh Cytomegolovirus atau influenta virus dan Legionella pnemonia.
2

Bakteri penyebab bronkopnemonia antara lain Staphylococcus aureus,


Haemophilus influenza, dan Klebsiella pneumonia. Penyakit ini juga dapat
diakibatkan oleh Aspergillus spesis atau Candida albicans dan dari protozoa
(toksoplasma). Selain itu aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung
kedalam paru, dan terjadi karena kongesti paru yang lama.
Faktor resiko penyebab bronkopneumonia antara lain bayi (< 2 tahun),
orang tua (> 65 tahun), penderita penyakit paru kronik, HIV/AIDS, diabetes,
penyakit jantung, penerima kemoterapi, merokok, peminum alcohol berat, serta
kurang gizi. Bakteri Maupun virus yang masuk pada paru-paru mengakibatkan
reaksi peradangan atau gangguan dalam pertukaran oksigen.

2.1 Tanda dan Gejala


Bronkopneumonia diawali oleh infeksi saluran napas bagian atas yang
menyebar ke saluran napas bagian bawah. Pada Bronkopneumonia, peradangan
terletak pada bronkiolus dan sedikitnya jaringan paru di sekitarnya sedangkan
pada penyakit pnemonia peradangan terjadi pada jaringan paru.
Gejala bronkopnemonia dapat timbul secara mendadak atau perlahan.
Bronkopneumonia sering diawali dengan gejala pilek. Gejala tersebut kemudian
berkembang menjadi sesak nafas, nyeri dada, pernafasan cepat, sesak dan demam.
Pada bronkopnemonia akibat virus, gejala yang timbul lebih ringan.
Bronkopnemonia yang berat dapat mengganggu pertukaran udara di paru-paru
sehingga darah yang dialirkan ke seluruh tubuh memiliki kandungan sedikit
oksigen. Oleh karena itu, dapat menyebabkan gangguan berbagai organ dan
penurunan kesadaran sampai kematian.
Menurut Wiradarma, tanda dan gejala bronkopneumonia adalah adanya
demam, batuk nonproduktif (tidak berdahak) ataupun produktif (bedahak) dengan
sputum purulen (kekuningan), nyeri dada pleuritik (dipengaruhi oleh pernafasan)
menggigil, rigor, serta nafas yang pendek. Selain itu dapat ditemukan pasien
dengan keluhan nyeri kepala, mual, muntah, diare, mialgia (nyeri otot), arthralgia
(nyeri sendi) serta ferigue. Tanda-tanda yang sering timbul adalah takipneu
(frekuensi bernafas>20x/menit), dan takikardi (denyut nadi>100x/menit).

Patofisiologi
3

Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan


mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat
timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas
dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :
1. Inhalasi langsung dari udara.
2. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
4. Penyebaran secara hematogen.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien
untuk mencegah infeksi yang terdiri dari :
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di nasofaring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan
sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang
terinfeksi. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari IgA. Sekresi
enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai
antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka
mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan
radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme
tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium,
yaitu :
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-
mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel
4

mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama


dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler
paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan
di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh
oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah
sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
5

1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil) (Sandra M. Nettina, 2001: 684). Gambaran darah
menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000-40.000/mm3. Jumlah leukosit tidak
meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma. Nilai Hb biasanya
tetap normal dan sedikit menurun.
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari bantuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C. Long, 1996: 435). Kultur
dahak dapat positif pada 20-50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur
dahak, biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).

3) Pemeriksaan analisis gas darah


Analisis gas darah untuk mengevaluasi status oksigenisasi dan status asam
basa (Sandra m. nettina, 2001: 684). Pemeriksaan ini menunjukan hipoksemia
dan hiperkarbia. Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis meyabolik.
4) Kultur darah untuk medeteksi bakteremia
Sample darah, sputum, dan urine untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001: 684)

b. Pemeriksaan Radiologi
1) Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C. Long, 1996: 435)
2) Laringoskopi/bronkoskopi
Laringoskopi/bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat
oleh benda padat (Sandra m. nettina, 2001)

2.2 Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan untuk menangani penderita bronkopneumonia
antara lain:
6

a. Mengobati secara dini penyakit yang dapat menimbulkan


bronkopneumonia
b. Menghindari kontak dengan penderita penyakit bronkopneumonia
c. Minum banyak air putih dan berhenti minum-minuman beralkohol
d. Hindari iritan atau allergen yang dapat memperparah penyakit seperti asap
e. Tingkatkan imunitas tubuh dengan makan-makananyang mengandung
nutrisi seimbang, berolah raga dan istirahat yang cukup serta mengurangi
stress.
f. Melakukan vaksinasi seperti: vaksinasi Pneumokokus, vaksinasi H.
Influenza, vaksinasi varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan
tubuh yang rendah, vaksinasi influenza yang diberikan pada anak sebelum
anak sakit.
12
BAB 3. PATHWAYS

Nyeri akut

l Jamur, virus, bakteri, Kuman berlebih di bronkus Proses peradangan Metebolisme me↑
Penderita yang dirawat di RS
protozoa
Kontaminasi peralatan RS Kuman terbawa ke saluran Hipertermi
Akumulasi sektret
pencernaan
Penderita yang mengalami di bronkus
Saluran pernafasan atas
supresi system pertahanan tubuh Bersihan jalan nafas
Infeksi saluran pencernaan
Mucus bronkus me↑ tidak efektif
Resiko tinggi penyebaran Infeksi saluran
infeksi pernafasan bawah Peningkatan flora normal
dalam usus Bau mulut tidak Anoreksia
sedap
Edema antar kapiler dan alveoli Dilatasi pembuluh darah
Peningkatan peristaltik Kekurangan Intake kurang
Iritan PMN eritrosit pecah usus → malabsorbsi volume cairan
Eksudat plasma masuk
alveoli Ketidak seimbangan
Edema paru Diare nutrisi: kurang dari
Gangguan difusi dalam kebutuhan tubuh
Pergeseran dinding paru plasma Gangguan keseimbangan Eksplorasi
cairan dan elektrolit meningkat
Penurunan capliance paru Bersihan jalan nafas
tidak efektif Peningkatan suhu Septikimia Peningkatan metabolisme

Suplai O₂ me↓
Intoleransi
Hipoksia Metabolik anaerob me↑ Akumulasi asam laktat Fatique
Gangguan perfusi jaringan aktifitas

Gangguan
Hiperventilasi Dispneu Retraksi dada Gangguan ADL
pertukaran gas

Sesak nafas Pola nafas tidak efektif


13

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

a. Identitas Klien
b. Nama : An. R
Usia : 2 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Suradadi
Nama Ayah/ibu: Ny. S
Pekeejaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ayah :SMA
Pendidikan Ibu:SMA
Agama : Islam
Nomor Registrasi :223105
Diagnosis Medis:Bronkopneumonia
Keluhan Utama : Ibu klien mengatakan anaknya demam sudah 3 hari naik,
sesak nafas dan disertai batuk pilek
c. Riwayat Penyakit
- Riwayat penyakit sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya batuk berdahak sudah 3 hari dan sudah
berobat ke dokter umum belum ada perubahan. batuk pileh disertai
demam,lalu di bawa ke IGD tanggal 12 Februari 2020
- Riwayat penyakit dahulu
-Prenatal.
Klien mengatakan hamil 8 bulan dengan keluhan muntah pada trimester 1
dan nutrisi saat hamil terpenuhi
-Natal
Tindakan persalinan dilakukan dengan normal
-Post Natal
Ibu klien mengatakan kondisi ibu dan anaknya setelah melahirkan baik.
Klien langsung menangis kuat, kulit berwarna sawo matang dengan BB
14

3,2 kg dengan panjang 50 cm

-Penyakit waktu kecil


Ibu klien mengatakan An R kedua kali masuk RS dengan keluhan yang
sama
-Obat-obatan
Ibu klien mengatakan klien dirumah hanya diberi obat paracetamol jika
demam
-Alargi
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan dan obat-
obatan
-Kecelakaan
Ibu klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan Imunisasi Ibu
klien mengatakan anaknya diimunisasi secara lengkap dan selalu tepat
pada jadwal imunisasinya
-Riwayat keluarga
Ibu kelien mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat
asma atau TB paru Riwayat sosialIbu klien mengatakan anaknya yang
mengasuh adalah dirinya dan ayahnya , anaknya malu-malu saat bertemu
dengan orang lain .

Pengkajian pola fungsional Gordon


Persepsi kesehatan dan pola manajemen Ibu klien mengatakan kesehatan
sangatlah penting untuk di jaga dan di syukuri bila klien sakit, kluarga
klien langsung membawa dan memeriksakan pada dokterNutrisi
a. Sebelum sakitIbu klien mengatakan klien makan 3x sehari dengan porsi
habis minum susu 3x sehari, minum 6 gelas air putih.
b. Saat sakit
Ibu klien mengatakan pasien makan 2x/sehari ¼ poris habis minum susu
1x sehari, minum 4 gelas air putih
-Pola eliminasi
15

BAB
a. Sebelum sakit
Klien mengatakan BAB 1 hari sekali tekstur lembek
dan bau khas feses
b. Saat sakit
Ibu klien mengatakan BAB baru 1 kali selama di RS.
BAK
a. Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan klien BAK 6-8 x-/hari berwarna kuning bau khas
urin.
b. Saat sakit
Ibu klien mengatakan klien BAK 3-5 x-/hari berwarna kuning bau khas
urin
-Aktivitas pola latihan
Klien dalam melakukan kegiatan perawatan dari seperti makan,
minum,mandi, toileting ,berpakaian, mobilisasi di tempat tidur. Berpindah
ambulansi/ROM selalu di bantu orang lain.
-Pola istirahat-tidur
a. Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan anaknya tidur 7-8 jam pada malam hari ,dan pada
siang hari anaknya tidur 1-3 jam,ibu klien mengatakan anaknya tidak
mengonsumsi obat tidur dan tidak mempuyai gangguan tidur, klien tidur
miring ke kanan
b. Saat sakit
Ibu klien mengatakan anaknya kalau tidur kadangsuka mengigo,klien
hanya tidur 4-5 jam pada saat malam hari karena kurang nyaman dengan
ligkungannya Pola kognitifpersepsi
a. Sebelum sakit
ibu klien mengatakan tidak ada gangguan pendengaran , gangguan
penglihatan dan penciuman. Ibu klien mengatakan anaknya tidak
menggunakan alat bantu untuk melihat,klien tidak ada kesulitan
berkomunikasi dengan keluarga dan teman-temannya
16

b. Saat sakit
Ibu klien mengatakan tidak ada gangguan pendengaran ,gangguan -
penglihatan dan penciuman
Ibu klien mengatakan anaknya tidak menggunakan alat bantu untuk
melihat .klien tampak malu saat mengungkapkan kalimatnya dengan orang
lain yang baru dikenalnya
-Persepsi diri-pola konsep diri
Ibu klien mengatakan badanya lemas dan panas, klien rewel ingin cepat
pulang
-Sexualitas
Anak usia 2 tahun berjenis kelamin perempuan
-Koping-pola
Ibu klien mengatakan anaknya pendiam.tidak mau ditinggal sama ibunya,
ibu klien mengatakan hanya bias berdoa untuk kesembuhan anaknya
-Nilai-pola
Ibu klien mengtakan yakin kalu anaknya bias sembuh dan bias
berkaktivitas lagi seperti bisanya, ibu klien hanya bias berdoa saat ini
untuk kesembuhan anaknya
4) Pemeriksaan fisik
-Keadaan umum
Keadaan compos mentis
-Tanda- tanda vital
a. Denyut nadi 100x/menit
b. suhu 38,6 ˚c
c. pernafasan 34x/menit
BB/TB6 kg/70cm
Kepala
a. inspeksi
Keadaan rambut dan hygine kepala
a) warna rambut Hitam pendek
b) kebersihan rambut Rambut bersih
17

b. palpasi
a) benjolan Tidak ada
b) nyeri tekan Tidak ada
Mata
-Pelpebra tidak ada edema warna merah muda,seclera kuning, konjungtiva
tidak anemis, pupil
-isokor,tidak ada reflek pupil terhadap cahaya posisi mata simetris
Hidung
Bentuk hidung simetris tidak ada kelainan
-Mulut
Gigi rapih dan bersih,gusi merah tidak bengkak,lidah bersih bibir pucat
dan mukosa bibir kering
-Telinga
Bersih tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu
-Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Thorak dan pernapasan


A. inspeksi a) bentuk dada = simetris
b) irama = Teratur
c) pengembangan dada=Teratur
b. palpasi
a) vokal fremitus : normal
b) massa/nyeri :Tidak ada nyeri tekan
c. perkusi. :Sonor
d. auskultasi
a) suara nafas :Ronkhi
b) suara tambahan : Tidak ada suara tambahan
Jantung
A. palpasi
a) ictus cordis : Simetris
b) pembesaran jantung :Tidak ada pembesaran jantung
18

b. auskultasi
a) bunyi jantung Normal Abdomen :Tidak ada jejas dan tidak ada nyeri
tekan
Genetalia :Bersih
Ekstremitas :Lemah terpasang infus sebelah kiri
Kulit :Turgor kulit kering

Therapy
- Infus KA-EN 1B 14 tpm
- Anthrain 3x100 mg
- Dexamethasone 3x⅓amp
- Nebulizer 3 x Nacl 0,9% 2ml

5) hasil pemeriksaan diagnostik


Pemeriksaan Hasil Nilai normal

a. Hasil laborat
Hematologi 10.0 11.0 – 15.0
CBC
Leukosit 12.800. 4.000 – 10.000
Eritrosit. 5.16 3.50 – 5.00
Haemoglobin
MCV. 59.7. 82.0 – 95.0
MCH 20.2 27.0 – 31.0
MCHC 33.8. 32.0 – 36.0
Trombosit 375.000 150.000 – 350.000
Diff count
Limph% 31 20 – 40
Mid% 7 3-9
Gran% 60 50 - 70
19

Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan
bronchopneumonia adalah:

1. Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial


dan peningkatan produksi sputum;
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar – kapiler akibat dari efek inflamasi;
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kurangnya suplai O₂
dalam tubuh;
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dan
penurunan complience paru;
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya
intake dan peningkatan peristaltik usus;
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral;
7. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi;
8. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh
yang tidak adekuat;
9. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru dan batuk
menetap;
10. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi;
11. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, tidak seimbangan
suplai dan kebutuhan tubuh akan O₂;
12. Gangguan ADL berhubungan dengan keletihan dan kelemahan fisik;
20

4.1 Perencanaan

1. Diagnosa 1:Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan inflamasi


trakeobronkial dan peningkatan produksi sputum.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi, jalan nafas
pasien menjadi efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas, pasien dapat
melakukan batuk efektif.
Kriteria hasil:
 Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif,
 Tidak ada suara napas tambahan
 Pernapasan kien normal (16-20 x/menit) tanpa ada penggunaan
otot bantu napas.
Intervensi Rasional
Auskultasi bunyi Bersihan jalan nafas yang
nafas, catat adanya tidak efektif dapat
bunyi nafas. dimanifestasikan dengan adanya
Misalnya: mengi, bunyi nafas adventisius.
krekels dan ronki.

Berikan posisi yang Posisi semi fowler akan


nyaman buat pasien, mempermudah pasien untuk
misalnya posisi semi bernafas.
fowler.

Dorong atau bantu


latihan nafas Memberikan pasien beberapa
abdomen atau bibir. cara untuk mengatasi dan
mengontrol dipsnea dan
menurunkan jebakan udara.
Observasi
21

karakteristik batik, Batuk dapat menetap, tetapi


bantu tindakan untuk tidak efektif. Batuk paling
memoerbaiki efektif pada posisi duduk
keefektifan upaya tinggi atau kepala di bawah
batuk. setelah perkusi dada.

Berikan air hangat Hidrasi menurunkan kekentalan


sesuai toleransi sekret dan mempermudah
jantung. pengeluaran.

2. Diagnosa 2:Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan


membran alveolar – kapiler akibat dari efek inflamasi.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi pertukaran
gas adekuat dan tidak ada distres pernafasan.
Kriteria hasil:
 Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
 Frekuensi napas 16-20 x/menit
 Frekuensi nadi 60-80 x/menit
 Warna kulit normal
 GDA dalam batas normal

Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, Berguna dalam evaluasi derajat
kedalaman, dan distress pernapasan dan/atau
penggunaan otot bantu kronisnya proses penyakit.
pernafasan

Observasi warna kulit, Sianosis menunjukkan vasokontriksi


membran mukosa dan atau respon tubuh terhadap demam/
22

kuku. Catat adanya menggigil dan terjadi hipoksemia.


sianosis

Tinggikan kepala tempat Pengiriman oksigen dapat diperbaiki


tidur, bantu pasien untuk dengan posisi duduk tinggi dan
memilih posisi yang latihan napas untuk menurunkan
mudah untuk bernapas. kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja
napas.

Awasi tingkat Gelisah dan ansietas adalah


kesadaran/status mental. manifestasi umum pada hipoksia.
Selidiki adanya GDA memburuk disertai
perubahan. bingung/somnolen menunjukkan
disfungsi serebral yang berhubungan
dengan hipoksemia.

Awasi tanda vital dan Takikardia, disritmia, dan perubahan


irama jantung. TD dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung.

Awasi suhu tubuh. Demam tinggi sangat meningkatkan


Berikan tindakan untuk kebutuhan metabolik dan kebutuhan
mengurangi demam dan oksigen dan mengganggu oksigenasi
menggigil seluler.

Berikan oksigen Dapat memperbaiki /mencegah


tambahan sesuai indikasi memburuknya hipoksia.

3. Diagnosa 3: Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kurangnya


suplai O₂ dalam tubuh.
23

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi gangguan


perfusi jaringan dapat teratasi.
Kriteria hasil:
 Tekanan systol dan diastole dalam rentang yang
diharapkan
 Tidak ada ortostatik hipertensi
 Tidaka ada tanda peningkatan tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15 mmHg)
 TTV dalam rentang normal
 Tidak ada edema perifer dan ascites
 Nyeri dada dan kelelahan ekstrem tidak ada

Intervensi Rasional
Monitor adanya Berguna dalam menstimuli
daerah tertentu yang rangsang.
hanya peka terhadap
panas, dingin, tajam
dan tumpul.

Instruksikan Laserasi jika dibiarkan akan


keluarga untuk menyebabkan luka dikubitus.
mengobservasi kulit Sehingga perlu dipantau.
jika ada isi atau
laserasi.
Aktifitas yang bnyak dapat
Batasi gerakan pada menyebabkan kelelahan dan
kepala, leher dan keletihan.
punggung.
Membutuhkan energi yang
24

Monitor kemampuan cukup.


BAB.

4. Diagnosa 4:Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses


inflamasi dan penurunan complience paru.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensipola nafas
efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal
dan paru jelas atau bersih.
Kriteria hasil:

 Menunjukkan pola pernafasan normal/efektif dgn Analisa Gas


Darah dalam rentang normal
 RR:16-20 x/menit
 Bunyi nafas vesikuler
 Takikardi (-)
 Distres pernapasan (-)
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, Kecepatan biasanya meningkat,
kedalaman pernafasan dispnea, dan terjadi peningkatan kerja
dan ekspansi dada. nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi
dada terbatas.

Auskultasi bunyi nafas Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila


dan catat adanya bunyi jalan nafas terdapat obstruksi kecil
nafas adventisius.

Tinggikan kepala dan Duduk tinggi memungkinkan


bentu mengubah posisi. ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.

Observasi pola batuk Batuk biasanya mengeluarkan sputum


dan karakter sekret. dan mengindikasikan adanya
25

kelainan.

Bantu pasien untuk Dapat meningkatkan pengeluaran


nafas dalam dan latihan sputum
batuk efektif.

Kolaborasi pemberian Memaksimalkan bernafas dan


oksigen tambahan. menurunkan kerja nafas.

Berikan humidifikasi Memberikan kelembaban pada


tambahan. membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret untuk
memudahkan pembersihan.

Bantu fisioterapi dada, Memudahkan upaya pernafasan dan


postural drainage. meningkatkan drainage sekret dari
segmen paru ke dalam bronkus.

5. Diagnosa 5: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam,


menurunnya intake dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi cairan tubuh
pasien adekuat.
Kriteria hasil:
 Tidak ada tanda- tanda dehidrasi
 Membran mukosa lembab
 Turgor kulit baik
 Akral hangat

Intervensi Rasional
26

Identifikasi faktor Mual muntah menurunkan asupan


yang menimbulkan mual nutrisi
atau muntah

Kaji turgor kulit, Indikator langsung keadekuatan


kelembaman membran masukan cairan
mukosa

Catat laporan mual Adanya gejalan ini menurunkan


atau muntah masukan oral

Pantau masukan dan Memeberikan informasi tentang


keluaran, catat warna keadekuatan volume cairan dan
dan karakter urine kebutuhan penggantian

Hitung keseimbngan Untuk mengetahui intake dan


(balance) cairan output cairan

Berikan cairan Untuk memonitor adanya tanda


tambahan IV sesuai dan gejala kelebihan volume
keperluan cairan

6. Diagnosa 6: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan


dengan kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral;
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi cairan dan
elektrolit pasien seimbang.
Kriteria hasil:
 Terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml per hari.
27

 Menjelaskan perlunya meningkatkan asupan cairan pada saat stres


atau cuaca panas
 Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
 Tidak menunjukkan adanya tanda atau gejala dehidrasi
Intervensi Rasional
Kaji perubahan tanda Untuk menunjukkan adanya
vital, contoh kekurangan cairan sistemik.
peningkatan suhu
tubuh, takikardi,
dan hipotensi.

Indikator langsung keadekuatan


Kaji turgor kulit, masukan cairan
kelembaman membran
mukosa (bibir,
lidah)
Adanya gejalan ini menurunkan
masukan oral
Catat laporan mual
atau muntah
Memeberikan informasi tentang
keadekuatan volume cairan dan
Pantau masukan dan kebutuhan penggantian
keluaran, catat
warna dan karakter
urine Memperbaiki status kesehatan

Berikan obat sesuai


28

indikasi;
antipirotik,
antiametik

7. Diagnosa 7: Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi hipertermi
teratasi.
Kriteria hasil:
 Suhu tubuh dalam rentang normal.
 Nadi dan RR dalam rentang normal.
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.

Intervensi Rasional
Observasi keadaan Mengetahui perkembangan keadaan
umum pasien umum dari pasien

Observasi tanda-tanda Mengetahui perubahan tanda-tanda


vital pasien vital dari pasien

Anjurkan pasien Membantu mempermudah penguapan


memakai pakaian yang panas
tipis

Anjurkan pasien banyak Mencegah terjadinya dehidrasi


minum sewaktu panas

Anjurkan pasien banyak Meminimalisir produksi panas yang


istirahat diproduksi oleh tubuh

Beri kompres hangat di Mempercepat dalam penurunan


beberapa bagian tubuh, produksi panas
seperti ketiak, lipatan
paha, leher bagian
belakang

Beri pendidikan Meningkatkan pengetahuan dan


29

kesehatan ke pasien dan pemahaman dari pasien da


keluarganya mengenai keluarganya
pengertian, penanganan,
dan terapi yang
diberikan tentang
penyakitnya

8. Diagnosa 8: Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan


pertahanan tubuh yang tidak adekuat.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi tidak ada
penyebaran infeksi.
Kriteria hasil:
 Mencegah/menurunkan adanya resiko penyebaran infeksi
 Meningkatkan keamanan lingkungan dengan
melakukan/menunjukkan perubahan pola hidup

Intervensi Rasional
Kaji patologi penyakit Membantu pasien
dan potensial menyadari/menerima perlunya
penyebaran infeksi mematuhi program pengobatan untuk
melalui droplet udara mencegah penyebaran infeksi ke
selama batuk, bersin, orang lain.
meludah, bicara,
tertawa.

Identifikasi orang-orang Orang-orang yang beresiko terkena


yang beresiko terkena infeksi memerlukan program terapi
infeksi. untuk mencegah
penyebaran/terjadinya infeksi.

Anjurkan pasien Keibiasaan yang diperlukan untuk


menutup mulut dan mengurangi resiko penyebaran.
membuang dahak di
30

tempat penampungan
yang tertutup jika batuk.

Gunakan masker setiap Mengurangi resiko penyebaran


melakukan tindakan. infeksi.

Tekankan kepada pasien Mencegah penyebaran infeksi dan


untuk tidak mencegah adanya efek resistensi pada
menghentikan terapi obat.
obat.

Jelaskan kepada pasien Membantu keluarga memahami


dan keluarga mengenai proses penyebaran infeksi dan
proses penyebaran mengurangi resiko penyebaran
infeksi. infeksi.

9. Diagnosa 9: Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru


dan batuk menetap.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi pasien dapat
mengontrol nyeri.
Kriteria hasil:
 Mampu mengontrol nyeri ( menggunakan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri)
 Melaporkan nyeri berkurang (0-1)
 TTV dalam batas normal
 Tidak mengalami gangguan tidur

Intervensi Rasional
Lakukan pengkajian Pengkajian secara komprehensif
31

nyeri secara dapat mengidentifiksi secara


komprehensif termasuk menditail dan utuh mengenai
lokasi, karakteristik, keluhan pasien.
durasi, frekuensi,
kualitas, dan faktor
presipitasi.

Kontrol lingkungan yang Gangguan lingkungan dan


dapat mempengaruhi rangsangan dapat meningkatkan
nyeri seperti suhu tekanan vaskuler serebral.
ruangan, kebisingan.

Ajarkan tekhnik Meningkatkan relaksasi.


nonfarmakologi
(distraksi, guide
imagery).

Berikan analgetik sesuai Analgetik dapat mengurangi nyeri.


indikasi.

10. Diagnosa 10: Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi nutrisi pasien
adekuat.
Kriteria hasil:
 Menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Mempertahankan/ meningkatkan berat badan

Intervensi Rasional
Identifikasi faktor yang Mengetahui faktor yang dapat
32

menimbulkan mual/ menimbulkan mual/muntah kemudian


muntah. merencanakan intervensi sesuai
faktor penyebab mual/muntah.

Berikan wadah tertutup Mencegah munculnya mual.


untuk sputum dan buang
sesering mungkin, bantu
kebersihan mulut.

Jadwalkan pengobatan Meminimalkan efek mual yang


pernafasan sedikitnya 1 berhubungan dengan pengobatan.
jam sebelum makan.

Auskultasi bunyi usus, Bunyi usus mungkin menurun bila


observasi/ palpasi proses infeksi berat, distensi
distensi abdomen. abdomen terjadi sebagai akibat
menelan udara dan menunjukkan
pengaruh toksin bakteri pada saluran
gastro intestinal.

Berikan makan porsi Menstimulus nafsu makan.


kecil dan sering
termasuk makanan
kering atau makanan
yang menarik untuk
pasien.

Evaluasi status nutrisi Adanya kondisi kronis dapat


umum, ukur berat badan menimbulkan malnutrisi, rendahnya
dasar. tahanan terhadap infeksi, atau
lambatnya responterhadap terapi.
33

Kolaborasi dengan ahli Kalori dan nutrisi yang sesuai dapat


gizi untuk menentukan menyeimbangkan kebutuhan pasien.
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.

11. Diagnosa 11: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, tidak


seimbangan suplai dan kebutuhan tubuh akan O₂.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi pasien dapat
menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria hasil:
 Klien dapat memperlihatkan peningkatan ADL
 Tidak mengalami kelelahan dan sesak nafas pada saat beraktivitas
 TD: 100-140/80-90 mmHg
Intervensi Rasional
Evaluasi respon pasien Menetapkan kemampuan/ kebutuhan
terhadap aktivitas. pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.

Berikan lingkungan Meminimalkan stress dan


yang tenang dan batasi meningkatkan istirahat.
pengunjung selama fase
akut.

Jelaskan pentingnya Tirah baring diperlukan untuk


istitahat dalam rencana memurunkan kebutuhan metabolik.
pengobatan dan perlunya
keseimbamgan aktivitas
dan istirahat.

Bantu aktivitas Meminimalkan kelemahan dan


perawatan diri yang membantu menyeimbangkan
34

diperlukan. kebutuhan dan suplai O₂ pada tubuh.

12. Diagnosa 12: Gangguan ADL berhubungan dengan keletihan dan


kelemahan fisik.
Tujuan: dalam waktu 5x24 jam setelah diberikan intervensi gangguan
ADL dapat teratasi.
Kriteria hasil:
 Pasien dapat melakukan ADL dalam tingkat kemampuan sendiri
 Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri

Intervensi Rasional
Kaji kebutuhan Mengetahui tingkat kebutuhan klien
pemenuhan aktifitas dalam beraktifitas, mempermudah
ADL klien. dalam menentukan rencana
intervensi yang akan diberikan.

Anjurkan dan motivasi Kebutuhan aktifitas ADL klien


keluarga untuk terpenuhi.
membantu klien dalam
pemenuhan ADL.

Latih mobilisasi secara Memulihkan kondisi klien dalam


bertahap sesuai dengan beraktifitas.
pulihanya kekuatan dan
tingkatkan kemampuan
perawatan diri secara
bertahap.
35

Kaji skala Identifikasi intervensi yang


ketergantungan pasien. dibutuhkan.
43

4.2 Implementasi dan Evaluasi

Hari/ No. Jam Implementasi Hari/ Jam Evaluasi Par


Tang Dx. Tang af
gal Ke gal
p.
1. Melakukan S: 𝜘
auskultasi pasien
bunyi nafas,
mengatakan
mencatat
adanya bunyi “saya masih
nafas. merasa sesak”
Misalnya:
O:
mengi,
krekels dan Pasien belum
ronki. bisa
2. Memberikan
mendemonstra
posisi yang
nyaman buat sikan cara
pasien, batuk efektif
misalnya
Senin/ 07.0 posisi semi Senin/ 14.0 Ditemukan
22- 0- fowler. 22- 0- ronchi
1 3. Mendorong
02- 07.3 02- 14.1 Pasien masih
atau bantu
2016 0 2016 5 menggunakan
latihan nafas
abdomen atau otot bantu
bibir. pernafasan
4. Mengobservasi
A:
karakteristik
batuk, bantu Masalah
tindakan belum teratasi
untuk
P:
memperbaiki
keefektifan Lanjutkan
upaya batuk. intervensi
5. Memberikan
air hangat
sesuai
toleransi
jantung.
Senin/ 2 07.0 1. Mengkaji Senin/ 14.0 S: 𝜘
frekuensi,
44

22- 0- kedalaman, dan 22- 0- Pasien


penggunaan
02- 07.3 02- 14.1 mengatakan
otot bantu
2016 0 pernafasan 2016 5 “saya masih
2. Menobservasi
merasa sesak”
warna kulit,
membran O:
mukosa dan
Kulit sianosis
kuku. Mencatat
adanya sianosis RR 30x/menit
3. Meninggikan
Nadi
kepala tempat
tidur, 100x/menit
membantu
A:
pasien untuk
memilih posisi Masalah
yang mudah
belum teratasi
untuk bernapas.
4. Mengawasi P:
tingkat
Lanjutkan
kesadaran/status
mental. Selidiki intervensi
adanya
perubahan.
5. Mengawasi
tanda vital dan
irama jantung.
6. Mengawasi
suhu tubuh.
Berikan
tindakan untuk
mengurangi
demam dan
menggigil
7. Memberikan
oksigen
tambahan sesuai
indikasi.
1. Memonitor S: 𝜘
adanya daerah Pasien
Senin/ 14.0 tertentu yang Senin/ 19.0 mengatakan
“dada saya
22- 0- hanya peka 22- 0- terasa nyeri”
3 terhadap
02- 14.3 02- 19.1 O:
panas, Ditemukan
2016 0 dingin, tajam 2016 5
edema perifer
dan tumpul. dan ascites
2. Menginstruksi Terdapat
45

kan keluarga ortostatik


untuk hipertensi
mengobservasi Skala nyeri 7
kulit jika (0-10)
ada isi atau A:
Masalah
laserasi.
belum teratasi
3. Membatasi P:
gerakan pada Lanjutkan
kepala, leher intervensi
dan punggung.
4. Memonitor
kemampuan
BAB.
1. Mengkaji S: 𝜘
frekuensi,
Pasien
kedalaman
pernafasan dan mengatakan
ekspansi dada.
“saya masih
2. Mengauskultasi
bunyi nafas dan merasa sesak”
catat adanya
O:
bunyi nafas
adventisius. Ditemukan
3. Meninggikan
ronchi
kepala dan
bentu RR 30 x/menit
mengubah
Senin/ 14.0 Senin/ 19.0 Takikardi (+)
posisi.
22- 0- 4. Mengobservasi 22- 0- Pasien
4 pola batuk dan
02- 14.3 02- 19.1 menggunakan
karakter sekret.
2016 0 5. Membantu 2016 5 otot bantu
pasien untuk
pernafasan
nafas dalam dan
latihan batuk A:
efektif.
Masalah
6. Melakukan
kolaborasi belum teratasi
pemberian
P:
oksigen
tambahan. Lanjutkan
7. Memberikan
intervensi
humidifikasi
tambahan.
8. Membantu
fisioterapi dada,
46

postural
drainage.

1. Mengidentifik S: 𝜘
asi faktor Pasien
yang
mengatakan
menimbulkan
mual atau “saya tidak
muntah. mernah
2. Mengkaji
merasa mual”
turgor kulit,
kelembaman O:
membran Tidak ada
mukosa.
3. Mencatat tanda-
laporan mual tanda
atau muntah.
Selasa 07.0 4. Memantau Selasa 14.2 dehidrasi
masukan dan Membran
/ 23- 0- / 23- 0-
5 keluaran,
02- 07.2 catat warna 02- 14.3 mukosa
2016 0 dan karakter 2016 0 lembab
urine.
5. Menghitung Turgor
balance kulit baik
cairan.
6. Memberikan Akral
cairan hangat
tambahan IV
sesuai A:
keperluan. Masalah
teratasi
P:
Hentikan
intervensi

Selasa 07.0 1. Mengkaji Selasa 14.2 S: 𝜘


perubahan
/ 23- 0- / 23- 0- Pasien
6 tanda vital.
02- 07.2 2. Mengkaji 02- 14.3 mengatakan
2016 5 turgor kulit, 2016 0 “saya sudah
kelembaman
47

membran membaik”
mukosa. O:
3. Mencatat
Terjadi
laporan mual
atau muntah. peningkatan
4. Memantau asupan cairan
masukan dan
minimal 2000
keluaran,
catat warna ml per hari.
dan karakter Tidak
urine.
menunjukkan
5. Memberikan
obat sesuai adanya tanda
indikasi; atau gejala
antipirotik,
dehidrasi
antiametik
A:
Masalah
teratasi
P:
Hentikan
intervensi
1. Mengobservasi S: 𝜘
keadaan umum
Pasien
pasien.
2. Mengobservasi mengatakan
tanda-tanda
“saya sudah
vital pasien.
3. Menganjurkan membaik”
pasien memakai
Selasa 14.0 Selasa 18.0 O:
pakaian yang
/ 23- 0- tipis. / 23- 0- Suhu tubuh
7 4. Menganjurkan
02- 14.2 02- 18.1 dalam rentang
pasien banyak
2016 0 minum. 2016 5 normal.
5. Menganjurkan
Nadi dan RR
pasien banyak
istirahat. dalam rentang
6. Memberi
normal.
kompres hangat
di beberapa Tidak ada
bagian tubuh,
perubahan
seperti ketiak,
48

lipatan paha, warna kulit


leher bagian
dan tidak ada
belakang.
7. Memberi pusing.
pendidikan
A:
kesehatan ke
pasien dan Masalah
keluarganya
teratasi
mengenai
pengertian, P:
penanganan,
Hentikan
dan terapi yang
diberikan intervensi
tentang
penyakitnya
8 07.0 1. Mengkaji 07.1 S: 𝜘
patologi pasien
0- 0-
penyakit dan mengatakan
07.1 potensial 07.1 “saya selalu
penyebaran membuang
0 5
infeksi melalui ludah ke
droplet udara wadah yang
selama batuk, disediakan”
bersin, meludah, O:
bicara, tertawa Hasil lab
2. Mengidentifikasi anggota
orang-orang keluarga
yang beresiko menunjukkan
terkena infeksi hasil negatif
Rabu/ Rabu/
3. Menganjurkan terhadap
24- pasien menutup 24- bronchopneu
mulut dan monia
02- 02-
membuang Keluarga
2016 dahak di tempat 2016 menggunakan
penampungan masker saat
yang tertutup berada di
jika batuk dekat pasien
4. Menggunakan Keluarga
masker setiap dapat
melakukan menjelaskan
tindakan alasan
5. Menekankan memakai
kepada pasien masker
untuk tidak A:
menghentikan Masalah
terapi obat teratasi
6. Menjelaskan P:
kepada pasien Hentikan
49

dan keluarga intervensi


mengenai proses
penyebaran
infeksi
9 07.1 1. Melakukanpeng 07.4 S: 𝜘
kajian nyeri Pasien
5- 0-
secara mengatakan
07.4 komprehensif 07.4 nyerinya
termasuk lokasi, sedikit
0 5
karakteristik, berkurang dan
durasi, dapat
frekuensi, menahan
kualitas, dan nyeri tersebut
faktor presipitasi O:
2. Mengontrol Skala nyeri 5
lingkungan yang
Rabu/ Rabu/ (0-10)
dapat
24- mempengaruhi 24- TTV dalam
nyeri seperti
02- 02- batas normal
suhu ruangan,
2016 kebisingan 2016 Tidak
3. Mengajarkan
mengalami
tekhnik
nonfarmakologi gangguan
4. Memberikan
tidur
analgetik sesuai
indikasi A:
Masalah
teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi
10 14.0 1. Mengidentifikasi 17.0 S: 𝜘
faktor yang Klien
0- 0-
menimbulkan mengatakan
14.2 mual/ muntah 17.1 “sekarang
2. Memberikan saya tidak
Rabu/ 0 Rabu/ 0
wadah tertutup pernah merasa
24- untuk sputum 24- mual lagi”
dan buang O:
02- 02-
sesering BB pasien
2016 mungkin, bantu 2016 stabil
kebersihan Nutrisi
mulut adekuat
3. Menjadwalkan A:
pengobatan Masalah
pernafasan teratasi
50

sedikitnya 1 jam P:
sebelum makan Hentikan
4. Megauskultasi intervensi
bunyi usus,
observasi/
palpasi distensi
abdomen
5. Memberikan
makan porsi
kecil dan sering
termasuk
makanan kering
atau makanan
yang menarik
untuk pasien
6. Mengevaluasi
status nutrisi
umum, ukur
berat badan
dasar.
7. Melakukan
kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan
pasien
11 07.0 1. Mengevaluasi 07.1 S: 𝜘
respon pasien
0– 5- pasien
terhadap
07.1 aktivitas 07.2 mengatakan
2. Memberikanlin
5 0 “hari ini saya
gkungan yang
tenang dan masih merasa
Kami membatasi Kami
lemas”
s/ 25- pengunjung s/ 25-
selama fase akut O:
02- 3. Menjelaskanpen 02-
Pasien masih
2016 tingnya istitahat 2016
dalam rencana memerlukan
pengobatan dan
bantuan
perlunya
keseimbamgan keluarga
aktivitas dan
untuk makan
istirahat
4. Membantuaktiv TD 80/70
51

itas perawatan mmHg


diri yang
A: masalah
diperlukan
belum teratasi
P: lanjutkan
intervensi
12 07. 1. Mengkaji 07.3 S: 𝜘
kebutuhan
20- 5- pasien
pemenuhan
07.3 aktifitas ADL 07.4 mengatakan
klien
5 0 “hari ini saya
2. Menganjurkan
dan memotivasi masih merasa
keluarga untuk
lemas”
membantu klien
dalam O:
pemenuhan
Kami Kami Pasien masih
ADL
s/ 25- 3. Melatih s/ 25- memerlukan
mobilisasi
02- 02- bantuan
secara bertahap
2016 sesuai dengan 2016 keluarga
pulihanya
untuk makan
kekuatan dan
tingkatkan TD 80/70
kemampuan
mmHg
perawatan diri
secara bertahap A: masalah
4. Mengkaji skala
belum teratasi
ketergantungan
pasien P: lanjutkan
intervensi

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-
paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi
nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi
kurang.Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Selain
52

penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa


meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan
sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia
maupun partikel.

5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada
beberapa pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan utamanya di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien atau pasien
Keluarga klien atau pasien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari anaknya yang menderita penyakit
bronkopneumonia dan mampu menjaga kebersihan lingkungan sehingga setiap
anggota keluarga yang lain dapat terhindar dari penyakit bronkopneumonia.
b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep brokopneumonia
utamanya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan intensif pada anak
dengan bronkopneumonia dan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien
sebagai usaha untuk mempercepat penyembuhan pasien serta mencegah terjadinya
komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai