I
DENGAN KASUS BRONKOPNEUMONIA DI RS SMC BEKASI
1. DEFINISI
Bronkopneumonia adalah salah satu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau merupakan peradangan yang terjadi pada jaringan paru yang melalui cara
penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus
(Sujono & Sukarmin, 2009). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru
dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli (Ringel, 2012).
Bronkopneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru-paru yang secara anatomi mengenai
bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing ditandai dengan trias (sesak napas,
pernapasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut (Mansjoer, 2000 dalam Dewi,
2013).
2. ETIOLOGI
Penyebab tersering bronkopneumonia pada anak adalah bakteri seperti pneumococus,
diplococus pneumonia, streptococcus, hemoliticus aureus, haemophilus influenza, basilus
friendlander (klebsial pneumoni), mycobacterium tuberculosis, sedangkan yang disebabkan
oleh virus seperti respiratory syntical virus, virus influenza dan virus sitomegalik, dan oleh
jamur seperti citoplasma capsulatum, criptococcus nepromas, blastomices dermatides,
aspergillus Sp, candida albicans, mycoplasma pneumonia serta aspirasi benda asing
(Wijayaningsih, 2013).
3. KLASIFIKASI
Menurut Samuel (2014), bronkopneumonia diklasifikan sebagai berikut:
1) Bronkopneumonia sangat berat: bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
2) Bronkopneumonia berat: bula dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup minum,
maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
3) Bronkopneumonia: bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka
anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
4) Bukan bronkopneumonia: hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti di atas, tidak
perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.
4. PATOFISIOLOGI
Kuman penyebab bronkopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran
pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus
lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau
bronchiolus dan alveolus sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus
paru yang menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus (Ridha, 2014).
Bronkopneumonia dapat terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme
dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk
ke paru melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi
peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan
jaringan interstitial.kuman pnemokokus dapat meluas melalui porus kohn dari alveoli ke
seluruh segmen atau lobus. Eritrosit mengalami perembesan dan beberapa leukosit dari
kapiler paru- paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit
dan fibrin serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru menjadi
tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah
menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit eritrosit. Kuman pneumokokus di
fagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk ke dalam alveoli
dan menelan leukosit bersama kuman pneumokokus di dalamnya. Paru masuk dalam tahap
hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan-lahan sel
darah yang mati dan eksudat fibrin di buang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru
menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas.
Tetapi proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan
terdapatnya eksudat pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan
yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis oksigen pada alveolus. Perubahan
tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Penurunan
itu yang secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent
pada alveolus juga dapat akibatkan peningkatan tekanan pada paru, selain dapat berakibat
penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya
kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan
otot-otot bantu pernafasan (otot interkosta) yang dapat menimbulkan peningkatan retraksi
dada.
Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang terdapat di
dalam paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus
berserbukan sel radang akut, terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan
sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada saat awal peradangan
dan bersifat fagositosis) dan sedikit eksudat fibrinosa. Bronkus rusak akan mengalami fibrosis
dan pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain itu
organisasi eksudat dapat terjadi karena absorpsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-
mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman (streptokokus, virus dan lain-lain).
Selanjutnya eksudat berubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen
bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita
mengalami sesak nafas.
Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan mengakibatkan peningkatan
produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga timbul
peningkatan reflek batuk. Perjalanan patofisiologi di atas bisa berlangsung sebaliknya yaitu
didahului dulu dengan infeksi pada bronkus kemudian berkembang menjadi infeksi pada paru
(Riyadi, 2009).
5. PATHWAY
wah
Intake cairan
efektif
menurun Hipovolemia
gas
Defisit nutrisi
6. MANIFESTASI KLINIS
1) Demam
2) Kesulitan bernapas
3) Sesak napas
4) Nyeri dada yang mungkin memburuk dengan batuk atau bernapas dalam
5) Batuk lendir
6) Berkeringat
7) Menggigil
8) Nyeri otot
9) Mudah lelah
10) Penurunan nafsu makan
11) Sakit kepala
12) Mual dan muntah
13) Serta batuk darah
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah
b) Pemeriksaan sputum
c) Analisa gas darah
d) Kultur darah
e) Sempel darah, sputum, dan urin
2) Pemeriksaan radiologi
a) Rontgenogram thoraks
b) Laringoskopi bronkoskop
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan bronkopneumonia menurut Mansjoer (2000) dan Ngastiyah (2005) dibagi
menjadi sebagai berikut:
1) Penatalaksanaan medis
a) Penisilin ditambah dengan Cloramfenikol atau diberikan antibiotik yang mempunyai
spektrum luas seperti Ampisilin,pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5
hari.
b) Pemberian oksigen
c) Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolic akibat kurang makan
dan hipoksia, maka dapat di berikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah
arteri.
d) Pasien pneumonia ringan tidak perlu di rawat di rumah sakit.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Menjaga kelancaran pernafasan
Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena adanya radang
paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus atau paru. Agar klien dapat bernafas secara
lancar, lendir teersebut harus di keluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu di
bantu dengan memberikan O2 21/menit secara rumat.
b) Kebutuhan istirahat
Klien pneumonia adalah klien dengan kondisi tubuh lemah, suhu tubuhnya tinggi,
sering hiperpireksia maka klien perlu istirahat yang cukup, semua kebutuhan klien harus
di tolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, usahakan keadaan
tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat sebaik- baiknya.
c) Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang.
Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat
menyebabkan dehidarsi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori di pasang
infuse dengan cairan glukosa 5% dan Nacl 0,9%.
d) Mengontrol suhu tubuh
Pasien bronkopneumonia sewaku- waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini
maka harus dikontrol suhu tiap jam. Dan dilakukan kompres serta obat- obatan satu jam
setelah di kompres di cek kembali apakah suhu telah turun.
9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada bronkopneumonia adalah:
1) Empiema, yaitu suatu keadaan terkumpulnya nanah dalam rongga pleura yang terdapat di
satu tempat atau seluruh rongga pleura.
2) Otitis media akut, yaitu suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
3) Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang mencakup kolaps jaringan paru (alveoli)
atau unit fungsional paru.
4) Emfisema adalah gangguan pengembangan peru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang
udara di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan.
5) Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan
medula spinalis).
10. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
Anamnesis utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri kepala
(Muttaqin, 2008).
k) Data psikologis
a. Anak
Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas dipengaruhi oleh: usia,
pengalaman sakit, perpisahan, adanya support, keseriusan penyakit.
b. Orang tua
Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhu oleh:
1) Keseriusan ancaman terhadap anaknya
2) Pengalaman sebelumnya
3) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya
4) Adanya suportif dukungan
5) Agama, kepercayaan dan adat
6) Pola komunikasi dalam keluarga
2) Analisa Data
3) Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas
c) Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)
d) Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan
e) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
f) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4) Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Gangguan SLKI SIKI
pertukaran gas Pemantauan respirasi
Luaran Utama :
Observasi
Pertukaran gas meningkat a. Monitor frekuensi, irama,
Kriteria hasil : kedalaman dan upaya napas
a. Tingkat kesadaran b. Monitor pola napas
meningkat c. Monitor kemampuan batuk
b. Dispnea menurun efektif
c. Bunyi napas tambahan d. Monitor adanya produksi
menurun sputum
d. Pusing menurun e. Monitor adanya sumbatan jalan
e. Penglihatan kabur napas
menurun f. Palpalsi kesimetrisan ekspansi
f. Diaforesi menurun paru
g. Gelisah menurun g. Auskultasi bunyi napas
h. Cuping hidung h. Monitoe saturasi oksigen
menurun Terapeutik
Luaran Tambahan : a. Atur interval pementauan
a. Keseimbangan asam- respirasi sesuatu kondisi pasien
basa b. Dokumentasi hasil pemantauan
b. Konservasi energi Edukasi
c. Perfusi paru a. Jelaskan tujuan dan prosedur
d. Respons ventilasi pemantauan
mekanik b. Informasikan hasil pemantauan
e. Tingkat delirium
2. Bersihan jalan SLKI SIKI
napas tidak efektif Latihan batuk efektif
Luaran Utama :
b.d hipersekresi Observasi
Bersihan jalan napas a. Identifikasi kemampuan batuk
jalan napas
meningkat b. Monitir adanya retensi sputum
Kriteria hasil : c. Monitor tanda dan gejaa infeksi
menurun Terapeutik
a. Atur osisi semi powler atau
c. Mengi menurun
powler
d. Wheezing menurun
b. Pasang perlak dan bengkok
e. Mekonium menurun
dibangku pasien
f. Dispnea menurun
c. Buang sekret pada tempat
g. Otopnea menurun sputum
h. Sulit bicara menurun Edukasi
i. Sianosi menurun a. Jelaskan tujuan dan prosedur
j. Gelisah menurun batuk efektif
k. Frekuensi napas b. Anjurkan tarik napas dalam
membaik melalui hidung selama 4 detik,
l. Pola napas membaik ditahan selama 2 detik,
Luaran Tambahan : kemudian keluarkan dari mulut
a. Kontrol gejala dengan bibir dibulatkan selama 3
b. Pertukaran gas kali
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
3. Hipertermia SLKI SIKI
Manajemen hipertermia
Luaran Utama :
Observasi
Termoregulasi membaik a. Identifikasi penyebab
Kriteria hasil : hipertermia (dehidrasi, terpapar
a. Menggigil meningkat lingkungan panas, penggunaan
b. kulit merah meningkat inkubator)
c. kejang meningkat b. Monitor suhu tubuh
d. konsumsi oksigen c. Monitor kadar elektrolit
meningkat d. Monitor haluaran urine
e. poloereksi meningkat Terapeutik
f. vasokontriksi perifer a. Sediakan lingkungan yang
meningkat dingin
g. kutis memorata b. Longgarkan atau lepaskan
meningkat pakaian
h. pucat meningkat suhu c. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh membaik tubuh
i. suhu kulit membaik d. Berikan cairan oral
Luaran Tambahan : e. Ganti linen setiap hari atau lebih
a. Kontrol risiko sering jika mengalami
b. Perfusi perifer hiperhidrosis (keringat berlebih).
c. Status kenyamanan f. Lakukan pendinginan eksternal
d. Termoregulasi (selimut hipotermia/kompres
neonatus dingin pada dahi, leher, dada,
e. Tingkat cedera abdomen, aksila)
Kolaborasi: Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
4. Hipovolemia SLKI SIKI
Manajemen hipovolemia
Luaran Utama :
Observasi
Status cairan membaik a. Perikasa tanda dan gejala
Kriteria hasil : hipovelemia (mis. prekuensi
a. Kekuatan nadi nadi meningkat, nadi teraba
meningkat lemah, teknan darah menurun,
b. Turgor kulit meningkat teknan nadi menyempit, tugor
c. Output urine kulit menurun, membran mukosa
meningkat kering, volume urin menurun,
d. Ortopnea menurun hematokrit meningkat, haus,
e. Dispnea menurun lemah.)
f. Edema perifer menurun b. Monitor intake dan output cairan
g. Frekuensi nadi Terapeutik
membaik a. Hitung kebutuhan cairan
h. Tekanan darah b. Berikan posisi modifel
membaik tandenbrug
i. Tekanan nadi membaik c. Berikan asupan cairan oral
j. Suhu tubuh membaik Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
b. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaboasi
a. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotinis (mis. RL, NaCl)
b. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotensi
5. Defisit nutrisi SLKI SIKI
Manajemen nutrisi
Luaran Utama :
Observasi
Status nutrisi membaik a. Identifikasi status nutrisi
Kriteria hasil : b. Identifikasi alergi dan intoleransi
a. Porsi makan yang makanan
dihabiskan meningkat c. Identifikasi makanan yang
b. Kekuatan otot disukai
mengunyah meningkat d. Identifikasi kebutuhan kalori dan
c. Kekuatan otot menelan jenis nutrisi
meningkat berat badan e. Identifikasi perlunya
membaik penggunaan selang nasogastrik
d. Nafsu makan membaik f. Monitor asupan makanan
Luaran Tambahan : g. Monitor berat badan monitor
a. Berat badan hasil pemeriksaan laboratorium
b. Emelinasi pekal Terapeutik
c. Fungsi gastroitestinal a. Lakukan oral hygiene sebelum
d. Nafsu makan makan
e. Status menelan b. Fasilitasi penentuan pedoman
f. Tingkat depresi diet
g. Tingkat nyeri c. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
d. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori
dan protein
f. Berikan suplemen makanan
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi
KASUS BRONKOPNEUMONIA
Anak I perempuan usia 2 tahun dirawat dengan diagnose medis bronchopneumonia. Pendidikan
orangtua ayah/ibu SMP/SD, pekerjaan wiraswasta/IRT. Orangtua mengatakan anaknya batuk
berdahak. Saat pengkajian anak masih batuk berdahak, demam, sesak napas, tidak nafsu makan,
dan menangis saat melihat perawat atau orang asing. Orang tua pasien mengatakan anaknya
batuk-batuk ± 3hari, demam dan kesulitan bernapas kemudian anak dibawa ke klinik BOHC dan
mendapatkan tindakan pemeriksaan laboratorium, pemasangan O2, fisioterapi dada, dan terapi
obat : antrain 2mg, ranitidine ¼ amp, cefotaxime 250mg, gentamicin 20 mg, nebu combiven
kemudian anak dirujuk ke RS SMC pada tanggal 8 mei sekarang. Ibu mengatakan dirumah
menggunakan obat nyamuk bakar. Anak I merupakan anak ke- 3, lahir normal BB lahir 3300
gram. Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah dirawat dirumah sakit. Pasien tidak ada
riwayat alergi, penyakit menular/ kronik, penggunaan obat, dan operasi, riwayat imunisasi tidak
lengkap. Ibu pasien mengatakan memiliki penyakit asma. BB Anak I sebelum sakit dan sesudah
sakit tidak mengalami penurunan 14 Kg, TB Anak I 93 cm, LK Anak I 49 cm, LD 54 cm, LILA
16,3 cm. Ibu mengatakan anak I makan 1-2x sehari dengan jenis makanan seperti nasi, lauk
pauk, sayur. Ibu mengatakan tidak ada pantangan dan alergi makanan, anak I menyukai nugget.
Untuk minuman ibu mengatakan anak I masih minum ASI, air putih, teh. Ibu mengatakan sejak
sakit anak tidak nafsu makan hanya makan 1-2 sendok. Ibu mengatakan anak I anak yang aktif
bermain diluar rumah dan akrab bersama teman sebayanya. Ibu mengatakan anak I selama di
rumah tidur siang ± 3 jam dan tidur malam ± 8 jam, sedangkan di rumah sakit tidur siang ± 1-2
jam dan tidur malam ± 5 jam. Anak sering terbangun di malam hari karna batuknya. Ibu
mengatakan anak I belum ada mandi dan keramas ibu pasien mengatakan takut memperparah
penyakit anaknya. Tanda vital S : 38,1℃, N : 106x/menit, RR : 43x/menit, konjunctiva tidak
anemis, terdapat pernapasan cuping hidung, Kelenjar getah bening leher teraba. Bentuk dada
simetris, frekuensi napas 42 kali/menit, irama napas tidak teratur cepat dan dangkal, terdapat
cuping hidung saat bernapas, terdapat penggunaan otot bantu napas, anak I menggunakan nassal
kanul 2 lpm. Palpasi dada : Tidak ada nyeri tekan, getaran lemah pada kedua paru, Perkusi :
Redup pada kedua paru, Auskultasi : Suara napas ronki. CRT <2 detik, jantung normal.
Peristaltic 6x/menit, pergerakan bebas, kekuatan otot 5/5/5/5, genetalia bersih. Pemeriksaan
penunjang: Leukosit 6400 103/ul; Trombosit 337.000 10’6/ul; Hemoglobin 9,0 g/dl; Hematokrit
29,1 %, foto thoraks: sinus, diagfragma dan cor normal. Pulmo : perselubungan pada para cardial
perihiler, terutama dextra. Kesan : Bronkopneumonia. Terapi: Dexametasone (IV) 3x 1 /2 ampul
Paracetamol (PO) 3x 1 ctm Sanpicilin (IV) 4x 300mg Colsancetine (IV) 4x 125mg Alco DMP
(PO) 3x1 /2 ctm IVFD D5 10 tpm.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. I DENGAN BRONKOPNEUMONIA
1. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
Nama : An. I
Umur : 2 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Betawi
Alamat : Jl. Siliwangi, Kp. Rawa Panjang, Kota Bekasi
Diagnosa Medis : Bronchopneumonia
Tanggal MRS : 8 Mei 2020
Tanggal pengkajian : 8 Mei 2020
2) Identitas Orangtua
a) Ayah
Nama ayah : Tn. S
Hubungan keluarga dgn klien: Ayah kandung
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Siliwangi, Kp. Rawa Panjang, Kota Bekasi
b) Ibu
Nama ibu : Ny. A
Hubungan keluarga dgn klien: Ibu kandung
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Siliwangi, Kp. Rawa Panjang, Kota Bekasi
4) Keluhan Utama
Orangtua mengatakan anaknya batuk berdahak. Saat pengkajian anak masih batuk
berdahak, demam, sesak napas, tidak nafsu makan, dan menangis saat melihat perawat atau
orang asing.
5) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Saat pengkajian anak masih batuk berdahak, demam, sesak napas, tidak nafsu makan,
dan menangis saat melihat perawat atau orang asing. Tanda vital S: 38,1℃, N:
106x/menit, RR : 43x/menit, konjungtiva tidak anemis, terdapat pernapasan cuping
hidung, frekuensi napas 42 kali/menit, irama napas tidak teratur cepat dan dangkal,
ronki (+), terdapat penggunaan otot bantu napas.
d) Riwayat Imunisasi
6) Genogram
Sejak
2019
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
7) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : lemah
b) Tingkat kesadaran : composmentis
c) TTV : Suhu: 38,1℃, Nadi: 106x/menit, RR : 43x/menit.
d) Antropometri
Berat badan lahir : 3300 gr
Berat badan : 14 kg (BB ideal anak 2thn: 12 kg)
Tinggi badan : 93 cm
Lingkar kepala : 49 cm
Lingkar dada : 54 cm
Lingkar lengan atas : 16,3 cm
8) Pemeriksaan fisik
a) Kepala :
Rambut terlihat lepek, warnanya hitam
Ibu mengatakan anak I belum ada mandi dan keramas ibu pasien mengatakan takut
memperparah penyakit anaknya.
b) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
c) Hidung : terdapat pernapasan cuping hidung, anak menggunakan nasal kanul
d) Telinga : bersih, normal
e) Mulut : bersih, membran mukosa pucat, sudah terdapat gigi
f) Leher : Kelenjar getah bening leher teraba.
g) Thoraks
a. Inspeksi :
Bentuk dada simetris
Frekuensi napas 42 kali/menit
Irama napas tidak teratur cepat dan dangkal
Terdapat cuping hidung saat bernapas
Terdapat penggunaan otot bantu napas
CRT < 2 detik
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, getaran lemah pada kedua paru
c. Perkusi : Redup pada kedua paru
d. Auskultasi : Suara napas ronki, bunyi jantung normal
h) Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada massa, cekung halus
b. Auskultasi: peristaltic 6x/menit (pasif), bising usus menurun.
c. Palpasi : -
d. Perkusi : suara timpani
i) Genitalia : bersih
j) Muskuloskeletal dan integumen
Pergerakan bebas
Kekuatan otot 5/5/5/5
Warna kulit kemerahan
Kulit terasa hangat
Turgor kulit baik
9) Kebutuhan dasar
a) Nutrisi
b) Cairan
d) Aktivitas
e) Istirahat/tidur
f) Personal hygiene
2. ANALISA DATA
Data objektif:
1) Ronki (+)
2) Irama napas tidak teratur cepat dan dangkal
3) TTV: Suhu: 38,1℃, Nadi: 106x/menit, RR :
43x/menit.
4) Anak mendapat terapi oksigen nasal kanul 2lpm
Data subjektif: Proses Hipertermia
1) Saat pengkajian anak masih batuk berdahak, penyakit
demam, sesak napas, tidak nafsu makan, dan (infeksi
menangis saat melihat perawat atau orang asing. bakteri)
Data objektif:
1) TTV: Suhu: 38,1℃ (tinggi), Nadi: 106x/menit,
RR: 43x/menit.
2) Kulit terasa hangat
3) Diberikan terapi Paracetamol (PO) 3x 1 ctm,
Dexametasone (IV) 3x 1 /2 ampul, Sanpicilin
(IV) 4x 300mg, Colsancetine (IV) 4x 125mg,
Alco DMP (PO) 3x1 /2 ctm
Data subjektif: Faktor Risiko perubahan
1) Saat pengkajian anak masih batuk berdahak, psikologis pola makan
demam, sesak napas, tidak nafsu makan. (keengganan
2) Ibu mengatakan anak I makan 1-2x sehari untuk makan)
dengan jenis makanan seperti nasi, lauk pauk,
sayur, tetapi sejak sakit anak tidak nafsu makan
hanya makan 1-2 sendok.
Data objektif:
1) Membran mukosa pucat
2) Keadaan umum lemah
3) BB: 14 kg (BB ideal anak: 12 kg)
4) TTV: Suhu: 38,1℃, Nadi: 106x/menit, RR:
43x/menit.
5) IVFD D5 10 tpm
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berikut ini merupakan diagnosa keperawatan yang didapat berdasarkan prioritas:
Dx 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas
Dx 2 : Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi bakteri)
Dx 3 : Risiko perubahan pola makan d.d faktor psikologis (keengganan menelan
makanan)
4. RENCANA KEPERAWATAN
Edukasi :
a. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika
tidak ada kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Edukasi
c. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
d. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
A:
- Suhu pasien sudah mulai
turun, pasien masih rewel
dan orangtua mengetahui
penyebab demamnya.
P:
- Pertahankan kompres,
kolaborasi pemberian
parasetamol.
9 Mei Dx 3 a. Mengkaji kemampuan S:
2020 menelan klien - Ibu klien mengatakan
09.00 b. Menjaga kebersihan mulut anaknya sudah mau makan 6
WIB
klien sendok, tadi pagi anak makan Cindi Amelia
c. Menyajikan makanan yang bubur
mudah dicerna dalam O:
keadaan hangat, tertutup - Membran mukosa sedikit
dan berikan sedikit-sedikit pucat
tapi sering. - Gigi terlihat kuning
d. Memposisikan posisi klien - Keadaan umum sedang
semi-powler saat - TTV: Suhu: 37,9℃, Nadi:
pemberian makanan 106x/menit, RR: 33x/menit.
A:
- Pasien sudah mulai mau
makan sedikit-sedikit, pasien
sudah lebih tenang.
P:
- Tingkatkan asupan oral,
sarankan orangtua
memberikan makanan
kesukaan pasien,
pertahankan asupan cairan,
monitor BB.
DAFTAR PUSTAKA
Ngemba, H. R. (2015). Model Inferensi Sistem Pendukung Keputusan Pathway Klinik Asuhan
Keperawatan Bronchopneumonia. Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed), page 4.
PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Ridha, H. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak . Yogyakarta: Graha Ilmu.
Said, M. (2010). Pengendalian Pneumonia Anak-Balita dalam Rangka Pencapaian MDG4 Vol.3.
Buletin Jendela Epidemiologi ISSN 2087-1546, 16-21.
Samuel, A. (2014). Bronkopneumonia On Pediatric Patient. J Agromed Unila Volume 1 Nomor
2. Page 187.
Sujono, R. & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV Trans Info Media.