Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN

DENGAN BRONKOPNEUMIA DI RUANG BOUGENVIL 2

RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun Oleh:

Nama : Evy Ningsih Delfianti

Nim : 18021329

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ANNUR

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMIA

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer &
Suzanne C, 2012).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacammacam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing
(Ngastiyah, 2015). Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat
oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk
gabungan di dekat lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Whaley & Wong,
2015).
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti
peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus)
(Arief Mansjoer, 2012).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan
paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2014).
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh
agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai daerah
bronkus dan sekitar alveoli.

2. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan
batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari
organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettina, 2013)
antara lain :
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama. Sebab lain dari pneumonia adalah
akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu,
atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dank arena
adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2012 dan
Sandra M. Nettina, 2013).

3. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman
pathogen masuk ke mukus jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di
saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem
transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat
sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan
terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah
karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan
melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke
alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru
sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah
kapiler (Price & Wilson, 2015)
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi
kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan
compliance dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan
proses bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada
bronkhi dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena
yang menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri. Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia
yang disebut endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai
hipotalamus, maka suhu tubuh akan meningkat dan meningkatkan kecepatan
metabolisme. Pengaruh dari meningkatnya metabolisme adalah penyebab
takhipnea dan takhikardia, tekanan darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi
perifer dan penurunan sirkulasi volume darah karena dehidrasi, panas dan
takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit (keringat) dan saluran
pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi (Price & Wilson 2015).

4. Manifestasi klinis
Bronkopneumonia secara khas diawali dengan menggigil, demam yang
timbul dengan cepat (39,5oC sampai 40,5oC), sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu
makan berkurang dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk. Gejala umum infeksi
saluran pernafasan bawah berupa batuk, espektorasi sputum, dengan takhipnea
sangat jelas (25 sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengkur,
pernafasan cuping hidung dan penggunaan otot-otot aksesori pernafasan, sputum
hijau dan purulen, dipsnea dan sianosis. Pasien yang mengalami tanda pneumonia
berupa retraksi yaitu perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah,
ronki dan wheezing (Arief Mansjoer, 2012)

5. Pemeriksaan penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara :
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba
2) Pemeriksaan radiologi
a. Rontgenogram thoraks Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali
dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple
seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronkopneumonia menurut Arief Mansjoer (2012) dan
Ngastiyah (2015) dibagi dua yaitu penataksanaan, medis & keperawatan.
1) Penatalaksanaan Medis Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi. Akan tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi
secepatnya maka biasanya diberikan :
a. Penisilin ditambah dengan Cloramfenikol atau diberikan antibiotik yang
mempunyai spektrum luas seperti Ampisilin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4 – 5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intervensi
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis gas darah arteri.
d. Pasien pneumonia ringan tidak perlu dirawat di Rumah Sakit.
2) Penatalaksanaan Keperawatan Penatalaksanan keperawatan dalam hal ini
yang dilakukan adalah :
a. Menjaga kelancaran pernafasan Klien pneumonia berada dalam keadaan
dispnea dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di
dalam bronkus atau paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir
tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu
dibantu dengan memberikan O2.
b. Kebutuhan Istirahat Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya
tinggi, sering hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan klien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat
secara tepat, usahakan keadaan tenang dan nyamn agar psien dapat
istirahat sebaik-baiknya.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Pasien bronkopneumonia hampir selalu
mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi
selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat
menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekukrangan
kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%.
d. Mengontrol Suhu Tubuh Pasien bronkoneumonia sewaktu-waktu dapat
mengalami hiperpireksia. Untuk ini maka harus dikontrol suhu tiap jam.
Dan dilakukan kompres serta obat-obatan satu jam setelah dikompres
dicek kembali apakah suhu telah turun.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Fokus pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, nomor registrasi,
diagnose medis, dan tanggal medis.
b. Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien
c. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang: keluhan yang dirasakan oleh pasien sesuai
dengan gejala-gejala yang ada.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu: riwayat yang pernah dialami pasien dahulu
c) Riwayat Kesehatan Keluarga: Informasi tentang kesehatan keluarga,
termasuk penyakit kronik (menahun/ terus-menerus), seperti diabetes
militus dan jantung, infeksi seperti tuberculosis dan hepatitis
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum (penampilan, kesadaran, dan GCS)
2) Tanda-tanda Vital (tekanan darah, respiratori rate, nadi, temperatur)
3) Tinggi badan
4) Kepala (bentuk kepala, rambut dan kulit kepala, mata, hidungm telinga,
mulut, dan leher)
5) Dada
Paru-paru (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
6) Jantung (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
7) Abdomen (inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi)
8) Genetalia
Kebersihan, apakah terpasang kateter, volume urine
9) Anus
Adakah benjolan pada anus atau tidak
10) Ekkstremitas
Superior : Gerak, deformitas atau tidak, adanya kelainan bawaan, cacat,
lumpuh, akral, oedema (skala), varises, Pemeriksaan nadi radialis kanan
dan kiri
Inferior : Gerak, deformitas atau tidak, adanya kelainan bawaan, cacat,
lumpuh, akral, oedema (skala), varises. ROM , Kekuatan otot, reflex
11) Kuku dan Kulit
Warna, kelembapan, suhu, tekstur, turgor, mobilitas, letak anatomi,
susunan, jenis, lesi, warna dasar kulit, sudut antara kuku dan dasar kuku,
kokoh dan tidaknya dasar kuku, sirkulasi dan pengisian kapiler
2. Pathway

3. Nursing care plan (Asuhan Keperawatan)


a. Diagnose Keperawatan (SDKI)
1) Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
Definisi: Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
2) Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Definisi: Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
3) Intoleransi Aktivitas (D. 0056)
Definisi: Ketidak cukupan Energi untuk melakukan aktivitas
b. Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI)

c. Intervensi (SIKI)
1) Dx. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
a) Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahn 9mis.Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhikering)
- Monitor sputum (jumlah, warna,aroma)
b) Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalannapas dengan head.till dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga traumaservikal)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendirkurang dari 15detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padatdengan forsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
c) Edukasi
- Anjurkan asupan cairan2000ml/hari, jika tidakkontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pembeian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
2) Dx. Gangguan Pertukaran Gas (D0003)
Pemantauan respirasi (I.01014)
a) Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
- Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
b) Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

3) Dx Intoleransi Aktivitas (D.0056)


Dukungan Ambulasi (I.06171)
a) Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
b) Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. Tongkat,
kruk)
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
c) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dino
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan
dari tempat tidur kekursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer (2012). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media


Aesculapius.
Evelyn C. Pearce (2014). Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT
Gramedia.
Ngastiyah (2015). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Price, Wilson (2015). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Reeves CJ, Roux G and Lockhart R (2012), Keperawatan Medikal Bedah, Buku I,
(Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika
Riyadi, Sujono & Sukarmin (2014), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sandra M. Nettina (2013). Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setyawan
dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzane C. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth :
Edisi 8. Alih Bahasa Agung Waluyo. (et al) ; editor edisi bahasa Indonesia
Monica Ester. (et al). Jakarta : EGC
Whaley dan Wong, (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai