Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


BRONKOPNEUMONIA Di Ruang INSTALASI GAWAT DARURAT(IGD)
RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

Disusun untuk memenuhi Tugas Lapora Individu Praktik Klinik Keperawatan


Mata Kuliah Kepeawatan Gadar Kritis

Oleh :
ESEFANIAH APRIYANTI
R230417040

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM PROFESI NERS
CIREBON
2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang
saluran pernapasan dengan manifestasi klinis bervariasi mulai dari batuk, pilek
yang disertai dengan panas, sedangkan anak bronkopneumonia berat akan muncul
sesak napas yang hebat. Bronkopneumonia juga disebut pneumonia lubularis
yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya
mengenai bronkioulus serta alveolus disekitarnya yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak infiltrate yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda
asing lainnya (Sukma et al, 2021).
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pnemonia yang mempunyai
pola penyebaran, teratur dalam satu atau lebih area didalam bronkus dan meluas
ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya (Puspitaningsih et al., 2019).
Bronkopneumonia adalah radang yang terjadi di paru-paru yang mengakibatkan
meningkatnya produksi sekret sampai menimbulkan manifestasi klinis yaitu batuk
dengan akumulasi sputum, sesak, suara nafas abnormal atau ronkhi (Adityo et al.,
2015).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai
dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal,
muntah, diare, serta batuk kering dan produktif (Arufina & Wiguna, 2018).
Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit pernapasan pada balita,
bronkopneumonia merupakan penyakit terbesar penyebab kematian tertinggi
dikalangan anak-anak (Fajri et al., 2020).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur dan benda asing lainnya, yang mengakibatkan sekret menjadi meningkat
dan ditandai dengan gejala klinis batuk berdahak, sesak nafas, terdapat bunyi
suara nafas tambahan ronkhi.
B. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) secara umum bronkopneumonia
diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme pertahanan
tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glotis dan batuk,
adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
organ dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur,
antara lain :

a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella

b. Virus : Legionella Pneumoniae


c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam
paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya


disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran
pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi
bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronkhi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah
mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis,
emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak
napas, dan napas ronkhi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan
penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk
melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam
rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan
peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien terjadi
sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal
napas.
C. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit bronkopneumonia masuknya
mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat melalui berbagai cara yaitu
inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan bahan yang ada di nasofaring
dan orofaring serta perluasaan langsung dari saluran pernapasan atas.
Bronkopneumonia berawal masuk melalui percikan droplet yang dapat masuk
ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh yang
menyebabkan peradangan, ketika terjadi peradangan tubuh menyesuaikan diri,
maka dengan reaksi berupa demam dan menghasilkan secret pada saluran
pernapasan, sekret yang diproduksi dan sulit dikeluarkan mengakibatkan klien
menjadi sesak. Bakteri ini dapat menginfeksi saluran cerna ketika dibawa oleh
darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen
pathogen sehingga timbul masalah pada sistem pencernaan. Pada keadaan sehat
paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, jika terdapat bakteri pada
paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh sehingga
mikroorganisme dapat berkembang. Pada saat mikroorganisme sampai di
alveoli maka alveoli mengalami peradangan, proses peradangan ini melalui
empat proses yaitu:
1. Stadium pertama (4-12 jam/ kongesti) Disebut hiperemia mengacu
pada peradangan yang berlangsung didaerah yang terinfeksi ditandai dengan
aliran darah dan permeabilitas kapiler ditempat terinfeksi.
2. Stadium kedua (48 jam) Disebut hepatisasi merah yang terjadi
sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah eksudat dan fibrin yang dihasilkan
oleh host sebagai bagian dari reaksi peradangan.
3. Stadium ketiga (3-8 hari) Disebut hepatisasi kelabu terjadi
sewaktu sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi.
4. Stadium keempat (7-11 hari) Disebut resolusi terjadi sewaktu
respon imun dan peradangan mereda, sisa fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi
oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula (Fajri et al.,
2020).
D. PATHWAY BRONKOPNEUMONIA
D. Manifestasi Klinis
1. Infeksi saluran pernapasan
2. Demam (39-40oC), kadang disertai kejang karena demam tinggi
3. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada seperti ditusuk-tusuk
pada saat
bernapas dan batuk
4. Pernapasan cepat, dangkal disertai cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung
dan muluT
5. Adanya bunyi pernapasan seperti ronkhi dan wheezing
6. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia jika infeksi
serius
7. Ventilasi yang berkurang karena penimbunan mukus yang
menyebabkan
atelektasis absorbs
8. Batuk disertai sputum yang kental
9. Nafsu makan menurun (Fajri et al., 2020).

E. Komplikasi
Komplikasi Bronkopneumonia ada beberapa yaitu:
1. Efusi pleura adalah penumpukkan cairan di sekitar paru-paru
2. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk
hilang
3. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah
dalam rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
4. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
F. Penatalaksanaan Medis
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu
secara medik dan keperawatan :
1. Penatalaksanaan medis
Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang obat.
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, dan
gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keadaan penderita, dan
kuman (Chairunisa, 2018).
2. Penataksanaan keperawatan
a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada
anak yang
mengalami gangguan bersihan jalan nafas
b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
c. Memberikan kompres untuk menurunkan demam
d. Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADL
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Kolaborasi pemberian O2
h. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
(Chairunisa, 2018).

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) untuk dapat menegagakkan
diagnosa medis dapat digunakan dengan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkanya jumlahneutrofil).
b. Pemeriksaan Sputum

Bahan pemeriksaan yang baik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen
infeksius.

c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi saturasi oksigen dan status


asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba.
2. Pereriksaan Radiologi
a. Ronthenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang sering kali dijumpai pada infeksi


pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple sering kali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi/bronskopi
Untuk menentukan apabila jalan nafas tersumbat oleh benda padat.

H. Konsep Asuhan Keperawatan


Pola asuhan keperawatan yang tepat adalah melalui proses keperawatan
yang merupakan suatu metode bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang berurutan
dan saling berhubungan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi. Lima tahap dari proses keperawatan tersebut akan diuraikan sebagai
berikut (Nari, 2019).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan. Pada tahap ini semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan klien. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis,
sosial maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan
informasi dan membuat data dasar klien. Meliputi pengkajian awal identitas anak
secara lengkap. Usia merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan bronkopneumonia pada anak, terutama dalam spektrum,
etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan (Mulia, 2020).
Menurut Setiyawan, (2013) proses pengkajian meliputi langkah –
langkah sebagai berikut:
a. Usia :
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi
pada anak berusia di bawah 3 tahun.
b. Keluhan utama :
Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak nafas.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk
bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu pernafasan,
adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu
makan, kadang disertai diare.
d. Riwayat penyakit dahulu :
Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki
riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu
bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam
jangka panjang.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Inspeksi
Perlu diperhatikannya bentuk dada simetris, adanya sianosis, dispneu,
pernafasan cuping hidung, batuk semula non produktif menjadi produktif. Batasan
takipnea pada anak 2 bulan – 12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara
untuk anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu
diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada
pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak jelas.
2) Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan atau
sekret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat sekret.
3) Perkusi
Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus
bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.
4) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga
ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi
atau wheezing. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan
berkurang, ronkhi halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa
resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang-kadang terdengar
bising gesek pleura.
5) Penegakan diagnosis :
Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED meningkat, X-
foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang tersebar (bronkopneumonia)
atau yang meliputi satu atau sebagian besar lobus.
2. Analisa Data
Masalah
Data Senjang (Ds & Do) Penyebab/ Etiologi
Keperawatan

DS : Jamur, virus, bakteri Bersihan Jalan


1. Dispnea Napas Tidak
2. Sulit Bicara Saluran pernafasan atas Efektif (D.0001)
3. Ortopnea
Kuman berlebih di
DO: bronkus
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk Proses peradangan
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing, dan Akumulasi sekret di
ronkhi kering bronkus
5. Gelisah
6. Sianosis Ketidakefektifan
7. Bunyi napas, menurun bersihan jalan nafas
8. Frekuensi napas berubah
9. Pola napas berubah

DS: - Jamur, Bakteri dan Hipertermia


DO: protozoa (D.0130)
1. Suhu tubuh diatas nilai
normal Peningkatan suhu
2. Kulit merah tubuh
3. Kejang
4. Takikardia Hipetermia
5. Takipnea
Kulit terasa hangat
DS: Jamur, Virus, Bakteri Gangguan
1. Dispnea Pertukaran Gas
2. Pusing Saluran pernafasan atas (D.0002)
3. Penglihatan kabur
DO: Kuman berlebih di
1. PCO2 meningkat bronkus

2. PO2 menurun
Edema antar kapiler &
3. Takikardia alveoli
4. pH arteri meningkat
Edema paru
5. bunyi nafas tambahan
6. sianosis Pergeseran dinding paru
7. gelisah
Suplai O2 menurun
8. nafas cuping hidung
9. pola nafas abnormal Hipervemtilasi
10. Takikardia
11. pH arteri meningkat Dispnea

12. bunyi nafas tambahan Retraksi dinding


13. sianosis dada/cuping hidung
14. gelisah
Gangguan pertukaran
15. nafas cuping hidung
gas
16. pola nafas abnormal
17. warna kulit abnormal
kesadaran menurun

3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nfas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d sputum
berlebih, obstruksi dijalan nafas, mekonium dijaln nafas
b. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal,
kulit merah, kejang dan kulit terasa hangat
c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler
d.d PCO2 ↑, PO2 ↓, bunyi nafas tabahan, kesadaran menurun.
4. Intervensi Keperawatan
Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
keperawatan selama … x 24 jam a. Monitor pola napas a. Untuk
diharapkan bersihan jalan napas mengetahui pola
tidak efektif dapat membaik napas
dengan kriteria hasil: b. Monitor bunyi b. Untuk
Indikator IR ER napas mengetahui
1. Mengi 2 5 bunyi napas
2. Wheezing 2 c. Monitor sputum c. Untuk
3. Dispnea 1 5 (jumla,warna, mengetahui
4. Ortopnea 1 5 aroma) sputum pasien
5. Frekuensi 1 5
Terapeutik : Terapeutik :
napas
a. Pertahankan a. Untuk mengjaga
6. Pola napas 1 5
kepatenan jalan kepatenan jalan
napas dengan head napas
tilt&chin lift (jaw
trust jika ada
trauma servikal)

b. Untuk
b. Berikan minuman
meningkatkan
hangat
sirkulasi
c. Untuk mengatasi
c. Lakukan
permasalahan
fisioterapi dada
yang
berhubungan
dengan saluran
d. Lakukan pernapasan
penghisapan lender d. Untuk
mempertahankan
e. Berikan oksigen jalan napas
e. Agar tidak sesak
Edukasi :
a. Anjurkan asupan Edukasi :
cairan 200 ml/hari a. Agar
tidak dehidrasi
Kolaborasi :
a. Kolaborasi Kolaborasi :
pemberian Untuk meredakan
bronkodilator keluhan akibat
penyempitan
saluran
pernapasan
Hipertermia Setelah dilakukan tindkan Observasi :
Observasi
(D. 0130) keperawtan selama ....x24 jam 1. untuk
diharpkan suhu tubuh tetap 1. Identifikasi mengetahui
berada pada rentang normal penyebab hipertermia penyebab
dengan kriteria hasil : hipertermia
Indikator IR ER 2. untuk
2. Monitor suhu
1. Mengigil 1 5 mengetahui nilai
2. Kejang 1 5 tubuh
suhu tubuh
3. Suhu tubuh 1 5
4. Suhu kulit 1 5
Teraupetik Terapeutik :
1. Untuk
1. Lakukan
menurunkan suhu
pendinginan eksternal
tubuh
(mis: kompres dingin
pada dahi, abdomen
dan aksila)

Edukasi Edukasi :
1. Anjurkan tirah 1. Agar
baring istirahat tercukipi

Kolaborasi Kolaborasi :
kolaborasi Agar cairan dalam
pemberian cairan tubuh terpenuhi
dan elektrolit
intravena, jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
Pertukaran keperawatan selama … x24 jam a. Monitor frekuensi, a. Untuk
diharapkan gangguan pertukaran irama, kedalamaan mengetahui
Gas
gas dapat membaik dengan dan upaya napas frekuensi, irama,
(D.0003) kriteria hasil: kedalaman, dan
Indikator IR ER upaya napas
1. Tingkat 1 5 b. Monitor pola napas b. Untuk
kesadaran 1 5 mengetahui pola
2. Dispnea 1 5 napas
3. Bunyi napas c. Monitor adanya c. Untuk
tambahan produksi sputum mengetahui
4. PCO2 1 5 adanya produksi
5. PO2 1 5 sputum
d. Monitor sumbatan d. Untuk
jalan napas mengetahui
sumbatan jalan
e. Monitor saturasi napas
oksigen e. Untuk
mengetahui
saturasi oksigen
f. Untuk
f. Monitor nilai AGD
mengetahui nilai
AGD
Terapeutik :
Terapeutik :
a. Atur interval
a. Untuk
pemantauan
pemantauan
respirasi sesuai
respirasi sesuai
kondisi pasien
dengan kondisi
pasien
b. Dokumentasikan b. Untuk
hasil pemantauan pendokumentasia
n hasil
pemantauan

Edukasi : Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan a. Agar mengetahui
prosedur tujuan dan
prosedur
pemantauan. pemantauan

b. Agar mengetahui
b. Informasikan
hasil pemantauan
hasil pemantaun
DAFTAR PUSTAKA

Adityo, R., Aditya, M., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2015). Diagnosis dan
Tatalaksana Bronkopneumonia pada Bayi Laki-laki Usia 8 Bulan
Diagnosis and Treatment of 8 Months Boy with Bronchopneumonia.

Arufina, Muslimah Wiguna. "Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan


Fokus Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas." PENA MEDIKA JURNAL
KESEHATAN, 2018: 66- 72.

Chairunisa, Y. (2018). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkopneumonia Di


Rumah Sakit Samarinda Medika Citra. Jurnal Kesehatan, 01–84.

Fajri, I. R., Keperawatan, A., Rebo, P., Anak, D. K., Keperawatan, A., Rebo, P.,
& Timur, J. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Bronkopneumonia : Suatu Studi Kasus. 4(2), 109–123.

Nari, J. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. P.P.
MAGRETTI SAUMLAKI KABUPATEN KEPULAUAN TANIMBAR.
Global Health Science, 4(4), 220–225. Diakses tanggal 6 Juni 2021. Dari
http://jurnal.csdforum.com/index.php/ghs

Pearce, Evelyn C. Anatomi Dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama, 2019.

Puspitaningsih, D., Rachma, S., & Kartini. (2019). Studi Kasus : Penanganan
Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan Bronchopneumonia Di Rsu. Dr.
Wahidin Sudirohusodo Mojokerto. Ejournal STIKes Majapahit, 115–120.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI). Edisi 1, Cetakan II. Jakarta, Persatuan Perawat
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI). Edisi 1, Cetakan II. Jakarta, Persatuan Perawat
Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI). Edisi 1, Cetakan II. Jakarta, Persatuan Perawat
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai