Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEUMONIA

Disusun Oleh:
Rafidah Sari
202302040069

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2023
A. Definisi
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkioli terminal. Bronkioli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercakbercak kosolidasi di lobuli
yang beredekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi
saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang
melemahkan daya tahan tubuh. Kesimpulannya bronchopneumonia adalah
jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat
didaerah bronkus dan sekiatr alveoli. (Nurarif & Kusuma. 2015).
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan disekitarnya. Bronchopneumonia terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis. (Donna L. Wong, 2013).

B. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia
diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap
virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :
reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri,
jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
C. Patofisiologis
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan
paru-paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman
masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn,
sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan
alveolus sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus
paru yang menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus.
Dimana proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara
lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana l obus yang meradang tampak warna kemerahan,
membengkak, pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan
keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel
darah merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli
(pleura yang berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada
pada pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada struktur semua

Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran


napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, sehingga akan
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang
terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN
(polimofonuklear) fibrin eritrosit, cairan edema dan kuman alveoli.
Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibril dan leukosit PMN di
alveoli dan proses fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi
dengan meningkatnya jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan
menipisnya febrio serta menghilangkan kuman dan debris

D. Tanda Gejala/ Manifestasi Klinis


Tanda gejala Bronkopneumonia pada anak :
1. biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoorius bagian atas
selama beberapa hari.
2. Suhu tubuh naik sampai 39-40℃ dan kadang disertai kejang karena
demam yang sangat tinggi.
3. Anak akan gelisah
4. Dipsnea
5. Pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung
6. Sianosis sekitar hidung dan mulut
7. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
8. Batuk kental, produktif, sputum kuning kehijauan ke,udian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat. (Ngastiyah, 2014).
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil)
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur
serta tes sensifitas untuk mendeteksi ageninfeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigenmikroba
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokalatau klebsiella. Infilrate multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus danhaemofilus
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat
F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Pemberian terapi Nebuliser Indikasi : Melebarkan otot pada saluran
pernapasan dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak.
b. Pemberian terapi ampicilin Indikasi : ampicilin merupakan
golongan penisilin yang bersifat bakterisit dan bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding sel. Obat ini berdifusi baik dijaringan
dan cairan tubuh.
c. Pemberian terapi Gentamisin Indikasi : Gentamisin termasuk
dalam golongan obat antibiotik, obat ini digunakan untuk
menangani infeksi akibat bakteri dengan cara membunuh sekaligus
mencegah pertumbuhan bakteri.
d. Pemberian terapi Dexametasone Indikasi : Dexametasone adalah
obat anti inflamasi golongan kartikostreoid yang berperan dalam
mengurangi atau menekan proses peradangan
2. Non Farmakologi
a. Memposisikan pasien semi fowler, atau posisi fowler
b. Melakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
c. Mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif
d. Ajarkan anak untuk selalu mencuci tangan setiap saat, terutama
sebelum makan dan setelah buang air keci atau besar
e. Hindarkan anak dari paparan polusi, misalnya debu dan asap rokok
f. Jauhkan bayi atau anak dari penderita bronkopneumonia
g. Lengkapi imunisasi anak agar terlindungi dari bakteri dan virus
penyebab infeksi bronkopneumonia
h. Memberikan kompres untuk menurunkan demam
G. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru yangmerupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek
batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm
rongga pleura yangterdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang
meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
H. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang
digunkan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung
dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
e. Riwayat penyaklit keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
f. Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah
karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder.
g. Nutrisi
Riwayat gizi buruk, Kekurangan gizi akan menurunakn kapasitas
kekebalan untuk merespon infeksi pneumonia termasuk gangguan
fungsi granulosit, penurunan fungsi komplemen, dan juga
menyebabkan kekurangan mikronutrein.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan (B1)
Pada anak dengan bronkopneumonia sering ditemukan dipsnea,
pernafasan dangkal, didapatkan suara bronkovasikuler atau
bronkial pada daerah yang terkena dan adanya suara tambahaan
(ronkhi) pada sepertiga akhir respirasi
b. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Pada anak dengan bronkopneumonia ditemukan leukopenia yang
menandakan prognis buruk dan juga ditemukan adanya anemia
ringan atau sedang. Frekuensi nadi meningkat
c. Sistem Pencernaan (B5)
Pasien biasanya mengalami muntah,mual, penurunan nafsu
makan, dan penurunan BB
I. Fokus Intervensi

No Diagnosa Rencana tujuan Intervensi paraf


keperawatan dan kriteria hasil

1. Bersihan jalan Setelah Manajemen jalan


nafas tidak dilakukan nafas
efektif tindakan Observasi
keperawatan 1. Monitor pola nafas
selama 3x24 jam 2. Monitor bunyi
diharapkan nafas tambahan
bersihan jalan 3. Monitor sputum
nafas meningkat Terapeutik
dengan 1. Posisikan semi
fowler
Kriteria Hasil: 2. Berikan minum
hangat
1. batuk efektif
3. Lakukan
meningkat
fisioterapi dada
2. Produksi
4. Berikan oksigen
sputum
Edukasi
menuru
1. Ajarkan batuk
3. Ronchi
efektif
menurun
2. Ajarkan inhalasi
4. Dipsnea
uap sederhana
menurun
Kolaborasi
5. Gelisah
1. Kolaborasi
membai
pemberian
6. Sianosis
bronkodilator,eks
membai
pektoran dan
7. Frekuensi
mukolitik
nafas
membaik

2. Pola nafas tidak Setelah Manajemen jalan


efektif dilakukan nafas
asuhan Observasi
1. Monitor pola nafas
keperawatan
2. Monitor bunyi
3x24 jam nafas tambahan
diharapakan Terapeutik
1. Posisikan semi
fowler
2. Berikan minum
hangat
3. Lakukan
fisioterapi dada
5. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,eks
pektoran dan
mukolitik

3. Hipertemi Setelah Observasi


dilakukan 1. Idendtifikasi
asuhan penyebab
hipertermia
keperawatan
2. Monitor suhu
selama 3x24 jam tubuh
diharapkan Terapeutik
Termoregulasi 1. Sediakan
membaik : lingkungan yang
1. Suhu tubuh dingin
membaik (5) 2. Longgarkan atau
kepaskan pakaian
2. Suhu kulit
Edukasi
membaik (5) 1. Berikan cairan
oral
2. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
J. Pathway
DAFTAR PUSTAKA

Amin huda nurarif, & Hardhi kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC (jilid 3). penerbit
mediaction jogja.
Donna L. Wong et all. 2013. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama.
Jakarta:EGC.
Ngastiyah. (2014). Perawatan anak sakit edisi 2. jakarta :egc
PPNI, (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai