LAPORAN PENDAHULUAN
BRONCHOPNEUMONIA
SAMIADI
(2302032488)
TAHUN 2022/2023
2
BAB I
KONSEP MEDIS
1.1 DEFINISI
1.2 ETIOLOGI
1. Bakteri
Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
3
i. Gelisah
j. Sianosis
Area sirkumoral
Dasar kuku kebiruan
1.4 PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanyadisebabkan
oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan
sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringansekitarnya.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret,sehingga terjadi
demam, batuk produktif ronchi positif dan mual. Setelah itumikroorganisme
tiba di alveoli membentuk suatu proses peradanan yangmeliputi empat
stadium, yaitu:a.Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)Disebut
hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi b.Stadium II/Hepatiasi Merah (48
jam berikutnya)Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh
sel darahmerah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host)
sebagaian
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat
olehkarena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehinggawarna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, padastadium ini udara
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaituselama 48 jam.c.Stadium
III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu
sel-sel darah putihmengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrinterakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi,
lobusmasih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna menjadi
pucatkelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.d.Stadium
IV/resolusi (7-12 hari)Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu
respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis
diabsorbsi olehmakrofag sehingga jaringan kembali ke struktrunya semula.
5
BRONCHOPNEUMONIA
7
1.8 KOMPLIKASI
BAB II
2.1 PENGKAJIAN
a. Identitas
1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical
record.
2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal
lahir, jenis kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat
4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat saudara kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan
pendidikan
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum
terjadi keluhan utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya
didahului oleh infeksi traktus respiratorius atas.
Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan,
bagaimana rasanya seberapa sering terjadinya. Pada pasien
bronchopnemonia keluhan yang dirasakan yaitu sesak nafas, dan
demam tinggi sampai kejang.
Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut
dirasakan/ditemukan, daerah/area penyebaran sampai kemana.
Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan pada
seluruh daerah dada.
Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai
10
4. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa,
pelpebra anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya
oedema palpasi: seluruh dada terhadap impuls apikal, getaran
dan nyeri tekan, palpasi nadi dan oedema perifer
Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena
kegiatan jantung.
13
2. Penggunaan ml/hari
otot bantu napas 2. Ajarkan batuk efektif
dari skala 2 Kolaborasi
(cukup 1. Kolaborasi pemberian
meningkat) ke bronkodilator, ekspektoran,
skala 5 dan mukolitik, jika perlu
(menurun)
3. Frekuensi napas
dari skala 2
(cukup
memburuk) ke
skala 5
(membaik)
Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
berhubungan Intervensi selama (I.15506)
dengan proses 3x24 jam, di Observasi
penyakit harapkan 1. Identifikasi penyebab
(D.0030) termoregulasi hipertermia
membaik : (mis:dehidrasi,terpapar
(L.14134) lingkungan panas,pengunaan
1. Mengigil incubator
Menurun (5) 2. Monitor Suhu tubuh
2. Kulit merah 3. Monitor kadar elektrolit
menurun (5) 4. Monitor kadar urine
3. Pucat menurun
Terapeutik
(5)
1. Sediakan Lingkungan dingi
4. Suhu tubuh
2. Longarkan atau lepaskan
membaik (5)
pakaian
5. Suhu kulit
3. Basahi dan kipasi permukaan
membaik (5)
tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Hindari pemberian
antipiretikatau aspirin
6. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan Tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
16
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Afif Nurul., Ikbar M. Ilham Adika., dan Rosyid Nur A. 2018. Gawat
Darurat Medis dan Bedah. Airlangga University Press: Surabaya
Japanesa, A., A. Zahari, dan S. Renita Rusjdi. 2016. Pola Kasus dan
Penatalaksanaan Peritonitis Akut di bangsal bedah RSUP dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(1):209–214
Warsinggih. 2017. Peritonitis dan Illeus. Bahan Ajar DR Dr. Warsinggih, Sp. B-
KBD. 24
Wyers, S. G & Matthews. 2016. Surgical peritonitis and Other Disease of The
Peritoneum, Mesentry, Omentum and Diaphragm’in Slesenger and
Fordtran’s Gastrointentinal and Liver Disease. United Stase of Amerika
634-641
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
20
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.