Anda di halaman 1dari 20

1

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

SAMIADI

(2302032488)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN 2022/2023
2

BAB I

KONSEP MEDIS

1.1 DEFINISI

Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian


bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa
distribusi berbentuk bercak-bercak yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Price Sylvia A, 2015)
Bronchopneumoni adalah peradangan yang mengenai parenkhim paru
distal dari bronchiolus terminalis yang mencakup bronchiolus respiratorius
dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat. (Tjokronegoro, 2019)
Broncho pneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru – paru yang
secara anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru
sampai perbatasan bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam – macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ditandai oleh trias (sesak
nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung/mulut). (Smeltzer,
Suzanne C, 2019)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang
disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

1.2 ETIOLOGI
1. Bakteri
Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
3

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.


Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,
2001)
5. Aspirasi benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah daya
tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein
(MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
(Smeltzer, Suzanne C, 2019)
1.3 MANIFESTASI

a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


 Nyeri pleuritik
 Nafas dangkal dan mendengkur
 Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
 Mengecil, kemudian menjadi hilang
 Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
 Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan
atau berkarat
4

i. Gelisah
j. Sianosis
 Area sirkumoral
 Dasar kuku kebiruan

1.4 PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanyadisebabkan
oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernapasan
sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan jaringansekitarnya.
Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret,sehingga terjadi
demam, batuk produktif ronchi positif dan mual. Setelah itumikroorganisme
tiba di alveoli membentuk suatu proses peradanan yangmeliputi empat
stadium, yaitu:a.Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama/kongesti)Disebut
hiperemia, mengacu pada respon perdangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini di tandai dengan peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi b.Stadium II/Hepatiasi Merah (48
jam berikutnya)Disebut hepatiasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh
sel darahmerah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu (host)
sebagaian
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat
olehkarena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan, sehinggawarna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, padastadium ini udara
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaituselama 48 jam.c.Stadium
III/Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu
sel-sel darah putihmengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrinterakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositostis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi,
lobusmasih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna menjadi
pucatkelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.d.Stadium
IV/resolusi (7-12 hari)Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu
respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis
diabsorbsi olehmakrofag sehingga jaringan kembali ke struktrunya semula.
5

Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan secret, sehingga


terjadidemam, batuk produkif, ronchi positif dan mual.(Wijayaningsih, 2013
dalam Dewi & Erawati, 2016)
6
1.5 WOC

BRONCHOPNEUMONIA
7

1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Menurut Ngastiah (2022), yaitu sebagai berikut :
1) Foto thorax
Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
2) Laboratorium
 Terjadi leukositosis pada pneumonia bakterial
 Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status kardiopulmoner
yang berhubungan dengan oksigenasi
 Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk
menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
 Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba
 Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab
seperti virus
3) Tes kulit untuk tuberkulin : untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
4) Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki
keadaan.
5) Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
1.7 PENATALAKSANAAN
Menurut Ngastiyah (2022), Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy
secepatnya maka biasanya diberkan :

1. Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70


mg/kgbb/hari atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas
seperti Ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5
hari
8

2. Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya


diperlukan campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1
ditambah larutan KCl 10 mEq / 500 ml/ botol infus.
3. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis gas darah arteri.

1.8 KOMPLIKASI

1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau


kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Otitis Media Acute
4. Infeksi sitemik
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(Lestari Titik, 2016)
9

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN

a. Identitas
1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical
record.
2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal
lahir, jenis kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
3. Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat
4. Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat saudara kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan
pendidikan
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum
terjadi keluhan utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya
didahului oleh infeksi traktus respiratorius atas.
 Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan,
bagaimana rasanya seberapa sering terjadinya. Pada pasien
bronchopnemonia keluhan yang dirasakan yaitu sesak nafas, dan
demam tinggi sampai kejang.
 Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut
dirasakan/ditemukan, daerah/area penyebaran sampai kemana.
Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan pada
seluruh daerah dada.
 Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai
10

seberapa jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak


dirasakan sangat berat diikuti oleh demam tinggi dan kejang
sampai terjadi penurunan kesadaran.
 Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan
pada pasien bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat
malam hari dan aktifitas yang berlebihan. (Carpenito, 2008)
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak
dimana, reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama,
bagaimana reaksi anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis,
berapa lama, dosis), tindakan medis (operasi, vena pungtie dan lain-
lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan
sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar menelan, mual
dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
seperti malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit
saluran pernapasan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan
lain- lain, penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit
menular, penyakit keturunan dan lain-lain.
5. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan
pantangan, pemeriksaan kehamilan.
 Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali
pemeriksaan)
 Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali
pemeriksaan)
 Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir
imunisasi TT 2 kali selama kehamilan
b. Intra Natal
11

Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan,


Apgar score, berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang
lama, perdarahan, posisi janin waktu lahir.
c. Post Natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal,
kesehatan bayi, kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin
nutrisi (colostrums) segera setelah lahir, menunggu asi keluar
diganti pasi, pantangan makanan ibu.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-
kanak seperti tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.
7. Riwayat Psikologis
a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain
b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan
intelegensi
c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-
lain
d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya;
harga diri, bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan
aktualisasi diri.
e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi
masalah yang dihadapi. (Anastasia anne, 2006)
8. Riwayat Sosial
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang
berlaku, rekreasi, lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan
ekonomi.
9. Kebiasaan Sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti
bermain dan personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
 Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan,
12

lingkar kepala atas dan lingkar dada


 Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan
suhu
 Keadaan sistem tubuh
2. Sistem optalmikus
 Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera
 Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan.
 Pada pasien bronchopneumoni biasanya ditemukan perubahan
warna sklera mata bila terjadi hipertermi.
3. Sistem respiratorik
 Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji
terhadap area intercosta dan penggunaan otot tambahan,
evaluasi kulit, bibir dan membran mukosa, kaji kuku mengenai
warnanya. Palpasi mengetahui adanya masa, pembesaran
kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi, krepitasi dan fokal
fremitus
 Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru
 Auskultasi : untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi
frekuensi, kualitas, tipe dan adanya bunyi tambahan.
 Pada penderita bronchopneumonia biasanya ditemukan dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan
penggunaan otot-otot tambahan, suara nafas abnormal (ronchi)
dan batuk dengan produksi sputum.

4. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa,
pelpebra anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya
oedema palpasi: seluruh dada terhadap impuls apikal, getaran
dan nyeri tekan, palpasi nadi dan oedema perifer
 Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
 Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena
kegiatan jantung.
13

 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-


tanda sianosis pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.
5. Sistem gastro intestinal
 Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada
abdomen dan gerakan abdomen.
 Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas
bising usus yang dihasilkan
 Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran
cerna dan pekak hati.
 Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan,
masa krepitasi subkutan dan organ abdomen.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual,
muntah, penurunan berat badan dan distensi abdomen.
6. Sistem neurologis
 Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku
pasien
 Perkusi : mengetahui refleks pasien.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan
gelisah, bila suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan
kejang dan penurunan kesadaran.
7. Sistem muskulo skeletal
 Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan
exstremitas.
 Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot
 Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan
kelelahan, tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan
intoleransi aktifitas.
8. Sistem urogenetalia
 Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan
perhatikan keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran.

14

2.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SESUAI SDKI)


1. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005) b.d hiperventilasi (penurunan ekspansi
paru) d.d dispnea, fase ekspansi memanjang, penggunaan otot-bantu
pernafasan, penurunan kapasitas vital, pernafasan cuping hidung, pola
nafas abnormal, dan takipnea
2. Hipertermia (D.0130) b.d proses penyakit (inflamasi) d.d suhu tubuh
diatas normal, kulit merah, takikardi, takipnea, dan kulit terasa hangat
3. Nyeri Akut (D.0077) b.d agen pencedera fisiologis (cedera pada organ
peritoneum) d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, sulit tidur, frekuensi
nadi meningkat, bersikap protektif, gelisah, tekanan darah meningkat, pola
napas berubah, da nafsu makan berubah
4. Defisit Nutrisi (D.0019) b.d ketidakmampuan mengabsorpbsi nutrient d.d
kram atau nyeri abdomen, nafsu makan menurun, berat badan menurun
min 10% dibawah rentang ideal, bising usus hiperaktif, membran mukosa
pucat, dan otot menelan lemah
5. Risiko Infeksi (D.0142) dibuktikan dengan efek prosedur invasif.
2.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (SESUAI SLKI DAN SIKI)

Diagnosis Tujuan dan Intervensi Keperawatan (SIKI)


Keperawatan Kriteria Hasil
(SDKI) (SLKI)
Pola Napas Tidak SLKI (L.01004) Manajemen Jalan Napas
Efektif (D.0005) Pola Napas (I.01011)
Tujuan: Observasi
Setelah dilakuakan 1. Monitor pola napas (frekuensi,
tindakan kedalaman, usaha napas)
keperawatan selama 2. Monitor bunyi napas tambahan
3x24 jam
Terapeutik
diharapkan pola
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas membaik
dengan napas dengan head-till dan
Kriteria Hasil: chin-lift
Pola Napas 2. Posisikan semi-fowler atau
(L.01004) fowler
1. Dyspnea dari 3. Berikan minuman hangat
skala 2 (cukup 4. Lakukan fisioterapi dada
meningkat) ke 5. Berikan oksigen, jika perlu
skala 5 Edukasi
(menurun) 1. Anjurkan asupan cairan 2000
15

2. Penggunaan ml/hari
otot bantu napas 2. Ajarkan batuk efektif
dari skala 2 Kolaborasi
(cukup 1. Kolaborasi pemberian
meningkat) ke bronkodilator, ekspektoran,
skala 5 dan mukolitik, jika perlu
(menurun)
3. Frekuensi napas
dari skala 2
(cukup
memburuk) ke
skala 5
(membaik)
Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
berhubungan Intervensi selama (I.15506)
dengan proses 3x24 jam, di Observasi
penyakit harapkan 1. Identifikasi penyebab
(D.0030) termoregulasi hipertermia
membaik : (mis:dehidrasi,terpapar
(L.14134) lingkungan panas,pengunaan
1. Mengigil incubator
Menurun (5) 2. Monitor Suhu tubuh
2. Kulit merah 3. Monitor kadar elektrolit
menurun (5) 4. Monitor kadar urine
3. Pucat menurun
Terapeutik
(5)
1. Sediakan Lingkungan dingi
4. Suhu tubuh
2. Longarkan atau lepaskan
membaik (5)
pakaian
5. Suhu kulit
3. Basahi dan kipasi permukaan
membaik (5)
tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Hindari pemberian
antipiretikatau aspirin
6. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan Tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
16

Agen Intervensi selama Observasi


Pencederaan 3x24 jam, di 5. Identifikasi lokasi,
fisiologis harapkan tingkat karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077) nyeri Menurun: kualitas, intensitas nyeri
Kriteria hasil 6. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 7. Identifikasi faktor yang
menurun (5) memperberat nyeri dan
2. Meringis memperingn nyeri
menurun (5) 8. Identifikasi pengetahuan dan
3. Sikap protektif keyakinan nyeri
menurun (5) 9. Identifikasi respon nyeri non
4. Gelisah verbal
menurun (5) 10. Identifikasi Pengaruh nyeri
5. Kesulitan tidur pada kualitas hidup
menurun (5) 11. Monitor efek samping
6. Berfokus pada pengunaan analgesik
diri sendiri Terapeutik
menurun (5) 7. Berikan teknik non
famakologi untuk
menggurangi rasa nyeri
destraksi relaksasi
Edukasi
2. Anjurkan teknik non
farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
3. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
4. Fasilitas istirahat dan tidur
5. Pertimbangkan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, priode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan monior yeri secara
mandarin
4. Anjurkan teknik non
farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
17

1. Kolaborasi pemberian analgesik

Defisit Nutrisi Setelah di Manajemen Nutrisi (I. 03119)


b.d lakukan tindakan Observasi
Ketidakmampuan Asuhan 1. Monitor Status Nutrisi
Absorbsi Nutrien Keperawatan 2. Identifikasi Alergi atau
selama 3x24 jam Intoleransi makanan
di harapkan 3. Identifikasi makanan yang
tingkat nyeri di sukai
menurun : 4. Monitor Asupan makanan
Kriteriahasil 5. Monitor berat badan
1. Keluhan nyeri 6. Monitor
menurun (5) hasilpemeriksaanlaboratoriu
2. Meringis m
menurun (5) Terapiutik
3. Sikap protektif 1. Lakukan oral Hygine sebelum
menurun (5) makan, jika perlu
4. Gelisah 2. Sajikan makanan secara
menurun (5) menarik dan suhu yang sesuai
5. Kesulitan tidur 7. Berikan nutrisi sediki
menurun (5) ttapisering
6. Berfokus pada 8. Berikan makanan tinggi serat
diri sendiri 9. Berikan makanan tinggi
menurun(5) kalori dan tinggi protein
10. Berikan suplemen makanan
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
Risiko Infeksi SLKI (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D.0142) Tingkat Infeksi Observasi
Tujuan: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Setelah dilakuakan
local dan sistemik
tindakan
keperawatan selama Terapeutik
3x24 jam 1. Batasi jumlah pengunjung
diharapkan tingkat 2. Berikan perawatan kulit pada
infeksi menurun area edema
dengan 3. Cuci tangan sebelum dan
Kriteria Hasil: sesudah kontak dengan pasien
Tingkat Infeksi
dan lingkungan pasien
(L.14137)
1. Demam dari 4. Pertahankan teknik aseptic pada
18

skala 2 (cukup pasien berisiko tinggi


meningkat) ke Edukasi
skala 5 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(menurun) 2. Ajarkan cara mencuci tangan
2. Kemerahan dengan benar
dari skala 2 3. Ajarkan cara memeriksa kondisi
(cukup luka atau luka operasi
meningkat) ke 4. Anjurkan meningkatkan asupan
skala 5 nutrisi
(menurun) 5. Anjurkan meningkatkan asupan
3. Nyeri dari cairan
skala 2 (cukup
meningkat) ke
skala 5
(menurun)
4. Bengkak dari
skala 2 (cukup
meningkat) ke
skala 5
(menurun)
2.4 EVALUASI
Setela tindakan keperawatan di laksanakan evaluasi proses dan hasil
mengacuh pada kriteria evaluasi yang telah di tentukan pada masing masing
diagnoa keperawatan sehingga:
1. Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervnsi di hentikan)
2. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi di lanjutkan )
3. Maalah teratasi atau tujuan tidak tercapai (perlu di lakukan pengkajian
ulang dan intervensi dirubah)
19

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Afif Nurul., Ikbar M. Ilham Adika., dan Rosyid Nur A. 2018. Gawat
Darurat Medis dan Bedah. Airlangga University Press: Surabaya
Japanesa, A., A. Zahari, dan S. Renita Rusjdi. 2016. Pola Kasus dan
Penatalaksanaan Peritonitis Akut di bangsal bedah RSUP dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(1):209–214

Melly, M. M. 2016. Peritonitis Primer akibat dari Penggunaan Kateter Vena


Umbilikalis pada Neonatus sebuah Laporan Kasus. 4(1):64–75

Pearce Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia
Sembiring Octavia Azriana. 2018. Prevalensi Peritonitis pada Pasien Apendisitis
di RSUP Haji Adam Malik Periode 2017. Skripsi. Repository Institusi USU:
Universitas Sumatera Utara

Tochie, J. N., N. V. Agbor., T. T. Frank Leonel., A. Mbonda., D. Aji Abang, dan


C. Danwang. 2020. Global Epidemiology of Acute Generalised Peritonitis:
A Protocol for a systematic review and meta-analysis. BMJ Open. 10(1):1–4

Warsinggih. 2017. Peritonitis dan Illeus. Bahan Ajar DR Dr. Warsinggih, Sp. B-
KBD. 24
Wyers, S. G & Matthews. 2016. Surgical peritonitis and Other Disease of The
Peritoneum, Mesentry, Omentum and Diaphragm’in Slesenger and
Fordtran’s Gastrointentinal and Liver Disease. United Stase of Amerika
634-641
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC

Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC),


Edisi Keenam. Missouri: Mosby Elsevier.

Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.


Missouri: Mosby Elsevier.

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
20

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai