Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA

S U H EN D R I
0442282200004

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN UMMI BOGOR
2022
2

A. Konsep Dasr Penyakit


1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan peradangan
yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya. Bronkopeumonia
dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim
paru bersifat terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin, 2017).
Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga disebut sebagai
pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan dimulai dalam tabung bronkial
kecil bronkiolus, dan tidak teratur menyebar ke alveoli peribronchiolar dan saluran
alveolar (PDPI Lampung & Bengkulu, 2017).

2. Klasifikasi
Berikut ini klasifikasi pneumonia sebagai berikut :
1) Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu pneumonia lobaris, pneumonia interstitialis,
bronkopneumonia
2) Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari masyarakat
(community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari rumah
sakit (hospital-based pneumonia).
3) Berdasarkan mikroorganisme penyebab yaitu pneumonia bakteri, pneumonia
virus, pneumonia mikoplasma, dan pneumonia jamur
4) Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal dan pneumonia
atipikal
5) Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia persisten

3. Etiologi
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain :
1) Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
2) Virus : Legionella Pneumoniae
3) Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4) Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru
5) Terjadi karena kongesti paru yang lama

4. Tanda dan Gejala


1) Suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 37,6-40°C dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.
3

2) Gelisah, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan
sianosis di sekitar hidung dan mulut.
3) Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, seorang anak akan mendapat
batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian
menjadi produktif.
4) Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai
sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada
perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernapasan pada auskultasi
terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa
pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu (PDPI
Lampung & Bengkulu, 2017)

5. Komplikasi
1) Infeksi Darah
Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan menginfeksi organ
lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan kegagalan organ.
2) Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paru- paru.
Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi kadang-kadang
diperlukan pembedahan untuk menyingkirkannya.
3) Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di sekitar paru-
paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya dikeringkan dengan jarum
atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus, efusi pleura yang parah memerlukan
intervensi bedah untuk membantu mengeluarkan cairan.
4) Gagal Napas
Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru, sehingga tubuh
tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena gangguan fungsi pernapasan.
Jika tidak segera diobati, gagal napas dapat menyebabkan organ tubuh berhenti
berfungsi dan berhenti bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena
harus menerima bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).

6. Pemeriksaan Diagnostik terkait


Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan
dapat digunakan cara :
4

1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil)
b) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen
infeksius.
c) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.
d) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.
e) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba

2) Pemeriksaan radiologi
a) Ronthenogram thoraks
Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus
b) Laringoskopi/bronskopi
Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda padat

7. Penatalaksanaan Dasar
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan bronkopneumonia yaitu:
1) Penatalaksanaan Medis
a) Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol 50- 70
mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum luas
seperti ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai bebas demam 4-5 hari.
Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spectrum luas seperti
kombinasi beta laktam/klavulanat dengan aminoglikosid atau sefalosporin
generasi ketiga (Ridha, 2014)
b) Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi
cairan dan, antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien
adalah paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi
5

(3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi pemberian


paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai 38ºC serta untuk
menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.
c) Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini
dengan dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang dianjurkan
yaitu 0,5 mg/kgBB. Terapi nebulisasi bertujuan untuk mengurangi sesak
akibat penyempitan jalan nafas atau bronkospasme akibat hipersekresi
mukus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta- 2 adrenegik yang
selektif terutama pada otot bronkus. Salbutamol menghambat pelepas
mediator dari pulmonary mast cell 9,11 Namun terapi nebulisasi bukan
menjadi gold standar pengobatan dari bronkopneumonia. Gold standar
pengobatan bronkopneumonia adalah penggunaan 2 antibiotik (Alexander
& Anggraeni, 2017)
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Pasien Istirahat total
b) Posisi pasien semifowler / ekstensikan kepala
c) Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator
d) Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam dan batuk
efektif ).
e) Banyak minum air putih hangat
f) Suction bila ada sumbatan jalan nafas
g) Kompres hangat jika demam
h) Diit pasien jenis ML ( makan lunak )
6

B. Pathway

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Identitas klien merupakan gambaran umum klien yang terdiri dari nama, umur,
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, suku
7

bangsa, alamat, tanggal dan jam masuk rumah sakit, tanggal dan jam pengkajian,
nomor register, dan diagnosa medis. Bronchopneumonia sering terjadi pada bayi
dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun dan
kematian terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan
2) Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab diisi oleh siapa yang bertanggung jawab kepada
klien. meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, hubungan dengan klien,
pekerjaan, pendidikan dan alamat.
2. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak nafas.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan
disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas
tambahan, penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai
diare.
3) Riwayat penyakit dahulu
Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki riwayat
penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia
misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang.
3) Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit.
4) Riwayat psikososial dan perkembangan
Kelainan Bronchopneumonia juga dapat membuat anak mengalami gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan oleh adanya
ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada tingkat jaringan, sehingga anak perlu
mendapatkan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan yang cukup.
5) Riwayat Imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti DPT-HB-
Hib 2.
6) Riwayat kehamilan dan persalinan:
a) Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu selama
hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.
8

b) Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir prematur, bayi


kembar, penyakit persalinan, apgar scor
7) Riwayat keluarga
Riwayat penyakit infeksi, TBC, Pneumonia, dan penyakit- penyakit infeksi
saluran nafas lainnya

3. Pengkajian Pola Fungsional


1) Pola Nutrisi
Asupan nutrisi utama pada bayi adalah ASI selama 6 bulan pertama dan
mendapatkan makanan pendamping ASI setelah usia 6 bulan. Asupan susu
formula bervariasi pada setiap bayi, tetapi rata-rata asupan pada bayi yaitu 113
gram, 6x/hari dalam satu bulan, sampai 119 gram/hari selama 6 bulan saat
makanan dapat diperkenalkan pada bayi. Pada pasien bronkopneumonia (BHP)
biasanya terjadi penurunan nafsu makan, mual muntah, anoreksia (Marni, 2014).
2) Pola Eliminasi
Menurut Kyle (2014), pada pasien dengan bronkpneumonia (BHP) sering
mengalami penurunan produksi urin akibat adanya perpindahan cairan melalui
proses evaporasi karena demam serta terjadi diare karena adanya bakteri yang
masuk ke dalam usus.
3) Pola Istirahat Tidur
Anak usia infant kebanyakan tidur sampai 7-8 jam dimalam hari tanpa terbangun
dan pada usia bayi 1 bulan-1 tahun memerlukan waktu tidur 14 jam/hari. Pada
anak dengan bronkopneumonia (BHP), data yang sering muncul, anak mengalami
kesulitan tidur karena sesak nafas, penampilan anak terlihat lemah, sering
menangis, rewel pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut (Kyle, 2014).
4) Pola Personal Hygiene
Pengkajian dilakukan dengan menanyakan frekuensi, cara, dan keluhan yang
dirasakan oleh klien saat klien mandi, gosok gigi, keramas, gunting kuku, dan
ganti pakaian sebelum sakit dan dapat dihubungkan dengan kemampuan untuk
merawat diri yang sudah dapat dilakukan oleh klien (Kyle, 2014).
5) Pola Aktivitas
Menurut Kyle (2014) pada anak dengan bronkopneumonia (BHP) aktivitas dan
latihannya anak tampak menurun sebagai dampak kelemahan fisik. Anak tampak
lebih banyak minta digendong oleh orangtuanya atau bedrest.
6) Data psikologis klien
9

Mengidentifikasi kondisi psikologis anak dalam menghadapi kondisi sakit. Pada


saat dilakukan pengkajian, klien gelisah dan menangis.
7) Data Psikologis keluarga
Mengidentifikasi kondisi psikologis keluarga dalam menghadapi kondisi sakit
anak. Pada saat dilakukan pengkajian kepada keluarga klien, ibu klien merasa
cemas dengan penyakit anaknya.
8) Data sosial
Hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga, masyarakat dan lingkungan
saat sakit. Klien lebih banyak diam, tetapi klien mau bermain bersama ibunya.
9) Data spiritual
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme kesembuhan penyakit,
gangguan dalam melaksanakan ibadah. Keluarga klien selalu berdoa untuk
kesembuhan anaknya.

4. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Pada klien bronkopneumonia biasanya akan ditemukan rambut mudah rontok
karena kekurangan nutrisi, rambut tampak kotor dan lengket akibat peningkatan
suhu (Padila, 2013)
2) Wajah
Amati bentuk wajah, apakah simetris atau tidak, adanya lesi, pembengkakan,
pergerakan wajah saat tersenyum
3) Mata
Pada klien dengan bronkopneumonia biasanya akan ditemukan kondisi
konjungtiva tampak pucat akibat intake nutrisi yang tidak adekuat (Marni, 2014)
4) Hidung
Pada klien bronkopneumonia biasanya ditemukan pernapasan cuping hidung dan
produksi sekret, hidung tampak kotor karena adanya sekret (Wulandari &
Erawati, 2016)
5) Mulut
Pada klien bronkopneumonia, sianosis disekeliling mulut, terdapat sputum yang
sulit dikeluarkan dan batuk produktif suhu (Wulandari & Erawati, 2016
6) Telinga
Pada klien bronkopneumonia biasanya terjadi otitis media (Marni, 2014)
7) Leher
10

Inspeksi bentuk leher klien, kaji adanya nyeri menelan, pergerakan leher, palpasi
terhadap adanya nyeri, ada atau tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah
bening dan terhadap adanya massa/pembengkakan.
8) Dada
Pada klien bronkopneumonia biasanya ditemukan gerakan dada saat bernapas
normal dan seimbang antara kanan dan kiri, terdapat ronkhi atau wheezing dan
kemungkinan terdapat retraksi dinding dada, nyeri dada, krakles, dan penurunan
bunyi napas, suara dullness saat perkusi (Wulandari & Erawati, 2016)
9) Abdomen
Pada klien bronkopneumonia biasanya akan ditemukan ekspansi kuman melalui
pembuluh darah yang masuk ke dalam saluran pencernaan dan mengakibatkan
infeksi sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus dan kekauan pada dinding
abdomen dan nyeri lambung (Wulandari & Erawati, 2016).
10) Punggung dan Bokong
Pada umumnya tidak terjadi kelainan, punggung simetris, tidak ada kemerahan
pada bokong.
11) Genitalia
Periksa kulit sekitar daerah genitalia terhadap ruam dan kemerahan, kaji
kebersihan sekitar genitalia, inspeksi kelainan pada genitalia, kaji adanya
hipospadia pada penis, tanda-tanda pembengkakan, amati ukuran skrotum,
kelainan pada labia minora dan mayora.
12) Anus
Periksa kulit sekitar daerah anus terhadap kemerahan dan ruam, kaji kebersihan
sekitar anus, periksa anus terhadap tanda-tanda fisura, hemoroid.
13) Ekstremitas
Pada klien dengan bronkopneumonia biasanya akan ditemukan sianosis pada
ujung jari, biasanya CRT kembali lebih dari 2 detik. Pemeriksaan musculoskeletal
pasien akan menunjukkan kelelahan dan gelisah, penurunan toaransi terhadap
aktivitas (Wulandari & Erawati, 2016).

5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan
keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur,
2016)
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
11

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas


3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-
kapiler
4) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism
6) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
7) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
8) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
9) Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare
10) Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan
ketidakmampuan fisik (PPNI, 2017)
12

No SDKI SLKI SIKI


1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi, Observasi
tidak efektif maka diharapkan bersihan jalan 1. Identifikasi
berhubungan napas (L.01001) meningkat. kemampuan batuk
dengan spasme jalan Dengan kriteria hasil : 2. Monitor adanya retensi
napas 1. Batuk efektif sputum
2. Produksi sputum menurun 3. Monitor tanda dan
3. Mengi menurun gejala infeksi saluran
4. Wheezing menurun napas
5. Dispnea menurun 4. Monitor pola napas
6. Ortopnea menurun (frekuensi, kedalaman,
7. Gelisah menurun usaha napas)
8. Frekuensi napas membaik 5. Auskultasi bunyi napas
9. Pola napas membaik Terapeutik
6. Atur posisi semi fowler
atau fowler
7. Berikan minum hangat
8. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
9. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
10. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
11. Ajarkan teknik batuk
efektif
12. Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke-3
Kolaborasi
13. Kolaborasi
pemberia
bronkodilator,
mukolitik atau
13

ekspektoran, jika perlu


2 Pola napas tidak Setelah dilakukan intervensi, Observasi
efektif berhubungan maka diharapkan pola napas 1. Monitor bunyi napas
dengan hambatan (L.01004) membaik. Dengan 2. Monitor sputum
upaya napas kriteria hasil : 3. Monitor frekuensi,
1. Tekanan ekspirasi irama, kedalaman dan
meningkat upaya napas
2. Tekanan inspirasi 4. Monitor kemampuan
meningkat batuk efektif
3. Dispnea menurun 5. Monitor adanya
4. Penggunaan otot bantu sumbatan jalan napas
napas menurun 6. Palpasi kesimetrisan
5. Frekuensi napas membaik ekspansi paru
6. Kedalaman napas 7. Monitor saturasi
membaik oksigen
Edukasi
8. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
9. Ajarkan teknik batuk
efektif

3 Hipertermia Setelahdilakukan intervensi Observasi :


berhubungan keperawata maka 1. Identifikasi penyebab
dengan proses termoregulasi (L.14134) hipertermia
penyakit membaik dengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda-tanda
1. Menggigil menurun vital
2. Kulit merah menurun 3. Monitor suhu tubuh
3. Kejang menurun anak tiap dua jam, jika
4. Pucat menurun perlu
5. Takikardi menurun 4. Monitor intake dan
6. Takipnea menurun output cairan
7. Bradikardi menurun 5. Monitor warna dan
8. Hipoksia menurun suhu kulit
6. Monitor komplikasi
14

9. Suhu tubuh membaik akibat hipertermia


10. Suhu kulit membaik Terapeutik :
11. Tekanan darah membaik 7. Sediakan lingkungan
yang dingin
8. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
9. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
10. Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat
11. Berikan cairan oral
12. Ganti linen setiap hari
jika mengalami
keringat berlebih
13. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila
Edukasi :
14. Anjurkan tirah baring
15. Anjurkan
memperbanyak minum
Kolaborasi :
16. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
17. Kolaborasi pemberisn
antibiotik, jika perlu

6. Implementasi Keperawatan
15

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan
untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien- keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).

7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang
berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan
fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Yustiana & Ghofur, 2016)

DAFTAR PUSTAKA
16

Nurarif & Kusuma (2015) APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediaAction.

Nursalam (2013) Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.

----------- (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

----------- (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Syaifuddin (2016) Anatomi Fisiologi. Edited by Monica Ester. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Yustiana Olfah & Abdul Ghofur (2016) Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai