BRONCHO PHENEUMONIA
DISUSUN OLEH :
2017
BRONCHO PNEUMONIA
1. Pengertian Bronkopneumonia
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia
lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang
melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang
biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa (Bradley et.al.,
2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution). Pneumonia merupakan penyakit
peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat (Bradley et.al., 2011).
2. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,
sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh
penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun (Bradley et.al., 2011).
WHO memperkirakan kejadian (insiden) pneumonia di negara
dengan angka kematian bayi di atas 40 per 1.000 kelahiran hidup adalah
15% - 20% pertahun pada golongan usia Balita. Kejadian pneumonia di
Indonesia pada Balita diperkirakan antara 10% sampai dengan 20%
pertahun.
3. Etiologi
a) Faktor Infeksi
Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial
Virus (RSV). Pada bayi : Virus: Virus parainfluensa, virus
influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus. Organisme
atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Pada anak-anak
yaitu virus: Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV.
Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia. Bakteri:
Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosi. Pada anak besar –
dewasa muda, Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C.
trachomatis. Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M.
tuberculosis.
b) Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus
meliputi: Bronkopneumonia hidrokarbon yang terjadi oleh karena
aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
Bronkopneumonia lipoid biasa terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum.
Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau
pemaksaan
pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang
menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang
terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak.
c) Umur
d) Jenis kelamin
e) Status gizi
f) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
g) Tidak ASI eksklusif
h) Imunisasi tidak memadai
i) Defisiensi vitamin A
j) Pendidikan ibu, pengetahuan ibu
k) Faktor lingkungan fisik rumah (ventilasi, kelembaban,
suhu,pencahayaan)
l) Kepadatan hunian kamar tidur
m) Obat nyamuk bakar
n) Polusi udara dan tingkat sosial ekonomi rendah
(Sugihartono, Nurjazuli., 2012)
4. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi.
Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia
berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang
lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris,
Pneumonia interstitiali, Bronkopneumonia 8
b. Berdasarkan asal infeksi yaitu Pneumonia yang didapat dari
masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumoni
yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab Pneumonia bakteri
Pneumonia virus Pneumonia mikoplasma Pneumonia jamur
d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu Pneumonia tipikal
Pneumonia atipikal
e. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia
persisten.
5. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki,
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi
kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
(Martin tucker, Susan. 2000_247).
6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkhopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina,
2001 : 684)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
(Barbara C, Long, 1996 : 435)
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
5) Sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
7. Pathway
8. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gasyang tidak
adekuat. Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal
GDA tidak dapat dipertahankan
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian
volume cairan
e. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik
BRONCHO PNEMONIA
A. PENGKAJIAN
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah
untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan klien yang memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien.
a. Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,
perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Riwayat Penyakit dahulu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
c. Riwayat kesehatan lingkungan
Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang
juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok
d. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
f. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
g. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler. Takikardi, iritability
2) Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan
cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non
produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan
anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
3) Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum
memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan
sampai
berat).
5) Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering
9) Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret yang
berlebihan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan engan kehilangan cairan aktif
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan oksigen
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
C. INTERVENSI
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Nafas
bersihan jalan nafas keperawatan 1x24 jam “ 1. Posisikan pasien
berhubungan dengan Status Pernafasan: pasien untuk
sekret yang berlebihan Kepatenan jalan nafas“ memkasimalkan
adekuat, dengan kriteria ventilasi
hasil : 2. Lakukan fisioterapi
No Indikator Skala dada
1. Suara Nafas 5 3. Buang sekret dengan
Tambahan memotivasi pasien
2. Akumulasi 5 untuk melakukan
sputum batuk atau menyedot
3. Batuk 5 lendir
4. Penggunaan 5 4. Auskultasi suara
otot bantu nafas, catat area
pernafasan ventilasinya
5. Pernafasan 5 menurun atau tidak,
cuping ada atau tidaknya
hidungi suara nafas
Keterangan : tambahan.
1. Sangat Berat 5. Kelola dengan
2. Berat menggunakan
3. Cukup nebulizer semestinya
4. Ringan 6. Monitor status
5. Tidak Ada pernafasan dan
oksigenasi
sebagaimana
mestinya
C. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan
yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasiltasi koping.
( Nursalam, 2001).
D. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil ( Nursalam, 2001).
DAFTAR PUSTAKA