Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

BRONCHO PHENEUMONIA

Dosen Pengampu : Nurul Aini

DISUSUN OLEH :

1. Firmansya Permadi 20151030051100


2. Elvira Bintang Mahadhika 201510300511025
3. Raga Suryansah 2015103005110

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017
BRONCHO PNEUMONIA

1. Pengertian Bronkopneumonia
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia
lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang
melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang
biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa (Bradley et.al.,
2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution). Pneumonia merupakan penyakit
peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme
dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat (Bradley et.al., 2011).
2. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,
sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh
penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun (Bradley et.al., 2011).
WHO memperkirakan kejadian (insiden) pneumonia di negara
dengan angka kematian bayi di atas 40 per 1.000 kelahiran hidup adalah
15% - 20% pertahun pada golongan usia Balita. Kejadian pneumonia di
Indonesia pada Balita diperkirakan antara 10% sampai dengan 20%
pertahun.
3. Etiologi
a) Faktor Infeksi
Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial
Virus (RSV). Pada bayi : Virus: Virus parainfluensa, virus
influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus. Organisme
atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Pada anak-anak
yaitu virus: Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV.
Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia. Bakteri:
Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosi. Pada anak besar –
dewasa muda, Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C.
trachomatis. Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M.
tuberculosis.
b) Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus
meliputi: Bronkopneumonia hidrokarbon yang terjadi oleh karena
aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
Bronkopneumonia lipoid biasa terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum.
Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau
pemaksaan
pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang
menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang
terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak.
c) Umur
d) Jenis kelamin
e) Status gizi
f) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
g) Tidak ASI eksklusif
h) Imunisasi tidak memadai
i) Defisiensi vitamin A
j) Pendidikan ibu, pengetahuan ibu
k) Faktor lingkungan fisik rumah (ventilasi, kelembaban,
suhu,pencahayaan)
l) Kepadatan hunian kamar tidur
m) Obat nyamuk bakar
n) Polusi udara dan tingkat sosial ekonomi rendah
(Sugihartono, Nurjazuli., 2012)
4. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi.
Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia
berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang
lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris,
Pneumonia interstitiali, Bronkopneumonia 8
b. Berdasarkan asal infeksi yaitu Pneumonia yang didapat dari
masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumoni
yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab Pneumonia bakteri
Pneumonia virus Pneumonia mikoplasma Pneumonia jamur
d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu Pneumonia tipikal
Pneumonia atipikal
e. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia
persisten.
5. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki,
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi
kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
(Martin tucker, Susan. 2000_247).
6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkhopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina,
2001 : 684)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
(Barbara C, Long, 1996 : 435)
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
5) Sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
7. Pathway
8. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gasyang tidak
adekuat. Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal
GDA tidak dapat dipertahankan
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian
volume cairan
e. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik

9. Dampak Penyakit Terhadap Sistem Tubuh


a. Sistem Pernapasan
Adanya peradangan / infeksi menyebabkan terjadinya edema yang
disertai dengan produksi mukus yang berlebihan. Hal ini
mengakibatkan saluran pernapasan menyempit dan terjadi
gangguan pertukaran gas. Sehingga terjadi dipneu, pernapasan
cuping hidung, retraksi interkostalis, hipoksia, dan adanya suara
napas ronkhi.
b. Sistem Cardiovaskuler
Konsentrasi oksigen yang rendah menyebabkan dilepaskannya
sejumlah zat vasokontriktor dari jaringan paru – paru, kemudian
zat ini mengakibatkan vasokontriksi arteri. Akibatnya terjadi
peningkatan cardiac out put yang menyebabkan terjadinya nadi
kuat dan cepat serta tekanan darah meningkat.
c. Sistem Integumen
Suhu tubuh pada bronkponeumoni kadang meningkat menjadi 39 -
40 0 . Hal ini menyebabkan pori – pori kulit membesar dan
pembuluh darah melebar sehingga tubuh akan mengeluarkan
keringat
d. Sistem Perkemihan
Bronkopneumoni dapat menyebabkan pengeluaran ADH yang
tidak tepat, Produksi ADH yang berlebihan ini mengakibatkan
ekskresi natrium dalam jumlah yang sangat banyak kedalam urin,
oleh karena itu konsentrasi natrium menjadi sangat berkurang.
e. Sistem Persyarafan
Adanya lesi pada pleura menyebabkan nyeri pada abdomen bagian
atas yang terjadi akibat adanya gesekan ketika bernapas
f. Sistem Muskuloskletal
Oksigen diperlukan untuk metabolisme sel. Suplay oksigen yang
kurang menyebabkan penurunan metabolisme sehigga energi yang
dihasilkan rendah. Hal ini mengakibatkan terjadinya kelemahan
g. Sistem Pencernaan
Produksi sekret yang berlebihan menyebabkan terjadinya mual dan
tidak nafsu makan sehingga asupan makanan kurang.
ASUHAN KEPERAWATAN

BRONCHO PNEMONIA

A. PENGKAJIAN
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah
untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan klien yang memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien.
a. Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,
perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Riwayat Penyakit dahulu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
c. Riwayat kesehatan lingkungan
Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang
juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau
banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok
d. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
f. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
g. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler. Takikardi, iritability
2) Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan
cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non
produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan
anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
3) Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum
memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan
sampai
berat).
5) Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering
9) Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret yang
berlebihan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan engan kehilangan cairan aktif
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan oksigen
5. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
C. INTERVENSI
Diagnosa NOC NIC
Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Nafas
bersihan jalan nafas keperawatan 1x24 jam “ 1. Posisikan pasien
berhubungan dengan Status Pernafasan: pasien untuk
sekret yang berlebihan Kepatenan jalan nafas“ memkasimalkan
adekuat, dengan kriteria ventilasi
hasil : 2. Lakukan fisioterapi
No Indikator Skala dada
1. Suara Nafas 5 3. Buang sekret dengan
Tambahan memotivasi pasien
2. Akumulasi 5 untuk melakukan
sputum batuk atau menyedot
3. Batuk 5 lendir
4. Penggunaan 5 4. Auskultasi suara
otot bantu nafas, catat area
pernafasan ventilasinya
5. Pernafasan 5 menurun atau tidak,
cuping ada atau tidaknya
hidungi suara nafas
Keterangan : tambahan.
1. Sangat Berat 5. Kelola dengan
2. Berat menggunakan
3. Cukup nebulizer semestinya
4. Ringan 6. Monitor status
5. Tidak Ada pernafasan dan
oksigenasi
sebagaimana
mestinya

Gangguan pertukaran Setelah dilakukan asuhan Monitor Pernafasan


gas berhubungan keperawatan 1x24 jam “ 1. Monitor suara
dengan Status Pernafasan: tambahan seperti
ketidakseimbangan Pertukaran Gas“ adekuat, ngorok atau mengi
ventilasi-perfusi dengan kriteria hasil : 2. Monitor saturasi
No Indikator Skala oksigen
1. Sianosis 5 3. Monitor secara ketat
2. Saturasi 5 pasien beresiko
Oksigen tinggi mengalami
3. Gangguan 5 gangguan respirasi
kesadaran 4. Monitor sekresi
4. Dispnea 5 pernafasan pasien
saat 5. Berikan terapi nafas
istirahat apabila diperlukan
5. Dispnea 5
dengan
aktivitas
ringa
Keterangan :
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak Ada
Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan Manajemen syok
cairan berhubungan keperawatan 1x24 jam “ 1. Observasi tanda-
engan kehilangan cairan Keseimbangan Cairan“ tanda vital, tekanan
aktif adekuat, dengan kriteria darah, status mental
hasil : dan output urin
No Indikator Skala 2. Buat dan
1. Denyut 5 pertahankan
nadi radial kepatenn jalan nafas
2. Turgor 5 3. Monitor timbulnya
Kulit gagal nafas
3. Hematokrit 5 4. Monitor status
4. Kehausan 5 cairan
5. Edema 5 5. Berikan cairan IV
perifer
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak tergsnggu

Intoleran aktivitas Setelah dilakukan asuhan Terapi Aktivitas


berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam “ 1. Bantu klien
ketidakseimbangan Keefektifan pompa jantung“ mengidentifikasi
antara suplai oksigen adekuat, dengan kriteria aktivitas yang
dan kebutuhan oksigen hasil : diinginkan
No Indikator Skala 2. Pertimbangkan
1. Tekanan 5 kemampuan pasien
darah 3. Bantu klien
sistol mengidentifikasi
2. Tekanan 5 kelemahan
darah 4. Berkoordinasi dalam
diastol menyeleksi sesuai
3. Urin 5 dengan umur
output 5. Fasilitasi aktivitas
Keterangan : pengganti pada saat
1. Devisiasi berat dari klien
kisaran normal memilikiketrbatasan
2. Devisiasi yang cukup waktu, energi
besar dari kisaran msupun pergerakan.
normal
3. Devisiasi sedang dari
kisaran normal
4. Devisiasi ringan dari
kisaran normal
5. Tidak tergsnggu

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan


nutrisi: kurang dari keperawatan 1x24 jam “
kebutuhan tubuh Status Nutrisi : asupan
berhubungan dengan Nutrisi“ adekuat, dengan
kurang asupan makanan kriteria hasil :
No Indikator Skala
1. Asupan 5
kalori
2. Asupan 5
protein
3. Asupan 5
lemak
4. Asupan 5
karbohidrat
Keterangan :
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekaut

C. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan
yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasiltasi koping.
( Nursalam, 2001).

D. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil ( Nursalam, 2001).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddrath. 2002. Keperawatan Medikel Bedah. EGC: jakarta.

Depkes RI, Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut,


Jakarta : DirjenPPM & PLP 2009

NANDA. (2015). Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika

NIC. (2013). Nursing Intervention Classification. Alih bahasa : Intansari


Nurjannah, dkk. Edisi 6. Jakarta : Elsevier.

NOC. (2013). Nursing Outcome Classification. Alih bahasa : Intansari Nurjannah,


dkk. Edisi 6. Jakarta : Elsevier.

Sugihartono, Nurjazuli.2012.Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.Vol. 11 No.


1.

Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik . Alih Bahasa: Andry


Hartono, dkk. Edisi 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai