S DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DIRUANG MELATI
RS MEKAR SARI BEKASI
Disusun Oleh
NIM : 210513011
ABDI NUSANTARA
i
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1. Definisi Bronchopneumonia
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing
( Ngastiyah,2005).
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai
ke bronkus.(Riyadi sujono&Sukarmin,2009).
2. Etiologi
tubuh terhadap organ pernafasan yg terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan
mukus, gerakan silia yg menggerakkan kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi
1
1. Virus : Legionella pneumoniae
3. Manifestasi Klinis
atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta
sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-
mula kering kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat
diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat,
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena,
pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya
1. Pnemonia bakteri
Gejala :
a. Anoreksi
b. Rinitis ringan
c. Gelisah
2
Berlanjut sampai :
b.Demam
d. Ekspirasi berbunyi
e. Leukositosis
2. Pnemonia Virus
Gejala awal :
a. Rhinitis
b. Batuk
Berkembang sampai :
a. Ronkhi basah
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan
lesu
3. Pneumonia mikroplasma
Gejala :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
3
d. Demam
Berkembang sampai :
a. Rhinitis alergi
4. Patofisiologi
bakter, virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak
tanah, & sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas).
Awalnmya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat
masuk ke saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi
ini menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat
menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini
dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka
aliran bronkus menjadi semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya
terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru &
mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak Hanya menginfeksi saluran napas,
bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini
dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah
GI tract.
4
5. Pathway
6. Komplikasi
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
5
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
6
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
8. Penatalaksaan Medis
b) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
c) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
(Soetjiningsih, 1995).
komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
7
sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan
2. Ciri-ciri perkembangan
tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya. Misalnya seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum bisa berdiri.
Seorang anak tidak bisa berdiri bila pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang
terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini
beda.
cepat, perkembanganpun demikian. Anak sehat bertambah umur, bertambah berat dan
anggota tubuh.
8
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
halus.
pola yang teratur dan berurutan, misalnya anak 8 terlebih dahulu bisa membuat
perkembangan balita adalah : ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin,
1) Faktor Prenatal
sampai lahir antara lain: gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksin/zat kimia,
1995)
2) Faktor Persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia
9
a. Tes Intelegensi Stanford-Binet (The Stanfoerd-Binet Test) Tes ini merupakan tes yang
tertua dan digunakan mulai umur 2 tahun samapi dewasa. Karena berdasarkan unsur-
unsur verbal, maka tes ini bbermanfaat untuk anak dengan gangguan bahasa dan
bicara. Nilai yang didapat dari tes ini adalah nilai IQ dan umur mental.
b. Skala Intelegensi Wechsler untuk Anak Prasekolah dan Sekolah The Wechsler
menggunakan tes ini secara luas pada analanak yang lebih besar dan dewasa,
yang didapat dari tes ini adalah nilai IQ dan berguna untuk penilaian anak yang
c. Skala Perkembangan menurur Gesell (Gesell Infant Scale) Skala perkembangan ini
bertujuan untuk menentukan tahap kematangan dan kelengkapan suatu sitem yang
sedang berkembang. Skala ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1925 dan dapat
digunakan dari umur 4 minggu sampai 6 tahun. (Soedjiningsih, 2005) Skala ini dibagi
4) Perilaku sosial (personal social behavier) adalah reaksi pribadi anak terhadap
Skala ini dibuat untuk anak umur 8 minggu sampai 30 bulan (2 ½ tahun), dengan tujuan
untuk menentukan kemampuan perkembangan mental dan motorik seorang anak, dan
10
memcari penyimpangan dari perkembangan yang normal. Skala ini dibagi dalam 3
Merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak yang
mudah dan cepat. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara
efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak prssekolah yang
perkembangan merangkak dan merayap, demikian pula dengan umur duduk, berjalan,
perkembangan perilaku sosial. Tes Bentuk Geometrik Tes ini merupakan prosedur yang
dengan cara meniru bentuk geometrik yang sederhana. Tes ini dapat sebagai indikator
Tes Motor Visual Bender Gestalt Digunakan untuk menilai dan skrining anak-anak
yang mengalami kesulitan persepsi motorik yang dimulai pada umur 5 tahun dan yang
lebih tua, dengan diperintahkan meniru 9 bentuk yang diberikan pada waktu bersamaan.
Tes ini dapat digunakan sebagai tes memori dengan cara meminta anak untuk
Tes Menggambar Orang (Draw-A-Man Test) Tes ini relatif sederhana untuk umur 3
kepala maka dia telah mencapai usia mental minimal 3 tahun 3 bulan dan skor kredit
11
umur 3 bulan ditambahkan setiap 12 bagian tubuh yang sesuai. Dengan membuat gambar
yang lebih baik akan mencerminkan kapsitas intelektual yang lebih tinggi yang sudah
Test Perkembangan Adaptasi Sosial Pada tes ini diperlukan jawaban/informasi yang
dapat dipercaya dari orang tua mengenai perkembangan anaknya mulai dari tahuntahun
pertama sampai pada saat tes dilakukan.Kegunaan skala ini adalah tes psikologi anak-
Depkes RI yang terdiri dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog,
THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986. Kuesioner ini untuk skrining pendahuluan bayi
umur 3 bulan sampai anak umur 6 tahun yang dilakukan oleh orangtua. Setiap umur
tertentu ada 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan anak, yang harus diisi
(atau dijawab) oleh orangtua dengan ya atau tidak, sehingga hanya membutuhkan waktu
1. Pengkajian
Pengkajian Fokus
b. Keluhan utama
12
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
(hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot
bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi
nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
Pola Pengkajian
1. Pernafasan
Gejala :
sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-
turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/
iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap
(misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen
Tanda :
13
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu
hidung).
Dada :
difragma minimal.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2. Sirkulasi
Gejala :
Tanda :
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat
menunjukan anemia.
3. Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.
Tanda :
14
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
4. Aktifitas / istirahat
Gejala :
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
5. Integritas ego
Gejala :
Tanda :
6. Hygiene
Gejala :
15
Tanda :
7. Keamanan
Gejala :
lingkungan.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anorexia, distensi abdomen
1999 :170).
16
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil : Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada
dispenia
Intervensi :
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan cairan paru
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau / tak ada aliran udara dan bunyi
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Bunyi nafas bronchial ( normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area
konsolidasi. Krekels, ronki, mengi terdengar inspirasi dan / ekspirasi pada respon
terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/ obstruksi
c. Bantu pasien latihan nafas sering. Bantu pasien mempelajari melakukan batuk,
misalnya dengan menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu
ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam
d. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/ hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air
17
Rasional : Cairan (khususnya hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu melakukan, karena batuk tidak efektif atau perubahan
tingkat kesadaran
pengiriman oksigen.
Tujuan : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan dengan GDA dalam
Intervensi
b. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku. Catat adanya sianosis
18
Rasional : Sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap
demam / menggigil. Namun, sianosis daun telinga, membrane mukosa, dan kulit
Rasional : Takikardia biasanya ada karena demam/ dehidrasi. Tetapi juga dapat
senggang
e. Tinggikan kepala dan dorong untuk sering mengubah posisi, nafas dalam dan
batuk efektif
19
3. Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses
Tujuan : Menunjukan pola nafas tidak efektif dengan frekuensi dan kedalaman
Intervensi
Rasional : Bunyi nafas menurun / tidak ada jika jalan nafas obstruksi sekunder
terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan nafas kecil ( atelektasis). Ronki
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bantu pasien turun dari tempat
berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan ( infark paru) atau anti
koagulan berlebihan
20
Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat,
Intervensi
mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan oksigen tambahan
21
5. Diagnosa keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Intervensi
b. Berikan / bantu kebersihan mulut setelah muntah, drainase postural dan sebelum
makan
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien yang
c. Berikan makan porsi kecil dan sering, termasuk makanan kering dan makanan
untuk kembali
oksigen
22
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Kriteria Hasil : tidak ada dispneau, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam
rentang normal
Intervensi
pemilihan intervensi
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
kegagalan pernafasan
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau tidur di kursi
4. Implementasi Keperawatan
23
5. EVALUASI
24
sama sekali.
BAB 2
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas data
Agama : Islam
25
Pendidikan ayah : SMA
II. KeluhanUtama
Orang tua pasien mengatakan anaknya demam 4 hari, mual, muntah ±2 kali, kemarin
Bab
7. Imunisasi : Lengkap
26
V. Riwayat keluarga (disertai genogram)
Keterangan:
x v
Tinggal serumah
Laki-laki
v Perempuan
Tn.L Ny.F
v
Meninggal
Klien
An.S
Hubungan
perkawinan
Klien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, saat ini berusia 1 tahun 10 bulan . Klien
tinggal Bersama kedua orang tua dan kedua saudara laki-lakinya. Ayah klien Tn.L berusia
35 thn dan ibu klien Ny.F berusia 32 thn , kedua orang tua klien tidak mempunyai riwayat
penyakit.
27
5. Lingkungan rumah : Menurut ibu klien, lingkungan tempat
I. Kebutuhan Dasar
Selera :
Ibu pasien mengatakan memberi anaknya makan dengan cara di suapin menggunakan
sendok
Pola makan/jam :
Ibu pasien mengatakan memberi makan anaknya minimal 3 x/hari, sarapan pukul
08 :00 Wib, makan siang pukul 13:00 Wib, makan malam 18:00 Wib, biasa diselingi
2. Pola tidur
Pola tidur teratur. Tidur siang 13 : 30 – 16 :00 Wib, tidur malam jam 20 : 00 – 07 :00
Wib.
Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa saat
tidur, dll) :
3. Mandi
Mandi masih dibantu . mandi rutin 2 x/hari yaitu pagi dan sore.
4. Aktifitas bermain
Anak aktif, biasa bermain bersama kedua abangnya dan orang tuanya serta tetangga.
5. Eliminasi
28
BAK normal tidak ada keluhan dengan warna urin jernih, BAB normal tidak ada
1. Diagnosa Medis :
Bronchopneumonia, Febris
2. Tindakan Operasi :
Tidak Ada
3. Status Nutrisi :
BB 8,5 Kg
4. Status Cairan :
Mukosa bibir lembab, tidak sianosis, anak minum air putih masih mau +- 1 liter.
5. Obat – obatan
- IVFD RL 15 tpm
- Ceftriaxone 1 x 1 gram
- Ambroxol 3 x 1 cth
6. Aktifitas
29
Tanggal 01/12/2021
Basophil 5
Neutrofil 26
Limfosit 54
8. Hasil Rontgen
Bronchopneumonia
9. Data Tambahan
Tidak ada
Kesadaran : Composmentis
Lingkar kepala : 50 Cm
Jantung : Bunyi jantung normal, nadi 130 x/m teraba teratur, CRT 2 detik.
30
Perut : Bising usus 12 x/m, teraba supel.
Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah normal, simetris dan dapat bergerak
Anak sudah bisa mandiri berjalan, bergaul lebih sering dengan anggota rumah,
terkadang bermain Bersama anggota keluarga lain, dan tetangga, berinteraksi dengan
2. Motorik halus
Menurut ibu anaknya sering mencoret dengan spontan ketika melihat pulpen, anak
4. Motorik kasar
V. INFORMASI LAIN
Ibu pasien mengatakan ini kali pertama anaknya sakit sampai harus masuk RS
31
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak saat ini berada pada usía 22 bulan dan
Klien dibawa oleh kedua orang tuanya ke IGD RS Mekar Sari pukul 20:46 Wib tanggal
30-11-2021 dengan keluhan demam 4 hari, mual, muntah ±2 kali, kemarin Bab cair,
batuk, pilek, nafas berat, sudah berobat tidak ada perubahan. Pada saat di IGD Nadi 140
x/m, RR 30 x/m, suhu39,3℃, dipasangkan IVFD RL 15 tpm, paracetamol drip 100 mg.
32
Bersihan jalan
1 Data Subjektif: Hipersekresi
nafa tidak efektif
jalan nafas
- Ibu pasien mengatakan anaknya batuk berdahak, pilek,
(D.0149)
nafas berat dikarenakan dahak sulit keluar
Data Objektif:
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
33
Bersihan Tujuan : MANAJEMEN
jalan napas Setelah dilakukan Tindakan keperwatan 2 x 24 jam diharapkan JALAN NAFAS
tidak efektif kemampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan nafas Observasi:
berhubungan untuk mempertahankan jalan napas tetap paten meningkat Monitor pola nafas
dengan ( frekuensi,
hipersekresi Kriteria Hasil : kedalaman, usaha
jalan napas nafas)
Cukup Cukup Monitor sputum
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
( jumlah, warna,
Batuk
aroma)
1 2 3 4 5 Terapeutik:
Efektif
Berikan minuman
Cukup Cukup hangat
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun Edukasi:
Ajarkan Teknik batuk
Produksi
Sputum
1 2 3 4 5 efektif
Kolaborasi:
Cukup Kolaborasi pemberian
Cukup bronkodilator,
Memburuk Sedang Membai Membaik
Memburuk
k ekspektoran,
mukolitik.
Frekuensi
1 2 3 4 5
napas
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
34
berhubungan Jam 16:35 : Memonitor sputum (jumlah, warna,
dengan aroma)
Hasil: produksi sputum warna kekuningan, berbau
hiperskresi jalan khas, jumlah sputum sulit terkaji
napas
Jam 15:40 : Memberikan minuman hangat
Hasil: anak meminum air hangat kurang lebih 50 cc
E. EVALUASI KEPERAWATAN
35
jalan napas
Objektif:
- Keadaan umum sedang
- Kesadaran composmentis
- Retraksi dada berkurang
- Rr 22 x/m
- Ronchi masih terdengar
- Bunyi krok-krok ketika batuk masih terdengar
Analisis:
Masalah teratasi sebagian
Planning:
Intervensi dilanjutkan:
- Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha
nafas)
- Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)
- Berikan minuman hangat
- Ajarkan Teknik batuk efektif
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik.
Analisis:
Masalah teratasi sebagian
Planning:
Intervensi dilanjutkan
- Monitor suhu tubuh
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Anjurkan orang tua untuk kompres jika anak demam
- Kolaborasi pemberian cairan dan antipiretik.
DAFTAR PUSTAKA
36
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta: EGC
37