Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA

INTOKSIKASI

DI SUSUN OLEH
1. AJENG DWI R.
2. SRIYANTO
3. VINNA NURKHOLIS
4. YANTI HARYANTI
• A. Pengertian
• Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat
atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya. Keracunan adalah keadaan sakit yang
ditimbulkan oleh racun. Dan racun yang masuk kedalam
tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu
seperti paru-paru, hati, ginjal. Tetapi zat tersebut dapat
pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung
sifatnya pada tulang, hati, darah, atau organ lainnya
sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan
dalam jangka panjang.
B. Etiologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat
menyebabkan keracunan terhadap klien, antara lain:
• Bahan kimia umum (Chemical toxicants) yang terjadi dalam
berbagai golongan seperti pestisida (organochlorine,
organofosfat, karbamat), golongan gas (nitrogenmetana,
karbonmonoksida, klor), golongan logam (timbal, fosfor, air
raksa, arsen), golongan bahan organik (akrilamida, anilin,
benzena toluene, finil klodina fenol).
• Racun yang dihasilkan oleh mahluk hidup (biological
toxicants) misalnya: sengatan kalajengking, sengatan lebah,
gigitan ular berbisa.
• Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (bacterial toxicants)
misalnya: bacillus cereus, compilobacter jejuni, klostridium
botulinum, eserchia colli, makanan kaleng.
• Racun yang dihasilkan oleh tumbuhan (botanical toxicants)
misalnya: jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung,
jengkol, tempe bongkrek.
•  
C. MANIFESTASI KLINIS
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,
apakah melalui mata, paru, lambung, atau melalui suntikan. Karena hal ini
mugkin mengubah tidak hanya kecepatan absorbsi dan distribusi suatu
bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan metabolisnya, pertimbangan
lain meliputi perbedaan respon jaringan. Hanya beberapa racun yang
menimbulkan gambaran khas seperti pupil sangat kecil (pinpoint), muntah,
depresi,dan hilangnya pernapasan pada keracunan akut morfin atau
alkaloid. Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardia,
dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat, disertai dengan
gangguan pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda
sering dihubungkan dengan keracunan akut dextroprokposifen, terutama
bila digunakan bersamaan dengan alkohol.
D. PATOFISIOLOGI
 Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranta
self poisoning (obat-obatan), acidental poisoning (obat-
obatan, bisa ular, sengatan serangga seperti kalajengking dan
lebah, makanan), dan attempted suicide (zat kimia). Terjadi
mual muntah, dikarenakan iritasi pada lambung sehingga HCL
dalam lambung meningkat. Dari penyebab tersebut dapat
mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan
fungsi organ-organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari
keracunan menimbulkan pusing, mual, muntah, gangguan
pernafasan, diare, gangguan sirkulasi darah, dan gangguan
neurologis.
  
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Terkena gigitan serangga
 Laboratorium : Hb, leukosit, trombosit, elektrolit, gula darah, urea,
kreatinin, CPK (kreatinin fosokinase), profil koaulasi, analisa gas
darah, uji faal hati
2. Gigitan ular
 Pemeriksaan darah : Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N,
elektrolit, waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu protombin,
fibrinogen, APTT, D-dimer, uji faal hepar, golongan darah uji cocok
silang
 Pemeriksaan urine : hematuria, glikosuria, proteinuria
(mioglobulinuria)
 EKG, foto dada
LANJUTAN...
3. Keracunan narkotika
 Pemeriksaan laboratorium tidak selalu dibutuhkan karena
pengobatan berdasarkan besar masalah sangat diperlukan dari pada
konfirmasi kada atau jenis obat
 Pemeriksaan AGD, penilaian fungsi paru, glukosa darah dan
elektrolit
 Foto dada

4. Keracunan bahan kimia, obat dan makanan


 Pemeriksaan urin 50 ml, 10 ml serum

 Analisa gas darah fungsi hati, ginjal, kadar gula darah sewaktu,
darah perifer
 Bahan muntahan dan feses
 Pemeriksaan radiologi dan EKG
G. KOMPLIKASI
 Kejang
 Koma

 Henti jantung

 Henti nafas

 Syok
H. PENATALAKSAAN
 Penatalaksanaan kasus kercunan adalah sebagai berikut:
1. Intoksikasi organofosfat
a. Bila organofosfat tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan
penderita dengan mengorek dinding belakang tenggorok dengan jari
atau alat lain atau memberi larutan garam dapur 1 sdm penuh dalam
segelas air hangat. Bila penderita tidak sadar tidak boleh
dimuntahkan karena bahaya aspirasi.
b. Bila penderita berhenti bernafas segeralah dimulai pernafasan
buatan. Terlebih dahulu bersihkan mulut dari air liur, lendir atau
makanan yang menyumbat jalan nafas. Bila organofosfat tertelan
janagn melakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
LANJUTAN...
c. Bila kulit terkena organofosfat segera lepaskan pakaian yang
terkena dan kulit dicuci dengan air sabun.
d. Bila mata terkena organofosfat segera cuci dengan banyak air
selama 15 menit.
e. Segera berikan antidotum sulfas atropin 2 mg IV atau IM.
f. Pralidoksin diberikan segera setelah psien diberi atropin yang
merupakan reaktifator enzim kolinesterasi.
2. INTOKSIKASI MAKANAN
a. Dehidrasi diatasi sambil menghentikan muntah dan diare. Pemberian
rehidrasi bukan sekedar mengganti cairan yang hilang tetapi juga
mengompensasi defisit elektrolit yang terbawa bersama muntahan serta
diare.
b. Jika pasien diyakini telah termakan racun tertentu (dari jamur atau ikan),
pembilasan lambung dan pemberian arang aktif merupakan langkah
penanganan utama
c. Obat-obatan yang lazim digunakan adalah anti diare (atsorben,
antisekretori, dan anti peristaltik), antibiotik, anti toksin, anti histamin,
kortikosteroid, viadrenergic agonist, sympatomimetic, dan atropin. Untuk
menghilangkan sumber toksin yang masih ada di dalam lambung dapat
digunakan sirup ipekak atau apomorfin.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN INTOKSIKASI (KERACUNAN)

A. Pengkajian
Hal yang dapat dilakukan pertama kali pada keadaan
kritis dalam keracunan adalah melakukan pemeriksan
primer dan sekunder, yaitu :
 Pemeriksaan primer dan sekunder

 Resusitasi (ABCD)

a) Airway
b) Breathing
c) Circulation
d) Disability (Evaluasi neurologis)
LANJUTAN...
 Pemeriksaan sekunder
 Kaji adanya bau dari mulut dan muntahan, sakit kepala,
sukar bicara, sesak nafas, tekanan darah menurun,
kejang-kejang, gangguan penglihatan, aritmia jantung
dan syok. Ada beberapa dekomentasi yang harus
dilakukakan:
a. Dekomentasi pulmonal
b. Dekomentasi mata
c. Dekomentasi kulit (rambut dan kuku)
d. Dekomentasi Gastrointestinal (GI)
2. ANAMNESIS
 Identitas pasien
 Riwayat Kesehatan

 Keluhan utama

 Riwayat penyakit sekarang

 Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat keracunan

 Riwayat penyakit keluarga

 Kaji tentang ada atau tidak keluarga yang pernah mengalami


keluhan yang sama.
3. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL

 Aktivitas dan istirahat


 Sirkulasi

 Eliminasi

 Nutrisi dan cairan

 Neurosensori

 Pernapasan

 Keamanan 
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif
4. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
5. Gangguan integritas kulit dan jaringan
6. Gangguan rasa nyaman
7. Intoleransi aktivitas

  
CONTOH KASUS
 Tn. D (33 tahun) dibawa ke IGD oleh istrinya dengan keluhan
muntah- muntah setelah makan tempe bongkrek 4 jam yang
lalu. Kondisi klien mengalami penurunan kesadaran somnolen.
Klien tampak lemas. Istri klien mengatakan Tn. D mengalami
diare (sudah BAB selama 10x setelah makan tempe bongkrek,
feses cair). Dari hasil pengkajian sementara didapatkan tekanan
darah : 80/60 mmHg , Nadi : 120 x/menit, RR : 40 x/menit,
Suhu : 38 0C. Turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
saat diauskultasi terdengar ronkhi, Istri klien mengatakan
bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya. Hasil
lab AGD. PH 7,25 PCO2 50, P02 50, HCO3 22, BE-2,8 sat 02
87%
 Hasil lab: Hb10gr/dl, Ht 59%, leuko 4,3 ribu/ul, Trombo 175
ribu/ul, Na 132mmol/L, K 3mmol/L, Cl 94mmol/L
ANALISA DATA
No Analisa Data DX Keperawatan Etiologi
1 DS : Hipovolemia  kehilangan cairan aktif
-Istri klien mengatakan klien muntah-
muntah dan BAB sudah sepuluh kali
konsisntensi feses cair setelah makan
tempe bongkrek
DO :
-Kesadaran klien samnolen
-Klien tampak lemas
-TD 80/60 mmHg
-Nadi 120 x/mnt
-SH 38 derajat celcius
-Turgor kulit menurun
-Membran mukosa kering
-CRT > 2 detik
-Hb 10 gr/dl, Ht 59%
-Na 132 , K 3, Cl 94
DS : -
2. DO :
-Kesadaran klien samnolent Gangguan pertukaran gas Ketidakseimbangan ventilasi-
-RR 40x/mnt perfusi
-Nafas terdengar ronkhi
-Nadi 120 x/mnt
-PH 7,25
-PCO2 50, P02 50, HCO3 22,
-Sat o2 87%
DIAGNOSA KEPERAWATAN
n Standar diagnosa Standar luaran diagnosa Standar intervensi diagnosa keperawatan
o keperawatan (SDKI) keperawatan (SLKI) (SIKI)

1 Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hypovolemia


kehilangan cairan aktif keperawatan selama 1x24 jam Tindakan
dibuktikan dengan diharapkan asupan cairan klien Observasi
DS : membaik dengan kriteria hasil : -Periksa tanda dan gejala hypovolemia
-Istri klien -Turgor kulit meningkat -Monitor intake dan output cairan
mengatankan klien -Output urine meningkat Terapeutik
muntah-muntah dan -Konsistensi urine menurun -Hitung kebutuhan cairann
Bab sudah 10x dengan -Pengisian vena meningkat -Berikan posisi modifield trendelenberg
konsistensi cair setelah -Dispneu menurun -Berikan asupan cairan oral
makan tempe bongkrek -Frekuensi nadi meningkat Edukasi
DO : -Membran mukosa membaik -Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
-Kesadaran klien -Beart badan membaik -Anjurkan menghindari posisi mendadak
samnolen -Kadar Hb dan Ht membaik Kolaborasi
-Klien tampak lemas -Berat badan membaik -Kolaborasi pemberian cairan IV Isotonis (mis.
-TD 80/60 mmHg -Oliguria membaik NaCl, RL)
-Nadi 120 x/mnt -Intake cairan membaik -Kolaborasi pemberian cairan IV Hipotonis (mis.
-SH 38 derajat celcius -Status mental membaik Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
-Turgor kulit menurun -Suhu tubuh membaik -Kolaborasi pemberian cairan Koloid (mis.
-Membran mukosa Albumin, Plasmanate)
kering -Kolaborasi pemberian produk darah
-CRT > 2 detik
-Na 132 , K 3, Cl 94
LANJUTAN...
n Standar diagnosa Standar luaran keperawatan Standar intervensi keperawatan (SIKI)
o keperawatan (SDKI) (SLKI)

2 Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi


ketidakseimbangan ventilasi keperawatan 1x24 jam Dukungan Ventilasi
perfusi dibuktikan dengan pertukaran gas meningkat Tindakan
DS : - Kriteria hasil Observasi
DO : -Tingkat kesadaran meningkat -Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
-Kesadaran klien samnolen -Dispneu menurun nafas
-Dispneu RR 40x/mnt -Bunyi nafas tambahan -Monitor pola nafas
-Nadi 120 x/mnt menurun -Monitor adanya sumbatan jalan nafas
-PH 7,25 -Gelisah menurun -Auskultasi bunyi nafas
-PCO2 50, P02 50, HCO3 22, -Nafas cuping hidung menurun -Monitor saturasi oksigen
-Sat o2 88% -PCO2 membaik -Monitor nilai AGD
-PO2 membaik Terapeutik
-pH arteri membaik -Pertahankan kepatenan jalan nafas
-Pola nafas membaik -Berikan posisi semi fowler atau fowler
-Sianosis membaik -Fsilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
-Warna kulit membaik -Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
  Edukasi
  -Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan
-Ajarkan melakukan teknik relaksasi nafas dalam
-Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
-Ajarkan batuk efektif
Kolaborsi
- Kolaborasi pemberian bronchodilator, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai