Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 2

TENTANG “ASUHAN KEPERAWATAN TOKSIKOLOGI SPESIFIK”

KELOMPOK I
1. Alwi Anwar Rangkuti
2. Annisa Fitri Juliyana
3. Elsa eka putri
4. Fani Okta Fitri
5. Nadia kurnia
6. Nurma Mutia Yusman
7. Salma Afifah
8. Sindy Febri Maladia
9. Tiara Zulvi Putri
10. Yollanda Trimelta

DOSEN PENGAMPU : Ns.Harinal Afri Resta,M.kep, CWCCA.

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat Nya kami bisa
menyelasaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah KGD 2. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Harinal
Afri Resta. M.Kep ,CWCCA.,sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam
penulis makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
untuk tersajinya makalah ini. Kami selaku penyusun makalah ini menyadari bawa dalam
penyajian makalah ini masih minim dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
senantiasa megharapkan masukan dari para pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Atas perhatian, kami ucapkan terimakasih.
Padang,19 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keracunan yang disebabkan oleh apapun sebagai tim medis haruslah dipersiapkan
sebaikbaiknya. Salah satu hal yang terpenting dalam kasus keracunan yaitu identifikasi
jenis keracunan apa yang terjadi, sehingga tindakan yang diberikan tepat dan tidak salah
tindakan kepada pasien yang akan mengakibatkan kematian pada pasien tesrebut. Dalam
peristiwa seperti ini, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang bisa terjadi kapan saja
dan dimana saja, serta memerlukan kecepatan untuk segera bertindak dengan segera dan
juga kita harus mengamati efeknya dan gejala keracunan yang timbul.
Keracunan sendiri merupakan zat atau senyawa yang masuk kedalam tubuh manusia
dengan berbagaicara yang dapat menghambat respon biologis dan fisiologis tubuh
manusia, bahkan bisa menyebabkan kematian. Kebanyakan keracunan dihubungkan pada
pangan dan bahan kimia. Realitanya bukan hanya pangan atau bahan kimia yang dapat
menyebabkan kercunaan. Salah satu contoh yang lain adalah keracunan bisa ular, secara
fisiologis ular tersebut mengigit dan mengalirkan racun berbentuk cairan.
Di Indonesia pelaporan kasus keracunan senidiri dari seluruh rumah sakit di
indonesia pada tahun 2010-2014 masih rendah yaitu hanya 13% dari total 2000 rumah
sakit, BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sendiri menanggapinya atau
meresponnya dengan membangun SIKERNAS (Sentra Informasi Keracunan Nasional)
yang akan memberikan informasi secara menyeluruh dan memberikan petunjuk
pertolonan pertama pada keracunan serta jenis-jenis toksik (keracunan).

B. Rumusan Masalah
1. Kegawatdaruratan Toksikologi
2. Mengidentifikasi Racun
3. Intervensi Teraupetik untuk keracunan dan overdosis
4. Intervensi Teraupetik Untuk Keracunan dan Overdosis
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu kegawatdaruratan toksikologi
2. Untuk mengetahui bagaimana mengidentifikasi racun
3. Untuk mengetahu intervensi apa yang digunaka untuk keracunan dan overdosis
4. Untuk mengetahui intervensi teraupetik untuk keracunan dan overdosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Kata racun”toxic ” adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata tox, dimana
dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat itu digunakan sebagai senjata
dalam peperangan, yang selalu pada anak panahnya terdapat racun. Di dalam ”Papyrus Ebers
(1552B.C.)“
Toxidrome adalah sekumpulan gejala toksik yang disebabkan oleh obat atau jenis racin
kelas tertentu. Pada pasien dengan keracunan yang tidak diketahui penyebabnya.
Proses terjadinya keracunan ini (Eksposur) dapat berkerja atau bereaksi ketika bekerja
(occupational), ketika bereaksi (recreational), terapi (therapeutic), karena
lingkungn(enviromental). Eksposur ini dapat terjadi melalui inhalasi, injeksi, pencernaan,
injeksi, atau kontak dengan kulit atau selaput lendir .
B. Mengidentifikasi racun
Berikut beberapa jenis mengidentifikasi keracunan:
1. Toxidrome Antikolinergik
Toxidrome Antikolinergik termasuk keracunan antihistamin, antidepresan trisiklik, obat
penyakit parkinson, antispasmodik, myoriatics, cyclobenzaprine dan tanaman tertentu.
Tanda dan gejala meliputi :
a. Midriasis, penurunan bising usus, wajah kemerahan, membran mukosa kering,
agitasi, delirium, retensi urine dan halusinasi
b. Denyut jantung mengalami peningkatan, peningkatan tekanan dan suhu

2. Toxidrome Kolinergik
Termasuk oranofosfat dan insektisida karbamat, physostigmine, pilocarpine dan nikotin.
Kombinasi dari efek muskarinik dan nikotinik

3. Toxidrome sedatif
Jenis keracunan yang termasuk etanol dan benzodiazepin
Tanda dan gejala:
a. Penurunan tekanan darah, denyut jantung dan pernafasan
b. Sistem saraf pusat (SSP) depresi, penurunan bising usus, hiporefleksia, dan
ataksia.
c. Normothermic sampai hipotermia
4. Toxidrome Opionid
Jenis keracunan yang termasuk dalam opiat dan narcotika
Tanda dan gejala :
a. Depresi SSP, miosis, hiporefleksia
b. Respons cepat untuk nalokson
c. Penurunan tekanan darah, denyut jantung, tingkat pernafasan dan suhu.

5. Toxidrome Simpaatomimetik
Jenis keracunan termasuk kokain, amfetamin, dan stimulan lainnya
Tanda dan gejala meliputi
a. Eksitasi CN3, tremor, kejang, hyperrefleksia, midriasis dan diaphoresis
b. Mengalami peningkatan denyut jantung, suhu, dan tekanan darah

C. Tanda dan Gejala Toksisitas.


Tingkat kesadaranTingkat kesadaran merupakan indikato yang sangat penting untuk
mengetahui seberapa parahnya keracunan yang dialami oleh penderita. Derajat tingkat
keracunan didalam toksikologi terbagi dalam beberapa tingkat berdasarkan kesadaran
pasien :

1. Keracunan tingkat 1: Penderita tampak mengantuk tetapi masih sadar dan mudah
berkomunikasi dengan orang.

2. Keracunan tingkat 2 : penderita tampak keadaan sopor (Stupor), tetapi saat dibangunkan
dengan rangsangan minimal.

3. Keracunan tingkat 3 : penderita dalam keadaan soporkoma dan hanya bereaksi terhadap
rangsangan nyeri.

4. Keracunan tingkat 4 : ini merupakan tingkat keparahan dan mengancam nyawa penderita
dimana dalam keadaan koma dan tidak ada reaksi sedikitpun terhadap rangsangan yang
diberikan
D. Tahapan Toksisitas
Berdasarkan tahapan terjadinya toksisitas, ada 3 tahapan yaitu :
1. Tahap Awal (0-24 jam setelah terekspos)
a. Gejala yang terjadi ringan atau bahkan tidak ada.
b. Terdapat irigasi gastrointestinal (mual, muntah, anoreksia)
c. Dalam kasus keracunan atau toksikologi masif yang jarang terjadi (kadar zat
dalam darah 4 jam > 800mg/L), terdapat asidosis metabolik dan koma dapat
berkembang dalam 24 jam pertama.

2. Tahap Dorman (24-48 jam setelah konsumsi)


Merupakan tahap selanjutnya yang relatif bebas gejala toksisitas. Gangguan
pencernaan cenderung mereda, dan tidak ditemukan gangguan hati secara signifikan.
a. Meskipun pasien dalam kondisi asimtomatik, proses gagal hati mulai terjadi pada
kondisi ini.
b. Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan pada transminase serum (AST,
ALT) dan uji laboratorium mengalami peningkatan pada koagulasi (rasio
normalisasi internasional, ptothrombin/waktu parsial tromboplastin ).
c. Terdapat neri abdomen mungkin terasa di kuadaran kanan atas.

3. Tahap Hepatik (48-96 jam setelah konsumsi)


a. Progresif ensefalopati hepatik mulai berkembang.
b. Muntah.
c. Jaundice.
d. Nyeri abdomen kuadran kanan atas terasa signifikan.
e. Gangguan perdarahan.
f. Hipoglikemia.
g. Peningkatan enzim hati sementara.
h. Kerusakan ginjal.

E. Asuhan keperawatan teoritis


1. Pengkajian
1) Survey Primer Resusitasi (ABC).
a. Airway
Periksa jalur jalan napas, gangguan jalan napas sering terjadi pada klien
dengan kasus keracunan. Cara untuk mendapatkan kelancaran jalan napas dapat
dilakukan dengan head tilt chin lift/jaw trust/nasopharyngeal airway/ pemasangan
guedal. Selain itu juga hal yang perlu di perhatikan adalah mencegah aspirasi isi
lambung dengan posisi kepala pasien diturunkan, menggunakan jalan napas
orofaring dan pengisap. Jika ada gangguan jalan napas maka dilakukan
penanganan sesuai BHD (bantuan hidup dasar). Bebaskan jalan napas dari
sumbatan bahan muntahan, lender, gigi palsu, pangkal lidah dan lain-lain. Kalau
perlu dengan menggunakan alat “Oropharyngealairway”, alat penghisap lendir
atau suction dengan posisi kepala ditengadahkan (ekstensi), bila perlu lakukan
pemasangan ETT (Endotracheal Tube).

b. Breathing
Pada tahap Breathing kita harus mengkaji keadekuatan ventilasi pasien
dengan mengbservasi tingkat ventilasi melalui analisa gas darah atau spirometri.
Tekanan ekspirasi positif akan diberikan pada jalan napas, masker rebreathing
mask dapat membantu menjaga alveoli tetap mengembang. Berikan oksigen pada
klien yang mengalami depresi pernapasan dengan saturasi dibawah rata-rata.
Tetap menjaga atau mengobservai oksigen agar pernapasan tetap dapat
berlangsung dengan baik.

c. Circulation
Jika pada saat pengkajian terdapat masalah pada sirkulasi segera tangani
karena kemungkinan syok, dengan memasang IV line, mungkin ini berhubungan
dengan kerja kardio depresan dari obat yang ditelansi pasien, sehingga terdapat
pengumpulan aliran vena di ekstremitas bawah, atau penurunan sirkulasi volume
darah, sampai dengan meningkatnya permeabilitas kapiler darah. Mengkaji TTV,
kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan vena sentral dan
suhu sangat penting dalam tahap sirkulasi. Stabilkan fungsi kardioaskuler dan
selalu pantau EKG.
2. Diagnose keperawatan

Anda mungkin juga menyukai