Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

OVERDOSIS DAN KERACUNAN OBAT

Disusun oleh : Kelompok 9

Yosua Adipati Paraso (1814201268)

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “ ASKEP KEGAWATDARURATAN
TRAUMA ABDOMEN”
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok
Keperawatan Gawat Darurat..
Penulis sadar bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,
olehkarena itu penulis mengharapkan saran masukan dan kritik yang membangun untuk membantu
penulis dalam menyempurnakan karya tulis ilmiah.
Penulis mengucapkan banyak terimaksi kepda semua orang yang telah berpartisipali dalam
penuliasan karya tulis ilmiah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

BAB II PEMBAHASAN

A. DEVINISI

B. ETIOLOGI

C. PATOFISIOLOGI

D. TANDA DAN GEJALA

E. PERTOLONGAN PERTAMA

BAB III ASKEP TEORI

A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. ANALISA DATA
D. INTERVENSI

BAB IV PENTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB II

A. DEVINISI

Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat.
OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu
singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama
ypokal. Atau menelan obat tidur seperti golongan ypokalemia (luminal) atau obat penenang
(valium, ypok, mogadon/BK).

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya

B. ETIOLOGI
1. Penyimpanan salah
Obat yang disimpan sembarangan bisa dikonsumsi oleh anak-anak yang masih dalam
fase oral atau ingin memasukkan segala benda ke dalam mulutnya. Itulah sebabnya anak-
anak termasuk yang paling rentan mengalami keracunan obat jika menemukannya dalam
kondisi tidak tersimpan dengan baik.
2. Tidak sesuai dosis
Keracunan obat juga bisa terjadi ketika seseorang tidak mengonsumsinya sesuai dengan
dosis. Tak hanya anak-anak, hal ini bisa juga terjadi pada orang dewasa. Bukannya
menyembuhkan, mengonsumsi obat dengan dosis berlebih akan membuat tubuh dalam
bahaya.
3. Riwayat kecanduan
Orang yang pernah memiliki riwayat kecanduan atau penyalahgunaan obat bisa
mengalami keracunan obat. Terlebih ketika seseorang mengonsumsi lebih dari satu jenis
obat yang bersifat psikedelik atau menggabungkannya dengan alkohol.
4. Masalah mental
Risiko faktor lain dari keracunan obat adalah masalah mental. Orang yang mengalami
depresi atau kerap memikirkan suicidal thoughts rentan mengalami hal ini. Terlebih, jika
masalah mental dibiarkan begitu saja tanpa ditangani.

C. PATOFISIOLOGI
Ketika seseorang mengalami overdosis dan keracunan obat ada beberapa saluran
yangterganggu yaitu saluran cerna dan saluran pernapasan. Di saluran pencernaan akan
menimbulkan mual, muntah dan diare, sedangkan padasaluran pernapasan terjadi korosi di
trakea sehingga terjadi pembengkakanatau edema pada laring. Pembengkakan ini lah yang
akan menghambat jalan napasa atau terjadilah obstruksi jalan napas. Di salauran
pencernaandan saluaran pernapasan pembulu darah terganggu karena darah menyerapobat
dalam jumlah yang banyak, terganggunya ini akan mengakibatkan gangguan saraf otonom
yang akan menyebabkan nyeri kepala, kelemahandan gangguan di pusat pernapasan. Di pusat
pernapasan yang terganggu pernapasan pasien akan cepat dan dalam yang akan
mengakibatkanalkolisis respiratori
D. TANDA DAN GEJALA
 Muntah-muntah
 Diare – Pusing hingga kehilangan keseimbangan
 Sesak napas
 Kejang
 Gelisah, kecemasan, dan halusinasi
 Gangguan penglihatan
 Kulit, ujung jari, dan bibir tampak kebiruan (sianosis),yang merupakan tanda
kekurangan oksigen,penurunan

E. Pertolongan Pertama

Jika seseorang mengalami keracunan obat, segeralah hubungi ambulans atau bawa ke
rumah sakit terdekat, agar dapat diberikan penanganan secepatnya. Sambil menunggu
bantuan medis datang, hal-hal yang dapat Anda lakukan adalah:

1. Cek denyut nadi, pola napas, dan saluran pernapasannya. Lakukan resusitasi jantung paru
atau RJP, yaitu pemberian napas buatan dan penekanan pada dada, bila penderita tidak
merespon ketika dipanggil, tidak bernapas, tidak terdengar detak jantung, serta tidak teraba
denyut nadi.
2. Jangan biarkan atau menyuruh penderita muntah, kecuali petugas medis menyarankan
demikian.
3. Jika penderita muntah dengan sendirinya, segera bungkus tangan Anda dengan kain, lalu
bersihkan jalan napas (tenggorokan dan mulut) orang tersebut dari muntahan.
4. Sebelum paramedis datang, baringkan tubuh penderita menghadap ke kiri, dan buatlah
penderita berada pada posisi yang cukup nyaman.
5. Jangan memberikan penderita makanan atau minuman apapun yang dianggap mampu
menetralisir racun, seperti cuka, susu, atau jus lemon.
6. Jika penderita tidak sadarkan diri, jangan memberikan atau memasukkan apa pun ke dalam
mulutnya.

Penting bagi Anda untuk memerhatikan cara mengatasi keracunan obat dan menghindari
beberapa hal yang dilarang di atas, agar tidak memperburuk kondisi penderita keracunan obat.

Setelah bantuan medis datang, jelaskan kepada dokter atau petugas medis, mengenai obat
yang diminum dan gejala yang timbul setelah penderita mengalami keracunan.

Penanganan keracunan obat perlu dilakukan oleh dokter di rumah sakit. Penderita


keracunan obat sering kali membutuhkan rawat inap, agar kondisinya dapat terus dipantau.

Jika Anda secara tidak sengaja salah atau terlalu banyak meminum obat, dan khawatir
mengalami keracunan obat, jangan tunggu sampai gejala muncul. Segera pergi ke instalasi gawat
darurat di rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A PENGKAJIAN

Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan
sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status
kesadran.

Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama


diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis
yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

1. A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control
servikal.
2. B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi
adekwat.
3. C: Circulation, mengecek ypoka sirkulasi disertai ypokal perdarahan.
4. D: Disability, mengecek status neurologis
5. E: Exposure, ypokalemia control, buka baju penderita, tapi cegah hipotermia

B DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dx.1 Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

Dx.2 Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d diare dan muntah

C ANALISA DATA

N Data Fokus Diagnosa


o
1. Data subjektif Diagnoasa
Merupakan informasi yang diceritakan Merupakan bagian dari proses
klien kepada perawat selama pengkajian. keperawatan dan merupakan penilaian
Yaitu komentar yang di dengan oleh klinis tentang pengalaman/tanggapan
perawat. individu, keluarga atau masyarakat
terhadap masalah keperawatn.
Data objektif Dan merupakan tindakan yang akan
Merupakan data yang dapat diamati dan dilakukan terhadap klien.
di ukur pada klien. Merupakan informasi
yang dikumpulkan oleh perawat melalui
indera perawat.
D INTERVENSI

Dx.1 Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

Intervensi Utama : Pemantauan Respirasi


Observasi :
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan

Intervensi Pendukung : Pemberian Obat Inhalasi


Observasi :
- Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontraindikasi obat
- Periksa tanggal kadaluwarsa obat
- Monitor tanda vital dan nilai laboratorium sebelum pemberian obat
- Monitor efek terapeutik obat
- Monitor efek samping, toksisitas, dan interaksi obat
Terapeutik :
- Lakukan prinsip enam benar obat
- Kocok inhaler selama 2-3 detik sebelum digunakan
- Lepaskan penutup inhaler dan pegang terbalik
- Posisikan inhaler didalam mulut mengarah ke tenggorokan dengan bibir ditutup rapat

Edukasi :

- Anjurkan bernapas lambat dan dalam selama penggunaan nebulizer


- Anjurkan menahan napas selama 10 detik
- Anjurkan ekspirasi lambat melalui hidung atau dengan bibir mengkerut
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang cara pemberian obat
- Jelaskan jenis obat, ypokal pemberian, tindakan yang diharapkan, dan efek samping obat
- Jelaskan ypoka yang dapat meningkatkan dan menurunkan efektifitas obat
Dx.2 Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d diare dan muntah

Intervensi Utama : Pemantauan Elektrolit


Observasi :
- Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
- Monitor kadar elektrolit serum
- Monitor mual, muntah, dan diare
- Monitor kehilangan cairan, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala ypokalemia (mis. Gelisah, mual, muntah)
- Monitor tanda dan gejala ypokalemia (mis. Kelemahan otot, anoreksia, konstipasi, motilitas
usu menurun, pusing, depresi pernapasan)

Terapeutik :
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Intervensi Pendukung : Manajemen diare, manajemen muntah


Observasi :
- Identifikasi penyebab diare
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
- Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral
- Berikan cairan intravena
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu Edukasi :
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan mengandung laktosa.

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. Loperamide, difenoksilat)


- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis. Atapulgit, smektit)
No Dx Keperawatan Intervensi Implementasi Evaluasi
1 Pola nafas tidak efektif b.d Intervensi Utama : Pemantauan Respirasi Intervensi Utama : Pemantauan S: artinya data
hambatan upaya napas Respirasi subjektif.perawat dapat
Observasi : menuliskan keluhan pasien
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman Observasi : yang masih di rasakan setelah
dan upaya napas  Memonitor frekuensi, irama, di lakukan Tindakan
 Monitor pola napas kedalaman dan upaya napas keperawaratan
 Monitor adanya sumbatan jalan napas  Memonitor pola napas
 Memonitor adanya sumbatan jalan O: artinya data objektif. Data
Terapeutik : napas objektif yaitu data berdasarkan
 Atur interval pemantauan respirasi hasil pengukuran atau hasil
sesuai kondisi pasien Terapeutik : observasi perawat secara
 Dokumentasikan hasil pemantauan  Mengatur interval pemantauan langsung pada klien dan yang
respirasi sesuai kondisi pasien dirasakan klien setelah
 Mendokumentasikan hasil dilakukan Tindakan
Edukasi :
keperawatan.
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
pemantauan
Edukasi : A: artinya analis.interpensi dari
 Informasikan hasil pemantauan
data subjektif dan data objketif.
 Menjelaskan tujuan dan prosedur
Analilis merupakan suatu
pemantauan
Intervensi Pendukung : Pemberian Obat masalah atau diagnosis
 Menginformasikan hasil
Inhalasi keperwatan yang masih terjadi
pemantauan
atau juga dapat dituliskan
Observasi : masalah diagnostic baru yang
terjadi akibat perubahan status
 Identifikasi kemungkinan alergi, Intervensi Pendukung : Pemberian Obat
Inhalasi Kesehatan klien yang telah
interaksi, dan kontraindikasi obat
teridentifikasi dalam datanya
 Periksa tanggal kadaluwarsa obat
dalam data subjektif dan
 Monitor tanda vital dan nilai Observasi :
objketif.
laboratorium sebelum pemberian obat  Mengidentifikasi kemungkinan
 Monitor efek terapeutik obat alergi, interaksi, dan kontraindikasi
P: artinya planning.
 Monitor efek samping, toksisitas, dan obat Perencanaan keperawatan yang
interaksi obat  Memeriksa tanggal kadaluwarsa akan dilanjutkan, dihentikan,
obat dimodifikasi atau perencanaan
Terapeutik :  Memonitor tanda vital dan nilai yang ditambahkan dari rencana
 Lakukan prinsip enam benar obat laboratorium sebelum pemberian tindakan keperawatan yang
 Kocok inhaler selama 2-3 detik obat telah ditentukan sebelumnya
sebelum digunakan  Memonitor efek terapeutik obat
 Lepaskan penutup inhaler dan pegang  Memonitor efek samping, I: artinya implementasi.
terbalik toksisitas, dan interaksi obat Implementasi adalah Tindakan
 Posisikan inhaler didalam mulut keperawatan yang dilakukan
mengarah ke tenggorokan dengan bibir Terapeutik : sesuatu dengan instruksi yang
ditutup rapat  Melakukan prinsip enam benar telah teridentifikasi dalam
obat komponen P (perencanaan ).
Edukasi :  Mengocok inhaler selama 2-3 detik
 Anjurkan bernapas lambat dan dalam sebelum digunakan E.artinya evaluasi. Eveluasi
adalah respond klien setelah
selama penggunaan nebulizer  Melepaskan penutup inhaler dan
dilakukan Tindakan
 Anjurkan menahan napas selama 10 pegang terbalik
keperawatan.
detik  Memposisikan inhaler didalam
 Anjurkan ekspirasi lambat melalui mulut mengarah ke tenggorokan
R: artinya reassessment.
hidung atau dengan bibir mengkerut dengan bibir ditutup rapat
Reassessment adalah
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang
pengkajian ulang yang
cara pemberian obat Edukasi :
dilakukan terhadap perencanaan
 Jelaskan jenis obat, ypokal  Menganjurkan bernapas lambat dan
setelah diketahui hasil evaluasi.
pemberian, tindakan yang diharapkan, dalam selama penggunaan
dan efek samping obat nebulizer
 Jelaskan ypoka yang dapat  Menganjurkan menahan napas
meningkatkan dan menurunkan selama 10 detik
efektifitas obat  Menganjurkan ekspirasi lambat
melalui hidung atau dengan bibir
mengkerut
 Mengajarkan pasien dan keluarga
tentang cara pemberian obat
 Menjelaskan jenis obat, ypokal
pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek samping obat
 Menjelaskan ypoka yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
efektifitas obat

2 Risiko ketidakseimbangan Intervensi Utama : Pemantauan Elektrolit Intervensi Utama : Pemantauan


elektrolit b.d diare dan muntah Observasi : Elektrolit
 Identifikasi kemungkinan penyebab Observasi :
ketidakseimbangan elektrolit  Mengidentifikasi kemungkinan
 Monitor kadar elektrolit serum penyebab ketidakseimbangan
 Monitor mual, muntah, dan diare elektrolit
 Monitor kehilangan cairan, jika perlu  Memonitor kadar elektrolit serum
 Monitor tanda dan gejala ypokalemia  Memonitor mual, muntah, dan
(mis. Gelisah, mual, muntah) diare
 Monitor tanda dan gejala ypokalemia  Memonitor kehilangan cairan, jika
(mis. Kelemahan otot, anoreksia, perlu
konstipasi, motilitas usu menurun,  Memonitor tanda dan gejala
pusing, depresi pernapasan) ypokalemia (mis. Gelisah, mual,
muntah)
Terapeutik :  Memonitor tanda dan gejala
 Atur interval waktu pemantauan sesuai ypokalemia (mis. Kelemahan otot,
dengan kondisi pasien anoreksia, konstipasi, motilitas usu
 Dokumentasikan hasil pemantauan menurun, pusing, depresi
pernapasan)
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur Terapeutik :
pemantauan  mengatur interval waktu
 Informasikan hasil pemantauan, jika pemantauan sesuai dengan kondisi
perlu pasien
 Mendokumentasikan hasil
pemantauan
Intervensi Pendukung : Manajemen diare,
manajemen muntah Edukasi :
Observasi :  Menjelaskan tujuan dan prosedur
 Identifikasi penyebab diare pemantauan
 Identifikasi riwayat pemberian  Menginformasikan hasil
makanan pemantauan, jika perlu
 Monitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
 Monitor jumlah pengeluaran diare Intervensi Pendukung : Manajemen
diare, manajemen muntah
Terapeutik : Observasi :
 Berikan asupan cairan oral  Mengidentifikasi penyebab diare
 Berikan cairan intravena  Mengidentifikasi riwayat
 Ambil sampel darah untuk pemberian makanan
pemeriksaan darah lengkap dan  Memonitor warna, volume,
elektrolit frekuensi, dan konsistensi tinja
 Ambil sampel feses untuk kultur, jika  Memonitor jumlah pengeluaran
perlu diare
Terapeutik :
Edukasi :  memberikan asupan cairan oral
 Anjurkan makanan porsi kecil dan  Memberikan cairan intravena
sering secara bertahap  mengambil sampel darah untuk
 Anjurkan menghindari makanan pemeriksaan darah lengkap dan
pembentuk gas, pedas dan elektrolit
mengandung laktosa.  Mengambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian obat Edukasi :
antimotilitas (mis. Loperamide,  Menganjurkan makanan porsi kecil
difenoksilat) dan sering secara bertahap
 Kolaborasi pemberian obat pengeras  Menganjurkan menghindari
feses (mis. Atapulgit, smektit) makanan pembentuk gas, pedas
dan mengandung laktosa.

Kolaborasi :
 Berkolaborasi dalam pemberian
obat antimotilitas (mis.
Loperamide, difenoksilat)
 Berkolaborasi dalam pemberian
obat pengeras feses (mis. Atapulgit,
smektit)

Tabel Intervensi, Implementasi, Evaluasi Keperawatan


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat. OD
sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu
singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama
alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat penenang
(valium, xanax, mogadon/BK).

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia
yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya

Keracuan dan overdosis obat harus segera dilakukan penanganan agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan. Penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan membawa pasien ke rumah
sakit secepat mungkin.

B. Saran
Dalam hal ini perawat berperan aktif dalam melakukan sosialisasi terhadap masyarakat
tentang bahasa keracunan dan overdosis obat.
Dalam melakukan pertolongan pertama diwajibkan tenaga medis yang memiliki skil dan
keahlian khus dalam kasus gawad darurat.
Dan ditunjang dengan fasilitas rumah sakit yang memadai, untuk memenuhi kebutuhan
pasien selama dalam masa kritis sampai pada masa pemuliahan.
DAFTAR PUSTAKA

www.alodokter.com/keracunan-gejala-dan-cara-mengatasinya

www.academia.com/devinisi-penangan-keracunan-dan-overdosis-obat

Buku. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia/devinisi dan tindakan keperawatan/edisi1

Buku. Standar Diagnosa Kepearawatan Indonesia/devinisi dan indicator diagnostic

Anda mungkin juga menyukai