OLEH
KELOMPOK 2
SUMARNI C051171011
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan segala
rahmat,taufik,dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Otak dan Bedah Cranial” yang merupakan
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3 mahasiswa
keperawatan Universitas Hasanuddin.Dalam penulisan makalah ini kami bekerja sama dengan
semua anggota kelompok untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,kami
berharap kepada pembaca agar kiranya memberi kritik dan saran yang membangun demi
kemajuan dan perkembangan pengetahuan.Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah
wawasan kita semua.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sisitem saraf di samping
tumor spinal dan tumor saraf perifer.Tumor otak dapat berupa tumor yang sifatnya primer
ataupun yang merupakan mentastasis dari tumor pada organ lainnya.
Permasalahn klinis pada tumor otak agak berbeda dengan tumor lain karena efek
yang ditimbulkannya,dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan.Kerusakan pada
jaringan otak secara langsung akan menyebabkan gangguan fungsional pada sistem saraf
pusat,berupa gangguan motoric,sensorik,panca indera,bahkan kemampuan kognitif.Selain
itu efek massa yang ditimbulkan tumor otak juga memberikan masalah serius mengingat
tumor berada dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa merupakan suatu ruang
tertutup dengan ukuran tetap.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tumor otak dan Bedah Cranial ?
2. Apa etiologi dari tumor otak dan Bedah Cranial ?
3. Bagaimana tanda dan gejala tumor otak?
4. Apakah jenis-jenis tumor otak?
5. Bagaimana patofisiologi tumot otak dan bedah cranial?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang tumor otak?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak dan bedah cranial?
8. Apa saja diagnosa yang akan muncul pada tumor otak?
9. Bagaimana rencana keperawatan pada masalah keperawatan tumor otak?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada pasien yang terkena penyakit
Tumor Otak.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa definisi dari tumor otak
2. Untuk mengetahui etiologi dari tumor otak
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala tumor otak
4. Untuk mengetahui jenis-jenis tumor otak
5. Untuk mengetahui patofisiologi tumor otak
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tumor otak
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan tumor otak
8. Untuk mengetahui diagnosa yang akan muncul pada tumor otak
9. Untuk mengetahui rencana keperawatan tumor otak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit Tumor Otak adalah pertumbuhan sel-sel abnormal di dalam atau di
sekitar otak secara tidak wajar dan tidak terkendali.Tumor Otak merupakan salah satu
bagian dari tumor pada sistem saraf,disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer.Ada
beberapa macam jenis tumor otak yang dibedakan kedalam dua kelompok berdasarkan
perkembangannya,yaitu tumor jinak yang bersifat kanker dan tumor ganas yang
menyebabkan kanker.Tumor yang dimulai dari otak dikenal dengan istilah tumor primer
(benigna),sedangkan yang dimulai dari bagian tubuh lain dan menyebar hingga ke otak
disebut dengan tumor sekunder atau metastatik.Tumor ganas otak yang paling sering
terjadi merupakan penyebaran dari kanker yang berasal dari bagian tubuh yang lain. (Nst,
2017)
Tumor Otak ialah massa abnormal dari jaringan di dalam cranium,dimana sel-sel
tumbuh dan membelah dengan tidak dapat dikendalikan oleh mekanisme yang
mengontrol sel-sel normal.Tumor Otak termasuk dalam lesi desak ruang (space occupied
lession).Tumor otak menyebabkan timbulnya gangguan neurologic progresif.Gangguan
neurologic pada tumor otak disebabkan oleh gangguan fokal akibat tumor dan
peningkatan tekanan intracranial (TIK).Gangguan fokal terjadi akibat terdapat penekanan
pada jaringan otak,dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkin otak dengan
kerusakan jaringan neural. (Simamora, 2017)
B. Etiologi
a) Keturunan (Genetik)
Apabila ada garis keturunan yang menderita tumor/kanker otak maka dianjurkan
untuk menjaga kesehatannya.
b) Riwayat trauma/benturan
Benturan di kepala walaupun cedera kepala ringan harus tetap diwaspadai,karena
perubahan jaringan yang terbentur bisa menjadi penyebab tumbuhnya jaringan
abnormal di otak.
c) Pola hidup
Pola hidup tidak sehat bisa menjadi penyebab kanker/tumor secara umum
misalnya:Merokok,makanan kurang serat dan lain-lain.
d) Karsinogenik
Bahan karsinogenik secara umum juga menjadi penyebab kanker/tumor
seperti:minyak yang dipakai berulang-ulang,bahan kimia yang terhirup atau
tercampur dengan makanan.
e) Radiasi
Radiasi bahan kimia bisa menjadi pemicu tumbuhnya kanker/tumor.
C. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala
Meskipun tidak selalu ada,tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan menjadi
buruk oleh karena batuk,menegang atau melakukan gerakan yang tiba-tiba.Sakit
kepala selalu digambarkan dalam atau meluas atau dangkal tetapi terus menerus.
2. Mual dan Muntah
Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan,yang selalu disebabkan adanya
iritasi pada pusat vagal di medulla.
3. Papilledema (edema pada saraf optic)
Ada sekitar 70% sampai 75% dari pasien dan dihubungkan dengan gangguan
penglihatan seperti penurunan ketajaman penglihatan,diplopia (pandangan ganda)
dan penurunan lapang pandangan.
4. Kejang
5. Masalah yang berhubungan dengan indra pendengaran
6. Gangguan keseimbangan,kesulitan bergerak
Tumor Otak
Gagal
Oedema
Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak Mual muntah, Nyeri kepala,
Peningkatan TIK
pandangan kabur
F. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Penurunan Tekanan Intrakranial
Pasien dengan kanker otak sering datang dalam keadaan neuroemergency
akibat peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini terutama diakibatkan oleh efek
desak ruang dari edema peritumoral atau edema difus, selain oleh ukuran massa
yang besar atau ventrikulomegali karena obstruksi oleh massa tersebut.
Edema serebri dapat disebabkan oleh efek tumor maupun terkait terapi,
seperti pasca operasi atau radioterapi. Gejala yang muncul dapat berupa nyeri
kepala, mual dan muntah, perburukan gejala neurologis, dan penurunan
kesadaran.
Pemberian kortikosteroid sangat efektif untuk mengurangi edema serebri
dan memperbaiki gejala yang disebabkan oleh edema serebri, yang efeknya sudah
dapat terlihat dalam 24-36 jam. Agen yang direkomendasikan adalah
deksametason dengan dosis bolus intravena 10 mg dilanjutkan dosis rumatan 16-
20mg/hari intravena lalu tappering off 2-16 mg (dalam dosis terbagi) bergantung
pada klinis. Mannitol tidak dianjurkan diberikan karena dapat memperburuk
edema, kecuali bersamaan dengan deksamethason pada situasi yang berat, seperti
pascaoperasi.
2. Pembedahan
Operasi pada kanker otak dapat bertujuan untuk menegakkan diagnosis
yang tepat, menurunkan tekanan intrakranial, mengurangi kecacatan, dan
meningkatkan efektifitas terapi lain. Reseksi tumor pada umumnya
direkomendasikan untuk hampir seluruh jenis kanker otak yang operabel. Kanker
otak yang terletak jauh di dalam dapat diterapi dengan tindakan bedah kecuali
apabila tindakan bedah tidak memungkinkan (keadaan umum buruk, toleransi
operasi rendah). Teknik operasi meliputi membuka sebagian tulang tengkorak dan
selaput otak pada lokasi tumor. Tumor diangkat sebanyak mungkin kemudian
sampel jaringan dikirim ke ahli patologi anatomi untuk diperiksa jenis tumor.
3. Radioterapi
Radioterapi memiliki banyak peranan pada berbagai jenis kanker otak.
Radioterapi diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel, sebagai adjuvan
pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah dilakukan tindakan
operasi. Pada dasarnya teknik radioterapi yang dipakai adalah 3D conformal
radiotherapy, namun teknik lain dapat juga digunakan untuk pasien tertentu
seperti stereotactic radiosurgery/radiotherapy, dan IMRT.
4. Kemoterapi Sistemik dan Terapi Target (Targeted Therapy)
Kemoterapi pada kasus kanker otak saat ini sudah banyak digunakan
karena diketahui dapat memperpanjang angka kesintasan dari pasien terutama
pada kasus astrositoma derajat ganas. Glioblastoma merupakan tipe yang bersifat
kemoresisten, namun 2 tahun terakhir ini sedang berkembang penelitian mengenai
kegunaan temozolomid dan nimotuzumab pada glioblastoma.
Sebelum menggunakan agen-agen diatas, harus dilakukan pemeriksaan
EGFR (epidermal growth factor receptor) dan MGMT (methyl guanine methyl
transferase). Kemoterapi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan tumor dan
meningkatkan kualitas hidup (quality of life) pasien semaksimal mungkin.
Kemoterapi biasa digunakan sebagai kombinasi dengan operasi dan/atau
radioterapi.
5. Kemoterapi Intratekal
Tatalaksana kanker otak dengan menggunakan kemoterapi seringkali
terhambat akibat penetrasi kemoterapi sistemik yang rendah untuk menembus
sawar darah otak. Pemberian kemoterapi intratekal merupakan salah satu upaya
untuk memberikan agen antikanker langsung pada susunan saraf pusat.
Kemoterapi intratekal dapat diberikan sebagai salah satu tatalaksana
leptomeningeal metastasis pada keganasan darah, seperti leukemia dan limfoma.
Tindakan ini dilakukan melalui prosedur lumbal pungsi atau menggunakan
Omaya reservoir.
6. Tatalaksana Nyeri
Pada kanker otak, nyeri yang muncul biasanya adalah nyeri kepala.
Berdasarkan patofisiologinya, tatalaksana nyeri ini berbeda dengan nyeri kanker
pada umumnya. Nyeri kepala akibat kanker otak bisa disebabkan akibat traksi
langsung tumor terhadap reseptor nyeri di sekitarnya. Gejala klinis nyeri biasanya
bersifat lokal atau radikular ke sekitarnya, yang disebut nyeri neuropatik. Pada
kasus ini pilihan obat nyeri adalah analgesik yang tidak menimbulkan efek sedasi
atau muntah karena dapat mirip dengan gejala kanker otak pada umumnya.
Oleh karena itu dapat diberikan parasetamol dengan dosis 20mg/berat
badan per kali dengan dosis maksimal 4000 mg/hari, baik secara oral maupun
intravena sesuai dengan beratnya nyeri. Jika komponen nyeri neuropatik yang
lebih dominan, maka golongan antikonvulsan menjadi pilihan utama, seperti
gabapentin 100- 1200mg/hari, maksimal 3600mg/hari.
7. Tatalaksana Kejang
Epilepsi merupakan kelainan yang sering ditemukan pada pasien kanker
otak. Tiga puluh persen pasien akan mengalami kejang sebagai manifestasi awal.
Bentuk bangkitan yang paling sering pada pasien ini adalah bangkitan fokal
dengan atau tanpa perubahan menjadi umum sekunder. Oleh karena tingginya
tingkat rekurensi, maka seluruh pasien kanker otak yang mengalami kejang harus
diberikan antikonvulsan. Pemilihan antikonvulsan ditentukan berdasarkan
pertimbangan dari profil efek samping, interaksi obat dan biaya.
Obat antikonvulsan yang sering diberikan seperti fenitoin dan
karbamazepin kurang dianjurkan karena dapat berinteraksi dengan obat-obatan,
seperti deksamethason dan kemoterapi. Alternatif lain mencakup levetiracetam,
sodium valproat, lamotrigin, klobazam, topiramat, atau okskarbazepin.
Levetiracetam lebih dianjurkan (Level A) dan memiliki profil efek samping yang
lebih baik dengan dosis antara 20-40 mg/kgBB, serta dapat digunakan pasca
operasi kraniotomi.
8. Psikiatri
Pasien dengan kanker otak dapat mengalami gangguan psikiatri hingga
78%, baik bersifat organik akibat tumornya atau fungsional yang berupa
gangguan penyesuaian, depresi, dan ansietas. Hal ini dapat menghambat proses
tatalaksana terhadap pasien.
Oleh karena itu, diperlukan pendampingan mulai dari menyampaikan
informasi tentang diagnosis dan keadaan pasien (breaking the bad news) melalui
pertemuan keluarga (family meeting) dan pada tahap-tahap pengobatan
selanjutnya. Pasien juga dapat diberikan psikoterapi suportif dan relaksasi yang
akan membantu pasien dan keluarga, terutama pada perawatan paliatif.
9. Perawatan Paliatif
Dilakukan pada pasien-pasien yang dinyatakan perlu mendapatkan terapi
paliatif dan dilakukan terapi secara multidisiplin bersama dokter penanggung
jawab utama, serta dokter gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan ahli terapi
paliatif.
Manajemen Pengobatan
- Monitor pasien
mengenai efek
teraupetik obat
- Tentukan obat apa
yang diperlukan dan
kelola menurut resep
dan/atau protokol
- Monitor efek
samping obat
- Berikan pasien dan
anggota keluarga
mengenai informasi
tertulis dan visual
untuk meningkatkan
pemahanam diri
mengenai pemberian
obat yang tepat.
Pengurangan kecemasan
Aktivitas-aktivitas:
1. Identifikasi pada saat
terjadi perubahan
tingkat kecemasan
2. Bantu klien
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
3. Dukung penggunaan
koping yang sesuai
4. Atur penggunaan
obat-obatan untuk
mengurangi
kecemasan
5. Kaji untuk tanda
verbal dan non verbal
kecemasan
Hal.319
Gangguan citra tubuh Pemulihan Peningkatan Citra Tubuh
b.d perubahan fungsi pembedahan:Penyembuhan Aktivitas-aktivitas :
tubuh Kriteria Hasil : 1. Bantu pasien untuk
( 00118 ) 1. Penyembuhan luka mendiskusikan
2. Pelaksanaan perubahan-perubahan
Domain 6: Persepsi diri perawatan luka yang (bagian tubuh)
Kelas 3: Citra tubuh diresepkan disebabkan adanya
3. Penyesuaian terhadap penyakit atau
Nanda hlm. 293 perubahan tubuh pembedahan dengan
karena pembedahan cara yang tepat
4. Infeksi luka 2. Bantu pasien untuk
5. Kecemasan mendiskusikan
Hal.337 stressor yang
mempengaruhi citra
diri terkait dengan
kondisi
kongetial,cedera,peny
akit atau
pembedahan.
3. Tentukan persepsi
pasien dan keluarga
terkait dengan
perubahan citra diri
4. Tentukan bagaimana
anak berespon
terhadap perubahan
citra diri.
Hal.324
Identifikasi Resiko
Aktivitas-aktivitas:
1. Identifikasi adanya
sumber-sumber
agensi untuk
membantu
menurunkan faktor
resiko
2. Instruksikan faktor
resiko dan rencana
untuk mengurangi
faktor resiko
3. Diskusikan dan
rencanakan aktivitas-
aktivitas pengurangan
resiko dengan cara
berkolaborasi dengan
individu atau
keluarga
4. Implementasikan
aktivitas-aktivitas
pengurangan resiko
5. Rencanakan monitor
resiko kesehatan
dalam jangka panjang
6. Rencanakan tindak
lanjut strategi dan
aktivitas pengurangan
risiko jangka panjang
Hal.115
Nyeri Akut b.d Agens Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
cedera fisik (00132) Kriteria hasil : Aktivitas-aktivitas :
1. Mengenali kapan 1. Berikan informasi
Domain 12. Kenyamanan nyeri terjadi mengenai nyeri,
Kelas 1. Kenyamanan 2. Menggunakan seperti penyebab
fisik analgesic yang nyeri, berapa lama
rekomendasikan nyeri akan dirasakan,
Nanda hlm. 469 3. Menggunakan dan antisipasi dari
tindakan pencegahan ketidaknyamanan
4. Mengenali apa yang akibat prosedur.
terkait dengan nyeri 2. kurangi atau
eliminasi faktor-
Hal.247 faktor yang dapat
mencetuskan dan
meningkatkan nyeri
3. pertimbangkan
keinginan pasien
untuk berpartisipasi,
kemampuan untuk
berpartisipasi,
kecenderungan,
dukungan dari orang
terdekat terhadap
metode dan
kontraindikasi ketika
memilih strategi
penurunan nyeri
4. pilih dan
implementasikan
tindakan yang
beragam (misalnya
farmakologi, non
farmakologi
interpersonal) untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
sesuai dengan
kebutuhan
5. ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
6. dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri
dengan tepat.
BEDAH CRANIAL
A. Pengertian
Craniotomy atau bedah cranial adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk
mengangkat tumor, mengurangi tekanan intracranial (TIK), mengeluarkan bekuan darah
atau menghentikan perdarahan (Suryawan, 2014).
B. Etiologi
Dilakukannya tindakan craniotomy karena merupakan akibat dari tumor otak yang bisa
mengganggu sistem saraf.
C. Patofisiologi
Tumor
Gg.Citra
Perubahan Tubuh
Bedah Cranial penampilan
Terputusnya Terputusnya
kontinuitas jaringan kontinuitas jaringan
kulit otot dan vaskuler tulang
E. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin muncul pasca craniotomy yaitu edema
cerebral (pusing, sakit kepala, kelemahan pada ekstremitas tertentu), perdarahan, dan
infeksi.
Salah satu komplikasi yang perlu menjadi perhatian besar perawat karena secara
langsung berdampak pada aktivitas pasien post craniotomy adalah kelemahan pada
bagian tubuh tertentu terutama pada ekstremitas gerak. Ambulasi dini dan inisiasi
aktivitas dibutuhkan secepat mungkn pada pasien post craniotomy untuk mencegah efek
dari imobilitas seperti penurunan kekuatan otot (Merduaty, 2014).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Tumor Otak adalah pertumbuhan sel-sel abnormal di dalam atau di
sekitar otak secara tidak wajar dan tidak terkendali.Tumor Otak merupakan salah satu
bagian dari tumor pada sistem saraf,disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer.Ada
beberapa macam jenis tumor otak yang dibedakan kedalam dua kelompok berdasarkan
perkembangannya,yaitu tumor jinak yang bersifat kanker dan tumor ganas yang
menyebabkan kanker.
Tumor yang dimulai dari otak dikenal dengan istilah tumor primer
(benigna),sedangkan yang dimulai dari bagian tubuh lain dan menyebar hingga ke otak
disebut dengan tumor sekunder atau metastatik.Tumor ganas otak yang paling sering
terjadi merupakan penyebaran dari kanker yang berasal dari bagian tubuh yang lain.
B. Saran
Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Daftar Pustaka
Brunner, & suddsrth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol. 3). Jakarta: EGC.
KEMENKES. (2017). Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Merduaty, R. C. (2014). AnalisisS Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada
Pasien Meningioma Di Ruang Rawat Bedah Intra Teratai RSUP Fatmawati Jakarta. Karya Ilmiah
Akhir, 6.
Nst, Y. L. (2017, February). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Tumor Otak Menggunakan
Metode Certainty Factor (CF). Jurnal Infotek, 2, 82-86.
Simamora, S. K. (2017, Januari). Space Occupying Lesion. Jurnal Medula Unila, 7, 41-16.