KELOMPOK 6
Nadya Pillot (1814201026)
Iwan Sarwanto (1814201028)
Alwina Pelealu (1814201029)
Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan
suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena ateros
klerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan
aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap
kasus infark miokardium selalu terjadi ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Suddarth, 2014)
Penyumbatan koroner, serangan jantung dan infark miokardium mempunyai arti yang
sama namun istilah yang paling disukai adalah infark miokardium. Ateros klerosis
dimulai ketika kolestrol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini,
dinamakan ateroma atau plak yang akan mengganggu absorbs nutrient oleh sel-sel
endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat
aliran darah karena timbunan lemak menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel
pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan
parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat.
Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi
pembentukan bekuan darah, hal ini menyebabkan terjadinya koagulasi
intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi
tersering aterosklerosis (Suddarth, 2014).
LANJUTAN PATOFISIOLOGI
Faktor resiko yang dapat memperburuk keadaan ini adalah kebiasaan merokok,
memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kolestrol tinggi, memiliki riwayat
keluarga mengalami penyakit jantung koroner atau stroke, kurang aktivitas fisik,
memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, memiliki berat badan berlebihan
(overweight) ataupun obesitas (Iskandar, 2017)
Ateros klerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat
penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung.
Sumbatan aliran darah berlangsung progresif, dan suplai darah yang tidak
adekuat (iskemia) yang akan membuat sel-sel otot kekurangan komponen
darah yang dibutuhkan untuk hidup. (Suddarth, 2014)
Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat. Manifestasi utama
iskemia miokardium adalah nyeri dada. Angina pectoris adalah nyeri dada yang
hilang timbul, tidak disertai kerusakan ireversibel sel-sel jantung. Iskemia yang
lebih berat, disertai kerusakan sel di namakan infark miokardium. Jantung yang
mengalami kerusakan ireversibel akan mengalami degenerasi dan kemudian
diganti dengan jaringan parut. Bila kerusakan jantung sangat luas, jantung akan
mengalami kegagalan, artinya ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh
akan darah dengan memberikan curah jantung yang adekuat. Manifestasi klinis
lain penyakitarteri koroner dapat berupa perubahan pola EKG, aneurisma
ventrikel, disaritmia dan akhirnya akan mengalami kematian mendadak
(Suddarth,2014).
Farmakologi
Terapi Awal
Tata laksana awal IMA mengikuti alur tata laksana acute
coronary syndrome atau sindrom koroner akut. Penanganan
didahului pemeriksaan awal dan anamnesis yang mengarah
kepada angina pektoralis tipikal.
Aspirin
Bila kecurigaan adanya infark kuat, maka pasien perlu segera
mendapatkan tablet kunyah aspirin 160−325 mg peroral,
sebagai agen antitrombotik.
Oksigen
Suplementasi oksigen juga perlu diberikan pada pasien dengan
saturasi oksigen <94%, yaitu sebanyak 4 liter/menit.
LANJUTAN FARMAKOLOGI
Nitrogliserin
Penanganan angina dapat dilakukan dengan pemberian nitrogliserin bila keadaan pasien
memungkinkan, yaitu hemodinamik stabil, tidak ada kecurigaan infark ventrikel kanan,
dan tidak ada riwayat mengonsumsi obat disfungsi ereksi seperti sildenafil.
Nitrogliserin dapat diberikan secara sublingual maupun spray buccal, dengan dosis
0,3−0,5 mg setiap pemberian. Bila gejala tidak berkurang setelah 3 kali pemberian
dengan jarak 5 menit, nitrogliserin dapat diberikan melalui intravena dengan dosis
awal 5−10 µg/menit dan dosis titrasi naik sebanyak 10 µg/menit setiap 3−5 menit.
Nitrogliserin diberikan sampai gejala angina berkurang, tekanan darah sistolik turun
hingga <90 mmHg, atau dosis mencapai 200 µg/menit.
Morfin
Bila nyeri tidak berkurang dengan nitrogliserin atau pada pasien yang tidak
memungkinkan dengan pemberian nitrogliserin, maka nyeri dapat diatasi dengan
pemberian analgesik opioid berupa morfin. Morfin diberikan dengan dosis 2–4 mg, dan
dapat diulangi 5–15 menit kemudian bila nyeri tidak berkurang. Dosis maksimal adalah
pemberian total 20 mg. Pemberian morfin perlu dilakukan dengan pemantauan
hemodinamik, karena morfin dapat menyebabkan konstriksi vena, bradikardi, hingga
blok jantung.
Terapi diet pada penderita
Infrak Miokardium
1.Batasi lemak dan kolesterol
tidak sehat.
2.Pilih sumber protein rendah le
mak
3.Banyak makan sayuran dan
buah-buahan.
4. Konsumsi biji-bijian
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
Pengkajian
Keluhan Utama : Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernafas,
dan pingsan.
Aspek Psikologis :
-Rasa aman
-Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
-Harga diri
-Aktualisasi diri