Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK II

JUVENILE DIABETES

Dosen Pengampu :
Wesiana Heris Santi, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh :
Pramesti Anggita Putri (1130016044)
Winda Haryantik (1130016049)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada pemeriksaan
dengan mikroskop elektron.
Diabetes pada anak sebenarnya bukan jenis diabetes khusus, diabetes anak merupakan
penyakit diabetes melitus tipe 1 yang disebabkan gangguan produksi insulin, gangguan
produksi insulin sebagai penyebab DM tipe 1 pada anak merupakan akibat adanya kerusakan
sel beta pankreas, sementara itu sel beta pankreas merupakan kelenjar yang bertugas
mensekresikan insulin dalam jumlah yang cukup untuk mengontrol gula darah.
Dengan rusaknya sel beta pankreas, maka secara otomatis menghambat sekresi insulin.
Terhambatnya sekresi insulin tentu saa sangat berpengaruh pada kstabilan kadar gula darah.
Apalagi kerusakan yang terjadi cukup parah, sekresi insulin pankreas dapat terhenti.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan asimtomatik,
aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang
diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya komplikasi.
Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh penyandang DM maupun keluarganya jika mereka
memahami penyakitnya dan prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes. Berhubungan dengan
hal tersebut diatas kami tertarik untuk membuat asuhan keperawatan pada anak Diabetes
Melitus dengan metode masalah yang sistematis melalui proses keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan juvenile diabetes ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi pankreas ?
3. Bagaimana etiologi dari juvenile diabetes ?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala dari juvenile Diabetes ?
5. Bagaimana patofisiologi dari juvenile diabetes ?
6. Bagaimana pathway dari juvenile diabetes ?
7. Apa saja pemeriksaan laboratorium juvenile diabetes ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari juvenile diabetes ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari juvenile diabetes ?
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian dari juvenile diabetes
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi juvenile diabetes
3. Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari juvenile diabetes
4. Mngetahui pathway dan tanda gejala dari juvenile diabetes
5. Mengetahui pemeriksaan laboratorium juvenile diabetes
6. Mengetahui penatalaksanaan juvenile Diabetes
7. Mengetahui pembuatan Asuhan Keperawatan juveniule diabetes
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Diabetes Militus adalah penyakit yang disebabkan kadar gula darah lebih tinggi dari
kondisi biasa atau normal. Penyakit ini dapat terjadi karena tidak dapatnya gula memasuki
sel-sel akibat kekurangan atau resisten insulin (Hartomo,2013)
Diabetes militus adalah suatu kondisi yang berjalan lama, disebabkan oleh kadargula
yang tinggi dalam darah. Kondisi kadar gula yang tinggi juga sangat dipengaruhi oleh pola
makan, kebiasaan makan makanan yang menimbulkan peningkatan gula darah perlu
dihindari, keseimbangan antara zat-zat makanan harus dijaga(Hartomo,2013).
Diabetes pada anak sebenarnya bukan jenis diabetes khusus. Diabetes anak merupakan
penyakit diabetes tipe I yang disebabkan oleh gangguan produksi insulin. Gangguan produksi
insulin sebagai penyebab DM tipe I pada anak ini merupakan akibat kerusakan sel beta
pankreas.
Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus), adalah
abnormalitas homeostatis glukosa ditandai dengan kerusakan permanen sel beta pankreas
akibat dari proses autoimmunitas yang menyebabkan turunnya produksi insulin sehingga
kadar insulin endogen plasma turun sehingga menyebabkan ketergantungan insulin exogen
untuk mencegah proses komplikasi yang mengancam jiwa yaitu keto-acidosis. Diabetes tipe I
umumnya ditemukan pada kasus pediatrik anak dengan rata-rata umur 7-15 tahun, namun
dapat juga muncul pada berbagai usia.
1.2 Anatomi dan Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki fungsi utama yakni untuk
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. (Martinus &
Adrian,2007)

Gambar 2.1 : Gambar Pankreas


Kelenjar pankreas terletak pada bagian belakang lambung dan berhubungan
eratdengan duodenum (usus duabelas jari). Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang
berbentuk seperti pulau pada peta, yang seringkali disebut pulau-pulau langerhans.
Dinamakan langerhans atas penemuannya, paul langerhans pada tahun 1869. Setiap pulau
berisikan sel beta yang berfungsi mengeluarkan hormon insulin. Dimana hormon insulin
memegang peran penting dalam mengatur kadar glukosa darah. (Martinus&Adrian,2007).
Tiap pankreas mengandung kurang lebih 100.000 pulaulangerhans dan tiap pulau
berisi 100 sel beta. Disamping sel beta ada juga sel alfa yang memproduksi glukagon
yang bekerja sebaliknya dari insulin yaitu meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada
sel delta yang mengeluarkan somatotastin, selain itu terdapat sel f menghasilkan
polipeptida pankreatik yang berperan mengatur fungsi eksokrin pancreas,
(Tambayong,2007).
Insulin merupakan protein kecil dengan molekul 5808 untuk insulin manusia.
Insulin terdiri atas dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Sebelum insulin dapat berfungsi dia harus berikatan dengan protein reseptor
yang besar didalam membrane sel. (Guyton,2007)
Efek insulin paling jelas adalah setelah makan. Efek utamanya adalah
menurunkan kadar gula darah, juga mempengaruhi metabolisme protein dan lemak.
Penurunan kadar gula darah terjadi karena transport membrane terhadap glukosa ke
dalam glukosa ke dalam sel meningkat, khususnya ke dalam sel-sel otot. Insulin
menghambat perombakan glikogen menjadi glukosa dan konversi asam amino atau asam
lemak menjadi glukosa. Jadi menghambat aktivitas metabolic yang dapat meningkatkan
glukosa darah. Setelah glukosa masuk kedalam sel-sel sasaran insulin mempengaruhi
oksidasi glukosa menghasilkan ATP, menggabungkan glukosa membentuk glikogen dan
mengkonversi glukosa menjadi lemak. (Martinus&Adrian,2007)
Kebutuhan energi didahulukan, baru deposit glikogen. Bila masih ada glukosa
terjadi deposutlemak, sekresi insulin diransang naiknya kadar guladarah, juga kadar asam
amino dan asam lemak darah. (Tambayong,2007).
2.3 Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus Tipe I adalah :
1. Faktor Genetik
Kontribusi faktor genetik terhadap DM tipe 1 menyangkut banyak gen. Alel atau
variangenetik yang terkait dengan diabetes tipe 1 menunjukkan genetik dan faktor
lingkungan diperkirakan menjadi elemen dasar untuk terjadinya penyakit dan sebagai
target potensial untuk kedua faktor dan pencegahan penyakit. Kesesuaian untuk diabetes
tipe 1 adalah 50% untuk kembar monozigot. Penentu genetik utama dari kerentanan
terhadapa diabetes terletak dalam komples histokoptibilitas utama (IDDM 1)
2. Faktor Autoimun
Walaupun sel lain pada pulau pankreas berfungsi, berkembang menyerupai sel
Beta dan kebanyakan menghasilkan protein yang sama seperti sel Beta, hal ini tidak dapat
dijelaskan secara terpisah karena proses autoimun. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh
limfosit (insulitis). Setelah sel Beta hancur, proses inflamasi berkurang, pulau menjadi
atrofi dam pertanda imunologis menghilang. Penelitian terhadap insulitis dan proses
autoimun pada manusia dan binatang dengan DM tipe 1 menunjukkan adanya
abnormalitas pada sistem imun humoral dan seluler dengan adanya: autoantibodi pada sel
pulau langerhans, limfosit yang aktif pada pulau langerhans, kelenjar limfe
peripankreasm dan sirkulasi sistemik, limfosit T yang berproliferasi terhadap stimulasi
dari protein pulau langerhans, da pelepasan sitokin. Mekanisme pasti kerusakan sel Beta
tidak diketahui secara pasti, namun dapat berhubungan dengan metabolik dari Nitric
Oxide, apoptosism dan sitotoksisitas CD8. Molekul pulau pankreas yang terkena proses
autoimun termasuk insulin, Glutamic Acid Decarboxylase (GAD; enzim untuk biosintesis
neurotransmiter GABA), ICA-512/IA-2 (homolog dari tirosin fosfat), dan phogrin
(protein granul sekresi insulin).
3. Faktor Imunologi
Penelitian terhadap ICA (Islet Cell Autoantibody) dapat mengklasifikasi
seseorang terkena DM tipe 1 dan mengidentifikasi seseorang nondiabetes yang memiliki
resiko terkena DM tipe 1. ICA didapatkan pada 75% kasus DM tipe 1 onset baru.
Hubungan dengan gangguan sekresi insulin pada intravena tes toleransi glukosa,
memprediksi >50% berkembang menjadi DM tipe 1 dalam 5 tahun. Tanpa gangguan
sekresi insulin, diprediksi <25% menjadi DM tipe 1 dalam 5 tahun.
4. Faktor Lingkungan
Dua hipotesis utama dapat menjelaskan peningkatan kejadian diabetes tipe 1.
Hipotesis pertama adalah bahwa agen lingkungan seperti virus mungkin dapat terjadi.
Musim, peningkatan insiden, dan epidemi diabetes tipe 1, serta studi lintas setor dan
retrospektif, menunjukkan bahwa virus tertentu dan beberapa aspek makanan anak usia
dini dapat mempengaruhi resiko terjadinya diabetes tipe 1. Banyak faktor dengan
berbagai pemicu lingkungan telah ditemukan pada diabetes tipe 1, namun sejauh ini
hanya sindrom rubella bawaan telah meyakinkan terkait dengan DM tipe 1. 2 rangkuman
penelitian telah berusaha untuk menunjukkan hubungannya dengan diabetes tipe 1.
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus tipe 1, adalah :
1. Polifagi adalah kondisi dimana anak sering makan karena ia mengalai rasa lapar yang
berulang-ulang. Rasa lapar ini disebabkan karena tidak adanya insulin dalam jumlah yang
cukup didalam tubuh sehingga gula tidak bisa diolah menjadi energy. Akibatnya organ
tubuh akan mengalami kelelahan dan memicu rasa lapar yang terus menerus.
2. Polidipsi atau banyak minum terjadi karena tubuh kekurangan cairan akibat minimnya
produksi insulin tersebut yang membuat kelebihan gula dalam aliran darah, sehingga
cairan tubuh akan ditarik kejaringan tubuh lain. Proses tersebut akan membuat anak
sering haus dan banyak minum, lebih dari biasanya.

3. Poliuria yaitu kondisi dimana anak sangat sering buang air kecil karena banyak minum
melebihi frekuensi buang air kecil yang biasanya.

4. Mudah letih dan lesu kaarena sel-selnya minim asupan gula.


5. Luka yang sukar sembuh
6. Penglihatan anak yang kabur
7. Sering kesemutan
8. Kehilangan berat badan walau banyak makan
9. Infeksi jamur terutama pada anak perempuan
10. Perilaku yang berubah, anak mudah marah dan emosi tidak stabi
11. Gejala khusus pada anak diatas 3-4 tahun yaitu mengompol
12. Muntah dan sakit pada perut
13. Nafas berbau asam
14. Lambung terasa nyeri
15. Tidak fokus atau susah berkonsentrasi
16. Glaikosuria (glukosa dalam urine- air kencing)
17. Tubuh sering terasa lemah dan mengantuk
18. Penglihatan kurang baik
19. Hyperglaisimia peningkatan kadar gula darah

2.5 Patofisiologi
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang orang
dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu
respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang
diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti
virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat
toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi.
Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel
B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus.
Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus
diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun tertentu
yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun
terhadap sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah
autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya
ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin
tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau
tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik
antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air dan karbondioksida),
peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya
glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino ,
laktat , dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon, epinefrin, dan
kortisol). Tanpa insulin , sintesis dan pengambilan protein, trigliserida , asam lemak, dan
gliserol dalam sel akan terganggu. Aseharusnya terjadi lipogenesis namun yang terjadi adalah
lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah
karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180mg/dl ginjal tidak
dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul glikosuria. Glukosa menarik air
dan menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan
hilangnya elektrolit lewat urine, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang
rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell
starvation ) pasien merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-kadang juga
terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut
ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan
katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon
plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik.
Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme,
mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa
darah.(Tandra,2007)
2.6 Pathway
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada DM tipe 1 , adalah :
1. Glukosa darah meningkat 200-100mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Elektrolit :
a) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
c) Fosfor : lebih sering menurun
6. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan
karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
7. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi
;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal
sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
2.8 Penatalaksanaan
Manajemen pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 ini dilakukan secara multidisipliner, yaitu
pendekatan oleh dokter, perawat, dan ahli gizi.
1. Diet
Langkah pertama untuk mengatur diabetes mellitus tipe 1 adalah kontrol diet. Menurut
ADA (American diabetes association), terapi diet adalah berdsarkan penilaian status gizi
dan tujuan dari terapi itu sendiri. Diet harus dibuat sesuai dengan kebiasaan makan dan
gaya hidup pasien
a) Manajemen diet termasuk edukasi tentang waktu, besarnya, banyaknya, serta
komposisi makanan yang dimakan untuk menghindari terjadinya hipoglikemia atau
hiperglikemia setelah makan. Pasien yang menggunakan insulin harus mendapat diet
yang komprehensif termasuk kebutuhan kalori sehari-hari; kebutuhan karbohidrat,
lemak, dan protein; dan pembagian kalori antara makan dan snack
b) Distribusi kalori sangat penting pada pasien DM tipe 1. Pembagiaannya didasarkan
pada kebutuhan kalori pasien selama satu hari. Jumlah yang disarankan adalah 20%
untuk makan pagi, 35% untuk makan siang, 30% untuk makan malam, dan 15%
untuk snack sore
c) Kebutuhan protein minimal adalah 0,9 g/kg/hari
d) Kebutuhan lemak dibatasi sampai 30% atau kurang dari total kalori dan rendah
kolesterol
e) Pasien disarankan mengkonsumsi sediaan sukrosa dan meningkatkan konsumsi sayur.
Snack diberikan di antara makan pagi-siang dan makan siang-malam untuk mencegah
hipoglikemia.
2. Aktivitas
Olahraga sangat penting sebagai manajemen pasien diabetes. Pasien harus
dimotivasi untuk olahraga secara teratur. Edukasi terhadap pasien tentang efek olahraga
terhapa kadar gula darah. Olahraga terlalu berlebih selama 30 menit dapat menimbulkan
hipoglikemia pada pasien. Untuk menghindarinya maka pemberian dosis insulin
dikurangi 10-20% atau dengan pemberian snack tambahan. Pasien juga harus
memperhatikan kebutuhan cairan selama olahraga.
3. Pasien DM tipe 1 membutuhkan terapi insulin untuk mengontrol hiperglikemia serta
memelihara kadar elektrolit dan cairan dalam serum
4. Terapi insulin awal pada pasien dewasa: dosis harian awal dihitung berdasarkan berat
badan pasien. Dosis diberikan terbagi, setengah dosis diberikan sebelum makan pagi,
seperempat dosis diberikan sebelum makan malam, dan seperempat lagi diberikan
sebelum tidur. Setelah menentukan dosis awal, pengaturan jumlah, tipe, dan waktu
pemberian tergantung pada kadar glukosa darah. Pengaturan dosis insulin bertujuan
untuk mempertahankan glukosa darah sebelum makan antara 80-150 mg/dl. Dosis insulin
dinaikkan 10% setiap waktu, dan efeknya dievaluasi setelah tiga hari. Pemberian insulin
yang berlebih dapat menyebabkan hipoglikemia.
5. Terapi insulin awal pada anak-anak
1. Anak-anak dengan hiperglikemia sedang tanpa ketonuria atau asidosis diawali dengan
dosis tunggal insulinkerja sedang per hari secara subkutan sebanyak 0,3-0,5 unit/kg
2. Anak-anak dengan hiperglikemia dan ketonuria tetapi tanpa asidosis atau dehidrasi
dapat diberikan dosis awal insulin kerja sedang sebanyak 0,5-0,7 unit/kg dan
diberikan secara subkutan sebanyak 0,1 unit/kg secara teratur dalam interval 4-6 jam.
6. Regimen insulin untuk Diabetes mellitus tipe 1
Regimen diberikan dari dua kali per hari dengan dosis kombinasi (misal insulin
kerja cepat dan insulin kerja sedang) sampai lebih fisiologis regimen bolus-basal
menggunakan injeksi multipel harian (misal dosis tunggal insulin kerja panjang untuk
basal dan dosis insulin kerja cepat untuk post prandial, sebagai contoh humulin dan
novolin) atau dengan menggunakan syringe pump. Pada syringe pump digunkan insulin
kerja cepat. Insulin diberikan secara bolus dengan dosis yang ditentukan melalui
monitoring glukosa darah preprandial (sebelum makan). Metode ini lebih baik dalam
mengkontrol dibandingkan injeksi multiple tetapi risiko hipoglikemia lebih banyak
terjadi oleh karena itu diperlukan juga monitoring ketat glukosa darah setelah pemberian
terapi. Pengobatan intensif dengan monitoring glukosa darah empat kali atau lebih sehari
dan tiga kali atau lebih injeksi insulin atau dilanjutkan dengan infus, ternyata lebih efektif
dibandingkan dengan pengobatan konvensional (1-2 kali injeksi insulin dengan atau
tanpa monitoring). Akan tetapi terapi intensif lebih sering menimbulkan hipoglikemia
dan kenaikan berat badan. Terapi intensif umumnya efektif diberikan pada pasien yang
dapat mengontrol kesehatan dirinya sendiri terhadap penyakit ini.
Secara umum, kebanyakan pasien DM tipe 1 dapat memulai dosis terapi insulin
0,2-0,8 unit/kgBB/hari. Pada pasien dengan obesitas membutuhkan dosis awal yang lebih
tinggi.
Terapi fisiologis yaitu dengan insulin kerja sedang atau kerja panjang bertujuan
untuk mempertahankan kebutuhan glukosa darah basal serta pemberian insulin kerja
cepat atau singkat untuk mempertahankan glukosa darah postprandial. Terapi ini lebih
efektif bila dosis insulin kerja cepat atau singkat dengan enggunakan sliding scale. Dosis
dapat diberikan sebanyak 1-2 unit insulin setiap kenaikan atau penrunan 50 mg/dl (2,7
mmol.l) dari target glukosa. Terapi ini lebih menguntungkan karena pasien dapat
memepercepat atau mengatur waktu makan dan menjaga keadaan normoglikemia. Belum
ada regimen insulin lain terbukti lebih efektif. Terapi ini direkomendasikan sebagai
inisial terapi DM tipe 1, setelah itu terapi disesuaikan dengan respon fisiologis tubuh
pasien terhadap terapi awal dan tergantung kepada dokter yang merawat.
7. Waktu pemberian insulin
1. Injeksi insulin yang diberikan berguna untuk mengontrol hiperglikemia setelah
makan dan untuk mempertahankan glukosa darah normal harian. Risikonya adalah
terjadi hipoglikemia, oleh karena itu perlu adanya edukasi terhadap pasien untuk
mengantisipasi risiko tersebut.
2. Sekitar 25% dari total dosis insulin selama sehari diberikan sebagai insulin kerja
sedang saat akan tidur dengan dosis tambahan insulin kerja cepat setiap sebelum
makan. Pasien mungkin membutuhkan tambahan terapi insulin kerja sedang atau
kerja panjang pada pagi hari untuk mempertahankan glukosa basal selama satu hari
penuh. Pasien sebaiknya mengatur dosis harian mereka berdasarkan monitoring
glukosa sebelum makan dan akan tidur. Pasien juga sebaiknya menkontrol glukosa
darah mereka pada pagi hari paling sedikit sekali seminggu selama beberapa minggu
terapi awal dan setelahnya bila ada indikasi.
3. Terapi Pembedahan
Pembedahan yang dilakukan adalah transplantasi pankreas, transplantasi
pancreas-ginjal secara simultan, transplantasi islet. Tujuan dari terapi tranplantasi
pancreas adalah untuk mencegah komplikasi dari diabetes mellitus seperti gagal
ginjal, komplikasi mikrovaskular atau makrovaskular. Transplantasi pankreas-ginjal
lebih menguntungkan karena pembedahan ini bertujuan untuk menurunkan
pembatasan diet dan mampu mengkontrol normoglikemia tanpa injeksi insulin lagi
oleh karena dengan tranplantasi ini dapat mempertahankan sekresi insulin lebih lama
dan efektif. Transplantasi islet merupakan prosedur yang minimal invasive, hanya
membutuhkan waktu satu jam operasi, insisi abdomen sepanjang tiga inchi, dan
perawatan satu hari di rumah sakit. Sel islet diproleh dari donor pancreas dengan
menggunakan proses isolasi dan purifikasi yang kompleks sehingga enzim keluar
menghancurkan jaringan di sekitar sel islet.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai
dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan
fisik, pola kegiatan sehari-hari
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Ds yg mungkin timbul :
a) Klien mengeluh sering kesemutan.
b) Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
c) Klien mengeluh sering merasa haus
d) Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
e) Klien mengeluh merasa lemah
f) Klien mengeluh pandangannya kabur
DO :
a) Klien tampak lemas.
b) Terjadi penurunan berat badan
c) Tonus otot menurun
d) Terjadi atropi otot
e) Kulit dan membrane mukosa tampak kering
f) Tampak adanya luka ganggren
g) Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau
GCS dan respon verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
a) Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi,
dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD
yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
b) Nadi
c) Pernapasan
d) Suhu
e. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Keluarga
- Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
- Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja
yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi otot,
adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya retinopati,
kekaburan pandangan.
Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah
g. Pemeriksaan penunjang
a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e) Elektrolit :
Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
Fosfor : lebih sering menurun
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM)
dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi
;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .( autoantibody)
l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1 meliputi :
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes
mellitus
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi insulin)
ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake makanan
adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS
>200 mg/dl
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat
(penurunan fungsi limfosit).
4. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes
mellitus
Intervensi
1) Monitor kadar gula darah
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
3) Monitor tanda-tanda vital
4) Berikan terapi insulin sesuai program
5) Instruksikan kepada pasien da keluarga mengenai pencegahan dan pengenalan
tanda-tanda hiperglikemia dan hipoglikemia dan managemen hiperglikemia dan
hipoglikemia
6) Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap diitnya
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi insulin)
ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake makanan
adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS
>200 mg/dl
Intervensi :
1) kolaburasi dengan ahki gizi untuk pemberian diit
2) Monitor berat badan tiap hari
3) libatkan kelurga pasien dalam perencanaan makanan sesuai dengan indikasi
4) Berikan terapi insulin sesuai dengan program
5) Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkomsumsi makanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan
fungsi limfosit).
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan yang pada semua orang
yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien sendiri
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif
4) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
4. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital
2) 2. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
3) Pantau adanya keluhan parestesia,nyeri atau kehilangan sensori
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
KASUS :

Pada tanggal 01 September 2018, pukul 07.00 WIB. Seorang anak A laki-laki berusia 10
tahun didiagnosis Diabetes Melitus tipe 1 dirawat di RSI. A.Yani pada tanggal 1 september
2018. Klien mengatakan bahwa sejak 1 minggu yang lalu ia merasa sering lapar serta banyak
makan, banyak minum, banyak kencing, berat badannya turun. Ia juga tidak bisa perhatian lama
ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan
mudah terserang flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 02 September 2018 didapatkan BB: 36 kg, PB:
130 cm, suhu: 37,4oC, nadi: 88x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70 mmHg. Turgor kulit
kembali segara, kulit kering, membrane mukosa lembab. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan: Hb: 11,2gr/dl, Hematokrit: 30%, eritrosit: 4,0(x106/uL), trombosit: 210000/mm3,
leukosit: 9.500/uL, glukosa darah 300mg/dl.
Ny. S mengatakan bahwa dikeluarganya menyukai makanan manis sehingga anaknya
suka makan makanan yang manis seperti permen,coklat,dll. Ny. S merasa terkejut dan tidak
percaya ketika anaknya didiagnosa Diabetes Melitus tipe 1, karena tidak ada anggota keluarga
yang menderita Diabetes Melitus. Ny. S juga mengatakan tidak paham tentang Diabetes Melitus
tipe 1 yang diderita oleh anaknya
Tanggal MRS : 01 September 2018 Jam Masuk : 07.00
Tanggal Pengkajian : 03 September 2018 No. RM : 145xxx
Jam Pengkajian : 09.00 Diagnosa Medis : DM Tipe 1
Identitas :

Pasien : Penanggung Jawab :


Nama : An. A Nama : Ny. S

Umur : 10 Tahun Umur : 35 Tahun


Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP


Pekerjaan : - Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Pernikahan : - Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Jl. Sumput Alamat : Jl.Sumput


Diagnosa Medis : DM Tipe 1 Hubungan dengan klien : Ibu Kandung

No. RM : 145xxx
Tgl. Masuk : 01 September
2018

1. Status kesehatan Saat Ini


a. Keluhan utama : Klien mengatakan banyak makan, banyak minum, dan sering
kencing, berat badannya turun, enuresis. Ia juga mudah
tersinggung.
b. Lama keluhan : 1 Minggu yang lalu
c. Kualitas keluhan : Tidak bisa perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah,
merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala, kalau ada luka
sukar sembuh dan mudah terserang flu
d. Faktor pencetus : keluarga klien menyukai makanan manis
e. Faktor pemberat : Makan makanan yang manis seperti permen,coklat,dll
Upaya yg. telah dilakukan : -
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien mengatakan bahwa sejak 1 minggu yang lalu ia merasa sering lapar serta banyak
makan, banyak minum, banyak kencing, berat badannya turun, enuresis. Ia juga mudah
tersinggung, tidak bisa perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah,
penglihatan kabur, sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1) Penyakit yang pernah dialami
a. Kecelaakan (jenis & waktu): -
b. Pernah dirawat :-
c. Operasi (jenis & waktu) :-
d. Penyakit:
- Kronis : Tidak pernah
- Akut : Tidak pernah
e. Terakhir masuki RS : Tidak pernah
2) Alergi (obat, makanan, plester, dll): : Tidak memiliki alergi apapun
3) Imunisasi
() BCG () Hepatitis

() Polio () Campak

() DPT ( )…………………………


4) Kebiasaan :
jenis Frekuensi Jumlah/Lamanya

Merokok - -

Kopi - -

Alkohol - -
5) Obat-obatan
Jenis Lamanya Dosis
- - -

c. Riwayat Penyakit Keluarga :


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya
d. Genogram

Ket :

: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien
Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
Kemampuan ambulasi dan ADL

Rumah Rumah Sakit

Makan/minum 0 0

Mandi 0 0

Berpakaian/berdandan 0 0

Toileting 0 0

Mobilitas di tempat 0 0
tidur

Berpindah 0 0

Berjalan 0 0

Naik tangga 0 0

Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = tidak


mampu

2. Tidur dan istirahat


a. Lama tidur : 5 Jam Tidur siang: Ya / Tidak
b. Kesulitan tidur di RS : Ya / Tidak
c. Alasan :
d. Kesulitan tidur : [ ] menjelang tidur
[ ] mudah/sering terbangun

[ ] merasa tidak segar saat bangun


3. Kenyamanan dan nyeri
Nyeri : Palliative/Profokatif : - /-

Quality : hilang timbul terus menerus

Region :

Depan Belakang

Scale :-

Time :-

4. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3x sehari
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 36kg/130cm
c. IMT &BBR :……………………………
d. BB dalam 1 bulan terakhir : [ - ] tetap
[- ] meningkat:...Kg, alasan...............

[ ] menurun: 30 Kg, alasan ketidakmampuan


menyerap nutrisi

e. Jenis makanan : Padat


f. Makanan yang disukai : Makanan yang manis-manis
g. Makanan pantang : - Alergi -
h. Nafsu makan : [] baik
[ - ] kurang, alasan……

i. Masalah pencernaan : [ - ] mual [ - ] muntah


[ - ] kesulitan menelan [ - ] sariawan
j. Riwayat operasi / trauma gastrointestinal: -
k. Diit RS : - [ ] habis
[ - ] ½ porsi

[ - ] ¾ porsi

[ - ] tidak habis, alasan……

l. Kebutuhan Pemenuhan ADL makan: Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan

5. Cairan, elektrolit dan asam basa


a. Frekuensi minum : Baik Konsumsi air/hari: 2 liter/hari
b. Turgor kulit : segera kembali sebelum 2 detik
c. Support IV Line : Ya / Tidak, Jenis: - Dosis -
6. Oksigenasi
a. Sesak nafas : [] tidak
[ ] ya

1) Frekuensi :-
2) Kapan terjadinya :-
3) Kemungkinan factor pencetus :-
4) Factor yang memperberat :-
5) Factor yang meringankan :-
b. Batuk : Ya / Tidak
c. Sputum : Ya / Tidak
d. Nyeri dada : Ya / Tidak
e. Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada: -
f. Riwayat penyakit : [ - ] Asma [ - ] TB
[ - ] Batuk darah [ - ] Chest Surgery / Trauma dada

[ - ] Paparan dg penderita TB

g. Riwayat merokok : Pasif / Aktif………………………………


7. Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi :3x sehari Penggunaan pencahar: -
b. Waktu : pagi / siang / sore / malam
c. Warna : Kuning kecoklatan Darah - konsistensi : -
d. Ggn. Eliminasi bowel : [- ] Konstipasi
[- ] Diare

[- ] Inkontinensia bowel

e. Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan


8. Eliminasi urin
a. Frekuensi : 3x sehari Penggunaan pencahar -
b. Warna : Kuning Darah -
c. Ggn. Eliminasi bladder: [ - ] nyeri saat BAK
[ - ] burning sensation

[ - ] bladder terasa penuh setelah BAK

[ - ] inkontinensia bladder

d. Riwayat dahulu : [ - ] penyakit ginjal


[ - ] batu ginjal [ - ] injury / trauma

e. Penggunaan kateter : Tidak


f. Kebutuhan pemenuhan ADL bladder: Mandiri
g. Warna :[  ] normal [ ]hematuria [ ]seperti teh
h. Keluhan : [ - ]nokturia [ - ] retensi urine [ - ] inkontinensia urine
9. Sensori, persepsi dan kognitif
a. Ggn. Penglihatan : Tidak
b. Ggn. Pendengaran : Tidak
c. Ggn. Penciuman : Tidak
d. Ggn. Sensasi taktil : Tidak
e. Ggn. Pengecapan : Tidak
f. Riwayat penyakit: [ - ] eye surgery
[ - ] otitis media [ ] luka sulit sembuh

3. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : [  ] CM [ ] apatis [ ] somnolen [ ]sopor [ ]coma

GCS : 4-5-6

Vital Sign : TD : 110/70 mmHg

Nadi : Frekuensi : 88x/mnt

Irama : [ ] reguler [ ] ireguler

Kekuatan/isi : [  ] kuat [ ]sedang [ ] lemah

Respirasi : Frekuensi : 24x/mnt

Irama : [ ] reguler [ ] ireguler

Suhu : 37,4oC

b. Kepala :

Kulit : [ ] Normal [ ] Hematoma [  ] Lesi [ ]kotor

Rambut : [  ]Normal [ ] kotor [ ]rontok [ ]kering/kusam

Muka : [  ]Normal [ ] bells palsy [ ] hematom [ ]lesi

Mata : konjungtiva : [ ] Normal [ ] Anemis [ ] Hiperemis

Sclera : [  ] Normal [ ] ikterik


Pupil : [  ]isokor [ ] anisokor

Palpebra : [  ]normal [ ] hordeolum [ ] oedema

Lensa : [ ]normal [ ] keruh

Visus : [  ]normal ka/ki [ ]miopi ka/ki

[ ] hipermetropi ka/ki [ ] astigmatisme ka/ki

[ ] Kebutaan ka/ki

Hidung : [  ]normal [ ]septum defiasi [ ] polip [ ]epistaksis

[ ] Gangguan indra penghidu [ ] sekret

Mulut : gigi :[  ] normal [ ]caries dentis, di :…………

[ ] Gisi palsu, di:………..

Bibir : [  ]normal [ ] kering [ ]stomatitis [ ] sianosis

Telinga : [ ] simetris/asimetris, [ ] bersih/kotor, [ ] gangguan pendengaran


ada/tidak

c. Leher : [ ] Normal [ ] Pembesaran thyroid [ ] Pelebaran JVP


[ ] kaku kuduk [ ] Hematom [ ] Lesi

d. Tenggorokan : [  ] Normal [ ] Nyeri telan [ ] Hiperemis


[ ]Pembesaran tonsil

e. Dada : Bentuk : [  ] Normal [ ] Barrel chest [ ] Funnel chest [ ] Pigeon chest


Pulmo : Inspeksi : simetris kanan kiri

Palpasi : Fremitus taktil ka/ki : simetris kanan kiri

Perkusi : ka/ki : Sonor

Auskultasi : [ ] vesikuler ka/ki [ ]whezing [ ] ronkhi

Cor : Inspeksi : tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis : tidak terlihat

Perkusi : batas jantung : batas kanan ICS IV LPS extra

Batas kiri ICS F LMC sinistra


Auskultasi : Bunyi jantung I (SI): Tunggal

Bunyi jantung II (SII) : Tunggal

Bunyi jantung III (SIII): - Murmur : -

f. Abdomen : Inspeksi : [ ] normal [ ] ascites


Palpasi : [ ]normal [ ] hepatomegali

[ ]splenomegali [ ] Tumor

Perkusi : [ ] normal [ ] Hypertimpani [ ] pekak

Auskultasi : Peristaltik : 14x/mnt

g. Genetalia : Pria : [ - ] Normal [ - ] Hypospadia [ - ] Epispadia


[ - ] hernia [ - ] Hydrocell [ - ] Tumor
Perempuan : [ ]normal [ ]kondiloma [ ] prolapsus uteri

[ ] Perdarahan [ ] keputihan

h. Rectum : [ ]Normal [ ] Hemoroid [ ] Prolaps [ ] Tumor


i. Ektremitas : atas : kekuatan otot ka/ki : 4/4
ROM ka/ki : Aktif ka/ki

capilary refile : < 2 detik

bawah : kekuatan otot ka/ki : 4/4

ROM ka/ki : Aktif ka/ki

Capillary refile :< 2 detik


4. Psiko sosio budaya Dan Spiritual :
Psikologis :

Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah :

Pasien merasa sedih dan gelisah dengan penyakit yang dideritanya

Cara mengatasi perasaan tersebut :

Pasien selalu berdoa dan mengaji supaya perasaannya tidak bertambah sedih dan gelisah

Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah :

Pasien mulai menerapkan hidup sehat dengan tidak memakan makan makanan yang manis-
manis

Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka :

Klien akan merasa sedih dan gelisah dan berserah diri kepada tuhan yang maha esa

pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada :

klien kurang memahami penyakit yang dideritanya

Sosial :

Aktivitas atau peran di masyarakat adalah :

Klien mengatakan aktif dalam beberapa organisasi disekolahnya

kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah :

lingkungan yang kotor dan banyak sampah

cara mengatasinya : klien sering mengikuti kerja bakti di rumahnya

pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya :

klien mengatakan aktifitas dilingkungannyacukup baik.

Budaya :

Budaya yang diikuti klien adalah budaya: Budaya Jawa

Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya: Tidak


Spiritual :

Aktivitas ibadah sehari-hari : sholat tepat waktu

Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan : mengaji, qiro’ah

Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami :

Klien menganggap masalah ini sebagai ujian dari Allah swt

5. Pemeriksaan Penunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium, radiology, EKG, EEG dll)

Hb: 11,2gr/dl,

Hematokrit: 30%,

Eritrosit: 4,0(x106/uL),

Trombosit: 210000/mm3,

Leukosit: 9.500/uL,

Glukosa darah 300mg/dl.

6. Terapi Medis :
Cairan IV :

Obat peroral :

Obat parenteral :

Obat Topikal :
ANALISA DATA

Nama klien : An. A No. Register : 123xxx

Umur : 16 Tahun Diagnosa Medis : DM Tipe 1

Ruang Rawat : Dahlia Alamat : Jl. Sumput

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

02-09-2018 DX : px mengatakan bahwa suka makan- Diabetes Mellitus Domain 2 : Nutrisi

makanan manis yang banyak mengandung gula


08.00 WIB Kelas 4 : Metabolisme
dan tidak bisa fokus ketika mengikuti pelajaran
00179
sekolah, merasa lelah, sakit kepala.

DO :BB: 36 kg, PB: 130 cm, TD: 110/70 mmHg, Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa

Suhu: 37,4oC, Nadi: 88x/menit, Darah

Respirasi:24x/mnt. Hasil laboratorium

menunjukkan : Hb: 11,2gr/dl, Hematokrit: 30%,

Eritrosit: 4,0(x106/uL), Trombosit: 210000/mm3,

Leukosit: 9.500/uL, Glukosa darah 300mg/dl


DS : px mengatakan merasa sering lapar serta
02-09-2018 Ketidakmampuan Domain 2 : Nutrisi
banyak makan, banyak minum, banyak kencing,
mengabsorpsi nutrien
10.00 WIB Kelas 1 : Makan
berat badannya turun

DO : 00002

- Terlihat berat badan pasien turun dari 35kg


Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang
menjadi 25,5Kg
dari kebutuhan tubuh
- Kulit Kering, membran mukosa lembab

DS : Px mengatakan jika ada luka, luka tersebut Pertahanan Tubuh Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
02-09-2018
sukar sembuh Sekunder Tidak Adekuat
Kelas 1 : Infeksi
12.00 WIB DO : Terlihat luka yang hampir kering padahal

luka didapat sudah 4 bulan yang lalu 00004

Risiko Infeksi
PRIORITAS DIAGNOSA

1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi nutrien ditandai
dengan berat badan menurun walaupun intake makanan adekuat
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan fungsi limfosit) ditandai dengan jika ada luka
sukar sembuh
RENCANA TINDAKAN

Nama Klien : An. A No. Register : 123xxx

Umur : 10 Tahun Diagnosa Medis : DM Tipe 1

Ruang Rawat : Dahlia Alamat : JL. Sumput

Diagnosa Nama/
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan TTD

1 Resiko Tujuan : setelah dilakukan Domain 2 : Fisiologis : Komples - untuk menurun kadar glukosa Anggi

Ketidakstabilan intervensi keperawatan selama 1x24 Kelas G : Manajemen Elektrolit dan darah

kadar glukosa darah jam diharapkan resiko Asam Basa - untuk mengetahui

ketidakstabilan kadar glukosa darah - Monitor kadar gula darah pencegahan dan pengenalan
-Monitor tanda dan gejala
dapat teratasi dengan kriterian hasil : tentang diabetes mellitus
hiperglikemia dan hipoglikemia
Domain 5 :
- Monitor tanda-tanda vital
Kondisi Kesehatan yang Dirasakan. - Berikan terapi insulin sesuai program
-Instruksikan kepada pasien untuk
Outcome :
selalu patuh terhadap diitnya
- 211101 peningkatan urin output

\\ dari besar (2) menjadi sedang (3)


- 211117 peningkatan glukosa

darah dari besar (2) menjadi

sedang (3)

2 Ketidakseimbangan Tujuan : setelah dilakukan Domain 1 : fisiologis dasar -agar kalori yang masuk Anggi

nutrisi: kurang dari intervensi keperawatan selama 1x24 Kelas D : Dukungan Nutrisi ketubuh seimbang

kebutuhan tubuh jam ketidakseimbangan nutrisi: - Monitor kalori dan asupan makanan - agar asupan makanan yang

kurang dari kebutuhan tubuh dapat - Monitor kecenderungan kenaikan masuk ketubuh sesuai dengan

teratasi dengan kriteria hasil : atau penurunan berat badan keseimbangan tubuh

Domain 2 : Kesehatan Fisiologi

Outcome :

- 100402 Asupan makanan dari

banyak menyimpang (2) menjadi

cukup menyimpang (3)

- 100405 rasio berat badan dari

banyak menyimpang (2) menjadi

cukup menyimpang (3)


3 Resiko Infeksi Tujuan : setelah dilakukan intervensi Domain 2 : Fisiologis : Kompleks - Untuk mencegah terjadinya Winda

keperawatan Selama 1x24 jam Kelas J : Manajemen Perioperatif resiko infeksi

Resiko Infeksi dapat teratasi dengan 6540 Kontrol Infeksi - Untuk meningkatkan

kriteria hasil : - Ajarkan pasien mengenai cuci pengetahuan pasien tentang

Domain 4 : Pengetahuan tentang tangan dengan tepat pencegahan resiko infeksi

kesehatan dan perilaku - Lakukan tindakan - tindakan

Outcome : pencegahan yang bersifat universal.

- 192404 mengidentifikasi risiko

infeksi dalam aktivitas sehari-

hari dari sering menunjukkan

(4) menjadi jarang

menunjukkan (2)

- 192408 memonitor perilaku diri

yang berhubungan dengan

risiko infeksi dari sering

menunjukkan (4) menjadi


jarang menunjukkan (2)
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Nn. A No. Register : 123xxx

Umur : 10 Tahun Diagnosa Medis : DM tipe 1

Ruang Rawat : Dahlia Alamat : Jl. Sumput

No Dx Tanggal Jam Implementasi Tanggal Evaluasi Nama/TTD

1. Resiko 05-09- 07.00 WIB 08-09-2018 S : px mengatakan sudah mengurangi Winda


1. Memonitor tanda dan gejala
Ketidakstabilan 2018 08.00 WIB makan – makanan yang manis – manis,
hiperglikemia dan hipoglikemia
kadar glukosa dan kepala pusing serta rasa lelah yang
2. Monitor tanda-tanda vital
darah 09.00 WIB dirasakan berkurang
Hasil :
O : px terlihat mengatur pola makan
TD : 110/80 mmHg
yang menyebabkan kadar gula
N : 80x/mnt
meningkat
S : 36.5 °C
A : masalah teratasi sebagian
RR : 22x/mnt
P : lanjutkan intervensi 1, 3, dan 4
3. Memberikan Terapi Insulin sesuai
12.00 WIB
program
14.00 WIB 4. menginstruksikan kepada pasien

untuk selalu patuh pada diitnya

2. Ketidakseimb 06-09- 08.00 WIB 1. Memonitor kalori dan asupan 09-09- S : px mengatakan berat badan sudah Winda

angan nutrisi: 2018 makanan 2018 mulai stabil, serta berkurangnya rasa

kurang dari 09.30 WIB 2. Memonitor kecenderungan kenaikan 12.00 ingin makan,minum dan buang air kecil

kebutuhan atau penurunan berat badan WIB O : pasien sudah terlihat dapat

tubuh mengontrol rasa makan, haus, dan

buang air besar

A : masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan
3. Resiko Infeksi 07-09- 10.30 WIB 1. Mengajarkan pasien mengenai cuci 10-09- S : px mengatakan lukanya sembuh Winda

2018 tangan dengan tepat 2018 O : luka px terlihat mengering


A : masalah teratasi
09.00 WIB 2. Melakukan tindakan - tindakan 08.00
P : intervensi dihentikan
pencegahan yang bersifat universal WIB

Anda mungkin juga menyukai