KERACUNAN OBAT
Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 5
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan penvegahan kecacatan lebih lanjut.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki peran sebagai gerbang utama masuknya
rumah sakit secara intensif atau sering disebut juga sebagai penderita gawat
darurat. Penderita yang terkena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat
visite oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu parah.( Sitepu,
2019)
2
mengalami injuri. (fulde, Gordian. 2009 dalam buku Maria, Zubaidah, Pusparina,
Norfitri. 2019).
Salah satu kejadian gawat darurat yang juga mengancam nyawa manusia
adalah verdosis yang merupakan keracunan pada penggunaan obat baik yang tidak
disengaja maupun sengaja, hal ini dapat terjadi pada setiap umur angka kejadiannya
juga mengalami peningkatan pada tahun 2011, diperkirakan kasus overdosis obat di
seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 35 juta orang diantaranya adalah overdosis
NAPZA, dan 80% tinggal di negara berkembang menurut The International
Narcotics Control Board (INCB)
Hal ini akan beresiko tinggi untuk warga Indonesia yang masih banyak yang
belum mengetahui tentang dampak NAPZA itu sendiri, terutama kalangan remaja
atau pelajar. Sedangkan 15 jutanya merupakan kasus overdosis penggunaan obat
medis yang di izinkan, dimana penggunaanya tidak sesuai dengan dosis yang
dianjurkan, kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan yang di berikan,
tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang di
tetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
Penyebab pasti yang sering terjadi pada overdosis obat adalah usia, lansia
sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering terjadi kesalahan dosis
karena lansia minum lagi. Merk dagang, banyaknya merek dagang untuk obat yang
sama, sehingga pasien bingung, misalnya furosemide (antidiuretik) dikenal sebagai
lasix, uremia dan unex. Gangguan emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan
penggunaan obat untuk terapi penyakit (habituasi) misalnya barbiturate, antidepresan
dan tranquilizer.
B. Etiologi
Keracunan obat dapat terjadi, baik pada penggunaan untuk maksud terapi maupun
pada penyalahgunaan obat.Keracunan pada penggunaan obat untuk maksud terapi
dapat terjadi karena dosis yang berlebih (overdosis) baik yang tidak disengaja
maupun disengaja dengan maksud bunuh diri, karena efek samping obat yang
tidak diharapkan dan sebagai akibat interaksi beberapa obat yang digunakan
secara bersama-sama.Kematian akibat penggunaan obat jarang terjadi. Hal yang
dapat menimbulkan reaksi dan mungkin mengakibatkan kematian, terutama pada
penggunaan obat secara IV, penggunaan obat golongan depresan, penisilin dan
turunannya, golongan anti koagulan, obat jantung, k-klorida golongan diuretik dan
insulin.
C. Manifestasi Klinis
Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktivitas kelenjar
ludah, keringat dan gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas.
Gejala-gejalanya meliputi :
1. Keracunan ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa
takut, tremor pada lidah, kelopak mata, pupil miosis.
2. Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut,
hipersaliva, hiperhidrosis, fasikulasi otot dan bradikardi.
3. Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif,sesak
nafas, sianosis, edema paru, inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma,
blokade jantung akhirnya meninggal.
D. Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Kerusakan hati
3. Gangguan pencernaan
4. Gangguan pernafasan
E. Patofisiologi
IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim
asetikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja
untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE
yang bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-
KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-
tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala ransangan Akh yang
berlebihan,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP
(menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).
Pada keracunan IFO, ikatan-ikatan IFO– KhE bersifat menetap
(ireversibel), sedangkan keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara
(reversible). Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :
1. Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat,
pupil, bronkus dan jantung.
2. Nikotinik, terutama pada otot-otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata
dan otot pernafasan.
3. SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang
(Konvulsi) sampai koma.
F. Pathway
Kulit
Saluran cerna Sal. Pernafasan
Intoleransi
aktifitas
Alkalosis
respiratorik
G. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun
sekian % dari harga normal ).
1) Keracunan akut, ringan : 40 - 70 %, sedang : 20 - 40 %, berat : <
20 %.
2) Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 %
setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus
segara disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar
KhE telah meningkat > 75 % N.
2. Patologi Anatomi ( PA)
Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas.sering
hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak dan organ-
oragan lainnya.
H. Penatalaksanaan
1. Tindakan emergency
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi penyebab keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya
usahamencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
3. Eliminasi racun
Racun yang ditelan, dilakukan dengan cara:
A. Pengkajian
1. Primary Survey
Sebelum penyalahgunaan terjadi biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran
informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui kekuarga, dan lain-lain. Instansi
pemerintah seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini,
Kegiatan yang dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi
KTE yang di tunjukkan kepada remaja langsung dan keluarga.
B1 : Breath, kaji pernapasana klien. Apakah klien mengalami gangguan dalam
bernapas
B2 : Blood, kaji apakah terjadi perdarahan yang menyumbat jalan napas dan
cek tekanan darah pasien.
B3 : Brain, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses berfikir.
B4 : Bladder, kaji apakah ada terjadi kerusakan pada daerah ginjal yang
dikarenakan overdosis karna keasaman obat tersebut.
B5 : Bowel, kaji intake dan output pasien
a. Airway support
Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan adalah ada
tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah. Lidah merupakan
penyebab utama tertutupnya jalan napas pada klien tidak sadar karena
pada kondisi ini lidah klien akan terjatuh ke belakang rongga mulut.
Hal ini akan mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas.
Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas harus terbuka.
Teknik yg dapat digunakan adalah cross finger (silang jari). Jika
terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik finger sweep (sapuan jari).
Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan penilaian status pernapasan klien, apakah masih bernapas atau
tidak.
c. Circulation support
h. Heart monitor
Lakukan pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan
darah dan kerusakan sistem kardiovaskuler. Setelah primary survey dan
intervensi krisis selesai, perawat harus mengkaji riwayat pasien
A: Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan informasi perawat
bisa menanyakan keluarga atau teman dekat tentang riwayat alergi
pasien )
M : Medication ( overdosis obat : ekstasi )
P : Past medical history ( riwayat medis lalu seperti masalah
kardiovaskuler atau pernapasan
L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi)
E : Even ( kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala, keluhan
utama, dan mekanisme overdosis)
2. Secondary survey
Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatmen). Fase ini meliputi : fase penerimaan awal
(intialintek) antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan
mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic, antara 1-3
minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif
secara bertahap. Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan
tindakan keperawatan head to toe.
B. Diagnose keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi
2. Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
dalam darah
4. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (konsumsi
psikotropika yang berlebihan secara terus menerus)
5. Resiko distress pernapasan b.d asidosis metabolik
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnose intervensi
hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi,
napas tidak efektif keperawatan selama 2x24 kedalaman dan upaya
b.d intoksikasi jam, pasien pernapasan
menunjukkan kemudahan 2. Pengisapan jalan
bernapas, pergerakan napas : mengeluarkan
sumbatan keluar dari jalan sekret dari jalan
napas napas dengan
dengan tujuan : pasien memasukkan sebuah
menunjukkan bersihan kateter pengisap ke
jalan napas yang efektif dalam jalan napas
oral dan/atau trakea
3. Auskultasi bagian
dada anterior dan
posterior untuk
mengetahui
penurunan atau
ketiadaan ventilasi
dan adanya suara
napas tambahan
4. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang
makna perubahan
pada sputum, seperti
warna, karakter
jumlah dan bau
5. Konsultasikan dengan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnose intervensi
hasil
tim medis dalam
pemerian oksigen,
jika perlu
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau kecepatan,
efektif b.d depresi keperawatan selama 1x24 irama, kedalaman dan
susunan syaraf jam, pasien upaya pernapasan
pusat menunjukkan status 2. Pantau pola
pernapasan : status pernapasan
ventilasi dan pernapasan 3. Auskultasi suara
yang tidak napas, perhatikan
terganggu, kedalaman area penurunan/tidak
inspirasi dan kemudahan adanya ventilasi dan
bernapas adanya suara napas
tambahan
4. Informasikan kepada
pasien dan keluarga
tentang teknik
relaksasi untuk
memperbaiki pola
pernapasan
3 Gangguan perfusi Tujuan : keadekuatan 1. Kaji terhadap
jaringan perifer b.d aliran darah melalui sirkulasi perifer
penurunan pembuluh darah kecul pasien (nadi perifer,
konsentrasi ekstremitas untuk edema, warna, suhu
hemoglobin dalam mempertahankan fungsi dan pengisisan ulang
darah jaringan. kapiler pada
Kriteria : Setelah ekstremitas)
Tujuan dan Kriteria
No Diagnose intervensi
hasil
dilakukan tindakan 2. Manajemen sensasi
keperawatan 1x24 jam perifer
suhu, hidrasi, 3. Ajarkan pasien /
warna kulit, nadi perifer, keluarga tentang :
tekanan darah, dan menghindari suhu
pengisisan kapiler baik dan ekstrempada
lancar dan dalam batas ekstremitas
normal 4. Kolaborasi : berikan
obat antitrombosit
atau antikoagulan
4 Kekurangan Tujuan : pengembalian 1. Pantau cairan
volume cairan b.d volume cairan klien elektrolit pasien
kehilangan cairan Kriteria : setelah dilakukan (intake/output)
aktif (konsumsi tindakan keperawatan 2. Manajemen cairan
psikotropika yang 1x24 jam hidrasi adekuat (timbang berat badan,
berlebihan secara dan status nutrisi adekuat ttv, intake/output)
terus menerus) maupun keseimbangan 3. Anjurkan pasien
cairan pasien dalam batas untuk
normal menginformasikan
perawat bila haus
4. Kolaborasi : laporkan
dan catat haluaran
kurang/lebih dari
batas normal dan
berikan terapi IV
sesuai program
5 Resiko distress Tujuan :Pasien 1. Pantau frekuensi,
Tujuan dan Kriteria
No Diagnose intervensi
hasil
pernapasan b.d mempertahankan irama, kedalaman
asidosis metabolik pernapasannya secara pernapasan
efektif . 2. Angkat kepala tempat
Kriteria : Setelah tidur sesuai aturannya
dilakukan tindakan (semi/fowler)
keperawatan selama 1 x 24 3. Anjurkan pasien
jam, pasien melakukan latihan
bebas dari sianosis dan napas dalam
tanda – tanda syok 4. Kolaborasi :
pemberian oksigen
(non rebirthing)
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Identitas pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 5 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan :-
Alamat : Jl. Tuama Gg. Kasan Medan
Tanggal Masuk RS : 11 Mei 2017
No. Register : 01. 02. 99. 41
Ruangan / kamar : Melati 1
Golongan darah :O
Tanggal pengkajian : 11 Mei 2017
Tanggal operasi :-
Diagnosa Medis : Gastroenteritis
I. KELUHAN UTAMA
Ny. M mengatakan An. A mengalami muntah dan mencret 1 hari yang lalu
yang disebabkan oleh An. A makan jajanan sembarangan yang dibelinya di
lingkungan tempat tinggalnya.
22
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan : klien lemas, dan nyeri dibagian abdomen.
2. Bagaimana dilihat : klien terlihat lemas, mukosa mulut dan bibir
kering, kulit klien tampak kering, turgor kembali agak lambat, terjadi
penurunan BB 1 Kg
C. Region
1. Dimana lokasinya : klien mengalami mual pada bagian abdomen
2. Apakah menyebar : klien mengatakan tidak menyebar
D. Severity
An. A mengalami diare dengan dehidrasi ringan ditandai turgor klien
masih baik, mukosa bibir dan mulut kering dan klien tidak mau minum
banyak, terpasang infus 60 tts/i.
E. Time
Muntah dan mencret dialami klien sejak 1 hari yang lalu
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami :
Ny. M mengatakan An. A tidak pernah mengalami sakit seperti ini, tapi
An. A pernah step pada umur 1 tahun karena demam.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ny. M mengatakan membawa An. A ke RSUD Dr. Pirngadi
C. Pernah dirawat/operasi
Ny. M mengatakan An. A Pernah dirawat di RSUD Dr. Pirngadi
D. Lama dirawat
Ny. M mengatakan An. A dirawat selama 3 bulan
E. Alergi
Ny. M mengatakan kalau An. A alergi telur
F. Imunisasi
Ny. M mengatakan imunisasi yang dilakukan pada An. A lengkap.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Tn. S dan Ny. M tidak memiliki riwayat penyakit keturunan hingga
sekarang masih tetap sehat.
23
B. Saudara kandung
Saudara kandung An. A tidak memiliki riwayat penyakit seperti An. A
C. Penyakit keturunan yang ada
Ny. M mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan baik dari
keluarga Tn. S ataupun Ny. M hanya saja, Ny. M mengatakan bahwa
keluarga dari pihak Tn. S dan Ny. M merupakan perokok aktif
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ny. M mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
E. Anggota keluarga yang meninggal
Ny. M mengatakan nenek dan kakek dari klien sudah meninggal.
F. Penyebab meninggal
Ny. M mengatakan kakek dan nenek An. A meninggal karena gastritis
VI. RIWAYAT KESEHATAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien ingin cepat sembuh
B. Keadaan emosi:
Keadaan emosi An. A baik
C. Hubungan sosial:
Orang yang berarti : Orang tua
Hubungan dengan keluarga : Baik
Hubungan dengan orang lain : Baik
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada, Ny. M
mengatakan tetangga datang ke RS menjenguk An. A
D. Spiritual:
Nilai dan keyakinan : An. A menganut agama Kristen Protestan
Kegiatan ibadah : Ny. M mengatakan selama dirawat di rumah sakit
An. A menyanyikan lagu rohani bersama kakak nya dan berdoa.
VII. STATUS MENTAL
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Penampilan : Rapi
Pembicaraan : Lambat
Alam perasaan : Lesu
Afek : Labil
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Kesadaran umum An. A compos mentis, seluruh anggota tubuh lengkap
dan berfungsi dengan baik, tidak ada cacat yang dibawa sejak lahir
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 37,8 oC
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 90 x/i
Pernapasan : 23 x/i
Skala nyeri :-
TB : 100 cm
BB : 15 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
Bentuk : kepala bentuk oval
Kulit kepala : kulit kepala kuning langsat, bersih
Rambut
Penyebaran dam keadaan rambut: distribusi rambut merata
Bau : rambut tidak berbau
Warna kulit : warna kulit putuh
Wajah
Warna kulit : warna kulit An. A kuning langsat
Struktur wajah : wajah An. A terlihat simetris,
normal
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : mata An. A lengkap dan simetris
Palpebra : normal dan tidak ada gangguan
Konjungtiva dan sklera : pucat dan tampak anemis
Pupil : refleks terhadap cahaya normal
Cornea dan iris : transparan dan jernih
Visus : normal
Tekanan bola mata : cekung
Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi : tulang hidung ada dan
septum nasi normal
Lubang hidung : normal
Cuping hidung : cuping hidung tidak ada
Telinga
Bentuk telinga : bentuk telinga normal
Ukuran telinga : normal
Lubang telinga : lengkap
Ketajaman pendengaran : baik
Mulut dan faring
Keadaan bibir : mukosa bibir An. A tampak
kering
Keadaan gusi dan gigi : keadaan gusi kering, tidak ada
lesi
Keadaan lidah : keadaan lidah An. A simetris
Orofaring :-
Leher
Posisi trachea : posisi trachea medial
Thypoid : tidak ada tanda massa
Suara : suara An.A tampak lemah
Kelenjar limfe : normal, tidak ada tanda edema
Vena jugularis : ada dan teraba
Denyut nadi karotis : ada dan teraba
Pemeriksaan integumen
Kebersihan : kulit An. A tampak bersih
Kehangatan : kulit terasa hangat ketika diraba
Warna : warna kulit An. A kuning langsat
26
Turgor : turgor baik
Kelembaban : kulit An. A tampak kering
Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit An. A
Pemeriksaan payudara dan ketiak
Ukuran dan bentuk : ukuran dan bentuk payudara An. A
normal dan simetris
Warna payudara dan areola : warna coklet dan areola berwarna
hitam kecoklatan
Kondisi payudara dan puting : normal dan tidak ada
pembengkakan
Produksi asi :-
Aksila dan clavicula : normal dan simetris kiri dan kanan
Pemeriksaan thoraks/dada
Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest,pigeon chest,
flail chest, cifos coliasis) : normal
Pernapasan (frekuensi, irama) : frekuensi napas klien 23x/i
Tanda kesulitan bernapas : tidak ada
Pemeriksaan paru
Palpasi getaran suara : palpasi suara paru kiri dan kanan sama
Perkusi : resonan
Auskultasi (suara napas, suara ucapan,suara tambahan) : suara
napas vesikuler
Pemeriksaan jantung
Inspeksi : -
Palpasi : tidak ada pembengkakan
Perkusi : dullnes
Auskultasi :bunyi jantung normal lup dup
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi (bentuk, benjolan) : simetris kiri dan kanan
Auskultasi : terdengar peristaltik
27
Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, klien) : nyeri
tekan(-), benjolan (-), ascites (-), hepar (-).
Perkusi (suara abdomen) : terdengar suara tympani
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Genetalia (rambut pubis, lubang uretra): terdapat lubang uretra
Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) :
lubang anus (+), kelainan pada anus (-)
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan
otot, edema) :
Muskuloskeletal/ekstremitas simetris, kekuatan otot (+), edema (-).
Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis)
Neurologi baik
Fungsi motorik
Selama sakit klien malas berjalan
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas
dingin, getaran)
Fungsi sensorik normal
Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patelar, tendon achiles,
plentar)
Tidak dilakukan
IX. POLA KEHIDUPAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
Frekuensi makan / hari : 3 x/hari
Nafsu/ selera makan : tidak selera
Nyeri ulu hati : tidak ada
Alergi : An. A alergi makan telur
Mual dan muntah : An. A mual dan muntah
Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) : klien
normal
Waktu pemberian makan : makan pagi jam 07.00 WIB, makan siang
jam 12.00 WIB, makan malam jam 18.00 WIB
Jumah dan jenis makan : 1/3 dari porsi makanan
28
Waktu pemberian cairan/ minum : waktu pemberian susu formula
dan air putih tidak dapat ditentukan
Masalah makan dan minum (kesulitan menelan,
mengunyah) Kesulitan makan (-), mengunyah (-)
II. Perawatan diri/personal hygiene
Kebersihan diri : An. A tampak bersih
Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut An. A tampak bersih
Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan kuku tangan An. A
bersih
III. Pola kegiatan/ aktivitas
Uraian aktivitas pasien mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total :
Klien masih dibantu oleh orang tua dalam melakukan aktivitas.
Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :
Selama An. A sakit sering menynyikan lagu rohani dan berdoa
IV. Pola Eliminasi
a. BAB
Pola BAB : 3-6 x sehari
Karakter fes es : cair
Riwayat perdarahan : -
BAB terakhir : 11 Mei 2017 jam 14.00 WIB
Diare : An. A mengalami diare
Penggunaan laksatif : -
b. BAK
Pola BAK : 6 x
Karakter urine : bening
Nyeri/ rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada
Penggunaan diuretik : tidak ada
Upaya mengatasi masalah : tidak ada
29
Hasil Lab
Parameter Nilai Normal
WBC 11,84 ( 10 3 /uL ) 4.0 – 11.0
RBC 4,16 (10-6 /uL) 4.00 – 5,40
HGB 12,00 (g/ dL) 12 – 16
ACT 36,20 (%) 36.0 – 48.0
MCV 87,00 (fL) 80,0 – 97,0
MCH 28,8 (Pg) 27,0 – 33,7
MCHC 33,1 (g/dL) 31,5 - 35, 0
PLT 464 (10 3 /uL) 150 – 400
RNW-CV 12,8 (%) 10,0 – 15,0
RDW-SD 39,3 (fL) 35 – 47
PDW 7,4 (fL) 10,0 – 18,0
MPV 8,0 (%) 6,5 – 11,0
P-LCR 8,20 (%) 15,0 – 25,0
PCT 0,37 (%) 0,2 – 0,5
1780 ml
1800 cc
+
13/05/2017 Minum : 120 cc Urine : 1000 cc Input - (Output+IWL)
Feses : 600 cc 1720 cc – 1800 cc
Makan : 100 cc
Muntah : 100 cc
Infus: 1500 cc = (-) 60 cc
+ IWL : 120 cc
1720 cc
1800
+
cc
1640 cc +
1720 cc
30
Jenis Terapi
Jenis Terapi/Obat Dosis Fungsi Efek samping
Zinkid 20 gram 1x2 Zink dispersibel tablet Dosis tinggi zink
sebagai terapi pelengkap untuk periode lama
diare pada anak-anak dapat
yang digunakan bersama menyebabkan
ORS (Oral Rehydation penurunan
Salts) lipoprotein plasma
dan absorbsi
tembaga.
pada dehidrasi
2. Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Makanan dan minuman Kekurangan
yang terkontaminasi volume cairan
Ny. M mengatakan An. A
oleh bakteri
muntah kurang lebih 10 kali,
BAB cair, sedikit ampas,
muntah jika diberi makan atau Dikonsumsi oleh anak
susu terjadi sejak 1 hari yang
lalu.
Infeksi pada usus
Ny. M mengatakan An. A
(enteritis)
tidak mau minum
Bising usus 23 x/ i
TTV : suhu : 37,50C
HR : 90x/i
RR : 20 x/i
TD : 100/60 mmHg
Terpasang infus RL 60 gtt/i
2 DS : Mual dan muntah Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Ny. M mengatakan An. A
tubuh
minum susu hanya sedikit, dan Motilitas usus meningkat
jika dipaksa untuk minum dan
makan, maka An. A akan
muntah. Sekresi asam lambung
Ny. M mengatakan An. A menurun
tidak selera makan
makan
32
KU : An. A tampak lemas,
kulit kering
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
3 DS: Proses penyakit Kurang
pengetahuan
Ny. M mengatakan cemas
terhadap anaknya yang sedang Kurang terpajan
dirawat. informasi tentang
penyakit
DO:
Kurang pengetahuan
Orang tua klien tampak cemas
dan gelisah
3. Masalah Keperawatan
a. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah dan mencret yang dialami An. A sejak 1 hari yang lalu
ditandai dengan mukosa bibir dan mulut kering, turgor kulit kembali
lambat, Mata Cekung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah yang
dialami An. A ditandai dengan Ny. M mengatakan An. A nafsu
makannya berkurang, berat badan menurun, kulit kering.
c. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan Ny. M mengatakan tidak pernah mendapat informasi
tentang penyakit yang dialami anaknya
34
3. Kurang Tujuan: keluarga memahami penyakit anak dan
pengetahuan pengobatannya serta mampu memberikan perawatan
berhubungan
dengan Kriteria Hasil : keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang sakit.
proses
penyakit Tindakan Keperawatan Rasional
ditandai
1. Berikan informasi kepada 1. Untuk mendorong
dengan Ny. keluarga tentang penyakit kepatuhan terhadap
M anak dan tindakan program terapeutik,
mengatakan terapeutik. khususnya jika berada di
tidak pernah rumah.
mendapat 2. Untuk memberikan rasa
2. Bantu keluarga dalam nyaman terhadap anak
informasi
memberikan rasa nyaman
tentang dan dukungan pada anak
penyakit 3. izinkan anggota 3. Untuk memenuhi
yang dialami keluarga untuk kebutuhan anak dan
anaknya berpartisipasi dalam keluarga
perawatan anak
sebanyak yang mereka
inginkan
4. Instruksikan keluarga
mengenai pencegahan 4. Untuk mencegah
terhadap proses penyebaran penyakit
penyakit
5. Pendkes tentang
penggunaan obat
Zink
35
6. Pelaksanaan Keperawatan
No.
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx
P:
Intervensi dilanjutkan
2 1. Menimbang berat badan S:
anak setiap hari
2. mengkaji Ny. M mengatakan
kebersihan mulut An. A tidak mau
pasien makan, makanan yang
3. Memberikan makan dimakan selalu
sedikit tapi sering dimuntahkan
setiap 2-3 jam
4. Meningkatkan asupan O:
cairan dan nutrisi
5. Mengkaji intake dan An. A tampak lemah,
output klien BB 15 Kg.
BAB 6x sehari
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
3 1. Memberikan informasi S:
kepada keluarga tentang
penyakit anak dan Ny. M mengatakan
tindakan terapeutik. sudah mengerti
2. Memantu keluarga dalam tentang proses
memberikan rasa nyaman penyakit.
dan dukungan pada anak
3. izinkan anggota keluarga O:
untuk berpartisipasi
dalam perawatan anak Ny. M tampak tenang
sebanyak yang mereka A:
inginkan
4. instruksikan keluarga Masalah teratasi
mengenai pencegahan sebagian
terhadap proses penyakit
P:
Intervensi dilanjutkan
36
5. Memberikan pendkes
tentang kegunaan obat
Zink
intervensi dilanjutkan
2 1. Menimbang berat S:
badan anak setiap hari
2. Menjaga Ny. M mengatakan
kebersihan mulut anak sudah mau
klien makan tapi masih
3. Memberikan makan sedikit, muntah
sedikit tapi sering berkurang
setiap 2-3 jam
4. Meningkatkan O:
asupan cairan dan
nutrisi An. A tampak segar,
5. Mengkaji intake dan BB 15,2 kg
output klien
A:
masalah tertasi
sebagian sebagian
P:
intervensi dilanjutka
3 1. Memberikan informasi S : Ny. M mengatakan
kepada keluarga tentang sudah mengerti
penyakit anak dan tentang proses
tindakan terapeutik.
penyakit
2. Memantu keluarga dalam
memberikan rasa Ny. M mengatakan
nyaman dan dukungan
sudah mengerti cara
pada anak
3. Izinkan anggota merawat klien
keluarga untuk O:
berpartisipasi dalam
perawatan anak Ny. M tampak tenang
sebanyak yang mereka A:
inginkan
4. Instruksikan keluarga Masalah teratasi
mengenai pencegahan P:
terhadap proses
penyakit intervensi dihentikan
5. Memberikan Pendkes
37
tentang kegunaan obat
zink
masalah teratasi
P:
intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Sitepu, T. I. Y. (2019). Proses Dasar Keperawatan Pada Pasien Gawat Darurat. Smeltzer,
Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah,
vol: 3. Jakarta: EGC.
Finit, maria. 2015. Asuhan keperawatan overdosis dari:
https://dokumen.tips/documents/askep-overdosis-jadi.html