Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN OVERDOSIS DAN

KERACUNAN OBAT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pengampu :

Ns. Noor Faidah , M. Kep

Oleh :

Kelompok 5

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan penvegahan kecacatan lebih lanjut.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki peran sebagai gerbang utama masuknya
rumah sakit secara intensif atau sering disebut juga sebagai penderita gawat
darurat. Penderita yang terkena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat
visite oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu parah.( Sitepu,
2019)

Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang


membutuhkan pertolongan segera, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan
dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan
permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di masyarakat antara lain,
keadaan seseorang yang mengalami henti napas, henti jantung, tidak sadarkan
diri, kecelakaan, cedera misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang, keracunan,
dan korban bencana. Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena
terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana alam.
Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian
utama di daerah perkotaan (Media Aeculapius, 2007).

Pelaksanaan kegawatdaruratan akan dilaksanakan secara tim pada


instalasi gawat darurat, dengan pemahaman bahwa tindakan gawat darurat
berbeda dengan penanganan pada klien yang memiliki masalah tidak gawat
darurat. Penatalaksanaan kegawatdaruratan harus dilaksanakan secara tim dan
akan dipimpin oleh seorang leader tim yang harus langsung memberikan
pengarahan secara keseluruhan mengenai penatalaksanaan terhadap pasien yang

2
mengalami injuri. (fulde, Gordian. 2009 dalam buku Maria, Zubaidah, Pusparina,
Norfitri. 2019).

Tindakan keperawatan gawat daruratmerupakan rangkaian kegiatan yang


sistematis dan profesional, cepat dan tepat yang diberikan kepada pasien yang
dilaksanakan oleh perawat yang kompenen. Kondisi gawat darurat yang sering
muncul pada suatu insiden maupun bencana yang seringkali tidak terprediksi jumlah
korbannya dan tindakan yang harus dilakukan menjadi salah satu keterbatasan
sumber daya. Tindakan gawat darurat yang dimulai dengan pengkajian awal
mengenai satus kesehatan klien sangat penting dilakukan untuk meminimalkan
jumlah korban dan merencanakan tindakan selanjutnya. (fulde, Gordian. 2009 dalam
buku Maria, Zubaidah, Pusparina, Norfitri. 2019).

Salah satu kejadian gawat darurat yang juga mengancam nyawa manusia
adalah verdosis yang merupakan keracunan pada penggunaan obat baik yang tidak
disengaja maupun sengaja, hal ini dapat terjadi pada setiap umur angka kejadiannya
juga mengalami peningkatan pada tahun 2011, diperkirakan kasus overdosis obat di
seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 35 juta orang diantaranya adalah overdosis
NAPZA, dan 80% tinggal di negara berkembang menurut The International
Narcotics Control Board (INCB)

Laporan BNN 2012 memperkirakan bahwa rata-rata pengguna NAPZA yang


terdata di indonesia 20% nya mengalami overdosis yang mengakibatkan kematian
dan 10% nya bisa ditangani oleh tim medis. Angka prevalensi dan insidensi
diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang, dikarenakan negara
berkembang merupakan negara yang masih kurang akan pengetahuan tentang
dampak dari NAPZA. kita ambil salah satu contohnya adalah di Indonesia, di negara
ini merupakan salah satu penghasil narkotika terbesar di dunia dan sebagai target
peredaran narkotika jaringan internasional.

Hal ini akan beresiko tinggi untuk warga Indonesia yang masih banyak yang
belum mengetahui tentang dampak NAPZA itu sendiri, terutama kalangan remaja
atau pelajar. Sedangkan 15 jutanya merupakan kasus overdosis penggunaan obat
medis yang di izinkan, dimana penggunaanya tidak sesuai dengan dosis yang
dianjurkan, kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan yang di berikan,
tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang di
tetapkan sehubungan dengan prognosisnya.

Penyebab pasti yang sering terjadi pada overdosis obat adalah usia, lansia
sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering terjadi kesalahan dosis
karena lansia minum lagi. Merk dagang, banyaknya merek dagang untuk obat yang
sama, sehingga pasien bingung, misalnya furosemide (antidiuretik) dikenal sebagai
lasix, uremia dan unex. Gangguan emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan
penggunaan obat untuk terapi penyakit (habituasi) misalnya barbiturate, antidepresan
dan tranquilizer.

Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya, misalnya jika


seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi apabilah dia memakai
lagi dengan takaran yang sama seperti biasanya kemungkinan besar terjadi overdosis.

Oleh karena itu, peran perawat sangat penting untuk penanganan


kegawatdaruratan agar tidak terjadi komplikasi, sehingga perawat harus tahu konsep
kegawatdaruratan, konsep overdosis obat atau NAPZA, dan penanganan pada pasien
overdosis, untuk itu kelompok mengangkat masalah kegawatdaruratan overdosis obat
sebagai makalah untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai konsep
asuhan keperawatan kegawatdaruratan overdosis obat
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Keracunan dan Overdosis Secara Umum


Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ
tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut
dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang,
hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.
Keracunan atau intoksinasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain.
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami
keracunan akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam
jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan
secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol. Atau
menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat penenang
(valium, xanax, mogadon/BK).

B. Etiologi

1. Keadaan ini sering terjadi dan faktor penyebabnya adalah :


a. Usia. Lansia sering lupa bahwa ia sudah minum obat, sehingga sering terjadi
kesalahan dosis karena lansia minum lagi
b. Merek dagang. Banyaknya merek dagang untuk obat yang sama, sehingga
pasien bingung, misalnya furosemide (antidiuretik) dikenal sebagai lasix,
uremia dan unex.
c. Penyakit. Penyakit yang menurunkan metabolisme obat dihati atau sekresi obat melalui
ginjal akan meracuni darah

d. Gangguan emosi dan mental. Menyebabkan ketagihan penggunaan obat untuk


terapi penyakit (habituasi) misalnya barbiturate, antidepresan dan tranquilizer.
e. Mengkonsumsi lebih dari satu jenis narkoba misalnya mengkonsumsi putau
hamper bersamaan dengan alcohol atau obat tidur seperti valium, megadom/
BK, dll.
f. Mengkonsumsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya, misalnya jika
seseorang memakai narkoba walaupun hanya seminggu, tetapi apabilah dia
memakai lagi dengan takaran yang sama seperti biasanya kemungkinan besar
terjadi OD.
g. Kualitas barang dikonsumsi berbeda.
2. Faktor ketidakpatuhan terhadap pengobatan :
a. Kurang pahamnya pasien tentang tujuan pengobatan itu
b. Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan
pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya
c. Sukarnya memperoleh obat itu diluar rumah sakit
d. Mahalnya harga obat
e. Kurangnya perhatian dan kepedulian keluarga, yang mungkin bertanggung
jawab atas pembelian atau pemberian obat itu kepada pasien
f. Efek samping dapat timbul akibat menaikan dosis obat yang biasanya tidak
bereaksi, mengganti cara pemberian obat, atau memakai obat dengan merek
dagang lain.

Keracunan obat dapat terjadi, baik pada penggunaan untuk maksud terapi maupun
pada penyalahgunaan obat.Keracunan pada penggunaan obat untuk maksud terapi
dapat terjadi karena dosis yang berlebih (overdosis) baik yang tidak disengaja
maupun disengaja dengan maksud bunuh diri, karena efek samping obat yang
tidak diharapkan dan sebagai akibat interaksi beberapa obat yang digunakan
secara bersama-sama.Kematian akibat penggunaan obat jarang terjadi. Hal yang
dapat menimbulkan reaksi dan mungkin mengakibatkan kematian, terutama pada
penggunaan obat secara IV, penggunaan obat golongan depresan, penisilin dan
turunannya, golongan anti koagulan, obat jantung, k-klorida golongan diuretik dan
insulin.
C. Manifestasi Klinis
Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktivitas kelenjar
ludah, keringat dan gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas.
Gejala-gejalanya meliputi :
1. Keracunan ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa
takut, tremor pada lidah, kelopak mata, pupil miosis.
2. Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut,
hipersaliva, hiperhidrosis, fasikulasi otot dan bradikardi.
3. Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif,sesak
nafas, sianosis, edema paru, inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma,
blokade jantung akhirnya meninggal.

D. Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Kerusakan hati
3. Gangguan pencernaan
4. Gangguan pernafasan

E. Patofisiologi
IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim
asetikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja
untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE
yang bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-
KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh ditempat-
tempat tertentu, sehingga timbul gejala gejala ransangan Akh yang
berlebihan,yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP
(menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).
Pada keracunan IFO, ikatan-ikatan IFO– KhE bersifat menetap
(ireversibel), sedangkan keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara
(reversible). Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :
1. Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat,
pupil, bronkus dan jantung.
2. Nikotinik, terutama pada otot-otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata
dan otot pernafasan.
3. SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang-kejang
(Konvulsi) sampai koma.
F. Pathway

Makanan Bahan kimia & Gigitan binatang berbisa


obat-obatan
(bakteri & non bakteri)

Kulit
Saluran cerna Sal. Pernafasan

Mual, muntah Pembuluh darah Korosi trachea Pembuluh darah Nyeri


& diare lokal &
kemerah
an

Defisit Gg. System saraf Edema Sel.


cairan & otonom laring Cerna
elektrolit Gg.
Integrita
s kulit
Obstruksi sal. Mual,
napas muntah

Bersihan Defisit cairan &


jalan nafas elektrolit Hipotensi
Nyeri kepala Kelemah Pusat
& otot an otot, pernafasan
kram,
opistoton
us
Nafas cepat &
Pola nafas
dalam
tidak efektif
Gg. Pergerakan
Gg. Rasa
nyaman
CO2 dikeluarkan

Intoleransi
aktifitas
Alkalosis
respiratorik
G. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Pengukuran kadar KhE dengan sel darah merah dan plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracunan IFO akut maupun kronik (Menurun
sekian % dari harga normal ).
1) Keracunan akut, ringan : 40 - 70 %, sedang : 20 - 40 %, berat : <
20 %.
2) Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 %
setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus
segara disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kemballi kadar
KhE telah meningkat > 75 % N.
2. Patologi Anatomi ( PA)
Pada keracunan acut,hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas.sering
hanya ditemukan edema paru,dilatsi kapiler,hiperemi paru,otak dan organ-
oragan lainnya.
H. Penatalaksanaan
1. Tindakan emergency
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi penyebab keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya
usahamencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
3. Eliminasi racun
Racun yang ditelan, dilakukan dengan cara:

1) Rangsang muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan


dalam 1 jam pertama sesudah menelanbahan beracun, bila
sudah lebih dari 1 jam tidak perlu dilakukan
rangsangmuntah kecuali bila bahan beracun tersebut
mempunyai efek yang menghambatmotilitas (memperpanjang
pengosongan) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan
merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau dapat
dilakukan dengan pemberian obat- obatan :
a) Sirup Ipecac, diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan.
b) Apomorphine Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan
hampir 100%,dapat menyebabkanmuntah dalam 2 - 5 menit.
Dapat diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara
subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah : Keracunan hidrokarbon, kecuali
bila hidrokarbon tersebut mengandung bahan-bahan yang
berbahaya seperti camphor, produk-produk yang
mengandunghalogenat atau aromatik, logam berat dan pestisida.
Keracunan bahan korossif Keracunan bahan-bahan
perangsang CNS ( CNS stimulant, seperti strichnin). Penderita
kejang. Penderita dengan gangguan kesadaran.
2) Kumbah Lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam
sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang
dapat menghambat pengosonganl ambung. Kumbah lambung
seperti pada rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
a) Keracunan bahan korosif
b) Keracunan hidrokarbon
c) Kejang pada penderita dengan gangguan kesadaran
atau penderita- penderita dengan resiko aspirasi jalan nafas
harus dilindungi dengan cara pemasangan pipa endotracheal.
Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri,
kemudian di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran yang sesuai
dengan pasien, pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam
fisiologis ( normal saline/ PZ ) atau ½ normal saline 100 ml atau
kurang berulang-ulang sampai bersih.
3) Pemberian Norit (activated charcoal) jangan diberikan bersama
obat muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60
menit sesudah emesis.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan :
1) Obat2 analgesik/antiinflammasi : acetamenophen,
salisilat, antiinflamasi nonsteroid, morphine,
propoxyphene.
2) Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine,
chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium
valproate.
3) Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine,
digitalis, quinine, theophylline, cyclic anti-depressants
Norit tidak efektif pada keracunan Fe, lithium, cyanida,
asam basa kuat dan alkohol.
4) Catharsis Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan
diberikan bila ada gagal ginjal, diare yang berat (severe
diarrhea), ileus paralitik atau trauma abdomen.
5) Diuretika paksa (Forced diuretic) Diberikan pada
keracunan salisilat dan phenobarbital (alkalinisasi
urine). Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi
urine 5,0ml/kg/jam, hati-hati jangan sampai terjadi
overload cairan. Harus dilakukan monitor dari
elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa.
Kontraindikasi : udema otak dan gagal ginjal 4.
Pemberian
antidotum kalau mungkin.
6) Pengobatan Supportif Pemberian cairan dan
elektrolit Perhatikan nutrisi penderita pengobatan
simtomatik (kejang, hipoglikemia, kelainan elektrolit,
dsb).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Primary Survey
Sebelum penyalahgunaan terjadi biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran
informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui kekuarga, dan lain-lain. Instansi
pemerintah seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini,
Kegiatan yang dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi
KTE yang di tunjukkan kepada remaja langsung dan keluarga.
B1 : Breath, kaji pernapasana klien. Apakah klien mengalami gangguan dalam
bernapas
B2 : Blood, kaji apakah terjadi perdarahan yang menyumbat jalan napas dan
cek tekanan darah pasien.
B3 : Brain, kaji apakah klien mengalami gangguan pada proses berfikir.
B4 : Bladder, kaji apakah ada terjadi kerusakan pada daerah ginjal yang
dikarenakan overdosis karna keasaman obat tersebut.
B5 : Bowel, kaji intake dan output pasien
a. Airway support
Pada klien dengan overdosis yang perlu diperhatikan adalah ada
tidaknya sumbatan pada jalan napas seperti lidah. Lidah merupakan
penyebab utama tertutupnya jalan napas pada klien tidak sadar karena
pada kondisi ini lidah klien akan terjatuh ke belakang rongga mulut.
Hal ini akan mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas.
Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas harus terbuka.
Teknik yg dapat digunakan adalah cross finger (silang jari). Jika
terdapat sumbatan bersihkan dengan teknik finger sweep (sapuan jari).

Adapun Teknik untuk membuka jalan napas :


1) Head tilt / chin lift, Teknik ini dapat digunakan jika penderita
tidak mengalami cedera kepala, leher dan tulang belakang
2) Jaw trust
b. Breathing support

Setelah dipastikan bahwa jalan napas aman, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan penilaian status pernapasan klien, apakah masih bernapas atau
tidak.

Teknik yg digunakan adalah LOOK, LISTEN and FEEL (LLF). LLF


dilakukan tidak lebih dari 10 menit, jika klien masih bernapas, tindakan
yg dilakukan adalah pertahankan jalan napas agar tetap terbuka, jika
klien tidak bernapas, berikan 2 x bantuan pernapasan dgn volume yg
cukup.

c. Circulation support

Circulation support adalah pemberian ventilasi buatan dan kompresi


dada luar yang diberikan pada klien yang mengalami henti jantung.
Selain itu untuk mempertahankan sirkulasi spontan dan
mempertahankan sistem jantung paru agar dapat berfungsi optimal
dilakukan bantuan hidup lanjut (advance life support).
d. Disability
Pemantauan status neurologis secara cepat meliputi tingkatan kesadaran
dan GCS, dan ukur reaksi pupil serta tanda-tanda vital.
e. Exposure, Lakukan pengkajian head to toe.
f. Folley kateter, Pemasangan kateter pada klien overdosis biasanya
dilakukan untuk melakukan perhitungan balance cairan.
g. Gastric tube
Salah satu Penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah kumbah
lambung yang bertujuan untuk membersihkan lambung serta
menghilangkan racun dari dalam lambung.

h. Heart monitor
Lakukan pemantauan peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan
darah dan kerusakan sistem kardiovaskuler. Setelah primary survey dan
intervensi krisis selesai, perawat harus mengkaji riwayat pasien
A: Allergies ( jika pasien tidak dapat memberikan informasi perawat
bisa menanyakan keluarga atau teman dekat tentang riwayat alergi
pasien )
M : Medication ( overdosis obat : ekstasi )
P : Past medical history ( riwayat medis lalu seperti masalah
kardiovaskuler atau pernapasan
L : Last oral intake ( obat terakhir yang dikonsumsi : ekstasi)
E : Even ( kejadian overdosisnya obat, dekskripsi gejala, keluhan
utama, dan mekanisme overdosis)

2. Secondary survey
Pada saat penggunaan sesudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatmen). Fase ini meliputi : fase penerimaan awal
(intialintek) antara 1-3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan
mental dan fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medic, antara 1-3
minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif
secara bertahap. Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan
tindakan keperawatan head to toe.
B. Diagnose keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d intoksikasi
2. Pola napas tidak efektif b.d depresi susunan syaraf pusat
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
dalam darah
4. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (konsumsi
psikotropika yang berlebihan secara terus menerus)
5. Resiko distress pernapasan b.d asidosis metabolik
C. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnose intervensi
hasil
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi,
napas tidak efektif keperawatan selama 2x24 kedalaman dan upaya
b.d intoksikasi jam, pasien pernapasan
menunjukkan kemudahan 2. Pengisapan jalan
bernapas, pergerakan napas : mengeluarkan
sumbatan keluar dari jalan sekret dari jalan
napas napas dengan
dengan tujuan : pasien memasukkan sebuah
menunjukkan bersihan kateter pengisap ke
jalan napas yang efektif dalam jalan napas
oral dan/atau trakea
3. Auskultasi bagian
dada anterior dan
posterior untuk
mengetahui
penurunan atau
ketiadaan ventilasi
dan adanya suara
napas tambahan
4. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang
makna perubahan
pada sputum, seperti
warna, karakter
jumlah dan bau
5. Konsultasikan dengan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnose intervensi
hasil
tim medis dalam
pemerian oksigen,
jika perlu
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau kecepatan,
efektif b.d depresi keperawatan selama 1x24 irama, kedalaman dan
susunan syaraf jam, pasien upaya pernapasan
pusat menunjukkan status 2. Pantau pola
pernapasan : status pernapasan
ventilasi dan pernapasan 3. Auskultasi suara
yang tidak napas, perhatikan
terganggu, kedalaman area penurunan/tidak
inspirasi dan kemudahan adanya ventilasi dan
bernapas adanya suara napas
tambahan
4. Informasikan kepada
pasien dan keluarga
tentang teknik
relaksasi untuk
memperbaiki pola
pernapasan
3 Gangguan perfusi Tujuan : keadekuatan 1. Kaji terhadap
jaringan perifer b.d aliran darah melalui sirkulasi perifer
penurunan pembuluh darah kecul pasien (nadi perifer,
konsentrasi ekstremitas untuk edema, warna, suhu
hemoglobin dalam mempertahankan fungsi dan pengisisan ulang
darah jaringan. kapiler pada
Kriteria : Setelah ekstremitas)
Tujuan dan Kriteria
No Diagnose intervensi
hasil
dilakukan tindakan 2. Manajemen sensasi
keperawatan 1x24 jam perifer
suhu, hidrasi, 3. Ajarkan pasien /
warna kulit, nadi perifer, keluarga tentang :
tekanan darah, dan menghindari suhu
pengisisan kapiler baik dan ekstrempada
lancar dan dalam batas ekstremitas
normal 4. Kolaborasi : berikan
obat antitrombosit
atau antikoagulan
4 Kekurangan Tujuan : pengembalian 1. Pantau cairan
volume cairan b.d volume cairan klien elektrolit pasien
kehilangan cairan Kriteria : setelah dilakukan (intake/output)
aktif (konsumsi tindakan keperawatan 2. Manajemen cairan
psikotropika yang 1x24 jam hidrasi adekuat (timbang berat badan,
berlebihan secara dan status nutrisi adekuat ttv, intake/output)
terus menerus) maupun keseimbangan 3. Anjurkan pasien
cairan pasien dalam batas untuk
normal menginformasikan
perawat bila haus
4. Kolaborasi : laporkan
dan catat haluaran
kurang/lebih dari
batas normal dan
berikan terapi IV
sesuai program
5 Resiko distress Tujuan :Pasien 1. Pantau frekuensi,
Tujuan dan Kriteria
No Diagnose intervensi
hasil
pernapasan b.d mempertahankan irama, kedalaman
asidosis metabolik pernapasannya secara pernapasan
efektif . 2. Angkat kepala tempat
Kriteria : Setelah tidur sesuai aturannya
dilakukan tindakan (semi/fowler)
keperawatan selama 1 x 24 3. Anjurkan pasien
jam, pasien melakukan latihan
bebas dari sianosis dan napas dalam
tanda – tanda syok 4. Kolaborasi :
pemberian oksigen
(non rebirthing)
TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
Identitas pasien

Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 5 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan :-
Alamat : Jl. Tuama Gg. Kasan Medan
Tanggal Masuk RS : 11 Mei 2017
No. Register : 01. 02. 99. 41
Ruangan / kamar : Melati 1
Golongan darah :O
Tanggal pengkajian : 11 Mei 2017
Tanggal operasi :-
Diagnosa Medis : Gastroenteritis

I. KELUHAN UTAMA
Ny. M mengatakan An. A mengalami muntah dan mencret 1 hari yang lalu
yang disebabkan oleh An. A makan jajanan sembarangan yang dibelinya di
lingkungan tempat tinggalnya.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/pallitive
1. Apa penyebabnya : Ny. M mengatakan An. A jajan sembarangan di
lingkungan rumahnya
2. Hal-hal yang mempengaruhi keadaan : Ny. M memberikan obat sakit
kepala dan obat sakit perut kepada An. A yang dibeli warung.

22
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan : klien lemas, dan nyeri dibagian abdomen.
2. Bagaimana dilihat : klien terlihat lemas, mukosa mulut dan bibir
kering, kulit klien tampak kering, turgor kembali agak lambat, terjadi
penurunan BB 1 Kg
C. Region
1. Dimana lokasinya : klien mengalami mual pada bagian abdomen
2. Apakah menyebar : klien mengatakan tidak menyebar
D. Severity
An. A mengalami diare dengan dehidrasi ringan ditandai turgor klien
masih baik, mukosa bibir dan mulut kering dan klien tidak mau minum
banyak, terpasang infus 60 tts/i.
E. Time
Muntah dan mencret dialami klien sejak 1 hari yang lalu
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami :
Ny. M mengatakan An. A tidak pernah mengalami sakit seperti ini, tapi
An. A pernah step pada umur 1 tahun karena demam.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ny. M mengatakan membawa An. A ke RSUD Dr. Pirngadi
C. Pernah dirawat/operasi
Ny. M mengatakan An. A Pernah dirawat di RSUD Dr. Pirngadi
D. Lama dirawat
Ny. M mengatakan An. A dirawat selama 3 bulan
E. Alergi
Ny. M mengatakan kalau An. A alergi telur
F. Imunisasi
Ny. M mengatakan imunisasi yang dilakukan pada An. A lengkap.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Tn. S dan Ny. M tidak memiliki riwayat penyakit keturunan hingga
sekarang masih tetap sehat.

23
B. Saudara kandung
Saudara kandung An. A tidak memiliki riwayat penyakit seperti An. A
C. Penyakit keturunan yang ada
Ny. M mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan baik dari
keluarga Tn. S ataupun Ny. M hanya saja, Ny. M mengatakan bahwa
keluarga dari pihak Tn. S dan Ny. M merupakan perokok aktif
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ny. M mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
E. Anggota keluarga yang meninggal
Ny. M mengatakan nenek dan kakek dari klien sudah meninggal.
F. Penyebab meninggal
Ny. M mengatakan kakek dan nenek An. A meninggal karena gastritis
VI. RIWAYAT KESEHATAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien ingin cepat sembuh
B. Keadaan emosi:
Keadaan emosi An. A baik
C. Hubungan sosial:
 Orang yang berarti : Orang tua
 Hubungan dengan keluarga : Baik
 Hubungan dengan orang lain : Baik
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada, Ny. M
mengatakan tetangga datang ke RS menjenguk An. A
D. Spiritual:
Nilai dan keyakinan : An. A menganut agama Kristen Protestan
Kegiatan ibadah : Ny. M mengatakan selama dirawat di rumah sakit
An. A menyanyikan lagu rohani bersama kakak nya dan berdoa.
VII. STATUS MENTAL
 Tingkat kesadaran : Compos mentis
 Penampilan : Rapi
 Pembicaraan : Lambat
 Alam perasaan : Lesu
 Afek : Labil
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Kesadaran umum An. A compos mentis, seluruh anggota tubuh lengkap
dan berfungsi dengan baik, tidak ada cacat yang dibawa sejak lahir
B. Tanda-tanda vital
 Suhu tubuh : 37,8 oC
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 90 x/i
 Pernapasan : 23 x/i
 Skala nyeri :-
 TB : 100 cm
 BB : 15 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
 Bentuk : kepala bentuk oval
 Kulit kepala : kulit kepala kuning langsat, bersih
Rambut
 Penyebaran dam keadaan rambut: distribusi rambut merata
 Bau : rambut tidak berbau
 Warna kulit : warna kulit putuh
Wajah
 Warna kulit : warna kulit An. A kuning langsat
 Struktur wajah : wajah An. A terlihat simetris,
normal
Mata
 Kelengkapan dan kesimetrisan : mata An. A lengkap dan simetris
 Palpebra : normal dan tidak ada gangguan
 Konjungtiva dan sklera : pucat dan tampak anemis
 Pupil : refleks terhadap cahaya normal
 Cornea dan iris : transparan dan jernih
 Visus : normal
 Tekanan bola mata : cekung
Hidung
 Tulang hidung dan posisi septum nasi : tulang hidung ada dan
septum nasi normal
 Lubang hidung : normal
 Cuping hidung : cuping hidung tidak ada
Telinga
 Bentuk telinga : bentuk telinga normal
 Ukuran telinga : normal
 Lubang telinga : lengkap
 Ketajaman pendengaran : baik
Mulut dan faring
 Keadaan bibir : mukosa bibir An. A tampak
kering
 Keadaan gusi dan gigi : keadaan gusi kering, tidak ada
lesi
 Keadaan lidah : keadaan lidah An. A simetris
 Orofaring :-
Leher
 Posisi trachea : posisi trachea medial
 Thypoid : tidak ada tanda massa
 Suara : suara An.A tampak lemah
 Kelenjar limfe : normal, tidak ada tanda edema
 Vena jugularis : ada dan teraba
 Denyut nadi karotis : ada dan teraba
Pemeriksaan integumen
 Kebersihan : kulit An. A tampak bersih
 Kehangatan : kulit terasa hangat ketika diraba
 Warna : warna kulit An. A kuning langsat

26
 Turgor : turgor baik
 Kelembaban : kulit An. A tampak kering
 Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit An. A
Pemeriksaan payudara dan ketiak
 Ukuran dan bentuk : ukuran dan bentuk payudara An. A
normal dan simetris
 Warna payudara dan areola : warna coklet dan areola berwarna
hitam kecoklatan
 Kondisi payudara dan puting : normal dan tidak ada
pembengkakan
 Produksi asi :-
 Aksila dan clavicula : normal dan simetris kiri dan kanan
Pemeriksaan thoraks/dada
 Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest,pigeon chest,
flail chest, cifos coliasis) : normal
 Pernapasan (frekuensi, irama) : frekuensi napas klien 23x/i
 Tanda kesulitan bernapas : tidak ada
Pemeriksaan paru
 Palpasi getaran suara : palpasi suara paru kiri dan kanan sama
 Perkusi : resonan
 Auskultasi (suara napas, suara ucapan,suara tambahan) : suara
napas vesikuler
Pemeriksaan jantung
 Inspeksi : -
 Palpasi : tidak ada pembengkakan
 Perkusi : dullnes
 Auskultasi :bunyi jantung normal lup dup
Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi (bentuk, benjolan) : simetris kiri dan kanan
 Auskultasi : terdengar peristaltik

27
 Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, klien) : nyeri
tekan(-), benjolan (-), ascites (-), hepar (-).
 Perkusi (suara abdomen) : terdengar suara tympani
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
 Genetalia (rambut pubis, lubang uretra): terdapat lubang uretra
 Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) :
lubang anus (+), kelainan pada anus (-)
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan
otot, edema) :
Muskuloskeletal/ekstremitas simetris, kekuatan otot (+), edema (-).
Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis)
Neurologi baik
Fungsi motorik
Selama sakit klien malas berjalan
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas
dingin, getaran)
Fungsi sensorik normal
Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patelar, tendon achiles,
plentar)
Tidak dilakukan
IX. POLA KEHIDUPAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
 Frekuensi makan / hari : 3 x/hari
 Nafsu/ selera makan : tidak selera
 Nyeri ulu hati : tidak ada
 Alergi : An. A alergi makan telur
 Mual dan muntah : An. A mual dan muntah
 Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) : klien
normal
 Waktu pemberian makan : makan pagi jam 07.00 WIB, makan siang
jam 12.00 WIB, makan malam jam 18.00 WIB
 Jumah dan jenis makan : 1/3 dari porsi makanan

28
 Waktu pemberian cairan/ minum : waktu pemberian susu formula
dan air putih tidak dapat ditentukan
 Masalah makan dan minum (kesulitan menelan,
mengunyah) Kesulitan makan (-), mengunyah (-)
II. Perawatan diri/personal hygiene
 Kebersihan diri : An. A tampak bersih
 Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut An. A tampak bersih
 Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan kuku tangan An. A
bersih
III. Pola kegiatan/ aktivitas
 Uraian aktivitas pasien mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total :
Klien masih dibantu oleh orang tua dalam melakukan aktivitas.
 Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :
Selama An. A sakit sering menynyikan lagu rohani dan berdoa
IV. Pola Eliminasi
a. BAB
 Pola BAB : 3-6 x sehari
 Karakter fes es : cair
 Riwayat perdarahan : -
 BAB terakhir : 11 Mei 2017 jam 14.00 WIB
 Diare : An. A mengalami diare
 Penggunaan laksatif : -
b. BAK
 Pola BAK : 6 x
 Karakter urine : bening
 Nyeri/ rasa terbakar/kesulitan BAK : tidak ada
 Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada
 Penggunaan diuretik : tidak ada
 Upaya mengatasi masalah : tidak ada

29
Hasil Lab
Parameter Nilai Normal
WBC 11,84 ( 10 3 /uL ) 4.0 – 11.0
RBC 4,16 (10-6 /uL) 4.00 – 5,40
HGB 12,00 (g/ dL) 12 – 16
ACT 36,20 (%) 36.0 – 48.0
MCV 87,00 (fL) 80,0 – 97,0
MCH 28,8 (Pg) 27,0 – 33,7
MCHC 33,1 (g/dL) 31,5 - 35, 0
PLT 464 (10 3 /uL) 150 – 400
RNW-CV 12,8 (%) 10,0 – 15,0
RDW-SD 39,3 (fL) 35 – 47
PDW 7,4 (fL) 10,0 – 18,0
MPV 8,0 (%) 6,5 – 11,0
P-LCR 8,20 (%) 15,0 – 25,0
PCT 0,37 (%) 0,2 – 0,5

Pengukuran Balance Cairan

Tanggal Input Output Balance cairan

12/05/2017 Minum : 100 cc Urine : 1000 cc Input – (Output+IWL)


Feses : 600 cc 1780 cc – 1800 cc
Makan : 100 c
Muntah : 100 cc
Infus : 1500 cc = (-) 20 cc
+ IWL : 120 cc

1780 ml
1800 cc
+
13/05/2017 Minum : 120 cc Urine : 1000 cc Input - (Output+IWL)
Feses : 600 cc 1720 cc – 1800 cc
Makan : 100 cc
Muntah : 100 cc
Infus: 1500 cc = (-) 60 cc
+ IWL : 120 cc

1720 cc
1800
+
cc

14/05/2017 Minum : 100 cc Urine : 1000 cc Input - (Output + IWL)


Makan : 120 cc Feses : 500 cc 1640 cc – 1720 cc
Muntah : 100 cc
Infus : 1500 cc = (-) 80 cc
+ IWL : 120 cc

1640 cc +
1720 cc

30
Jenis Terapi
Jenis Terapi/Obat Dosis Fungsi Efek samping
Zinkid 20 gram 1x2 Zink dispersibel tablet Dosis tinggi zink
sebagai terapi pelengkap untuk periode lama
diare pada anak-anak dapat
yang digunakan bersama menyebabkan
ORS (Oral Rehydation penurunan
Salts) lipoprotein plasma

dan absorbsi
tembaga.

Pct 170 mg 3x1 Paracetamol adalah obat - Menghambat


yang digunakan Untuk sikloseginase
penanganan demam dan pusat
- Menghambat
nyeri sebagai antipiretik
sintesa
dan analgesik prostagladin
Metronidazol 3x1 Metronidazol adalah obat  Kadang-kadang
yang digunakan untuk timbul rasa
mengobati bakteri yang mual,
sudah terdeteksi anoreksia.
Nyeri pada
Metronidazol adalah
epigastrium.
antimikoba yang
termasuk golongan  Rasa tidak enak
nitroimidazol. dimulut,
penurunan
nafsu makan,
mual, muntah,
atau gangguan
pada saluran
cerna sering
dilaporkan.
IVFD Rl 60 gtt/i Ringer laktak berguna Panas, infeksi pada
untuk mengembalikan tempat penyuntikan
keseimbangan elektrolit

pada dehidrasi
2. Analisa Data
Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Makanan dan minuman Kekurangan
yang terkontaminasi volume cairan
Ny. M mengatakan An. A
oleh bakteri
muntah kurang lebih 10 kali,
BAB cair, sedikit ampas,
muntah jika diberi makan atau Dikonsumsi oleh anak
susu terjadi sejak 1 hari yang
lalu.
Infeksi pada usus
Ny. M mengatakan An. A
(enteritis)
tidak mau minum

muntah dan mencret


Data objektif

Os BAB dengan konsistensi Volume cairan kurang


cair dan sedikit ampas dari kebutuhan tubuh
BAB 3-6x
Diare dehidrasi ringan

KU : kulit kering, mukosa


mulut dan bibir kering, mata
cekung, BAK 8-10 x perh
hari, BB turun 1 Kg, tidak
selera makan.

Bising usus 23 x/ i
TTV : suhu : 37,50C

HR : 90x/i
RR : 20 x/i

TD : 100/60 mmHg
Terpasang infus RL 60 gtt/i
2 DS : Mual dan muntah Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Ny. M mengatakan An. A
tubuh
minum susu hanya sedikit, dan Motilitas usus meningkat
jika dipaksa untuk minum dan
makan, maka An. A akan
muntah. Sekresi asam lambung
Ny. M mengatakan An. A menurun
tidak selera makan

Haus ingin minum


DO :

An. A tidak selera makan, Rongga usus penuh


minum susu hanya sedikit, BB dengan air
turun 1 Kg.

An. A tidak menghabiskan Perut terasa penuh


porsi makan yang disediakan
TD : 100/60 mmHg Tidak selera

makan

32
KU : An. A tampak lemas,
kulit kering
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
3 DS: Proses penyakit Kurang
pengetahuan
Ny. M mengatakan cemas
terhadap anaknya yang sedang Kurang terpajan
dirawat. informasi tentang
penyakit

DO:
Kurang pengetahuan
Orang tua klien tampak cemas
dan gelisah

Orang tua klien mengatakan


kurang tahu tentang penyakit
anaknya

3. Masalah Keperawatan
a. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah dan mencret yang dialami An. A sejak 1 hari yang lalu
ditandai dengan mukosa bibir dan mulut kering, turgor kulit kembali
lambat, Mata Cekung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah yang
dialami An. A ditandai dengan Ny. M mengatakan An. A nafsu
makannya berkurang, berat badan menurun, kulit kering.
c. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan Ny. M mengatakan tidak pernah mendapat informasi
tentang penyakit yang dialami anaknya

4. Diagnosa Keperawatan Prioritas


a. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan muntah yang dialami An. A sejak 1 hari yang lalu ditandai
dengan berat badan An. A turun 1 kg, terpasang infus dengan cairan RL
60 gtt/menit, mata An. A tampak cekung, mukosa bibir dan mulut kering.
33
5. Perencanaan Keperawatan Dan Rasional
No. Dx Perencanaan

1. Gangguan Tujuan : pasien menunjukkan tanda-tanda rehidrasi dan


volume mempertahankan rehidrasi kuat
cairan
Kriteria hasil :
kurang dari
kebutuhan Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
tubuh
Rencana tindakan Rasional
berhubungan
dengan 1. Berikan cairan oral dan 1. Sebagai upaya rehidrasi
muntah dan parenteral sesuai dengan untuk mengganti
mencret program rehidrasi cairan.
yang dialami 2. Pantau intake dan out put
An. A sejak 2. Asupan dan haluaran cairan
1 hari yang menentukan status hidrasi
lalu ditandai anak dan menjadi pedoman
dengan dalam terapi penggantian
mukosa bibir cairan.
dan mulut 3. Timbang BB anak 3. BB secara langsung
tiap hari mengukur status hidrasi
kering,
4. Kaji warna kulit anak, 4. Kulit pucat, turgor kulit
turgor kulit turgor kulit, tingkat buruk, fontanel yang
kembali kesadaran, waktu melesak kedalam,
lambat, mata pengisian-ulang kapiler, penurunan tingkat
cekung dan membran mukosa. kesadaran, peningkatan
waktu pengisian-ulang
kapiler, dan membran
mukosa kering
mengidentifikasikan
dehidrasi
5. Untuk menilai status
hidrasi,elektrolit dan
keseimbangan asam basa
5. Kaji tanda vital,
tanda/gejala dehidrasi,
dan hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Nutrisi Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan berat badan
kurang dari stabil dan meningkat.
kebutuhan
Tujuan dan kriteria hasil : anak menunjukkan status nutrisi
tubuh
yang baik dan menunjukkan penambahan berat badan.
berhubungan
dengan Rencana tindakan Rasional
muntah yang
1. Timbang berat badan anak 1. Memberikan informasi
dialami An. setiap hari. perubahan berat badan.
A ditandai 2. Jaga kebersihan mulut 2. Mulut yang bersih
dengan Ny. pasien meningkatkan nafsu makan
M 3. Berikan makan sedikit 3. Untuk meningkatkan intake
mengatakan tapi sering setiap 2-3 jam. makanan
An. A nafsu 4. Tingkatkan asupan cairan 4. Untuk memperbaiki status
dan nutrisi nutrisi klien
makannya
5. Instruksikan keluarga 5. meningkatkan kepatuhan
berkurang dalam memberikan diet keluarga terhadap program
yang tepat terapeutik.

34
3. Kurang Tujuan: keluarga memahami penyakit anak dan
pengetahuan pengobatannya serta mampu memberikan perawatan
berhubungan
dengan Kriteria Hasil : keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang sakit.
proses
penyakit Tindakan Keperawatan Rasional
ditandai
1. Berikan informasi kepada 1. Untuk mendorong
dengan Ny. keluarga tentang penyakit kepatuhan terhadap
M anak dan tindakan program terapeutik,
mengatakan terapeutik. khususnya jika berada di
tidak pernah rumah.
mendapat 2. Untuk memberikan rasa
2. Bantu keluarga dalam nyaman terhadap anak
informasi
memberikan rasa nyaman
tentang dan dukungan pada anak
penyakit 3. izinkan anggota 3. Untuk memenuhi
yang dialami keluarga untuk kebutuhan anak dan
anaknya berpartisipasi dalam keluarga
perawatan anak
sebanyak yang mereka
inginkan
4. Instruksikan keluarga
mengenai pencegahan 4. Untuk mencegah
terhadap proses penyebaran penyakit
penyakit
5. Pendkes tentang
penggunaan obat
Zink
35
6. Pelaksanaan Keperawatan
No.
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx

Jumat/ 1 1. Memberikan cairan oral S:-


dan parenteral sesuai O:
12 Mei 2017 dengan rehidrasi
2. Memantau intake dan Anak tampak lemas,
outpu mata cekung, mukosa
3. Menimbang BB anak bibir dan mulut
tiap hari
kering, feses encer,
4. Mengkaji warna kulit
anak, turgor kulit, tingkat BB 15 Kg, kulit
kesadaran, waktu kering
pengisian-ulang kapiler
dan membran mukosa TTV : suhu 37,5 0C
5. Mengkaji tanda-tanda A:
vital, tanda dan
gejala rehidrasi Kerurangan volume
cairan

P:

Intervensi dilanjutkan
2 1. Menimbang berat badan S:
anak setiap hari
2. mengkaji Ny. M mengatakan
kebersihan mulut An. A tidak mau
pasien makan, makanan yang
3. Memberikan makan dimakan selalu
sedikit tapi sering dimuntahkan
setiap 2-3 jam
4. Meningkatkan asupan O:
cairan dan nutrisi
5. Mengkaji intake dan An. A tampak lemah,
output klien BB 15 Kg.
BAB 6x sehari
A:

Masalah belum
teratasi

P:

Intervensi dilanjutkan
3 1. Memberikan informasi S:
kepada keluarga tentang
penyakit anak dan Ny. M mengatakan
tindakan terapeutik. sudah mengerti
2. Memantu keluarga dalam tentang proses
memberikan rasa nyaman penyakit.
dan dukungan pada anak
3. izinkan anggota keluarga O:
untuk berpartisipasi
dalam perawatan anak Ny. M tampak tenang
sebanyak yang mereka A:
inginkan
4. instruksikan keluarga Masalah teratasi
mengenai pencegahan sebagian
terhadap proses penyakit
P:
Intervensi dilanjutkan

36
5. Memberikan pendkes
tentang kegunaan obat
Zink

Sabtu/ 1 1. Memberikan cairan S:-


oral dan parenteral O:
13 Mei 2017 sesuai dengan rehidrasi
2. Memantau intake mukosa bibir dan
dan output mulut kering, feses
3. Menimbang BB anak cair, BB 15,2 kg, kulit
tiap hari
tampak lembab
4. Mengkaji warna kulit
anak, turgor kulit, TTV : suhu 37,30C
tingkat kesadaran, waktu
A:
pengisian-ulang kapiler
dan membran mukosa masalah teratasi
5. Mengkaji tanda-tanda
sebagian
vital, tanda dan
gejala rehidrasi. P:

intervensi dilanjutkan
2 1. Menimbang berat S:
badan anak setiap hari
2. Menjaga Ny. M mengatakan
kebersihan mulut anak sudah mau
klien makan tapi masih
3. Memberikan makan sedikit, muntah
sedikit tapi sering berkurang
setiap 2-3 jam
4. Meningkatkan O:
asupan cairan dan
nutrisi An. A tampak segar,
5. Mengkaji intake dan BB 15,2 kg
output klien
A:

masalah tertasi
sebagian sebagian
P:

intervensi dilanjutka
3 1. Memberikan informasi S : Ny. M mengatakan
kepada keluarga tentang sudah mengerti
penyakit anak dan tentang proses
tindakan terapeutik.
penyakit
2. Memantu keluarga dalam
memberikan rasa Ny. M mengatakan
nyaman dan dukungan
sudah mengerti cara
pada anak
3. Izinkan anggota merawat klien
keluarga untuk O:
berpartisipasi dalam
perawatan anak Ny. M tampak tenang
sebanyak yang mereka A:
inginkan
4. Instruksikan keluarga Masalah teratasi
mengenai pencegahan P:
terhadap proses
penyakit intervensi dihentikan
5. Memberikan Pendkes

37
tentang kegunaan obat
zink

Minggu/ 1 1. Memberikan cairan S:-


oral dan parenteral
14 Mei2017 sesuai dengan rehidrasi
2. Memantau intake
O : mukosa bibir dan
dan output
3. Menimbang BB anak mulut lembab,feses
tiap hari sedikit cair banyak
4. Mengkaji warna kulit ampas,BB 15,4 kg,
anak, turgor kulit, kulit lembab.
tingkat kesadaran, waktu
pengisian-ulang kapiler
dan membran mukosa
5. Mengkaji tanda-tanda A : masalah teratasi
vital, tanda dan
gejala rehidrasi.
P : intervensi
dihentikan
2 1. Menimbang berat S:
badan anak setiap hari
2. Memberikan makan Ny. M mengatakan
sedikit tapi sering anak sudah mau
setiap 2-3 jam makan dan minum,
3. Meningkatkan dan tidak muntah lagi
asupan cairan dan O:
nutrisi
4. Mengkaji intake BB : 15,4 Kg
dan output klien
Makan
A:

masalah teratasi
P:

intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Keracunan.2016. Perawatan Dini Penderita Keracunan. The Committe on Toxic:


American College of Surgeon. Di alihbahasakan Yayasan Essentia
Medica, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Hendrotomo.2016. Keracunan dan Penaggulangannya – 1
PCCMI. SA.1., Jakarta: Konas – PCCMI SA.1

Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari:


http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia- berbahaya/.
Diakses tanggal 17 Agustus 2017.

Sitepu, T. I. Y. (2019). Proses Dasar Keperawatan Pada Pasien Gawat Darurat. Smeltzer,
Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah,
vol: 3. Jakarta: EGC.
Finit, maria. 2015. Asuhan keperawatan overdosis dari:
https://dokumen.tips/documents/askep-overdosis-jadi.html

Anda mungkin juga menyukai