Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawan Jiwa I
DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
1. (16010)
2. (16010)
3. Putri Setyowati Sugesti (1601022)
4. Shafa Martha Wijaya (1601027)
5. Ulva Nuraini (1601029)
TAHUN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Jhonson (1997), kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional,
psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,
perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional.
Kesehatan jiwa juga dapat diartikan sebagai keadaan sejahtera yang dikaitkan dengan
kebahagiaan, kegembiraan, asan, pencapaian, optimisme, dan harapan. Sedangkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan itu sendiri sebagai sehat
fisik, mental dan sosial bukan sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Jadi
Seseorang dapat dianggap sehat jiwa jika mereka mampu bersikap positif terhadap diri
sendiri, memiliki kestabilan emosi, memiliki konsep diri yang positif dan memiliki rasa
bahagia dan puas (Dalam Videbeck, 2008).
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu
penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Penyebab gangguan jiwa
yang banyak diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi. Namun jika dilihat
dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi. Di Indonesia sendiri
berdasarkan (Rikesda tahun 2007) bahwa prevelansi gangguan jiwa berat sebesar 4,6
permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000 penduduk Indonesia
menderita gangguan jiwa berat. Angka gangguan jiwa di Indonesia telah mencapai 10%
dari populasi penduduknya.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap
apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan jiwa itu terjadi. Perbedaan
pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan
model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model social, model perilaku, model
eksistensial, model medical, berbeda pula dengan model stress – adaptasi. Masing-
masing model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa. Berbagai
pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud dengan terapi
modalitas yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku
maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif ( Prabowo, 2014). Terapi Modalitas adalah terapi dalam
keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai
titik tolak terapi atau penyembuhan. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh
perawat pada pasien dengan masalah kejiwaan yaitu, terapi aktivitas kelompok dan terapi
keluarga.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi dan kelompok sebagai target asuhan. Terapi Aktivitas
Kelompok dilakukan untuk meningkatkan kematangan emosional dan psikologis pada
pasien yang mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama. Didalam kelompok terjadi
dinamika dimana setiap anggota kelompok saling bertukar informasi dan berdiskusi
tentang pengalaman serta membuat kesepakatan untuk mengatasi masalah anggota
kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok memberikan hasil yang lebih besar terhadap
perubahan perilaku pasien, meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku
maladaptif. Bahkan Terapi Aktivitas Kelompok memberikan modalitas terapeutik yang
lebih besar dari pada hubungan terapeutik antara dua orang yaitu perawat dan klien
(Direja, 2011).
Sedangkan terapi keluarga merupakan suatu psikoterapi modalitas dengan fokus
pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam pelaksanaannya terapis
membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan yang maladaptif,
kontrol diri pada anggota yang kurang serta pola hubunganyang tidak konstruktif. Terapi
keluarga lebih menggunakan pendekatan terupeutik untuk melihat masalah individu
dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan proses interpersonal (Prabowo,
2014).
B. TUJUAN
c. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis
ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-
fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
d. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok.
Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara
teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan
hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya
meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
e. Terapi perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul
akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam
terapi jenis ini adalah:
1. Role model
2. Kondisioning operan
3. Desensitisasi sistematis
4. Pengendalian diri
5. Terapi aversi atau releks kondisi
f. Terapi bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan
dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi
verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status
emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk
mengatasi masalah anak tersebut.
h. Terapi kognitif
Terapi perilaku kognitif (atau terapi perilaku kognitif, CBT) adalah sebuah
pendekatan psikoterapi yang bertujuan untuk memecahkan masalah mengenai
disfungsional emosi, perilaku dan kognisi melalui berorientasi tujuan, prosedur
sistematis
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001
dikutip dari Cyber Nurse, 2009). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai
latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik
(Yalom,1995 dalam Struart 7 Laraia, 2001). Terapi Kelompok adalah suatu
psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan
berdiskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh seorang terapis / petugas
kesehatan yang telah dilatih. Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah
psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi
aktivitas kelompok, agar klien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisaasi
dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya,
menanyakan hal-hal yang sederhana d a n memberikan respon terhadap pertanyaan
yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan
arti berhubungan dengan orang lain.
A. KESIMPULAN
Terapi modalitas merupakan jenis terapi yang digunakan untuk mengubah perilaku
maladaptif klien guna mengatasi masalah gangguan kejiwaan yang dialaminya. Salah
satu jenis terapi modalitas yaitu terapi ativitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok
adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Susana, S.A, & Hendarsih, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Jakarta: EGC