Anda di halaman 1dari 13

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawan Jiwa I

Dosen Pengampu: RETNO YULI HASTUTI, M.Kep.,Ns.,Sp Kep Jiwa

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

1. (16010)
2. (16010)
3. Putri Setyowati Sugesti (1601022)
4. Shafa Martha Wijaya (1601027)
5. Ulva Nuraini (1601029)

S-1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Jhonson (1997), kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional,
psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,
perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional.
Kesehatan jiwa juga dapat diartikan sebagai keadaan sejahtera yang dikaitkan dengan
kebahagiaan, kegembiraan, asan, pencapaian, optimisme, dan harapan. Sedangkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan itu sendiri sebagai sehat
fisik, mental dan sosial bukan sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Jadi
Seseorang dapat dianggap sehat jiwa jika mereka mampu bersikap positif terhadap diri
sendiri, memiliki kestabilan emosi, memiliki konsep diri yang positif dan memiliki rasa
bahagia dan puas (Dalam Videbeck, 2008).
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu
penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Penyebab gangguan jiwa
yang banyak diderita terjadi karena frustasi, napza (narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya), masalah keluarga, pekerjaan, organik dan ekonomi. Namun jika dilihat
dari persentase, penyebab tertinggi yaitu karena frustasi. Di Indonesia sendiri
berdasarkan (Rikesda tahun 2007) bahwa prevelansi gangguan jiwa berat sebesar 4,6
permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000 penduduk Indonesia
menderita gangguan jiwa berat. Angka gangguan jiwa di Indonesia telah mencapai 10%
dari populasi penduduknya.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap
apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan jiwa itu terjadi. Perbedaan
pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan
model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model social, model perilaku, model
eksistensial, model medical, berbeda pula dengan model stress – adaptasi. Masing-
masing model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa. Berbagai
pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud dengan terapi
modalitas yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku
maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif ( Prabowo, 2014). Terapi Modalitas adalah terapi dalam
keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai
titik tolak terapi atau penyembuhan. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh
perawat pada pasien dengan masalah kejiwaan yaitu, terapi aktivitas kelompok dan terapi
keluarga.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi dan kelompok sebagai target asuhan. Terapi Aktivitas
Kelompok dilakukan untuk meningkatkan kematangan emosional dan psikologis pada
pasien yang mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama. Didalam kelompok terjadi
dinamika dimana setiap anggota kelompok saling bertukar informasi dan berdiskusi
tentang pengalaman serta membuat kesepakatan untuk mengatasi masalah anggota
kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok memberikan hasil yang lebih besar terhadap
perubahan perilaku pasien, meningkatkan perilaku adaptif serta mengurangi perilaku
maladaptif. Bahkan Terapi Aktivitas Kelompok memberikan modalitas terapeutik yang
lebih besar dari pada hubungan terapeutik antara dua orang yaitu perawat dan klien
(Direja, 2011).
Sedangkan terapi keluarga merupakan suatu psikoterapi modalitas dengan fokus
pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam pelaksanaannya terapis
membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan yang maladaptif,
kontrol diri pada anggota yang kurang serta pola hubunganyang tidak konstruktif. Terapi
keluarga lebih menggunakan pendekatan terupeutik untuk melihat masalah individu
dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan proses interpersonal (Prabowo,
2014).

B. TUJUAN

a. Untuk mengetahui pengertian dari terapi modalitas


b. Untuk mengetahui tujuan dari terapi modalitas
c. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi modalitas
d. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi modalitas dalam keperawatan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
A. TERAPI MODALITAS
I. PENGERTIAN
Terapi modalitas adalah terapi yang dilakukan dengan melakukan berbagai
pendekatan penanganan pada klien gangguan jiwa. Terapi modalitas menekankan
potensi yang dimiliki klien (modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan.
Terapi ini juga didefinisikan sebagai suatu pendekatan penanganan klien dengan
berbagai gangguan yang bertujuan merubah perilaku klien dengan gangguan jiwa
dengan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Sementara itu, menurut Yusuf,
dkk. (2015) terapi modalitas adalah berbagai macam alternatif terapi yang dapat
diberikan pada pasien gangguan jiwa, yang merupakan bentuk penyimpangan
perilaku dengan penyebab pasti belum jelas. Oleh karenanya, diperlukan pengajian
secara mendalam untuk mendapatkan faktor pencetus dan pemicu terjadinya
gangguan jiwa. Selain itu, masalah kepribadian awal, kondisi fisik pasien, situasi
keluarga, dan masyarakat juga memengaruhi terjadinya gangguan jiwa.
Stuart (2016) menjelaskan dalam terapi modalitas dibutuhkan adanya
koordinasi. Perawat memiliki peran penting dalam merancang program keperawatan
yang komperehensif. Pilihan pengobatan yang paling tepat pada setiap klien bersifat
individual dan merupakan gambaran dari rencana pengobatan. Koordinnasi dalam
melakukan perawatan merupakan tanggung jawab utama perawat yang bersama-
sama klien dalam membina hubungan terapeutik sebagai bagian dari tim pelayanan
kesehatan. Perawat harus mengintegrasikan pengobatan farmakologis dengan
berbagai pengobatan farmakologis dengan berbagai pengobatan nonfarmakologis
yang dilandasi pengetahuan, keamanan, efetivitas, serta penerimaan klien.

II. TUJUAN TERAPI MODALITAS


Tujuan dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan jiwa adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).

III. JENIS TERAPI MODALITAS


a. Terapi individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan
hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu
hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk
mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang
disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis
(terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.

b. Terapi lingkungan (milleu therapy)


Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku
adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti
terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan
berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan
interaksi.

c. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis
ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-
fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

d. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok.
Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara
teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan
hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya
meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.

e. Terapi perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul
akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam
terapi jenis ini adalah:
1. Role model
2. Kondisioning operan
3. Desensitisasi sistematis
4. Pengendalian diri
5. Terapi aversi atau releks kondisi

f. Terapi bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan
dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi
verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status
emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk
mengatasi masalah anak tersebut.

g. Terapi biologis atau terapi somatik


Merupakan jenis terapi yang memfokuskan penyembuhan klien dengan
menggunakan bantuan obat-obatan yang berfungsi sebagai anti depressan.

h. Terapi kognitif
Terapi perilaku kognitif (atau terapi perilaku kognitif, CBT) adalah sebuah
pendekatan psikoterapi yang bertujuan untuk memecahkan masalah mengenai
disfungsional emosi, perilaku dan kognisi melalui berorientasi tujuan, prosedur
sistematis

IV. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI MODALITAS


Secara umum penan perawat dalam pelaksanaan terapi modalitas bertindak
sebagai leader,fasilitator,evaluator,dan motivator ( Nasir dan Muhits, 2011).
Tindakan tersebut meliputi:
1. Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga, misalnya
perawat menjelaskan mengapa komunikasi itu penting ,apa visi seluruh
keluarga,kesamaan harapan apa yang dimiliki semua anggota keluarga
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk
mencapai tujuan dan usaha untuuk berubah. Perawat menyakinkan bahwa
anggota keluarga klien mampu memecahkan masalah yang dihadapi anggota
keluarganya.
3. Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan. Perawat
menunjukkan institusi kesehatan mana yang harusbekerja sama dengan keluarga
dan siapa yang bisa diajak konsultasi
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui penyuluhan,
perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya. Bila ada anggota keluarga
yang kurang memahami perilaku sehat didiskusikan atau bila ada keluarga
yang membutuhkan perawatan.

B. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


I. PENGERTIAN

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001
dikutip dari Cyber Nurse, 2009). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai
latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik
(Yalom,1995 dalam Struart 7 Laraia, 2001). Terapi Kelompok adalah suatu
psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan
berdiskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh seorang terapis / petugas
kesehatan yang telah dilatih. Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah
psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi
aktivitas kelompok, agar klien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisaasi
dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya,
menanyakan hal-hal yang sederhana d a n memberikan respon terhadap pertanyaan
yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan
arti berhubungan dengan orang lain.

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat


kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target
asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung,
saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru
yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive. Penggunaan
kelompok dalam praktik kesehatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi pemulihan kesehatan seseorang. Keuntungan
yang dapat diperoleh klien melalui terapi aktivitas kelompo meliputi dukungan,
meningkatkan kemampuan memecahan masalah, meningkatkan hubungan
interpersonal dan juga menggunakan uji realitas pada klien dengan gangguan
orientasi realitas (Keliat & Akemat, 2010).
Menurut Yosep (2007) jumlah minimum anggota terapi aktivitas kelompok
adalah 4 orang dan maksimum 10 orang. Kriteria anggota yang memenuhi syarat
untuk mengikuti TAK adalah: sudah mempunyai diagnosis yang jelas, tidak terlalu
gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat.

II. TUJUAN TAK


Tujuan terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010).
1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi/kognitif
a) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kemampuan intelektual
d) Mengungkapkan perasaannya
e) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
a) Meningkatkan kemampuan sensori
b) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kesegaran jasmani
d) Mengekspresikan perasaan
3. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita
a) Pasien mampua mengidentifikasi stimulus internal dan eksternal
b) Pasien dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan
c) Pembicaraan pasien sesuai realita
4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
a) Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal
b) Pasien dapat memberi tanggapan terhadap orang lain
c) Pasien dapat mengungkapkan idenya dan saling bertukar persepsi dengan
orang lain
d) Pasien menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

III. MANFAAT TAK


Menurut Purwaningsih (2010) Terapi Aktivitas Kelompok mempunyai
beberapa manfaat:
1. Umum
a. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi
dan umpan baik dengan atau dari orang lain
b. Melakukan sosialisasi
c. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif
2. Khusus
a. Meningkatkan identitas diri
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif
c. Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial
3. Rehabilitasi
a. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri
b. Meningkatkan kemampuan sosial
c. Meningkatkan kemampuan empati
d. Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah

IV. TAHAPAN DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok menurut purwaningsih (2010)
adalah sebagai berikut:
1) Pre kelompok
Pada fase ini dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi
leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok dilaksanakan serta proposal
lengkap dengan media apa saja yang digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
2) Fase awal
Pada fase awal ini ada tiga tahapan yang tejadi yaitu:
a) Orientasi yaitu anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing,
leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan
anggota.
b) Konflik merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota,
tugas anggotanya dan saling ketergantungan yang akan tejadi.
c) Kebersamaan yaitu anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah dan
anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3) Fase kerja
Pada fase ini kelompok sudah menjadi sebuah tim, pada fase ini akan terjadi:
a) Fase yang menyenangkan bagi leader dan anggotannya
b) Perasaan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling percaya
yang telah terbina
c) Semua anggota bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
d) Tanggung jawab setiap anggota sama, kecemasan menurun, kelompok lebih
stabil dan realistis
e) Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok dalam menyelesaikan tugasnya.
f) Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif
4) Fase terminasi
Ada 2 jenis teminasi, yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota
kelompok mungkin akan mengalami terminasi premature, sukses atau tidak
sukses. Terminasi dapat menyebabkan kecemasa,regresi atau kecewa. Untuk hal
itu terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menujukkan sikap betapa
bermaknnya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk memberi umpan
balik pada tiap anggota. Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa
melalui pre atau post test.

V. PERAN PERAWAT DALAM TAK


Peran perawat dalam memberikan terapi aktivitas kelompok menurut
purwaningsih (2010) sebagai berikut:
1) Tugas sebagai leader dan co leader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi dalam
kelompok, membantu kelomopok untuk menyadari dinamisnya kelomok, menjadi
motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta
memimpin dan mengarahkan jalannya terapi aktivitas kelompok.
2) Tugas sebagai fasilitator
Perawat sebagai fasilitator adalah perawat harus ikut serta dalam kegiatan
kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberikan stimulus pada
anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan terapi aktivitas
kelompok.
3) Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer adalah mengamati serta mencatat respon pasien,
mengamati jalannya proses terapi aktivitas kelompok dan menangani anggota
kelompok yang drop out.

VI. PENYUSUNAN PROPOSAL TAK


1. Pendahuluan
Pada tahap pra-kelompok pemimpin harus memiliki izin administratif
pembentukan kelompok. Sebuah proposal kelompok tertulis merupakan salah
satu cara yang efektif untuk meminta izin pertemuan. Informasi yang akan
dimasukkan dalam proposal kelompok menurut Stuart (2016) antara lain:
a. Daftar tujuan primer dan sekunder dari kelompok,
b. Daftar pemimpin kelompok dan keahliannya,
c. Daftar kerangka teoritis yang digunakan oleh pemimpin
untuk mencapai tujuan kelompok,
d. Kriteria keanggotaan kelompok,
e. Proses rujukan dan seleksi anggota kelompok,
f. Struktur kelompok meliputi:
1) Tempat pertemuan
2) Waktu pertemuan
3) Lama waktu untuk setiap pertemuan
4) Jumlah anggota kelompok
5) Lama kelompok berdiri
6) Perilaku anggota kelompok yang diharapkan
7) Perilaku pemimpin yang diharapkan
g. Proses evaluasi bagi anggota dan kelompok, serta
h. Sumber daya yang dibutuhkan untuk kelompok.

Sementara itu, untuk sistematika penyusunanproposal terapi aktivitas


kelompok dapat menggunakan format berikut.
1. JUDUL PROPOSAL
Judul memuat jenis terapi aktivitas kelompok yang akan diajukan beserta
gangguan yang dialami klien.
2. ISI
A. Latar Belakang
Berisi uraian tentang masalah yang dihadapi, alasan mengapa masalah
tersebut penting dan memerlukan tindakan terapi aktivitas kelompok.
Masalah tersebut harus didukung fakta yang empiris dan harus ditunjukkan
letak masalah dalam konteks teori dengan permasalahan yang lebih luas.
B. Landasan Teori
Bagian ini berisi uraian mengenai teori dasar yang relevan, fakta, dan
hasil penelitian sebelumnya yang berasal dari pustaka mutakhir.
C. Tujuan
Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam terapi
aktivitas kelompok, baik tujuan secara umum maupun khusus.
D. Sesi yang Digunakan
Berisi uraian singkat mengenai tahapan sesi dalam terapi aktivitas
kelompok yang akan dilaksanakan.
E. Klien
Berisi kriteria klien, proses seleksi klien, dan data klien.
F. Kriteria Hasil
Mencantumkan secara rinci hal-hal yang ingin dicapai, baik untuk
struktur, proses, maupun hasil setelah terapi aktivitas kelompok
dilaksanakan.
G. Antisipasi Masalah
Berisi perkiraan tentang masalah yang akan timbul selama terapi
aktivitas kelompok dijalankan beserta solusi dari masalah tersebut.
H. Pelaksanaan
Berisi petunjuk teknis pelaksanaan setiap sesi dalam terapi aktivitas
kelompok.
I. Evaluasi
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Terapi modalitas merupakan jenis terapi yang digunakan untuk mengubah perilaku
maladaptif klien guna mengatasi masalah gangguan kejiwaan yang dialaminya. Salah
satu jenis terapi modalitas yaitu terapi ativitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok
adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika

Nasir, Abdul Dan Abdul Muhith. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa:


Pengantar Dan Teori. Jakarta: Salemba Medika

Prabowo, Eko.(2014). Konsep Dan Aplikasi : Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika

Purawaningsih, W & Karlina, I. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa , Yogyakarta:


Nuha Medika

Susana, S.A, & Hendarsih, S. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Jakarta: EGC

Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Prinsip dan Praktik Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Anda mungkin juga menyukai