Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I

KERACUNAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat I

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 9

PSIK 3B

1. Hilda Nur Islami (1018031054)


2. Muhamad Zidan Nugraha (1018031079)
3. Nanda Putri Duiyanti (1018031086)
4. Siti Raudoh (1018031116)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
diberikan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan gawat
darurat I yang berjudul “Keracunan” Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai keracunan.

Dalam penulisan tugas makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga hasil penulisannya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini kami sebagai penulis
menyampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing Bapak Lukmanulhakim,
S.Kep.,Ns.,M.Kep. atas segala pengorbanan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan dan
bimbingan dan juga kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan makalah kami
sehingga makalah ini dapat selesai.

Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, khususnya bagi
penulis umumnya bagi pembaca.

Serang, 19 April 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian gawat darurat diartikan ketika dimana seseorang mengalami suatu peristiwa
dimana seseorang itu dalam keadaan terancam nyawanya yang apabila tidak segera
diberikan pertolongan maka dapat menyebabkan kecacatan permanen bahkan meninggal
dunia. Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun harus
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan
justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui
bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadinya keracunan, sehingga
tindakan penanggulannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam
menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat
terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan
segera dan juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk kedalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada system biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan makanan atau bahan
kimia. Pada kenyataannya bukan hanya makanan atau bahan kimia saja yang dapat
menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa
tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa maupun akibat gas
beracun.
Menelan zat beracun dapat terjadi diberbagai lingkungan dan pada kelompok usia yang
berbeda-beda. Keracunan dirumah biasanya terjadi jika seseorang menelan pembersih
alat rumah tangga atau obat-obatan. Selain itu, keracunan dapat terjadi di lingkungan
perawatan kesehatan saat obat-obatan diberikan tidak sebagaimana mestinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Keracunan?
2. Apa etiologi Keracunan?
3. Apa saja klasifikasi Keracunan?
4. Bagaimana patofisiologi keracunan?
5. Apa saja tanda dan gejala dari keracunan?
6. Apa saja komplikasi dari keracunan?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari keracunan?
8. Apa saja penatalaksanaan medis dari keracunan?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien keracunan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keracunan
2. Untuk mengetahui penyebab atau etiologi Keracunan
3. Untuk mengetahui klasifikasi keracunan
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari keracunan
5. Untuk mengetahui tanda gejala keracunan
6. Untuk mengetahui komplikasi dari keracunan
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari keracunan
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari keracunan
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien keracunan

D. Manfaat
Untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan mengenai keracunan
khususnya bagi kami sebagai mahasiswa dan umumnya bagi para pembaca.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Keracunan
Keracunan merupakan suatu keadaan ketika seseorang menerima dosis obat atau zat
berlebihan [ CITATION Far08 \l 1033 ] . Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam
tubuh baik baik melalui saluran pencernaan, pernafasan ataupun kulit yang menimbulkan
gejala klinis. Menurut [ CITATION Dja09 \l 1033 ] Keracunan ada dua yakni keracunan akut
dan kronik. keracunan akut terjadi pada sekali pemaparan dalam waktu berdekatan dan
secara cepat setelah racun terpapar didalam tubuh sudah dapat memperlihatkan gejala
sakitan. sedangkan keracunan kronis disebabkan oleh pemaparan racun secara rendah,
berulang dan gejala sakitan berjalan pelan.
Racun itu sendiri adalah suatu zat atau bahan yang jika masuk kedalam tubuh melalui
mulut, hidung, suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme
hidup dengan dosis relative kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan
serius fungsi hati atau lebih organ atau jaringan.
Racun adalah zat yang pada saat tertelan, terhisap, diabsorpsi atau menempel pada kulit
atau dihasilkan didalam tubuh menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi
kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik karena kecelakaan
dan tidak kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan
dapat menyebabkan kematian. sekitar 7% dari semua pengunjung kegawatdaruratan
datang karena toksik.

B. Etiologi
Penyebab keracunan bisa disebabkan karena kandungan bahan berbahaya dan berpotensi
dapat menjadi racun diantaranya:
 polusi limbah industri yang mengandung logam berat
 bahan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorgnisme seperti kuman, bakteri,
protozoa, parasit jamur beracun
 dan juga obat yang jika melampaui dosis normal, tidak menyembuhkan
penyakitnya melainkan memberi efek samping yang merupakan racun bagi tubuh

C. Klasifikasi
Klasifikasi Keracunan ada 2 yaitu :
 Keracunan korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat korosif yang meliputi
produk alkali, pembersih toilet, deterjen
 Keracunan Non korosif : keracunan yang disebabkan oleh zat non korosif
meliputi makanan, obat-obatan, gas.
D. Patofisiologi
Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor bahan
kimia,mikroba,makanan,toksin,dll. Penyebab tersebut mempengaruhi vaskuler sistemik
sehingga terjadi penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan
sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di lambung, lalu
lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap benda
atau zat asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan
berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya
muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang
keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan
tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan yang
keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya keringat dingin akan merangsang kelenjar
hipopisis anterior untuk mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus.
Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan
dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan
tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga
terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah
perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang
terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran
khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan
hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
(Brunner and Suddarth, 2010).

E. Manisfestasi klinis/Tanda gejala keracunan


 Mual
 Muntah-muntah
 Diare
 Dehidrasi
 Keram perut
 Kejang
 Mulut kering
 Hipertermi/hipotermia
 Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
 Rasa lemas dan mengigil
 Hilang nafsu makan
Gejala keracunan makanan bisa terlihat berkisar empat sampai 24 jam setelah si
kecil terkontaminasi makanan beracun. Gejala ini bisa berlangsung tiga sampai
empat hari, tapi hati-hati! Gejala ini dapat berlangsung lebih lama lagi jika si kecil
yang keracunan masih mengonsumsi secara tidak sengaja makanan yang
terkontaminasi.

F. Komplikasi
 Henti nafas
 Henti jantung
 Syok,sindrom gawat pernafasan akut
 Koma

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi : EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang
menyebabkan penundaan disritmia atau konduksi.
2. Radiologi : Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk
menunjukkan adanya aspirasi dan edema pulmonal.
3. Analisa GasDarah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain : Keracunan akut
dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit, termasuk natrium,
kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda oksigenasi yang tidak
adequat juga sering muncul, seperti sianosis, takikardia, hipoventilasi, dan
perubahan status mental.
4. Tes fungsi ginjal : Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung.
5. Skrin toksikologi : Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang
Keracunan. Skrin negatif tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi
mungkin racun yang ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk mengetahui
toksin apa saja yang bisa diskrin secara rutin di dalam laboratorium, sehingga
pemeriksaannya bisa efektif.

H. Penatalaksanaan Medis
1. Stabilisasi : Jalan nafas (A), Pernafasan (B), Sirkulasi (C)
2. Dekomentaminasi
a) Mata : Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 % selama
15-20 menit, jika belum yakin bersih cuci kembali
b) Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air mengalir
dingin atau hangat selama 10 menit
c) Gastroinstestinal : Segera beri minum air atau susu secepat mungkin untuk
pengenceran.
Dewasa maksimal 250cc untuk sekali minum, anak-anak maksimal 100cc
untuk sesekali minum.
d) Pasang NGT setelah pengenceran jika diperlukan.
3. Eliminasi
Indikasi melakukan eliminasi:
a) Tingkat keracuan berat
b) Terganggu rute elimiunasi normal (gagal ginjal)
c) Menelan zat dengan dodsis letal
d) Pasien dengan klinkis yang dapat memperpanjang koma

Tindakan eliminasi:
a) Dieresis paksa: Furosemida 250 mg dalam 100cc D5% habis dalam 30 menit.
b) Alkalinisasi urine: Na-Bic 50-100meq dalam !liter D5% atau NaCl 2,25%,
dengan infuse continue 2-3cc/kg/jam
c) Hemodialisa : Dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Hemodialisa. Obat-obat
yang dapat dieleminasi dengan tehnik ini berukuran kecil dengan berat molekul
kurang dari 500 dalton, larut dalam air dan berikatan lemah dengan protein.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Kaji gejala klinis yang tampak pada klien
b) Anamnesis informasi dan keterangan tentang keracunan dari korban atau
dari orang-orang yang mengetahuinya
c) Identifikasi sumber dan jenis racun
d) Kaji tentang bentuk bahan racun
e) Kaji tentang bagaimana racun dapat masuk dalam tubuh pasien
f) Identifikasi lingkungan dimana pasien dapat terpapar oleh racun
g) Pemeriksaan fisik

2. Diagnosa Keperawatan
a) Tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat
akumulasi udara.
b)  Risiko kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan efek tokxin pada
pencernaan.
c) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan depresi
sistem saraf pusat

3. Intervensi
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah diberikan asuhan - Pantau - Mengetahui tingkat
keperawatan diharapkan tingkat/kedaleman dan pernafasan klien
jalan nafas klien kembali pola pernafasan. - Mengetahui bunyi
efektif dengan Kriteria - Auskultasi bunyi pernafasan klien
hasil: nafas. - Meningkatkan
- Pasien mampu - Pertahankan posisi inspirasi maksimal,
mempertahanka tidur yang nyaman, meningkatkan
n pola nafas biasanya dengan ekspansi paru.
yang efektif peninggian kepala - Meningkatkan
dengan tingkat tempat tidur. pernafasan klien
pernafasan yang - Berikan tambahan O2
normal.
- Paru-paru
pasien bersih,
bebas dari
cianosis, dan
tanda-tanda/
gejala-gejala
hipoksia yang
lain.
2. Setelah diberikan asuhan - Catat adanya mual, - Mengetahui adanya
keperawatan diharapkan muntah, dan diare tanda-tanda mual,
kebutuhan nutrisi klien - Berikan nutrisi yang muntah dan diare
terpenuhi dengan Kriteria cukup pada klien - Untuk memenuhi
hasil: - Ajarkan klien untuk kebutuhan nutrisi
- Nafsu makan memakan makanan pada klien
meningkat yang seimbang - Untuk memenuhi
- Kolaborasikan dengan kebutuhan nutrisi
- BB naik
ahli gizi klien
- Kebutuhan tubuh - Mengetahui adanya
pasien akan nutrisi peningkatan status
tetap terpenuhi gizi klien

- Pasien tidak
menunjukkan
penurunan status
gizi/nutrisi, seperti
pasien tidak tampak
mengurus, turgor
kulit tetap baik
3. Setelah diberikan asuhan - Kaji tingkat - Peningkatan
keperawatan diharapkan kecemasan pasien kecemasan akan
ansietas klien menurun atau secara terus mengacu pada
hilang dengan Kriteria hasil: menerus. pasien tidak
- Pasien akan - Jelaskan tentang mau berespon
melaporkan adanya semua tindakan terhadap semua
tingkat penurunan yang akan tindakan yang
kecemasan yang dilakukan dilakukan.
dialaminya terhadap pasien. - Pasien akan
- Pasien - Anjurkan pasien merasa aman
menunjukkan untuk berdoa dan kooperatif
keadaan yang sesuai dengan dalam setiap
relaksasi keyakinan pasien. tindakan yang
- Kolaborasikan akan diberikan.
- Pasien dapat
dengan dokter - Doa akan
mengidentifikasikan
menyebabkan
kecemasan yang
psikologis
dialaminya dan
pasien akan
mampu mengontrol
merasa aman.
dir dan situasi
- Mengetahui
masalah klien
yang belum
teratasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan,
saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis

B. Saran
1. Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus memperhatikan
penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari jangkauan anak dan diberi lebel sehingga
anak dapat membaca dan lebih berhati-hati.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan
penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan pertolongan
yang cepat dan benar.
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda vital seperti
jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran, sehingga penanganan
tindakan risusitasu ABC (Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.

Daftar Pustaka
Djamhuri, A. (2009). Racun Dalam Makanan. Surabaya: Airlangga University Press.

Farmakologi, S. D. (2008). Kumpulan Kuliah Farmakologi . Jakarta: EGC.


Pratiwi, E. (2017, Mei 23). Retrieved Maret 20, 2021, from Academia edu:
https://www.academia.edu/31985432/MAKALAH_ASKEP_KERACUNAN_KGD

Anda mungkin juga menyukai