Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS KEPADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM IMUN DAN DISFUNGSI MULTISYSTEM

DOSEN PENGAJAR :

Ns. Efa Trisna, S.Kep., M.Kes


DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6 :

1. Andi Saputra (1914401004)


2. Tria Maylin S (1914401020)
3. Lusyana Nikita Siahaan (1914401023)
4. Risa Rivita Ar Rif'at (1914401035)
5. Rika Novita Sari (1914401038)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLTEKKES TANJUNG KARANG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelasaikan makalah “Asuhan Keperawatan Kritis Kepada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Imun Dan Disfungsi Multisystem”

Makalah ini dibuat bertujuan agar mahasiswa memahami tentang Ilmu Pengetahuan.
Dalam proses pembuatan makalah ini kami menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan
namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak sehingga makalah ini dapat selesai tepat
pada waktunya.

Tidak lupa penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah inidapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandarlampung, 25 Agustus 2021

Penyusun,

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit. Kuman yang
paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri. Kuman ini dapat masuk ke dalam
tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang
berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.

Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung /
inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup
dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu dengan serius fungsi satu /
lebih organ atau jaringan.

Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah menetapkan
peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983 tentang bahan – bahan
berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan luas jangkauan, kecepatan
penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya, bahan – bahan berbahaya
atau yang dapat membahayakan kesehatan manusia secara langsung atau tidak langsung.

Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia
karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di perlukan antara lain untuk :

a.         Pertumbuhan Badan

b.        Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak

c.         Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh


d.        Di perlukan untuk berkembang biak

e.         Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas

Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di karenakan makanan tersebut


mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan yang mengandung racun , makanan
yang tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi karena makanan yang mengandung
mikroorganisme pathogen ( FOOD INFECTION )

2. Rumusan masalah

1. Apakah pengertian pada keracunan?

2. Apakah penyebab pada keracunan ?

3. Apakah patofisiologi pada keracunan ?

4. Apakah tanda dan gejala keracunan ?

5. Bagaimana penatalaksanaan keracunan ?

6. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada keracunan?

7. Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada keracunan ?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pada keracunan.

2. Untuk mengetahui penyebab pada keracunan.

3. Untuk mengetahui patofisiologi pada keracunan.

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala keracunan.

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan keracunan.

6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada keracunan.

7. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada keracunan


A. ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA KERACUNAN MAKANAN

1. Definisi

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu
dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )

Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan / minuman yang
terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)

2. Etiologi

Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai
yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :

1. Mikroba

Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :

a.    Escherichia coli patogen

b.    Staphilococus aureus

c.    Salmonella

d.   Bacillus Parahemolyticus

e.    Clostridium Botulisme

f.     Streptokkkus
2. Bahan Kimia

a.    Peptisida golongan organofosfat

b.    Organo Sulfat dan karbonat

3. Toksin

a.    Jamur

b.     Keracunan Singkong

c.    Tempe Bongkrek

d.   Bayam beracun

e.    Kerang

3. Patofisiologi

Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia,
mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga
terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual,
muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat .
Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi )
enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif.
Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya
akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala
rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp
( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP )
4. Manifestasi

1. Gejala yang paling menonjol meliputi

a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas

2. Keracunan ringan

a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis

3. Keracunan sedang

a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi

4. Keracunan berat

a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal

5. Penatalaksanaan

1. Tindakan Emergensi

 Airway        : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi


 Breathing    : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
 Circulasi      : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi
jaringan.

2. Resusitasi

Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan,
hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas
berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan
meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face
masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.

3. Identifikasi penyebab

Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha


mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan
penderita yang harus segera di lakukan.

4. Mengurangi absorbsi

Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan


merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan
membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi

Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis
multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus

6. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
2. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum (termasuk
kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
3. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
4. Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi,
takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi
elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah
keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan
elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.
ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien

a. Nama klien             :
b. Usia                         :
c. Jenis kelamin          :
d. Tanggal masuk       :
e. No. Register            :
f. Diagnosa medik      : 

2. Keluhan utama

Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen,muntah,pusing.

3. Airway

Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir, cepat dan dangkal

4. Breathing

Apakah gangguan pernafasan, Irama pernafasan,, Kedalaman ,RR.

5. Circulation

Tekanan Darah , Nadi, sianosis >, EKG menunjukkan sinus bradikardia.

6. Disability

Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2

7. Tingkat kesadaran somnolen.

8. Riwayat Kesehatan Sekarang

9. Riwayat Kesehatan Dahulu


10. Riwayat Kesehatan Keluarga

11. Anamnesa singkat

12. Pemeriksaan Fisik

Kepala,Mata ,Telinga Hidung,Wajah,Mulu, Leher, Dada,Abdomen

13.    Pemeriksaan tanda-tanda vital:

Tekanan darah, BB, RR,Suhu           

14. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum
b. Kesadaran menurun
c. Pernafasan
d. Nafas tidak teratur
e. Kardiovaskuler
f. Hipertensi, nadi aritmia.
g. Persarafan
h. Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
i. Gastrointestinal
j. Muntah, diare
k. Integumen
l. Berkeringat
m. Muskuloskeletal
n. Kelelahan, kelemahan
o. Integritas Ego
p. Gelisah, pucat 
q. Eliminasi
r. Diare
s. Selaput lendir
t. Hipersaliva
u. Sensori
v. Mata mengecil/membesar, pupil miosis

B. Diagnosa

1. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan

2. Pola nafas tidak efektif b.hambatan upaya napas

3. Defisit Nutrisi b.d ketidakmapuan mengabsorbsi nutrient

4. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin

C. Intervensi

1. Hipovolemia b.d Kekurangan intake cairan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan status

cairan membaik dengan kriteria hasil :

1. Frekuensi nadi membaik


2. Tekanan darah membaik
3. Tekanan nadi membaik
4. Membran mukosa membaik
5. Jugular Venous Pressure (JVP) membaik

Intervensi Rasional

1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui pola nafas,


hipovolemia (mis. Frekuensi dan keadaan dada saat bernafas
nadi meningkat, nadi teraba
lemah,tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering,
volume urine menurun,
hematocrit meningkat,lemah)
2. Monitor intake output dan 2. Agar dapat memilih tindakan
output cairan yang akan dilakukan

3. Untuk memberikan kenyamanan


3. Berikan posisi modified dan memberikan posisi yang
trendelenburg baik untuk melancarkan
respirasi

4. Kolaborasi pemberian cairan 4. Untuk mendapatkan terapi yang


IV isotonis sesuai

2.    Pola nafas tidak efektif b.hambatan upaya napas

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan pola napas
membaik dengan kriteria hasil :

1. Dispnea menurun
2. Penggunaan otot bantu napas menurun
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
4. Frekuensi napas membaik
5. Kedalaman napas membaik

Intervensi Rasional

1. Monitor pola napas 1. Untuk mengetahui kondisi klien


(frekuensi,kedalaman,usaha 2. Membantu pergarakan tubuh
napas) klien dan agar napas klien tetap
2. Pertahankan kepatenan jalan terbuka
napas dengan head tilt dan chin
lift (jaw thrust jika curiga
trauma servikal)
3. Posisikan semi fowler atau 3. Untuk membantu
fowler mempertahankan kestabilan pola
nafas dan Mempertahankan
kenyamanan, terutama pada pasien
yang mengalami sesak nafas
4. Untuk membantu penyembuhan
4. Berikan oksigen
klien

3.    Defisit Nutrisi b.d ketidakmapuan mengabsorbsi nutrient

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan status nutrisi
membaik dengan kriteria hasil :

1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat


2. Kekuatan otot pengunyah meningkat
3. Kekuatan otot menelan meningkat
4. Frekuensi makan membaik
5. Nafsu makan membaik
6. Membran mukosa membaik

Intervensi Rasional

1. Catat adanya muntah 1. untuk mengetahui frekuensi


cairan yang keluar pada saat
klien muntah
2. Berikan makanan dengan porsi 2. untuk membantu klien agar
sedikit tapi sering tidak kekurangan nutrisi

3. Berikan makanan halus, hindari 3. untuk membantu klien agar


makanan kasar sesuai indikasi dapat mencerna makanan
dengan lancar serta tidak lagi
4.  Kolaborasi pemberian antisida mengalami mual, muntah
sesuai indikasi 4. untuk mengurangi nyeri pada
abdomen

4.    Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan perfusi
perifer meningkat dengan kriteria hasil :

1. Denyut nadi perifer meningkat


2. Warna kulit pucat menurun
3. Pengisian kapiler membaik
4. Akral membaik
5. Turgor kulit membaik

Intervensi Rasional

1. Periksa sirkulasi perifer (missal 1. Untuk mengetahui kondisi


nadi perifer,edema pengisian umum klien,ekstremitas
kapiler,warna,suhu,ankle dingin,sianosis menunjukan
brachial index) penurunan perfusi jaringan
2. Monitor perubahan kulit 2. Untuk mengetahui perubahan
3. Kolaborasi dengan dokter dalam apakah terjadi sianoisi 
pemberian terapi antidotum 3. Obat antidot (penawar) dapat
mengakumulasi penumpukan
racun.

Anda mungkin juga menyukai