Anda di halaman 1dari 21

PENGORGANISASIAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

Rencana yang telah kita susun sedemikian rupa tidak akan ada artinya jika tidak
segera dilaksanakan. Pelaksanaan rencana tadi dilakukan dilakukan oleh satuan-
satuan kerja yang merupakan bagian dari organisasi. Mau tidak mau setelah dibuat
suatu rencana, langkah selanjutnya adalah pengorganisasian. Efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan kegiatan yang akan dikerjakan dipengaruhi oleh bagaimana
individu-individu dalam satuan kerja tadi bekerja secara maksimal sesuai tanggung
jawab dan wewenangnya. Untuk itu, pengorganisasian menjadi langkah penting
setelah kegiatan perencanaan.
Dalam pelayanan keperawatan, pengorganisasian dapat dilakukan mulai dari tingkat
atas sampai dengan tingkat ruangan.
A. Pengertian dan Hakikat Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai
tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan
setiap kelompok, dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat
dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal yang bertanggung
jawab mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan terhadap tugas,
wewenang, tanggung jawab, dan koordinasi kegiatan, baik vertikal maupun
horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus
dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan,
siapa yang melaporkan ke siapa, dan dimana dan kapan keputusan harus diambil
oleh perawat.
1. “siapa yang harus melakukan apa?”
Kalau berbicara tentang siapa yang harus melakukan apa, analisis
kebutuhan tenaga harus tepat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Hal yang kalah tidak penting berkaitan dengan tempat dan tugas dari
masing-masing individu yang ada di dalam organisasi. Hal-hal yang
menjadi pertimbangan guna menjawab pertanyaan siapa yang
melakukan apa, diantaranya menurut Siagian (2007) adalah : (1)
merumuskan klasifikasi jabatan; (2) analisis pekerjaan; (3) deskripsi
pekerjaan agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dengan berusaha menjawab pertanyaan siapa yang harus
melakukan apa, apa ini juga dapat dijadikan dasar unutuk melakukan
rekrutmen individu-individu yang memang sesuai dengan kualifikasi
dan kuantifikasi yang dibutuhkan sesuai hasil dari rumusan klasifikasi
jabatan, analisis pekerjaan, dan deskripsi pekerjaan.
2. “Siapa yang melapor ke siapa?”
Koordinasi dalam sebuah organisasi sangatlah penting, baik
yang bersifat vertikal maupun horizontal. Guna menciptakan
koordinasi antar-pos yang harmonis dan tidak sampai terjadi tumpang
tindih kegiatan, struktur harus dibuat dengan jelas dan dapat
menggambarkan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab
dari masing-masing pos.
3. “Siapa berhubungan dengan siapa, dan dalam hal apa?”
Interaksi antar inidividu menjadi salah satu kunci yang
menentukan lancar tidaknya roda organisasi pelayanan keperawatan.
Dengan interaksi, akan terjadi komunikasi antar=pos yang dapat
dijadikan alat untuk menyampaikan informasi, instruksi/perintah,
pengarahan, teguran, tukar/menukar informasi/pengalaman, koordinasi,
kerjasama, dan lain-lain.
Interaksi dalam suatu organisasi pelayanan keperawatan dapat
terjadi secara horizontal, vertikal maupun diagonal. Interaksi secara
horizontal dapat terjadi pada level yang sama, sebagai contoh antar-
kepala ruangan, antar-ketua tim, atau antar-perawat primer, dan antar-
perawat pelaksana. Sedangkan interaksi secara vertikal dapat terjadi
antara ketua tim/perawat primer. Interaksi secara diagonal dalam ruang
perawatan dapat terjadi antara perawat dan tim kesehatan yang lain
(dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain). Selain di atas,
komunikasi/interaksi yang terjadi dalam organisasi pelayanan
keperawatan adalah interaksi antara perawat dan pasien.
B. Tipe-tipe organisasi
Pengorganisasian dalam keperawatan harus menyesuaikan dengan metode
penugasan yang diterapkan dalam ruang perawatan. Berikut akan dijelaskan
beberapa tipe organisasi dilihat dari strukturnya.
1. Struktur organisasi secara umum
Struktur organisasi di ruangan menyesuaikan dengan metode penugasan
yang dijalankan di ruang perawatan. Akan tetapi, secara umum
organisasi dibagi menjadi tiga macam, antara lain sebagai berikut :
a. Organisasi lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia. Organisasi
lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat
perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan
organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan, segala
kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan
yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.
Bagan 1. Organisasi Lini
Organisasi ini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan
jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana yang terbatas, serta
tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi
lini mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat diambil
dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta
koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Sedangkan, kelemahannya
adalah keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin
yang benar-benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan
unsur manusiawi sering terabaikan. Berdasarkan penjelasan di atas,
organisasi lini sangat cocok diterapkan di ruang perawatan.
b. Organisasi staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini.
Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan
satuan organisasi staf yang berperan sebagai pembantu pimpinan.
Orang yang duduk dalam satuan organisasi staf adalah individu ahli
yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Hal ini terjadi
karena pimpinan organisasi mengahadapi permasalahan yang
kompleks dan kesulitan untuk memecahkan permasalahan yang ada
sehingga dibutuhkan orang yang sanggup dan mampu membantu
pimpinan dalam memecahkan masalah organisasi.Dalam organisasi
staf, fungsi staf hanyalah sebagai pembantu. Pengambilan keputusan
tetap berada di tangan pimpinan. Keuntugan organisasi staf adalah
pengambilan keputusan dapat lebih baik. Kerugiannya adalah
pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan organisasi lini.
c. Organisasi lini dan staf
Bentuk organisasi lini dan staf merupakan pengembangan dari
organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diplot
sebagai penasihat, tetapi staf juga diberikan tanggung jawab untuk
melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika
permasalahn organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya
diharapkan memberikan buah pikirnya, tetapi staf juga harus
membantu pelaksanaannya.
Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan lebih baik lagi
karena pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung
jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatiannnya
pada masalah yang lebih penting, serta pengembangan bakat dan kemampuan dapat
dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya
adalah pengambilan keputusan memakan waktu yang lebih lama lagi, dapat
menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui batas-batas
wewenangnya. Bagan organisasi lini staf dapat dilihat dalam gambar
berikut.Seperti disampaikan pada kalimat di atas, struktur organisasi pelayanan
keperawatan di ruang rawat menyesuaikan dengan metode penugasan yang
diterapkan. Berikut adalah bagan struktur organisasi pelayanan di ruang perawatan
yang mengacu pada model pemberian asuhan keperawatan.

STRUKTUR ORGANISASI
Sejak dahulu, bagian keperawatan menggunakan salah satu pola struktur berikut :
birokratik, ad hoc,matriks, datar, atau berbagai kombinasi yang disebutkan. Tipe
struktur yang digunakan dalam setiap fasilitas layanan kesehatan memengaruhi pola
komunikasi, hubungan, dan kewenangan.
Rancangan organisasi birokratik umumnnya disebut struktur garis atau
organisasi staf. Mereka yang memiliki kewenangan staff dapat disebut sebagai
organisasi staf. Kedua jenis struktur organisasi ini sering ditemukan dalam fasilitas
layanan kesehatan yang besar dan biasanya serupa dengan rancangan asli Weber
akan organisasi yang efektif.
Karena sebagian besar orang mengenal struktur ini, hanya sedikit kesulitan
yang dialami dalam mengorientasikan orang dengan organisasi ini. Dalam struktur
ini, kewenangan dan tanggung jawab didefinisikasn dengan jelas, yang mengarah
pada efisiensi dan kesederhanaan dalam hubungan. Bagan organisasi dalam Gambar
dibawah ini adalah struktur garis-dan-staf.
Rancangan formal ini memiliki beberapa kerugian. Rancangan ini sering
menghasilkan kemonotonan, mengisolasikan pekerja, dan membuat penyesuaian
secara cepat untuk memperbaiki kesulitan suatu situasi. Masalah lain dalam struktur
dan garis-dan-staf adalah kedekatannya dengan rantai komando komunikasi, yang
membatasi komunikasi ke atas. Pemimpin yang baik mendorong komunikasi ke atas
untuk memperbaiki kerugian ini. Namun, ketika posisi garis didefinisikasn dengan
jelas, keluar dari rantai komando untuk melakukan komunikasi ke atas biasanya
tidak efektif.
Rancangan ad hoc merupakan modifikasi struktur birokratis dan kadang kala
digunakan rancangan awal yang sementara untuk memfasilitasi penyelesaian proyek
dalam organisasi garis formal. Struktur ad hoc adalah sarana mengatasi
ketidakfleksibelan struktur garis dan bertindak sebagai jalan bagi profesional untuk
mengatasi semakin meningkatnya jumlah informasi yang tersedia. Struktur ad hoc
menggunakan pendekatan tim atau tugas proyek dan biasanya dibubarkan setelah
proyek selesai. Kerugian struktur ini adalah berkurangnya kekuatan dalam rantai
komando formal dan berkurangnya kesetiaan terhadap organisasi induk.
Struktur organisasi matriks dirancang untuk berfokus pada produk dan fungsi.
Fungsi dijelaskan sebagai semua tugas yang diperlukan untuk menghasilkan produk,
dan produk adalah hasil akhir fungsi. Sebagai contoh, hasil ahir yang memuaskan
dari masalah klien adalah produk, dan semua tindakan yang diperlukan untuk
menghasilkan hasil akhir adalah fungsi (Brooks, 1995).
Struktur organisasi matriks memiliki rantai komando vertikal dan horizontal
yang formal. Gambar dibawah ini menggambarkan struktur organisasi matriks dan
menunjukkan bahwa direktur perawatan ibu-anak dapat melapor ke wakil direktur
layanan ibu dan wanita (manajer produk) dan wakil direktur layanan keperawatan
(manajer fungsional). Meskipun terdapat peraturan formal yang lebih sedikit dan
beberapa tingkat hierarki, struktur matriks dapat menimbulkan kerugian. Misalnya,
dalam struktur ini, pengambilan keputusan lambat dilakukan karena perlunya
berbagai informasi, dan hal itu dapat menimbulkan kebingungan dan rasa frustasi
bagi para pekerja karena rancangan hierarki memiliki kewenangan-ganda.
Keuntungan utama sentralisasi keahlian sering kali lebih besar daripada
kompleksitas rancangan.
Organisasi garis layanan (service line organization) serupa dengan rancangan
matriks. Organisasi tersebut dapat digunakan pada beberapa institusi besar untuk
mengatasi sedikitnya jumlah perawat, yang merupakan hal yang umum terjadi pada
organisais birokratik besar tradisional. Garis layanan, kadang kala disebut organisasi
berpusat pada asuhan, berskala lebih kecil daripada sistem birokratik besar.
Misalnya, dalam rancangan organisasi ini, keseluruhan tujuan ditentukan oleh
organisasi yang lebih besar, tetapi garis layanan mengambil keputusan berdasarkan
proses yang digunakan untuk mencapai tujuan (Miller, et al.,2001).
Rancangan organisasi datar adalah upaya menghilangkan lapisan hierarki
dengan cara mendatarkan rantai skalar dan desentralisasi organisasi. Garis
kewenangan tetap dipertahankan, tetapi karena struktur organisasi dibuat datar, lebih
banyak kewenangan dan pengambilan keputusan

URAIAN TUGAS

1)Tugas pokok dan fungsi kepala ruang


Menurut Asmuji (2012), tugas pokok dan fungsi kepala ruang pada metode primer tidak
jauh berbeda dengan yang dilakukan pada metode penugasan tim seperti yang
disampaikan Keliat,
dkk, (2006) sebagai berikut :
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
 Menyusun visi, misi, dan filosofi.
 Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan
tahunan).
Fungsi Pengorganisasian
 Menyusun struktur organisasi.
 Menyusun jadwal dinas.
 Mambuat daftar alokasi pasien.
Fungsi Pengarahan
 Memimpin operan.
 Menciptakan iklim motivasi.
 Mengatur pendelegasian.
 Melakukan supervisi.
Fungsi Pengendalian
 Mengevaluasi indikator mutu.
 Melakukan audit dokumentasi.
 Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga pasien,
perawat, dan nakes lain.
 Melakukan survei masalah kesehatan/keperawatan.
b) Compensatory Rewand
 Melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana.
 Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf.
c) Hubungan profesional
 Memimpin rapat keperawatan.
 Melakukan rapat tim kesehatan
Selain menjalankan tugas di atas, ada salah satu tugas yang
harus dijalankan oleh kepala ruang adalah menjadi konsultan
jika perawat primer mengalami kendala dalam menjalankan
tugasnya.
4) Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Asosiat
a) Melaksanakan tindakan keperawatan
b) Menerima delegasi dari perawat primer
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE
KEPERAWATAN PRIMER
Kelebihan kelemahan
1. Akuntabilitas
2. Otonomi Dibutuhkan perawat yang
3. Advokasi benar-benar mempunyai
4. Kontinuitas
5. Komprehensif pengalaman, pengetahuan,
6. Komunikasi sikap, kemampuan (skill)
7. Koordinasi
8. Kolaborasi yang mumpuni.
9. Komitmen
10. Kepuasan pasien
11. Kepuasan perawta
12. Kepuasan dokter
13. Kepuasan rumah sakit
14. Penghargaan
15. Kesempatan untuk
mengembangkan diri
Tabel 6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Keperawatan
Primer

Selain pembuatan struktur organisasi, emnurut Kelliat,


dkk. (2006) kegiatan lain fungsi pengorganisasian dalam
ruang perawatan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Daftar Dinas
Daftar dinas merupakan bagian penting dalam
pengorganisasian yang berisi jadwal dinas (shift pagi,
siang, dan malam), perawat yang liburdan perawat
yang cuti. Dafta dinas ini biasanya dibuat untuk
kurun waktu dinas selama satu bulan. Pembuat daftar
dinas adalah kepala ruang yang dibantu ketua
tim/perawat primer.
2. Pembuatan Daftar Alokasi Pasien
Daftar alokasi pasien dibuat guna untuk mengetahui
jumlah dan nama pasien, jenis penyakit, dokter, serta
distribusi perawat terhadap pasien yang ada dalam
ruangan. Daftar pasien berisi nama pasien, dokter
yang bertanggung jawab, perawat dalam tim (jika
menerapkan metode penugasan tim), perawat yang
dinas, dan perawat yang bertanggung jawab tiap shift.
PEMBENTUKAN TEAM KERJA

A.Metode kasus
Metode kasus merupakan metode penugasan yang paling tua karena
metode ini adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang
pertama kali digunakan. Pada mentode ini, seorang perawat bertugas
dan bertanggung jawab merawat satu pasien selama periode dinas
(Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan di ruang perawatan
intensif. Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pasien Pasien Pasien

Pasien
Asuhan pasien total adalah model pengelolaan asuhan pasien
yang palin tua. Pada metode ini, perawat mengemban tanggung
jawab total untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang dikelola
selama waktu kerja mereka. Pada pergantian abad ke-19, asuhan
pasien total umumnya diberikan di rumah pasien, dan perawat juga
bertanggung jawab untuk memasak, membersihhkan rumah, dan
kegiatan lain yang khusus untuk pasien dan keluarga, selain asuhan
keperawatan tradisional (Nelson, 2000). Penting untuk diperhatikan
bahwa sebagian besar asuhan medis dan keperawatan untuk kelas
atas dan kelas menengah selama masa ini diberikan di rumah; rumah
sakit pada masa itu terutama digunakan untuk kaum miskin dan
sakit keras. Asuhan keperawatan pasien total kadang kala disebut
sebagai metode penugasan kasus karena pasien dikelola sebagai
kasus, hampir sama dengan keperawatan dengan tugas khusus yang
dilakukan saat ini (Marquis, 2013).
Selama masa depresi pada tahun 1930-an, orang tidak lagi
mampu membiayai perawtan di rumah dan mulai menggunakan
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang sebelumnya
diberikan oleh perawat dengan tugas khusus di rumah. Selama masa
itu, perawat dan mahasiswa adalah pemberi asuhan di rumah sakit
dan lembaga kesehatan umum. Seiring dengan pertumbuhan rumah
sakit selama tahun 1930-an dan 1940-an. Pemberian asuhan total
diteruskan sebagai cara utama pengelolaan asuhan pasien (Marquis,
2013).

memberikan otoritas dan tanggung jawab yang tinggi pada


perawat. Mengelola pasien adalah tindakan yang sederhana dan
langsung serta tidak membutuhkan perencanaan seoerti yang
dibutuhkan metode pemberian asuhan yang lain. Batas tanggung
jawab dan pertanggung jawaban jelas. Secara teori, pasien
mendapatkan asuhan yang holistikn dan tidak terpisah-pisah
selama waktu kerja
perawat (Marquis, 2013).
Namun, setiap perawat yang merawat pasien dapat
memodifikasi program asuhan tersebut. Oleh karena itu, jika ada
tiga kali pergantian jaga, pasien dapat memperoleh tiga pendekatan
asuhan yang berbeda, yang sering menimbulkan kebingungan pada
pasien. Agar dapat mempertahankan kualitas asuhan, metode ini
membutuhkan orang yang sangat terampil sehungga biayanya lebih
tinggi dibandingkan dengan bentuk asuhan pasien lainnya.
Pendukung metode ini membantah hal ini karena sebagian tugas
yang dilakukan oleh pemberi perawatan primer dapat diselesaikan
oleh orang lain yang kurang berlatih sehingga biayanya lebih murah
(Marquis, 2013).
Kerugian terbesar pemberian asuhan pasien total adalah
perawat tidak cukup terlatih atau dipersiapkan untuk memberikan
asuhan total kepada pasien. Dalam sejarah awala keperawatan,
hanya terdapat RN; saat ini, terdapat berbagai tenaga asuhan
keperawatan , banyak di antaranya yang tidak memiliki lisensi dan
pendidikan terbatas, melayani pasien. Selama masa kekurangan
tenaga keperawatan, banyak rumah sakit menugaskan petugas
perawatan kesehatan yang bukan RN untuk memberikan sebagian
besar asuhan keperawatan tersebut. Karena RN yang ditugaskan
bersama mungkin mempunyai beban pasien yang berat, kesempatan
yang ada untuk melakukan pengawasan kecil. Hal ini berpotensi
menimbulkan asuhan yang tidak aman (Marquis, 2013).
B.Metode fungsional
Metode penugasan fungsional merupakan metode pemberian
asuhan keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas dan
prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas utama metode ini adalah
pemenuhan kebutuhan fisik sehingga kurang memerhatikan
kebutuhan manusia secara holistik dan komprehensif (Asmuji,
2012).
Metode fungsional pemberian asuhan keperawatan terutama
berkembang sebagai akibat Perang Dunia II dan pembangunan
rumah sakit terjadi dengan pesat sebagai hasil Undang-Undang Hill-
Burton. Karena perawat sangat dibutuhkan di luar negeri dan di
rumah, kekurangan tenaga keperawatan terjadi dan petugas
tambahan diperlukan untuk membantu melakukan asuhan pasien.
Pekerja yang relatif tidak terlatih ini dilatih untuk melakukan tugas
sederhana dan mendapatkan kecakapan melalui pengulangan
tindakan. Petugas tersebut ditugaskan untuk menyelesaikan tugas
tertentu bukan untuk merawat pasien khusus. Contoh tugas
keperawatan fungsional adalah mengukur tekanan darah,
memberikan obat, mengganti seprai, dan memandikan pasien.
Perawat terdaftar menjadi manajer asuhan bukan sebagai pemberi
asuhan langsung dan “asuhan melalui orang lain” menjadi frase
yang digunakan untuk menyebut metode asuhan keperawatan
semacam ini (Marquis, 2013).

Bentuk pengelolaan asuhPaanskieepnerawatan semacam ini


dianggap bersifat sementara karena diasumsikan saat perang
berakhir, rumah sakit tidak membutuhkan petugas tambahan.
Namun, ledakan kelahiran bayi dan pertumbuhan populasi sebagai
hasilnya segera setelah Perang Dunia II menyebabkan negara
kekurangan tenaga perawat. Oleh karena itu, petugas kesehatan
mempunyai kategori baru, yaitu memperkerjakan orang dengan
berbagai tingkat keterampilan dan jenjang pendidikan. Saat ini,
sebagian besar organisasi keperawatan masih meneruskan praktik
memperkerjakan
petugas kesehatan dari banyak latar belakang pendidikan dan tingkat
keterampilan (Marquis, 2013).
Sebagian besar pemimpin mempertimbangkan keperawatan
fungsional sebagai cara hemat biaya dalam meberikan asuhan. Hal
ini berlaku jika kualitas asuhan dan perawatan holistik tidak
dianggap sebagai hal yang esensial. Salah satu keuntungan utama
keperawatan fungsional adalah efisiensinya, tugas diselesaikan
dengan cepat, dengan kebingungan tanggung jawab yang kecil.
Keperawatan fungsional memungkinkan pemberian asuhan dengan
jumlah perawat terdaftar yang minimal. Di banyak tempat, misalnya
ruang operasi, struktur fungsional tersebut dapat berjalan dengan
baik dan masih sangat banyak ditemukan. Fasilitas perawatan
jangka panjang juga sering menggunakan suatu pendekatan
fungsional untuk asuhan keperawatan (Marquis, 2013).
Baru-baru ini, semakin banyak petugas bantuan tidak berlisensi
(UAP, unlicensed assistive personal) yang diperkerjakan dalam
organisasi perawatan kesehatan. Banyak perawat manajer yang
meyakini bahwa memberikan tugas dengan keterampilan rendah
pada UAP memungkinkan perawat professional melakukan tugas
dengan keterampilan yang lebih tinggi dan akan jauh lebih
ekonomis; namun, hal ini belum terbukti (Huston, 1996). Sebagian
besar pimpinan modern pasti akan menyangkal bahwa mereka
sedang menggunakan keperawatan fungsional, meskipun
kecdenderungan memberikan tugas kepada petugas, daripada
memberikan bantuan petugas kepada perawat professional,
menyerupai metode keperawatan fungsional (Marquis, 2013).
Keperawatan fungsional cenderung mengarah ke asuhan yang
terpecah dan kemungkinan mengabaikan kebutuhan prioritas pasien.
Keperawatan fungsional juga dapat menimbulkan kepuasan kerja
yang rendah karena sebagian petugas merasa kurang tertantang dan
kurang dirangsang dalam melakukan peran mereka. Nelson (2000)
mengungkapkan bahwa keperawatan fungsional “mematikan”
proses keperawatan karena perawat yang terlatih sebagai klinisi
menjadi manajer asuhan pasien, dan bahwa mempertahankan asuhan
berpusat pada pasien dan individu adalah hal yang memiliki risiko.
Selain itu, keperawatan fungsional mungkin tidak efektif-biaya
karena banyaknya koordinator yang diperlukan. Petugas sering
hanya berfokus pada pekerjaan mereka sendiri dan kurang tertarik
pada keseluruhan hasil (Marquis, 2013).
Pada metode penugasan fungsional, seorang kepala ruang
membawahi secara langsung perawat-perawat pelaksana yang ada di
ruang tersebut. Metode ini menggambarkan bahwa satu-satunya
pemegang kendali manajerial dan laporan klien adalah kepala ruang,
sedangkan perawat lainnya hanya sebagai perawat pelaksana
tindakan.
Peran perawat pada metode ini adalah melakukan tindakan sesuai
dengan spesifikasi/spesialisasi yang dimilikinya. Setiap perawat
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan tindakan
keperawatan sebanyak satu atau dua jenis tindakan. Jenis tindakan
lainnya diberikan oleh perawat lainnya. Berdasarkan struktur di atas,
tergambar ada jelas bahwa ada pembagian tugas perawat, yaitu ada
perawat yang tugasnya hanya memberikan obat, ada perawat yang
tugasnya hanya merawat luka, dan lain-lain.
Namun demikian, guna mengurangi beban tanggung jawab kepala
ruang yang besar, pihak rumah sakit dapat memodifikasi struktur
tersebut dengan menempatkan wakil kepala ruang untuk membantu
tugas kepala ruang. Selain mengurangi beabn kerja kepala ruang,
dengan adanya wakil kepala ruang, harapannya dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pekerjaan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE FUNGSIONAL
Tabel 4. Kelebihandan Kelemhan Metode Fungsional
Kelebihan Kelemahan
1. Efisien,terutamauntukruangan yang 1. Kepala ruang kurang waktu un
mempunyai jumlah tenaga perawat yang memberikan masukan kepada m
minimal/sedikit. asuhan keperawatan yang
2. Perawat mempunyai keahlian / spesialisasi 2. terbaik Setiap perawat tidak
tindakan tertentu dapat m
3. asuhan secara komprehensif
4. Komunikasi antar perawat
sangat Prioritas hanya
5. kebutuhan
Pemberian fisik asuha ke
tidak komprehensifn
terfragmentasi
.
6. Kepuasan pasien sulit tercapai.
7. Kepuasan perawat selaku
asuhan sulit.

C.Metode Tim
Menurut Douglas (1992), metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang
mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan
dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut “ketua tim”. Selain itu,
Sitorus (2006) juga menyampaikan bahwa dengan metode penugasan tim, setiap anggota
kelompok/tim mempunyai kontribusi

dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga


Kepala Ruang
pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab tinggi.

TIM I TIM II
Ketua Tim Ketua Tim
Anggota Anggota
Tim Tim

Bagan. OPragasnieisnasi metode tim Pasien

Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif dan


efisien, tugas pokok dan fungsi masing-masing posisi harus jelas dan
dipahami oleh masing-masing personal perawat. Keliat, dkk (2006)
menguraikan secara rinci tugas pokok dan fungsi masing-masing
posisi yang tergambar dalam struktur organisasi metode penugasan
team sebagai berikut :
2) Kepala ruangan
a) Pendekatan manajemen
Fungsi Perencanaan
 Menyusun visi, misi, dan filosofi
 Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan
tahunan)
Fungsi Pengorganisasian
 Menyusun struktur organisasi
 Menyusun jadwal dinas
 Membuat daftar alokasi pasien
Fungsi Pengarahan
 Memimpin operan
 Menciptakan iklim motivasi
 Mengatur pendelegasian
 Melakukan supervisi
Fungsi Pengendalian
 Mengevaluasi indikator mutu
 Melakukan audit dokumentasi
 Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga pasien,
dan perawat.
 Melakukan survei masalah kesehatan/keperawatan
b) Compensatory Rewand
 Melakukan penilaian kerja ketua tim dan perawat
pelaksana
 Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf
keperawatan
c) Hubungan Profesional
 Memimpin rapat keperawatan
 Memimpin konferensi kasus
 Melakukan rapat tim kesehatan
 Melakukan kolaborasi dengan dokter
d) Asuhan keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
(disesuaikan dengan spesifikasi ruangan).
3) Ketua team
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
 Menyusun rencana jangka pendek (harian dan
bulanan).
Fungsi Pengorganisasian
 Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
 Membuat daftar alokasi pasien kepada perawat
pelaksana
Fungsi Pengarahan
 Memimpin pre-conference dan post-conference
 Menciptakan iklim motivasi di dalam timnya
 Mengatur pendelegasian dalam timnya
 Melakukan supervisi kepada anggota timnya.
Fungsi Pengendalian
 Melakukan observasi terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan kepada pasien yang dilakukan oleh
perawat pelaksana
 Memberikan umpan balik kepada perawat pelaksana
b) Compensatory Rewand
 Melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana
c) Hubungan Profesional
 Melakukan konferensi kasus
 Melakukan kolaborasi dengan dokter
d) Asuhan keperawatan
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
(disesuaikan dengan spsifikasi ruangan).
4) Perawat Pelaksana
a) Pendekatan manajemen
Fungsi Perencanaan
 Menyusun rencana jangka pendek (harian).
b) Asuhan keperawatan
 Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien (disesuaikan dengan spesifikasi ruangan).
Dengan melihat dan menyimak penjelasan di atas, secara jelas
terdapat perbedaan uraian tugas dari kepala ruang, ketua tim,
dan perawat pelaksana. Berdasarkan uraian di atas, tergambar
bahwa kepala ruang dan ketua tim menjalankan tugas
manajerial dan asuhan keperawatan, sedangkan perawat
pelaksana murni menjalankan asuhan keperawatan. Batasan
ini harus dipahami secara benar oleh masing-masing posisi
sebagai acuan untuk melaksanakan tugas limpah
(pendelegasian).
Seperti halnya metode penugasan yang lain, metode
penugasan tim mempunyai kelebihan dan kelemahan. Berikut
adalah kelebihan dan kelemahan metode penugasan tim.
\KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE TIM
Kelebihan Kelemahan
1. Pelayanan keperawatan yang 1. Kegiatan-kegiatan konfer
komprehensif waktu yang cukup l
2. Proses keperawatan dapat diterapkan.
kegiatan konferen tida
3. Metode tim memungkinkan dapat bekerja
dilaksanakan jika dalam
lebih efektif dan efisien.
k
4. Metode tim memungkinkan untuk dapat
2. Jika jumlah pera
bekerja sama antar-tim.
menyebabkan pre-confer
5. Metode tim memungkinkan tingginya
conference mungkin
kepuasan pasien terhadap pelayanan
dilaksanankan. Untuk
keperawatan.
6. Metode tim meningkatkan motivasi dan conference dan post-con
kepuasan perawat sebagai pemberi tim minimal terdiri dari d
pelayanan keperawatan.
D.Metode keperawatan primer
Metode keperawatan primer adalah suatu metode pemberian
asuhan keperawatan yang mempunyai karakteristik kontinuitas
dan komprehensif dalam pemberian asuhan keperawtan yang
dilakukan oleh seorang perawat yang bertanggung jawab dalam
merencanakan, melakukan, dan mengoordinasi pasien selama
pasien di rawat di ruang perawatan. Perawat yang bertanggung
jawab 24 jam atas pasien-pasiennya tadi disebut “perawt primer”.
Perawa primer biasanya bertanggung jawab antara 4-6 pasien.
Berikut akan dijelaskan secara rinci tugas pokok dan fungsi
masing-masing posisi pada struktur organisasi metode
keperawatan primer.
5) Tugas pokok dan fungsi perawat primer
a) Perawat primer menerima dan mengorientasikan pasien yang

masuk di ruang perawatan.


b) Perawat primer mengkaji secara komprehensif dan

merumuskan diagnosis keperawatan.


c) Perawat primermembuat rencana keperawatan (tujuan,

kriteria hasil, rencana tindakan, dan rasional).


d) Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi
dengan perawat lain dengan tenaga kesehatan yang lain atau
rencana yang telah dibuat.
e) Perawat primer mengadakan komunikasi dan koordinasi

dengan perawat
f) Perawat primer melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah

dicapai.
g) Perawat primer membuat rencana pulang pasien (termasuk

rencana penyuluhan).
h) Perawat primer melakukan rujukan kepada pekerja sosial

dan kontak dengan lembaga sosial di masyarakat.


i) Perawat primer membuat jadwal perjanjian klinik.
j) Perawat primer mengadakan kunjungan rumah.

Anda mungkin juga menyukai