Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

FUNGSI PENGORGANISASIAN KEPERAWATAN

Disusun Oleh:
NINA PUTRIYANA
433131420118022

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Horizon Karawang

Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang,


Jawa Barat 413116, Indonesia

2022
A. Pengertian dan hakekat pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan
koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan
horizontal/bawahan ( Depkes RI, 2001).

Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan


kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan
baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan
tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa
tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana
serta kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.

Berbicara tentang siapa yang harus melakukan apa maka analisis kebutuhan
tenaga harus tepat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal yang harus
menjadi pertimbangan guna menjawab pertanyaan siapa yang harus
melakuakan apa diantaranya menurut Siagian (2007) adalah 1) merumuskan
klasifikasi jabatan, 2) analisis pekerjaan, 3) diskripsi pekerjaan agar efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Koordinasi dalam sebuah organisasi sangatlah penting, baik yang bersifat


vertikal maupun horizontal. Untuk menciptakan koordinasi antar pos yang
harmonis dan tidak sampai tumpang tindih kegiatan, struktur harus di buat
dengan jelas dan dapat menggambarkan pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab dari masing-masing pos

Interaksi antar individu menjadi salah satu kunci yang menentukan lancar
tidaknya roda organisasi pelayanan keperawatan. Melalui interaksi akan
terjadi komunikasi antar anggota yang dapat dijadikan alat untuk
menyampaikan informasi, instruksi, perintah, teguran, berbagi pengalaman,
koordinasi, kerjasama dan lain lain. Interaksi dalam suatu organisasi
pelayanan keperawatan dapat terjadi secara horisontal, vertikal maupun
diagonal. Interaksi secara horizontal dapat terjadi pada level yang sama, misal
antar antar kepala ruang, antar ketua tim atau antar perawat primer. Interaksi
secara vertikal dapat terjadi antara ketua tim /perawat primer dan kepala
ruang, perawat pelaksana dan ketua tim/perawat primer. Interaksi secara
diagoanl dalam ruang keperawatan dapat terjadi antara perawat dan tim
kesehatan lain ( dokter, fisioterapis, ahli gizi, analis, dan lain lain).

B. Tipe- tipe organisasi


Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode
penugasan yang diterapkan di ruang perawatan. Baiklah berikut ini Anda
pelajari terlebih dahaulu beberapa tipe organisasi dilihat dari strukturnya.
Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini
mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan
yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi
pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di tangan
pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah
wewenang dan perintah. Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk
organisasi dengan jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana
terbatas, serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk
organisasi lini mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat
dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin,
serta koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Kelemahannya adalah
keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar
benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur manusiawi
sering terabaikan.
2. Organisasi staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi
staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi
sataf yang berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang yang duduk
dalam organisasi staf adalah individu ahli sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang mampu membantu
memecahkan masalah organisasi. Pengambilan keputusan berada di
tangan pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan
lebih baik, kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu
yang lebih lama.
3. Organisasi lini dan staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi
ini, staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga
diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut.
Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat
kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide tetapi juga harus
melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan
keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab
pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan perhatian
pada masalah yang lebih penting serta pengembangan bakat dan
kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja
yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan memakan
waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf
tidak mengetahui batas batas wewenangnya.
Sebelum kita diskusikan struktur pengorganisasian kerja berdasarkan
metode penugasan yang digunakan di ruang rawat keperawatan, marilah
kita diskusikan lebih dahulu tentang kegiatan apa saja terkait dengan
pengorganisasian dalam manajemen keperawatan.

C. Kegiatan pengorganisasian manajemen keperawatan


Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan yang
biasa dilakukan oleh manajer keperawatan adalah seperti berikut ini:
1. Mengelompokkan dan membangi kegiatan yang harus dilakukan oleh
staf dibagi habis sesuai kompetensi dan tanggung jawabnya
2. Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar
komunikasi baik dan mendukung kegiatan srhari hari
3. Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan secara
sukarela dan optimal tanpa ada rasa curiga antar perawat

D. Tujuan pengorganisasian
Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan pengorganisasian dalam manajemen
keperawatan sebagai berikut:
1. Pencapaian tujuan organisasi
2. Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien
3. Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang efektif antara
perorangan dan kelompok.
4. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui
penyusunan struktur organisasi yang baik
5. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat
6. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif
melalui supervisi.
7. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi
dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting. (Swansburg &
Swansburg, 1999).

E. Prinsip-prinsip pengorganisasian manajemen keperawatan


Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam mencapai tujuan
organisasi, ada empat prinsip yang harus Anda perhatikan. Ada empat prinsip
tersebut adalah:
1. Pembagian kerja.
2. Pendelegasian tugas,
3. Koordinasi dan
4. Manajemen waktu.

Berikut ini penjelasan masing-masing prinsip dalam pengorganisasian yang


penting Anda perhatikan, yaitu:
1. Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis
kepada semua staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk
mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk menghindari kesalahan maka
manajer perawat hendaknya mengerti karakteristik tugas, tanggung jawab
dan wewenang stafnya. Job description, pengembangan prosedur dan
deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu pembagian kerja.
2. Pendelegasian, menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung jawab
kinerja atas suatu tugas dari satu individu kepada individu lain sedangkan
pertanggung jawaban tetap tergantung hasilnya. Pendelegasian tugas
merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk
melakukan tindakan dengan batas kewenangan tertentu, Dalam
pendelegasian mengandung unsur mentoring dan regenerasi yang baik
atau alami serta memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya yang
efektif dan efisien dengan kemampuan terbatas.
3. Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan
dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada
atau irama yang sama sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap
dan penyesuaian antar tenaga yang ada di tempat kerja. Koordinasi
efektif bisa dilakukan dengan cara :
a. membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun
bawahan,
b. membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre dan post
conferent),
c. melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan,
d. membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam semua
kegiatan sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat
4. Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk
melakukan aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu merupakan
capaian keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil dalam mengelola
waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang efektif dengan cara :
a. Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori
kegiatan,
b. memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada,
c. menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan
tidak mendesak/rutin,
d. mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan

F. Metode pelayanan keperawatan


Pengeorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu pada metode
asuhan keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
metode yang digunakan dan bentuk struktur pengorganisasian kerja yang
digunakan supaya efektif dan efisien.
1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang
perawat dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang
ada di unit tersebut. Metode ini berkembang ketika perang dunia II,
akibat kurangnya perawat profesional, maka banyak direkrut tenaga
pembantu perawat. Mereka dilatih minimal cara merawat, diajarkan tugas
yang sederhana dan berulang seperti menyuntik, ukur tekanan darah,
mengukur suhu, merawat luka dan sebagainya. Awalnya hal tersebut
bersifat sementara, karena keterbatasan tenaga perawat yang ada, namun
dalam kenyataannya hal tersebut tetap bertahan sampai saat ini ,
khususnya di Indonesia.
Contoh: Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital serta penyuapi pasien.dan Perawat C
bertugas untuk merawat luka dan sebagainya.
Keuntungan :
a. Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu
b. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
tugas
c. Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurang berpengalaman untuk satu tugas sederhana.
d. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian :
a. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak memungkinkan
untuk melakukan keperawatan secara holistik
b. Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan klien
dan melaksanakan pekerjaan non keperawatan.
c. Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit
diidentifikasi kontribusi terhadap pelayanan.
d. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai ketrampilan
saja.

2. Model Asuhan Keperawatan Tim


Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat
kepada sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian
tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim.
Selain itu Ketua Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya
sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan
klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
mengalami kesulitan.
Berikut ini bentuk pengorganisasian manajemen keperawatan dengan
metode tim di ruang perawatan.

Dalam Struktur pengorganisasian kerja dengan model Tim tergambar


bahwa sekelompok pasien diasuh oleh 1 tim perawat. Setiap tim akan
memiliki anggota tim yang terdiri dari beberapa perawat untuk mengasuh
beberapa pasien yang menjadi kelolaan yang konsisten mulai masuk
sampai keluar RS.
3. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama periode
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan
keperawatan klien.
Berikut ini keuntungan dengan kerugian metode tim dalam pengelolaan
pelayanan/ asuhan keperawatan
Dalam gambar terlihat bahwa satu perawat bertanggung jawab mengasuh
beberapa pasien, contoh perawat B mengelola 3 pasien dan bertanggung
jawab kepada Kepala Ruang demikian juga perawat A dan C akan
mempunyai pasien kelolaan. Sedikit berbeda dengan tim, perawat
anggota mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan kepada ketua
tim. Model alokasi memungkinkan perawat bertanggungn jawab
langsung kepada kepala ruang.
4. Model Asuhan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat
terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Metode ini
dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung jawab meliputi pengkajian
pasien, perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari
sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini
merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat
asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien. Pengkajian dan menyusun
rencana asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat
primer, dan perawat assosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan
keperawatan dalam tindakan keperawatan.

Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi


tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat profesional
(Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai pengkajian, penentuan
diagnosa, membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi.
Dalam kegiatan implementasi perawat primer dibantu oleh perawat
assosiete. Jadi peran perawat assosiate adalah membantu saat
pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien
selama 24 jam
5. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model asuhan
keperawatan primar dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (perawat trampil)
untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang,
disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini
diperlukan perawat yang berpengetahuan, trampil dan memiliki
kemampuan memimpin. Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien. Semua
model di atas dapat digunakan untuk mengorganisasikan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai situasi dan kondisi ruangan,
jumlah perawat serta kemampuan perawat yang ada. Jumlah perawat
yang ada harus seimbang sesuai dengan jumlah klien. Selain itu kategori
pendidikan tenaga keperawatan yang ada perlu diperhatikan sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab yang akan dibebankan

G. Fungsi manajemen keperawatan


1. Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya
akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan
pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning
adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan
dan siapa yang melakukannya.

Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses


untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih
efektif
3) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
7) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap dalam perencanaan :
1) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
3) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
4) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai.
5) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
6) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c. Jenis Perencanaan
1) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan
dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan
pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk
melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan
melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.
Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk
uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi
keperawatan.
2) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur
yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian
tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab
untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara
menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk
mengevaluasi perawatan pasien.

Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana


tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah
ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari
kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan
rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
d. Manfaat Perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
2) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan
3) Memudahkan kordinasi
4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
5) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami
7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8) Menghemat waktu dan dana
e. Keuntungan Perencanaan
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Kelemahan Perencanaan
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam
rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 2004).

Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai


rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi
segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
3) Pendelegasian wewenang.
4) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang.
3. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan
jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu
(Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen
pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff,
penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem
Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK).
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam
jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua
pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam
setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau
rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff
keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana
departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi
oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang
diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde,
jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan
akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang
diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.

Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi


keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk
mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi
dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan
program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.

Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip


rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan
sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan
melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah
untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika
mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan
salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi
waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu
dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya.
Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan
metode lain yang biasa.
4. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan
perusahaan yang nyata.

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan


manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi
dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg
(2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi
dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk
kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan
pimpinan atau usulan bersama.

Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus


mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak
membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan
organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka
mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.

Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya


kepemimpinan yaitu :
a. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat
agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
b. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan
pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan
demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
c. Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan
pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut
membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap
orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan
karyawan frustasi.
d. Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan
perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya,
mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat
lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat
keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
5. Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat
dengan fungsi yang lainnya.

Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi


sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan
untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki
(Fayol, 1998).

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk


menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu


dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2 Bahasan
Indonesia), Jakarta : EGC

Depkes. (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi ke-1, Direktorat
Pelayanan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen
Kesehatan. Jakarta : Depkes RI

Gillies, D.A. (1994). Nursing Management: a system approach (3th Edition). Philadelpia:
W.B. Saunders

Komite Keperawatan RSUD Ibnu Sutowo. (2004). Pedoman Model Praktek Keperawatan
Profesional Yang disederhanakan (MPKPs). Baturaja OKU: RSUD Ibnu Sutowo

Mugianti, S. (2016). Mnajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Jakarta:


Pusdik SDM Kesehatan

Nursalam. (2001). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Edisi I. Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika

Priharjo, R (1995), Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum. Jakarta :
EGC

Rahmulyono. A. (2008). Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien


Puskesmas Depok I Sleman, Fakultas Ekonomi. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia

Surjawati. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan. Disampaikan


dalam Seminar Nasional Persi. Jakarta

Swansburg, R.C. (1995). Nursing Staff Development. Jones and Bartlett Publisher, Toronto

Urrahman, Zhiyya. (2009). Manajemen Budgeting dan Logistik Keperawatan. Dibuka pada
website http://srigalajantan.wordpress.com/2009/11/19/88/ pada tanggal 01 Maret
2020

Wiyana, Muncul. (2008). Membangun Pribadi Caring Perawat. Dibuka pada website
www.uii.ac.id pada tanggal 01 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai