MANAJEMEN KEPERAWATAN
“Konsep Dasar Pengorganisasian Dalam Manajemen
Keperawatan ”
OLEH :
Puja Junia Faselfa
(183310818)
DOSEN PEMBIMBING :
Efitra, S.Kp.M.Kep
penulis
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi manajemen setelah perencanan selanjutnya adalah pengorganisasian, merupakan
fungsi manajemen yang memiliki peranan penting seperti halnya perencanaan. Melalui
fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya baik manusia maupun bukan manusia yang
dimiliki oleh suatu organisasi atau institusi diatur penggunaannya agar efektif dan
efisien sehingga tujuan organisasi tercapai.
Efektivitas dan effisiensi pelaksanaan kegiatan setelah suatu rencana dibuat, dipengaruhi
oleh bagaimana individu-individu yang ada dalam satuan kerja bekerja secara maksimal
sesuai tanggung jawab dan wewenangnya, untuk itu pengorganisasian menjadi langkah
penting setelah kegiatan perencanaan.
Dalam pelayanan keperawatan, pengorganisasian dapat dilakukan mulai dari tingkat atas
sampai dengan tingkat ruangan, sedangkan dalam topik ini, pengorganisasian yang akan
dibahas hanya pada tingkat ruang rawat inap. Dalam membuat perencanaan, seorang
manajer harus menyusun pengorganisasian personil agar dapat dilaksanakan rencana
secara efektif dan efisien. Dalam pengorganisasian, termasuk di dalamnya adalah
penyusunan struktur organisasi formal sebagai sarana mengkoordinasi sumber-sumber
untuk mencapai tujuan, menetapkan kebijakan dan prosedur, serta menentukan posisi dan
deskripsinya. Pengorganisasian pelayanan penting untuk menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi. Pengorganisasian ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan
organisasi untuk mencapai tujuannya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar pengorganisasian dalam manajemen keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
3
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari pengorganisasian dalam manajemen
keperawatan.
b. Untuk mengetahui tujuan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan.
c. Untuk mengetahui prinsip pengorganisasian dalam manajemen keperawatan.
d. Untuk mengetahui berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan
e. Untuk mengetahui perbedaan budaya dan iklim organisasi
f. Untuk mengetahui implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang
rawat dan puskesmas :kewenangan klinik perawat
BAB II
4
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan unit
kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan ( Depkes RI, 2001). Menurut
Hersey dan Blanchard (1997) dalam La Monica (1998) pengorganisasian adalah
kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan individu, menetapkan mana
pekerjaan yang masuk dalam kelompok manajer mencari metode dan proses agar
pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan kegiatan
terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun
horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang
harus melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke
siapa, dan di mana serta kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.
Berbicara tentang siapa yang harus melakukan apa maka analisis kebutuhan tenaga
harus tepat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal yang harus menjadi
pertimbangan guna menjawab pertanyaan siapa yang harus melakuakan apa diantaranya
menurut Siagian (2007) adalah 1) merumuskan klasifikasi jabatan, 2) analisis pekerjaan,
3) diskripsi pekerjaan agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Mugiarti, 2016)
B. TUJUAN PENGORGANISASIAN
Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan pengorganisasian dalam
manajemen keperawatan sebagai berikut:
1. Pencapaian tujuan organisasi
2. Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien
3. Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang efektif antara
perorangan dan kelompok.
4. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui
penyusunan struktur organisasi yang baik
5. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat
5
6. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui
supervisi.
7. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi
dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting. (Swansburg &
Swansburg, 1999) (Mugiarti, 2016)
1. Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua
staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan pekerjaan tertentu.
Untuk menghindari kesalahan maka manajer perawat hendaknya mengerti
karakteristik tugas, tanggung jawab dan wewenang stafnya. Job description,
pengembangan prosedur dan deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu
pembagian kerja
2. Pendelegasian, menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung jawab kinerja atas
suatu tugas dari satu individu kepada individu lain sedangkan pertanggung jawaban
tetap tergantung hasilnya. Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas
kewenangan tertentu, Dalam pendelegasian mengandung unsur mentoring dan
regenerasi yang baik atau alami serta memiliki nilai bagaimana mengelola sumber
daya yang efektif dan efisien dengan kemampuan terbatas, Menurut Rose K.N
(2008) dalam Kurniadi, 2013 pendelegasian yang baik harus melihat The five right
of delegation meliputi : tugas/pekerjaan, lingkungan sekitarnya, orang yang ditunjuk,
adanya pengarahan/ komunikasi yang baik dan dilakukan supervisi atau evaluasi
3. Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak
yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama
sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga
yang ada di tempat kerja. Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara : 1)
membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun bawahan, 2)
6
membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre dan post conferent), 3)
melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan, 4) membuat
pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam semua kegiatan sebagai bukti
tanggung jawab dan tanggung gugat
4. Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan aktivitas
apa saja. Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian keberhasilan seseorang.
Agar dapat berhasil dalam mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu
yang efektif dengan cara : 1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal
dan kategori kegiatan, 2) memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang
ada, 3) menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak
mendesak/rutin, 4) mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan
(Mugiarti, 2016)
Struktur organisasi dan tata kerja RSU pemerintah diatur dalam SK Menkes RI No. 134 /
Menkes / SK / IV/ 78 tahun 1978 yang berlaku untuk RS Umum kelas A, B, dan C yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
Rincian tugas :
a. Direktur rumah sakit mempunyai tugas : memimpin, mengawasi, dan
mengkoordinasikan tugas - tugas rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang -
undangan yang berlaku.
Direktur rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
- Unsur bantuan kepemimpinan : para wakil direktur
- Unsur bantuan administrasi : kepala bagian sekretariat
7
- Unsur bantuan pelaksanaan keuangan : bidang keuangan
- Unsur bantuan fungsional : kepala unit pelaksana fungsional.
d. unit pelayanan rehabilitasi
8
e. Instalasi
9
Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu
organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam
organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan (Owens,
1991). Sedangkan Sonhadji dalam Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi
adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan
keyakinan terhadap organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan
terhadap organisasi. Sementara Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi
berkenaandengankeyakinan, asumsi, nilai, normanorma prilaku, ideology, sikap, kebia
saan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi (dalam hal ini termasuk
organisasi universitas swasta).
2. Iklim Organisasi
Owens (1991) menyatakan bahwa “organizational climate is the study of perceptions that
individual have of various aspect of the environment in the organization”. Dengan
demikian pengkajian iklim organisasi dapat dilakukan dengan menggali data dari persepsi
individu yang ada dalam organisasi. Taguiri dan Litwin dalam Soetopo (2010)
mengartikan iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang
dialami oleh anggotanya, mempengaruhi prilakunya dan dapat dideskripsikan dengan
nilai-nilai karakteristik organisasi. Dengan penegrtian ini, Miner (1998) menyarikan
aspek- aspek definisi iklim organisasi sebagai berikut :
a. Iklim organisasi berkaitan dengan unit yang besar yang mengandung cirri
karakteristik tertentu.
b. Iklim organisasi lebih mendiskripsikan suatu unit organisasi daripada menilainya.
c. Iklim organisasi berasal dari praktik organisasi, dan
d. Iklim organiasasi mempengaruhi prilaku dan sikap aggota organisasi.
Dalam kaitannya dengan iklim organisasi, Steers dalam Soetopo (2010) menyatakan
bahwa iklim organisasi dapat dilihat dari dua sisi pandang yaitu (1) iklim organisasi
dilihat dari persepsi para anggota terhadap organisasinya, (2) iklim organisasi dilihat dari
hubungan antara kegiatan-kegiatan organisasi dan perilaku manajemennya.
10
a. Otonomi individu yaitu kadar kebebasan, tanggung jawab dan kesempatan individu
untuk berinisiatif dalam organisasi
b. Struktur yaitu kadar peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk mengontrol
prilaku pegawai
c. Dukungan yaitu kadar bantuan dan keramahan manajer kepada pegawai
d. Identitas yaitu kadar kenalnya anggota terhadap organisasinya secara keseluruhan,
terutama informasi kelompok kerja dan keahlian profesionalnya
e. Hadiah performansi yaitu kadar alokasi hadiah yang didasarkan pada criteria
performansi pegawai
f. Toleransi konflik yaitu kadar konflik dalam hubungan antar sejawat dan kemauan
untuk jujur dan terbuka terhadap perbedaan
g. Toleransi resiko yaitu kadar dorongan terhadap pegawai untuk agresif, inovatif dan
berani menanggung resiko.
Halpin sebagaimana dikutip Soetopo (2010) membagi komponen iklim organisasi
berdasarkan karakteristik kelompok sebagai berikut :
a. Disengagement atau ketidakikutsertaan, yaitu suatu kadar dimana staf atau
bawahan cenderung tidak terlibat dan tidak commite terhadap pencapaian
tujuan organisasi.
b. Hindrance atau halangan, yaitu mengacu pada perasaan para staf bahwa
pimpinan membebani mereka dengan tugas yang memberatkan pekerjaan mereka.
c. Esprit atau semangat, yaitu mengacu pada semangat kerja karena terpenuhinya
kebutuhan social dan rasa punya prestasi dalam pekerjaan.
d. Intimacy atau keintiman, yaitu kadar kekohesifan antar staf dalam organisasi.
11
f. Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
g. Melakukan pelaporan dan mendokumentasian
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur organisasi ruang rawat
untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal
maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung
jawab serta tanggung gugat. Bentuk organisasi dapat pula disesuaikan dengan
pengelompokkan kegiatan atau sistem penugasan yang digunakan.
b. Pengelompokkan Kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus diselesaikan
untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi
tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas
pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta sesuai
dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode
penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan
klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya dalam upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian
tujuan dan merupakan tugas menejer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi,
mengarahkan dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi,
12
komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat.
Dalam upaya mecapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam hal ini kepala
ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan
kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien,
sehingga kepala ruangan perlu mengkatagorikan klien yang ada diunit kerjanya.
Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan atas : Tingkat pelayanan keperawatan
yang dibutuhkan klien, misalnya keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total atau
intensif. Usia misalnya anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang
dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang dilakukan,
misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa rumah sakit ini pengelompokkan klien
didasarkan atas kombinasi kategori diatas.
Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode penyusunan
keperwatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai
dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien yang menjadi
tanggung jawabnya.
B. WEWENANG
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana diruang rawat inap mempunyai
wewenang sebagai berikut :
1. Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan.
2. Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien / keluarga pasien sesuai
kemampuan dan batas kewenangannya.
13
C. URAIAN TUGAS
1. Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya, menerima pasien baru
sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
2. Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan
siap pakai.
3. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawata
n sesuai batas kewenangannya.
4. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
5. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas
kemampuannya, antara lain :
a. Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan.
b. Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakitnya.
6. Melatih / membantu pasien untuk melakukan latihan gerak.
7. Melakukan tindakan darurat kepada pasien ( antara lain panas tinggi, kolaps,
pendarahan, keracunan, henti nafas dan henti jantung ), sesuai Protap yang berlaku.
Selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter ruang
rawat inap / dokter jaga.
8. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya.
9. Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat
berdasarkan hasil observasi tersebut, sesuai batas kemampuannya.
10. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan upaya
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
11. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai
jadwal dinas.
12. Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala Ruang Rawat Inap.
13. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan, antara lain
melalui pertemuan ilmiah dan penataran atas izin/ persetujuan atasan.
14. Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat
dan benar sesuai Standar Asuhan Keperawatan.
15. Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun
tertulis, pada saat penggantian dinas.
16. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan pasien mengenai :
14
· Program diet.
· Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaannya.
· Pentingnya pemeriksaan ulang di rumah sakit, puskesmas atau institusi
kesehatan ini.
· Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat, makanan yang bergizi atau
bahan pengganti sesuai dengan keadaan sosial ekonomi.
17. Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan, seperti : Rollstel,
Tongkat penyangga, Protesa.
18. Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di rumah misalnya :
Merawat luka, Melatih anggota gerak
19. Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi :
Menyediakan formulir untuk penyelesain administratif , seperti : Surat ijin pulang,
Surat keterangan istirahat sakit, Petunjuk diet, Resep obat untuk dirumah, jika
diperlukan, Surat rujukan atau pemeriksaan ulang dan lain-lain.
BAB III
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan
unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan ( Depkes RI, 2001).
Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam mencapai tujuan
organisasi, ada empat prinsip yang harus Anda perhatikan. Ada empat prinsip
tersebut adalah: 1) Pembagian kerja. 2) Pendelegasian tugas, 3) Koordinasi dan 4)
Manajemen waktu.
B. Saran
Berbicara tentang siapa yang harus melakukan apa maka analisis kebutuhan tenaga
harus tepat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal yang harus menjadi
pertimbangan guna menjawab pertanyaan siapa yang harus melakuakan apa
diantaranya menurut Siagian (2007) adalah 1) merumuskan klasifikasi jabatan, 2)
analisis pekerjaan, 3) diskripsi pekerjaan agar efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Mugiarti, S. (2016). Manajemen dan kepemimpinan dalam praktek
keperawatan. Pusdik SDM Kesehatan, 148, 148–162.
2. Gillies, D. A. ( 1989 ). Nursing Management, A System Approach.WB Saunders
3. Prayitno, Subur. ( 1997 ). Dasar - dasar administrasi kesehatan masyarakat. Airlangga
University Press. Surabaya.
4. Prayitno, Subur. ( 2000 ). Administrasi Rumah Sakit di Indonesia. FKUA. Surabaya.
5. Sullivan, E.J.et al. ( 1990 ). Management and Leadership for Nurse Manager. Jones
and Barlett Publisher. Boston.
6. Swanburg, C Russel. ( 2000 ). Pengantar Kepemimpinan dan Manjemen Untuk
Perawat Klinis. EGC. Jakarta
7. Dasar-dasar organisasi / oleh Sutarto - Cet.18 - Yogyakarta Gajah Mada University
Press, 1998
8. Makmur, H. 2007. Patologi Serta Terapinya dalam Ilmu Administrasi dan Organisasi.
Bandung : PT. Refika Aditama
9. Atmosudirdjo, Prayudi. (1999).Desain Serta Struktur Organisasi. Jakarta: STIA, LAN
Press.
17