Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

( Struktur Organisasi Keperawatan)

DISUSUN OLEH:

DEWI FITRIA RAHMI(20190023)

DHEA PUTRI KHAIRANI(20190001)

ZULWIRA NESA(20190011)

RENDA MAULINA NINGSIH(20190041)

GEBBY YANA SHALWA(20190033)

DOSEN PENGAMPU:Silvy Nezi Azwita,S.Kep.MM

PROGRAM D-III ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul tentang “Struktur Organisasi Keperawatan”. Dan juga penulis berterima kasih kepada
Ibu Silvy Nezi Azwita,S.Kep.MM selaku Dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Bukittinggi,28 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………….......………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..........3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..4
A.LATAR BELAKANG………………………………………………………………………...4
B.RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………...4
C.TUJUAN PENULISAN…………………………………………….…………………………5
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………...6
1.PENGERTIAN PENGORGANISASIAN……………………………………………………..6
2.LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN………………………………………….6
3.TIPE-TIPE ORGANISASI…………………………………………………………………….7
4.STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN……………………………8
5.SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PELAYANAN
KESEHATAN/KEPERAWATAN…………………………………………………………….....9

6.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM


ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN…………………………………………….10

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………...…11

A.KESIMPULAN……………………………………………………………………….…….....11

B.SARAN………………………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….…12
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rencana yang telah kita susun sedemikian rupa tidak akan ada artinya jika tidak segera
dilaksanakan. Pelaksanaan rencana tadi dilakukan oleh oleh satuan-satuan kerja yang merupakan
bagian dari organisasi. Mau tidak mau setelah dibuat suatu rencana, langkah selanjutnya adalah
pengorganisasian. Efektivitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan yang akan dikerjakan
dipengaruhi oleh bagaimana individu-individu yang ada di dalam satuan kerja tadi bekerja secara
maksimal sesuai tanggung jawab dan wewenangnya. Untuk itu, pengorganisasian menjadi
langkah penting setelah kegiatan perencanaan.
System didefinisikan sebagai sebuah kelompok individu yang berinteraksi secara
berkesenambungan, memiliki hubungan yang saling tergantung (interdependensi) satu sama
lainnya di bawah kumpulan peraturan, ide, prinsip, dan dokrin yang umumnya dimaksudkan
untuk menjelaskan susunan dari keseluruhan organisasi (Webster, 1977). System adalah
kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang majemuk,
yang masing-masing bagian bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran
kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula. System juga diartikan sebagai suatu kesatuan
yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang
dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sumijatun, dkk, 2005).
Dalam keperawatan system lebih terfokus pada pengorganisasian, interaksi, interdependensi
dan integrasi dari bagian-bagian dan elemen yang ada. Organisasi pelayanan kesehatan biasa
dipandang sebagai sebuah system dengan sub-sistem individu dan grup atau kelompok profesi
yang secara bersama-sama bekerja untuk mencapoai tujuan yang disepakati. Pemahaman dan
komitmen tentang kekompakan kelompok menjadi penting dan sangat berpengaruh pada proses
pencapaian tujuan tersebut, oleh karena itu pola interaksi yang efektif harus diciptakan diantara
individu atau grup baik internal maupun ekternal maupun eksternaldari system yang telah ada.
Keperawatan sebagai ilmu terus berkembang, beberapa upaya perbaikan pelayanan disetiap
tatanan kesehatan telah dilaksanakan termasuk pada tindakan di lapangan, serta menggunakan
model-model dalam system manajemen pelayanan dan pembuatan keputusan yang terkait dengan
pasien, walaupun demikian para manajer keperawatan masih menganggap bahwa hasil kurang
optimal, sehingga  upaya-upaya lainnya terus dilakukan untuk peningkatan kualitas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pengorganisasian ?
2. Jelaskan langkah-langkah pengorganisasian ?
3. Sebutkan tipe-tipe pengorganisasian ?
4. Jelaskan Struktur Organisasi Pelayanan Keperawatan
5. Deskripsikan Saluran komunikasi dalam organisasi pelayanan kesehatan/keperawatan ?
6. Sebutkan Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi dalam organisasi
Pelayanan Keperawatan ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat menjelaskan pengertian pengorganisasia
2. Dapat menjelaskan langkah-langkah pengorganisasian.
3. Dapat menyebutkan tipe-tipe pengorganisasian.
4. Dapat menjelaskan Struktur Organisasi Pelayanan Keperawatan.
5. Dapat mendeskripsikan Saluran komunikasi dalam organisasi pelayanan
kesehatan/keperawatan.
6. Dapat menyebutkan Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi dalam
organisasi Pelayanan Keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

1.PENGERTIAN PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif,
penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan setiap kelompok, dan
menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik cara vertical
maupun horizontal yang bertanggung jawab mencapai tujuan organisasi (Swansburg, 1993).
Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan terhadap tugas, wewenang,
tanggung jawab dan koordinasi kegiatan, baik vertical maupun horizontal yang dilakukan oleh
tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-
tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas
dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana dan kapan keputusan harus
diambil oleh seorang perawat.
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas,
kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian,1983 dalam Juniati).
Pengorganisasian adalah proses pengelompokan orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan
dan tanggung jawab yang seimbang dan sesuai dengan rencana operasional sehingga suatu
organisasi dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Subur, 1997).
Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu :
1.Adanya tujuan bersama
2. Adanya kerjasama dua orang atau lebih
3. Adanya pembagian tugas
4.Adanya kehendak untuk bekerja sama

2.LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN
1.Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah di susun pada saat fungsi
perencanaan.
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
3.Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis (elemen kegiatan).
4.Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya.
5. Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan mendapatkan staf yang dipandang mampu
melaksanakan tugas.
6.Mendelegasikan wewenang dalam pembagian tugas harus diperhatikan adanya keseimbangan
antara wewenang dan tnggung jawab staf, untuk organisasi seperti puskesmas yang mempunyai
jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang lingkup kerja dan kegiatannya cukup luas, prinsip
kerjasama yang sifatnya integrative perlu diterapkan karena prinsip kerja integrasi diharapkan
semua kegiatan pokok puskesmas dapat diselesaikan.

    3. TIPE-TIPE ORGANISASI


Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan
yang diterapkan di ruangan perawatan. Berikut akan dijelaskan beberapa tipe organisasi dilihat
dari strukturnya.
1.Struktur Organisasi secara umum
Struktur Organisasi di ruangan menyesuaikan dengan metode penugasan yang dijalankan di
ruang perawatan. Akan tetapi, secara umum organisasi dibagi menjadi tiga macam , antara lain
sebagai berikut.
a.Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia. Organisasi lini mencirikan bahwa
pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi
pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di
tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan
perintah.
b.Organisasi Staf.
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf dicirikan
bahwa dalam pengorganisasian dikembangkan satuan organisasi staf yang berperan sebagai
pemantu pimpinan. Orang yang duduk dalam suatu organisasi staf adalah individu ahli yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Hal ini terjadi karena pimpinan organisasi menghadapi
permasalahan yang kompleks dan kesulitan untuk memecahkan permasalahan yang ada sehingga
dibutuhkan orang yang sanggup dan mampu membantu pimpinan dalam memecahkan masalah
organisasi.
c.Organisasi Lini dan Staf
Bentuk Operasi lini dan staf merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk
organisasi ini, staf tidak hanya diplot sebagai penasihat, tetapi staf juga diberikan tanggung
jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi ini staf diterapkan jika permasalah
nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks
sehingga staf tidak hanya diharapkan memberikan buah pikirannya, tetapi staf juga harus
membantu pelaksanaannya.
Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan lebih baik karena pengambilan
keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena
pimpinan dapat lebih memusatkan perhatiannya pada masalah yang lebih penting, serta
pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab
kerja yang baik. Kelemahanyya adalah pengambilan keputusan memakan waktu yang lebih lama
lagi, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak menegetahui batas-batas
wewenangnya. Bagan organisasi lini staf dapat dilihat dalam gambar berikut.
Seperti disampaikan pada kalimat di atas, struktur organisasi pelayanan keperawatan di ruang
rawat menyesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan. Berikut adalah bagan struktur
organisasi pelayanan di ruang perawatan yang mengacu pada model pemberian asuhan
keperawatan (Gillies, 1989).

4.STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN


Didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur ini
terdiri dari unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam
pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi yaitu :
1.Strategi organisasi pencapaian tujuan.
2.Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi output akan membedakan bentuk
struktur organisasi.
3.Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka juga lingkungan

sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur perusahaan

4.Besarnya organisasi dan satuan kerjanya mempengaruhi struktur organisasi.

1.Metode Kasus
       Metode kasus merupakan metode penugasan yang paling tua karena metode ini adalah
metode pemberian asuhan keperawatan yang pertama kali digunakan. Pada metode ini, seorang
perawat bertugas dan bertanggung jawab merawat satu pasien selama periode dinas (Sitorus,
2006). Metode ini biasa diterapkan di ruang perawatan intensif.
2.Metode Fungsional
Metode penugasan fungsional merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang
menekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas utama metode ini
adalah pemenuhan kebutuhan fisik sehingga kurang memerhatikan kebutuhan manusia secara
holistic dan komprehensif.
3.Metode Tim
Menurut Douglas (1992), metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan
yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan
dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut dengan “Ketua tim”. Selain itu,
Sitorus (2006) juga menyampaikan bahwa dengan metode penugasan tim, setiap anggota
kelompok/tim mempunyai kesempatan untuk berkontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab yang tinggi.
5.SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PELAYANAN
KESEHATAN/KEPERAWATAN

Komunikasi yang terjadi dalam organisasi pelayanan keseahtan/keperawatan adalah komunikasi


formal. Saluran-saluran komunikasi terbentuk dalam komunikasi formal terbentuk. Saluran
komunikasi formal ditentukan oleh struktur organisasi. Saluran komunikasi formal dibagi
menjadi 3, yaitu veretikal, lateral, dan diagonal(Handoko,1999)
a.Komunikasi vertical
Komunikasi vertical terjadi dari atas kebawah atau sebaliknya sesuai garis perintah.
Komunikasi dari atas kebawah terjadi dimulai dari manajemen puncak kemudian menuju bawah
melalui tingkatan-tingkatan manjemen sampai dengan personalpaling bawah. Tujuan utama
komunikasi kebawah  adalah memeberi pengarahan, informasi, instruksi, saran, masukan, dan
penilaian. Informasi yang disampaikan kebawah dapat berupa tujuan-tujuan organisasi dan juga
kebijakan organisasi. Sedangkan, bentuknya dapat berupa tulisan ataupun lisan. Komunikasi ke
atas berfugnsi untuk memberikan informasi ataupun umpan balik kepada tingkatan manajemen
atas tentang hal-hal yang terjadi tingkat bawah (robbins,2013). Informasi yang disampaikan 
dapat berupa laporan  hasil kerja, gagasan/ide, penjelasan , maupun permintaan. Komunitas ke
atas dapat  dapat disebut juga sebagai umpan balik ke manajemen  ats terkait kebijakan,
pengarahan , instruksi dan pengaturan.
Komunikasi vertical yang terjadi pada tingkat ruang perawatn dapat digambarkan sebagai berikut
: komunikasi antara kepala ruang dan  ketua tim/perawat primer  dan atau perawat pelaksana;
ketua tim/perawat primer dengan perawat pelaksana
b. Komunikasi lateral/horizontal
Komunikasi lateral terjadi pada antar-departemen pada antar-anggota dalam kelompok
kerja/selevel dan juga terjadi pada antar-departement pada tingakatan organisasi yang sama.
Komunikasi yang terjadi  adalah pimpinan dengan pimpinan, bawahan dengan
bawahan.komunikasi ini bersifat koordinatif. Komunikasi lateral/horizontal yang terjadi pada
tingkat ruang perawatn adalah antar-kepala ruang, abtar-ketua tim/perawat primer. Dan antar –
perawat pelaksana.
c. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang memotong atau menyilang diagonal garis
perintah organisasi. Komunikasi ini dilakukan antara dua orang pada tingkat kedudukan yang
berbeda, pada tugas dan fungsi yang berbeda, dan tidak mempunyai wewenang langsung
terhadap piuhak yang lain. Komunikasi diagonal yang terjadi pada tingkat ruang perawatan
adalah komunikasi antara perawat dan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-
lain).
6.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM
ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN

Organisasi pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari organisasi pelayanan


kesehatan. Di dalamnya merupakan tempat padat tenaga kerja yang terdiri dari individu-individu
yang saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Penyampaian pesan secara akurat dan efektif juga sangat diperlukan dalam
kehidupan berorganisasi ini. Namun, menurut Lesikar (dalam Handoko 1999), efektivitas
komunikasi dalam organisasi dipengaruhi oleh empat factor berikut.
1.Saluran Komunikasi Formal
Saluran komunikasi formal memengaruhi efektivitas komunikasi dalam dua cara, yaitu secara
Berikut.
a.Liputan saluran formal akan semakin melebar sesuai perkembangan organisasi. Perkembangan
dan pertumbuhan organisasi menjadi factor penyebab semakin sulitnya mengadakan komunikasi
secara efektif. Apalagi, kalau organisasi sudah mempunyai banyak cabang yang menyebar.
Maka, hal ini akan menyulitkan untuk menciptakan komunikasi yang efektif.
b.Saluran Komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi antar-tingkatan organisasi.
Sebagai contoh, perawat pelaksanan selalu dapat mengkomunikasikan masalah-masalah yang
dihadapi di ruangan dengan ketuam tim atau kepala ruangan. Akan tetapi, tidak dapat
mengkomunikasikan informasi secara langsung dengan wakil direktur bidang pelayanan.
Padahal, informasi tersebut seharusnya juga didapat wakil direktur.
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan
objektif, Penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas pengawasan setiap kelompok, dan
menentukan cara pengoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, Baik cara vertical
maupun horizontal yang bertanggung jawab mencapai tujuan organisasi (Swansburg, 1993).
Unsur-unsur dasar yang membentuk organisasi yaitu adanya tujuan bersama, adanya kerjasama
dua orang atau lebih, adanya pembagian tugas, adanya kehendak untuk bekerja sama.

 B.SARAN

Maka untuk melengkapi manajemen keperawatan diperlukan perawat dengan sikap yang
selalu dilandasi oleh kaidah etik profesi dalam menyusun struktur dan organisasi manajemen
keperawatan.Diharapkan kepada perawat untuk melakukan perubahan  menjadi lebih baik lagi
untuk melayani masyarakat melalui pelayanan kesehatan dll yang sifatnya menyeluruh guna
menciptakan perubahan perilaku dan lingkungannya dan dapat menerapkan kode etik manajemen
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2012). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta.


Sumijatun. (2009). Manajemen Keperawatan Konsep Dasar dan Aplikasi Pengambilan
Keputusan Klinis. CV. Trans Info Media: Jakarta. Gillies, D. A. ( 1989 ). Nursing Management,
A System  Approach.WB SaundersCompany. Philadelphia.Prayitno, Subur. ( 1997 ). Dasar -
dasar administrasi kesehatan masyarakat. Airlangga University Press. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai