DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
Kelompok III
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi pada umumnya didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Di dalam organisasi tentunya dapat dijumpai banyak sekali kegiatan atau bisa
disebut kegiatan administrasi perkantoran, kegiatan administrasi perkantoran harus mempunyai
pola kerja yang baik sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan organisasi. Pola kerja yang
baik dilakukan dengan pencatatan tertulis mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, langkah – langkah yang harus dilakukan tersebut
merupakan suatu prosedur. Selanjutnya tata kerja, tata kerja tersebut merupakan cara
melaksanakan kerja yang seefisien mungkin atas sesuatu tugas yang diperoleh dengan mengingat
segi-segi tujuan, perlatan, fasilitas, tenaga kerja, waktu, ruang, jarak, biaya dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam suatu lembaga membutuhkan sarana berupa perlengkapan dan
peralatan kantor yang dapat memfasilitasi pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Sarana berupa perlengkapan dan peralatan kantor merupakan salah satu faktor pendukung bagi
keberhasilan suatu lembaga dalam mencapai tujuan. Perlengkapan dan peralatan kantor atau bisa
disebut dengan barang inventaris , menjadi bagian penting yang perlu disiapkan secara optimal
dan berkesinambungan sehingga dapat menjamin kelancaran aktivitas kerja pegawai. Mengingat
pentingnya barang inventaris kantor dalam upaya memperlancar aktivitas kerja pegawai, maka
dibutuhkan pengelolaan barang inventaris yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pengorganisasasian ?
2. Bagaimana yang dikatakan sentralisasi desentralisasi dan spesialisasi pekerjaan kantor ?
3. Bagaimana jabatan sekretaris kantor itu ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari pengorgaisasian.
2. Untuk mengetahui bagaimana yang dikatakan sentralisasi desentralisasi dan spesialisasi
pekerjaan kantor itu.
3. Untuk mengetahui bagaimana jabatan sekretaris kantor itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengorganisasian
Sebelum kita mengetahui pengertian pengorganisasian, sebaiknya kita lihat dulu kata dari
“pengorganisasian” tersebut, yang memiliki kata dasar “organisasi”. Organisasi adalah suatu
sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja
sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja
(Hasibuan, 2004:120).
Menurut Robbins dan Judge (2008:5),Organisasi adalah sebuah unit sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, terdiri atas dua orang atau lebih dan yang relatif terusmenerus guna
mencapai satu atau serangkaian tujuan bersama. Menurut Wibowo (2007:1),Organisasi adalah
suatu wadah yang dibentuk untuk mencapai tujuan bersama secara efektif. Berdasarkan definisi
tersebut dapat diketahui beberapa elemen dasar yang menjadi ciri organisasi yaitu:
1. Kumpulan orang.
2. Suatu wadah.
3. Terstruktur.
4. Tujuan bersama.
Berdasarkan ciri tersebut dapat dirumuskan definisi organisasi yaitu suatu wadah yang
terdiri dari kumpulan orang yang terikat dengan hubungan-hubungan formal dalam rangkaian
terstruktur untuk mencapai tujuan bersama secara efektif. Pengorganisasian adalah suatu proses
penentuan, pengelompokan danpengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk
mencapaitujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakanalat-alat yang
diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatifdidelegasikan kepada setiap individu yang
akan memerlukan aktifitas tersebut” (Hasibuan, 2004:123).Berdasarkan pendapat diatas,
pengorganisasian adalah kelompok orang yang bekerja sama, dengan adanya penetapan dan
pengelompokan pekerjaan, sertaadanya pendelegasian wewenang.
Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan dan penyusunanmacammacam
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai kegiatan,penempatan orang-orang (pegawai) terhadap
kegiatan-kegiatan daripenyediaan fisik yang cocok bagi keperluan kerja dan penyuluhan
hubunganwewenang yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannyadengan
pelaksanaan kegiatan yang diharapkan (Salam, 2004:19).
Berdasarkan pendapat di atas, maka fungsi pengorganisasian ini meliputisemua kegiatan
manajemen yang diwujudkan dalam struktur tugas danwewenang.Pengorganisasian mengatur
kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakanoleh unit-unit organisasi seperti pendelegasian
wewenang untuk melaksanakanpekerjaan, hubungan informasi vertikal dan horizontal, dalam
suatu koordinasiyang efektif dan efesien. Ada dua aspek utama dalam proses pengorganisasian
suatu organisasi yaitu departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi merupakan
pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan yang sejenis dan
saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada struktur formal suatu
organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh suatu bagan organisasi. pembagian kerja adalah
pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab untuk dan
melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas (Handoko, 2003:167). Proses
pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur berikut ini :
1. Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logik dapat
dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak
dapat diselesaikan.
3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan para
anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadau dan harmonis.
Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi menjaga
perhatiannya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak-efisienan dan konflik-konflik yang
merusak. Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu organisasi
dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan tercemin pada struktur organisasi, yang mencangkup
aspek-aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian, yaitu; pembagian kerja,
departementalisasi, bagan organisasi formal, rantai perintah dan kesatuan perintah, tingkat-
tingkat hirarki manajemen, saluran komunikasi, penggunaan komite, rentang manajemen dan
kelompokkelompok informal yang tak dapat dihindarkan.
Definisi Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan kesatuan kerangka organisasi
yang ditetapkan untuk proses manajerial, sistem, pola tingkah laku yang muncul dan terjadi dalam
praktek penyelenggaraan organisasi dan manajemen. Struktur organisasi merupakan alat untuk
membantu manajemen dalam mencapai tujuannya. Struktur organisasi dapat memiliki pengaruh
yang besar pada anggotanya. Pengaruh struktur organisasi terhadap kepuasan dan kinerja
karyawan mengarah pada suatu kesimpulan yang sangat jelas. Struktur organisasi menjelaskan
bagaimana tugas kerja akan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal.
Pengertian struktur organisasi menurut Robbins dan Coulter (2008:284), Struktur organisasi
dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-
tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Menurut Suranto(2005: 85),
Struktur organisasi menspesifikasikan pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau
aktivitas yang beraneka ragam yang dihubungkan sampai batas tertentu, juga menunjukkan
tingkat spesialisasi aktivitas kerja.
Struktur organisasi yaitu menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi,
kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan
tanggungjawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi (Hasibuan, 2004:128). Dari
beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa struktur organisasi menggambarkan kerangka
dan susunan hubungan diantara fungsi, bagian atau posisi, juga menunjukkan hierarki organisasi
dan struktur sebagai wadah untuk menjalankan wewenang, tanggung jawab dan sistem pelaporan
terhadap atasan dan pada akhirnya memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan
organisasi tetap hidup walaupun orang datang dan pergi serta pengkoordinasian hubungan dengan
lingkungan. Struktur organisasi dapat menghindari atau mengurangi kesimpangsiuran dalam
pelaksanaan tugas.
Jenis-jenis Struktur Organisasi Menurut sifat hubungan kewenangan didalam strukutr
organisasi formal terdapat 3 (tiga) jenis utama organisasi maka jenis-jenis organisasi itu (Djoko
2006:130) dapat dibedakan sebagai berikut:
1Organisasi Lini Organisasi ini menerapkan aliran wewenang langsung dari top
manajemen kepada manajemen di bawahnya, pimpinan perusahan memiliki kewenangan
langsung dalam mengawasi bawahannya. Ciri-ciri organisasi lini adalah tanggung jawab dipikul
seluruhnya oleh pimpinan perusahaan, sistem organisasi ini digunakan untuk perusahaan skala
kecil dan menengah. Keunggulannya: 1 Delegasi kewenangan dan tanggung jawab untuk setiap
bidang jelas. 2 Sederhana dan mudah dipahami baik oleh manjer maupun bawahan.
kelemahannya: 1 Pekerjaan eksekutif puncak berat karena dibebani oleh pekerjaan administratif.
2 Tidak ada spesialisasi.
Organisasi Lini dan Staf Organisasi lini dan staf merupakan gabungan dari organisasi lini
dengan departemen staf guna memberikan saran dan masukan untuk departemen lini.
pengambilan keputusan yang mempenagruhi operasi utama dari organisasi merupakan wewenang
dari departemen lini sedangkan depatemen staf hanya pada tingkat memberikan dukungan teknis
khusus.Ciri-ciri organisasi lini dan staf adalah pimpinan dalam organisasi lini dapat berinteraksi
langsung dengan bagian produksi,
keuangan atau pemasaran sedangkan manajer staf memberikan informasi, saran atau
bantuan teknis untuk membantu manajer lini. Sistem organisasi ini digunakan untuk perusahaan
menengah dan besar. Keunggulannya: 1 Para spesialisasi memberikan saran kepada manajer
puncak. 2 Para karyawan melapor pada seorang supervisor. Kelemahannya: 1 Konflik antara
departemen lini dan staf tanpa ada hubungan yang jelas. 2 Rekomendasi para manajer staf terbatas
kepada manajer lini.
Organisasi Matriks Struktur organisasi ini mulai diperkenalkan oleh industri antariksa
amerika serikat. Organisasimatriks adalah suatu desain struktural menugaskan para spesialis dari
berbagai departemen fungsional untuk bekerja pada suatu proyek atau lebih yang dipimpin oleh
para manajer. Ciri-ciri organisasi matriks sitem organisasi ini menghubungkan para karyawan di
bagian yang berbeda, agar dapat bekerja sama menyelesaikan proyek tertentu. Sistem ini banyak
digunakan diperusahaanperusahaan besar atau perusahaan multinasioanal. Keunggulannya:
1 Memacu kreativitas dan inisiatif karyawan dalam menghadapi perubahanperubahan
lingkungan.
2 Pengambilan keputusan yang sehat mudah dapat diambil karena adanya staf ahli.
3 Memungkinkan inovasi tanpa mengganggu struktur organisasi reguler. Kelemahannya:
1 Masalah potensial mengenai akuntabilitas karena adanya lebih dari satu atasan.
2 Kesulitan potensial dalam membentuk tim yang yang solid karena karyawan direkrut
dari beragam departemen.
3 Berpotensi menimbulkan konflik antara manajer proyek dan manajer departemen
lainnya
Faktor yang Mempengaruhi Struktur Organisasi
Ernie (2006: 159), ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi struktur organisasi antara
lain:
1. Strategi Organisasi Strategi organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan
organisasi. Oleh karena itu, jika struktur organisasi dibentuk sebagai jalan untuk pencapaian
tujuan maka struktur organisasi pun selayaknya sejalan dengan strategi organisasi. Maka, jika
terjadi perubahan pada strategi organisasi akan berdampak pula pada perubahan struktur
organisasi
2. Skala Organisasi Organisasi dapat dibedakan skalanya menurut berbagai faktor
diantaranya adalah dari jumlah penjualan, pangsa pasar hingga jumlah tenaga kerja. Organisasi
yang berskala besar artinya organisasi tersebut barangkali memiliki berbagai cabang diberbagai
daerah dikarenakan pangsa pasarnya yang luas, dengan demikian memiliki tenaga kerja yang juga
tidak sedikit. Tapi walaupun tanpa cabang, organisasi dapat dikatakan berskala besar jika tenaga
kerja yang ada berjumlah ribuan seperti pabrik-pabrik garmen penghasil produk-produk
konveksi. Organisasi yang berskala besar karena ruang lingkup aktivitasnya yang luas maka
memerlukan pendelegasian wewenang dan pekerjaan sehingga dalam mendesain struktur
organisasinya pun perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dengan aktifitas yang
luas tersebut. Sedangkan organisasi berskala kecil biasanya memiliki jumlah tenaga kerja yang
sedikit karena pangsa pasar yang mungkin masih sedikit, jumlah penjualan atau produksi yang
juga sedikit. Organisasi yang berskala kecil biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih
sederhana dan tidak terlalu banyak terjadi pendelegasian wewenang dan pekerjaan.
3. Teknologi Faktor teknologi yang dimaksudkan disini adalah terkait dengan cara
bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Selain itu juga, faktor teknologi terkait dengan penggunaan
alat-alat bantu dalam sebuah organisasi.
4. Lingkungan Lingkungan yang dinamis menuntut organisasi juga untuk menyesuaikan
diri secara dinamis. Proses penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi juga termasuk dalam
penentuan struktur organisasinya. Lingkungan yang dinamis akan mendorong organisasi untuk
selalu menyesuaikan struktur organisasi dengan tuntutan lingkungan yang senantiasa berubah.
Sebaliknya, lingkungan yang cenderung statis tidak akan terlalu banyak mengubah struktur
organisasi.
B. Prinsip Organisasi
Prinsip pengorganisasian merupakan salah satu dari lima fungsi manajemen yang sangat
berperan dalam pencapaian operasi perusahaan secara efektif dan efisien (Sukoco, 2007). Fungsi
ini akan menetukan apakah suatu organisasi bisa mengoptimalkan efisiensi penggunaan sumber
dayanya, baik SDM maupun sumber daya yang lain. Fungsi ini di definisikan oleh Robbins
(2003) sebagai aktivitas yang menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang akan
dilaporkan hasilnya, dan di mana keputusan mengenai hal tersebut akan dibuat. Semua aktivitas
tersebut termasuk salah satu tanggung jawab manajer administrasi dalam mendesain struktur
organisasi sebuah perusahaan.
Menurut (Robbins, 2003) , (Cortada, 2001) dan (Gitlow, 2001) ada enam prinsip penting
yang harus diperhatikan dalam mendesain struktur organisasi :
1. Sentralisasi dan Desentralisasi
Unsur ini berkaitan dengan peran siapa yang akan mengambil keputusan dalam
organisasi. Jika pengambilan keputusan dilakukan oleh pimpinan atau kantor pusat, dapat
dikatakan bahwa organisasi yang bersangkutan menggunakan sentralisai dan jika sebaliknya
disebut dengan desentralisasi. Robbins (2003) mendefinisikan sentralisasi sebagai derajat dimana
penbuatan keputusan dipusatkan pada beberapa jabayan di perusahaan. Menurut Gomez-Mejia,
Balkin dan Candy (2004), deesentralisasi merupakan pengalihan tanggung jawab dan wawanang
dalam mengambil keputusan dari kantor pusat kepada orang yang berlokasi terdekat dengan
situasi yang membutuhkan perhatian. Dengan menggunakan desentralisasi, tidakan dapat
dilakukan lebih cepat dalam menyelesaikan masalah, lebih banyak orang yang terlibat di
dalamnya, dan menjadikan karyawan lebih menjadi bagian dari sebuah organisasi. Dewasa ini
tren penggunaan desentralisasi menjadi luas karena beberapa manfaat di atas. Hal inilah yang
mendasari penerbitan Undang-undang otonomi daerah nomor 25 tahun 1999, karena
pemerintahan Republik Indonesia menyadari bahwa pemerintahan daerah lebih dekat dengan
permasalahan daerahnya masing-masing yang tentunya memahami dan mngetahui lebih baik
kondisi daerahnya dibandingkan pemerintah pusat.
2. Spesialisasi Pekerjaan
Hal ini didefinisikan sebagai derajat di mana tugas dalam organsasi dibagi menjadi
beberapa pekerjaan. Spesialisasi menjadi tereknal setelah pada awal abad 20 Henry Ford
berhhasil mengimplementasikan spesialisai pada assembly line Ford model T dan menjadi best
seller pada masanya. Melalui pembagian tugas yang spesifik dan berulang-ulang efisiensi dapat
dicapai, sehingga ford dapat menawarkan harga mobil jauh lebih murah dibandingkan produsen
mobil lain. Sejak saat itu, spesialisasi pekerjaan menjadi standar bagi dunia industri di seluruh
dnia, terutam apekerjaan yang hanya memerlukan skill rendah
Pengulangan tugas yang serupa dalam jangka waktu lama akan meningkatkan tingkat
produktivitas dan efisiensi sebuah pekerjaan. Namun, di sisi lain hal ini juga akan meningkatkan
rasa bosan, stress, kualitas pekerjaan yang rendah, meningkatnya tingkat mangkir dari kerja dan
tingginya turn over. Jika disimpulkan, kegiatan tersebut akan mereduksi semua manfaat yang
dijanjikan oleh penerapan spesialisasi pekerjaan. Pemberian variasi pekerjaan dan tugas, yang
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas dari awal hingga akhir atau
menempatkannya dalam sebuah tim yang bisa bertukar pengalaman dan skill, terbukti dari
meningkatnya produktivitas seiring dengan meningkatnya kepuasan kerja karyawan. Oleh karena
itu, seorang manajer administrasi harus dapat menentukan pekerjaan mana yang perlu
dispesialisasi dalam rentang waktu yang ditetapkan, sehingga dampak negative dari spesialisai
pekerjaan dapat dihindari.
3. Departementalisasi
4. Rantai Komando
5. Rentang Pengawasan
6. Formalisasi
1. Asas Sentralisasi
Dari keenam prinsip tersebut, terlihat bahawa sentralisasi dan desentralisasi merupakan suatu
prinsip penting dalam pengorganisasian perkantoran. Prinsip ini digunakan dalam menentukan siapa
pemegang kekuasaan dalam suatu organisasi.
Asas yang pertama adalah sentralisasi. Menurut Moekijat (1975) sentralisasi berarti titik berat
pada pengawasan dari pusat seperti yang dinyatakan oleh instruksi-instruksi secara terinci dari kantor
pusat mengenai pekerjaan apakah yang harus dilakukan, bagaimana, dan bilamana pekerjaan tersebut
harus dilakukan, kemudian menuntut adanya laporan-laporan yang sering dan teratur tentang pekerjaan
tersebut. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diutarakan oleh Chaniago (2013) bahwa sentralisasi
artinya wewenang atau kekuasaan sebahagian besar tetap dipegang oleh seorang pemimpin dan hanya
sebahagian kecil yang disebarkan ke seluruh struktur organisasi dan orang lain. Dari kedua pendapat
diatas dapat diartikan bahwa sentralisasi sebagai asas pemusatan berarti semua kegiatan administrasi
atau perkantoran di pusatkan di suatu tempat dan di pimpin oleh seorang office manager. Contohnya
untuk manajemen kearsipan dalam sebuah pengarsipan di sebuah organisai/kantor di pusatkan pada satu
departemen yaitu departemen kearsipan pusat, sehingga setiap pegawai ataupun setiap bagian dalam
kantor harus meminjam/mentimpan arsip pada kearsipan pusat kantor tersebut.
2. Asas Desntralisasi
Selain asas sentralisai dikenal juga asas desentralisasi yang artinya tersebar. Desentralisai adalaj
ketika pemusatan wewenang terjadi pada level pimpinan bawah Chaniago (2013). Dalam asas
desentralisasi ini telah terjadi pelimpahan wewenang dari top management ke middle management, terus
mengalir ke lower management. Jika diartikan secara umu, desentralisasi atau asas pemencaran artinya
semua kegiatan administrasi atau perkantoran diserahkan ke manajer fungsional. Jadi kegiatan
perkantoran dilaksanakan pada masing-masing bagian dan dipimpin oleh masing-masing manajer
fungsional. Oleh karena itu, sebagian besar tugas , wewenang dan tanggung jawab fungsi perkantoran
diserahkan kepada manajer fungsional dalam setiap divisi yang tidak hanya berkecimpung dengan
masalah surat-menyurat, pencatatan warkat/arsip, dan sebagainya, tetapi juga dalam masalah pengarsipan
serta personel sekretari yang bersangkutan.
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa dalam sistem desentralisasi, kegiatan kerasipan setiap jurusan
dilakukan di jurusan masing-maisng, atau dilakukan secara tersebar.
Asas desentralisasi memiliki kelebihan atau keuntungan. Berikut keuntungan sistem desentralisai yang
dikemukakan oleh Chaniago (2013), yaitu:
• Pekerjaan kegiatan kantor dapat dilayani berdasasrkan kebutuhan unit maisng-masing.
• Pekerjaan dapat dilakukan menurut urutan kepentingan unit yang bersangkutan.
• Pekerjaan dapat dilakukan menurut urutan kepentingan unit yang bersangkutan
• Pekerjaan dilaksanakan oleh maisng-masing bagian/unit
• Pengawasan pekerjaan dilaksanakan secara efektif
Selain kelebihan, sama seperti asas sentralisasi, asas ini pun memiliki kelemahan. Kelemahan
desentralisasi menurut Chaniago (2013) adalah :
• Pengawasan administrasi kurang optimal
• Penggunaan peralatan kurang optimal
• Tidak adanya keseragaman kerja
• Pekerjaan terlalu bebas
• Pemborosan biaya dalam pelaksanaan pekerjaan
• Tidak ada harmonisasi dalam organisasi
• Adanya potensi duplikasi arsip
Azas Desentralisasi
Sistem yang dipergunakan masing - masing unit kerja tergantung kepada ketentuan kantor yang
bersangkutan. Di sini semua kegiatan kearsipan, mulai dari pencatatan, penyimpanan, peminjaman,
pengawasan, pemindahan dan pemusnahan dilaksanakan masing - masing oleh unit kerja.
Keuntungan desentralisasi arsip :
• Pengelolaan arsip dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan unit kerja masing-masing.
• Keperluan akan arsip mudah terpenuhi karena berada pada unit kerja sendiri.
• Penanganan arsip lebih mudah dilakukan karena jenis arsipnya sudah dikenal dengan baik.
Kelemahan desentralisasi arsip :
• Penyimpanan arsip tersebar di berbagai lokasi dan dapat menimbulkan duplikasikan arsip yang
tersimpan.
• Kantor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan arsip pada setiap unit
• kerja, sehingga penghematan pemakaian peralatan dan perlengkapan
• sukar dihindari.
• Penataran dan pelatihan kearsipan perlu diadakan karena petugas-petugas pada umumnya
bertugas rangkap dan tidak mempunyai latar belakang pendidikan kearsipan.
• Memerlukan tidak menghemat tempat atau ruangan karena penyimpanannya pada setiap unit
kerja.
Organisasi pada umumnya didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Di dalam organisasi tentunya dapat dijumpai banyak sekali kegiatan atau bisa
disebut kegiatan administrasi perkantoran, kegiatan administrasi perkantoran harus mempunyai
pola kerja yang baik sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan organisasi. Menurut Robbins
dan Judge (2008:5),Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
terdiri atas dua orang atau lebih dan yang relatif terusmenerus guna mencapai satu atau
serangkaian tujuan bersama. Menurut Wibowo (2007:1),Organisasi adalah suatu wadah yang
dibentuk untuk mencapai tujuan bersama secara efektif. Berdasarkan definisi tersebut dapat
diketahui beberapa elemen dasar yang menjadi ciri organisasi yaitu:
1. Kumpulan orang.
2. Suatu wadah.
3. Terstruktur.
4. Tujuan bersama.
B. Saran
Penulis sangat menyadari akan kekurangan dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar
kiranya makalah ini menjadi jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Chaniago, H. (2013). Manajemen Kantor Kontemporer. Bandung: CV. Akbar Limas Perkasa.
Cortada, J. (2001). The Quality Yearbook 2001. New York : McGraw-Hill.
Gitlow, H. (2001). Quality Management System. Boca Raton, FL: CRC Press.
Gomez-Mezia, L. B. (2004). Managing Human Resource. New Jersey: Prentice Hall.
Moekijat. (1975). Aministrasi Perkantoran. Bandung: CV. Mndar Maju.
Rismansah, D. (2008). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius.
Robbins, S. (2003). Organizational Behavior (10 ed.). New Jersey: Prentice Hall.
Sukoco, B. M. (2007). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Surabaya: Erlangga.