Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Fungsi Pengorganisasian Dalam Keperawatan”. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan
teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun
penulisannya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
khususnya dari dosen mata kuliah untuk menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami
untuk lebih baik kedepannya.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
ISI....................................................................................................................................................2
A. Konsep Pengorganisasian...............................................................................................2
B. Jenis Struktur Organisasi dalam Keperawatan...........................................................4
C. Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi.....................................................................7
BAB III.........................................................................................................................................15
PENUTUP....................................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dalam makalah ini sesuai dengan latar
belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, sebagai berikut:
1) Bagaimana Konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian
2) Apa saja jenis struktur organisasi dalam keperawatan
3) Bagaimana perbedaan budaya dan iklim organisasi
C. Tujuan
1
BAB II
ISI
A. Konsep Pengorganisasian
1. Pengertian Organisasi
Secura etimologi pengorganisasian berasal dari kata organize yang merupakan kata
kerja dari "organizing" yang berarti menciptakan sebuah struktur dengan bagian-bagian yang
diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama yang lain terikat oleh
hubungan terhadap keseluruhannya. Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan
merupakan suatu proses yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah
yang statis.
Dari pengertian di atas manajemen terlihat bahwa pengorganisasian merupakan fungsi
kedua setelah perencanaan, dimana pengorganisasian ini merupakan penentuan pekerjaan,
pengelompokan tugas dan penentuan hubungan dalam rangka mencapai tujuan.
2. Tujuan Pengorganisasian
Tujuan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah organisasi, Setiap
organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas, karena jika tidak mempunyai tujuan yang
jelas maka suatu organisasi tersebut tidak terarah. Tujuannya adalah arah atau sesuatu yang
ingin dicapai menjadi sebab dilaksanakannya sesuatu kegiatan.
Tujuan organisasi menurut Terry ialah untuk membimbing manusia-manusia bekerja
sama secara efektif. Sedangkan Sapoerta memahami tujuan pengorganisasian adalah:
a. Organizing yang efektif akan menyebabkan masing-masing anggota suatu organisasi
mengetahui kelompok-kelompok aktivitas apa yang dilaksanakan.
b. Dengan organizing yang tepat, akan didapat ketegasan, kejelasan, dalam hubungan-
hubungan kerja dalam suatu organisasi perusahaan atau kantor dinas.
c. Hubungan-hubungan yang tetap dan diinginkan diantara aktivitas- aktivitas dan
pelaksanaan akan tercapai, organizional ini jauh lebih besar manfaatnya dari pada
sekelompok usaha-usaha individual.
2
d. Organizing yang baik berarti juga pendelegasian wewenang dilakukan dengan
mantap, sehingga mereka menerima limpahan wewenang yang dapat bertanggung
jawab.
e. Organizing yang efektif berarti pemanfaatan dengan sebaik mungkin komponen
manusia dan hubungan yang tepat antara pekerjaan tertentu, orang-orang,
pelaksanaan dan fasilitas diteliti lebih lanjut dan diseimbangkan sedemikian rupa
schingga dapat diperoleh efektivitas dan efesiensi kerja.
Jadi dengan adanya pembagian kerja maka akan memudahkan untuk melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan bidang masing-masing supaya tercapainya tujuan yang
diharapkan.
3. Prinsip-prinsip Pengorganisasian
Prinsip-prinsip pengorganisasian bertujuan agar suatu organisasi dapat berjalan dengan
baik atau dalam usaha menyusun suatu organisasi dapat tewujud organisasi yang efektif dan
efesien. Manulang mengemukakan bahwa prinsip pengorganisasian adalah sebagai berikut:
1. Adanya tujuan yang jelas
Tujuan pengorganisasian harus ditetapkan sebelum merumuskan perencanaan
kegiatan karena rencana-rencana harus merujuk dan mengarah kepada upaya
tercapainya tujuan organisasi.
2. Pembagian kerja
Dalam sebuah organisasi pembagian kerja adalah keharusan sebab tanpa adanya
pembagian kerja kemungkinan terjadinya tumpang tindih tugas yang menjadi amat
besar. Pembagian kerja akan menghasilkan departemen-departemen dan job
description dari masing-masing unsur sampai unit-unit terkecil dalam organisasi.
3. Delegasi kekuasaan.
3
Kekuasaan atau wewenang merupakan hak seseorang untuk mengambil tindakan
yang perlu agar tugas dan fungsi-fungsi yang dijalankan dengan sebaik-baikya.
Kekuasaan atau wewenang terdiri dari berbagai aspek diantaranya : wewenang dalam
mengambil keputusan, sumber daya, wewenang perintah, wewenang memakai batas
waktu tertentu.
4. Rentangan kekuasaan
Rentang kekuasaan yang dimaksud adalah berapa jumlah orang yang tepat menjadi
bawahan seorang pemimpin, sehingga pemimpin itu dapat memimpin, membimbing
serta mengawasi secara baik sehingga bisa berhasil dan berdaya guna.
5. Tingkat-tingkat Pengawasan
Di dalam suatu organisasi harus diusahakan agar organisasi sesederhana mungkin,
selain memudahkan komunikasi agar ada motivasi bagi setiap orang di dalam
organisasi untuk mencapai tingkattingkat di dalam struktur organisasi.
6. Kesatuan perintah dan tanggung jawab
Berdasarkan prinsip ini seorang bawahan hanya mempunyai seorang atasan dari
siapa ia menerima perintah dan kepada siapa ia memberi pertanggung jawaban akan
pelaksanaan tugasnya.
7. Koordinasi
Koordinasi adalah usaha mengarahkan kegiatan seluruh unit organisaisi agar tertuju
untuk memberikan sumbangan semaksimal mungkin guna mencapai tujuan
organisasi sebagai keseluruhan. Dengan adanya koordinasi akan menjadikan
keselarasan aktivitas diantara unit-unit organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
Metode kasus merupakan metode penugasan yang paling tua, karena metode ini adalah
metode pemberian asuhan keperawatan yang pertama kali digunakan. Pada metode ini,
seorang perawat bertugas dan bertanggung jawab merawat satu pasien selama periode dinas
(Sitorus, 2006). Metode ini biasa diterapkan di ruang perawatan Intensif.
4
2. Metode Fungsional
Pada metode penugasan fungsional, seorang kepala ruang membawahi secara langsung
perawat-perawat pelaksana yang ada di ruang tersebut. Metode ini menggambarkan, bahwa
satu-satunya pemegang kendali manajerial dan laporan klien adalah kepala ruang, sedangkan
perawat lainnya hanya sebagai perawat pelaksana tindakan. Peran perawat pada metode ini
adalah melakukan tindakan sesuai dengan spesifikasi/spesialisasi yang dimilikinya. Setiap
perawat mempunyai tugas dan tanggung jawab memberikan tindakan keperawatan sebanyak
satu atau dua jenis tindakan. Untuk jenis tindakan lainnya diberikan oleh perawat yang
lainnya. Berdasarkan struktur di atas tergambar dengan jelas, bahwa ada pembagian tugas
perawat di mana ada perawat yang tugasnya hanya memberikan obat, ada perawat yang
tugasnya hanya merawat luka, dll.
3. Metode Tim
5
Menurut Douglas (1992), metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan yang
mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan
dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut dengan ketua tim. Dan,
Sitorus (2006) menyampaikan, bahwa dengan metode penugasan tim, setiap anggota
kelompok/tim mempunyai kesempatan untuk berkontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan, sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab yang tinggi.
Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif dan efisien, maka tugas
pokok dan fungsi masing-masing posisi harus jelas dan dipahami oleh masing-masing
personel perawat.
Metode keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang
mempunyai karakteristik kontinuitas dan komprehensif dalam pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat yang bertangung jawab dalam
merencanakan, melakukan, dan koordinasi selama pasien dirawat di ruang perawatan.
Perawat yang bertanggung jawab selama 24 jam atas pasienpasiennya tadi disebut ”perawat
primer”. Perawat primer biasanya bertanggung jawab antara 4-6 pasien.
6
C. Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi
1. Budaya
7
menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi landasan bagi
tingkah lakunya. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu
masyarakat atau suatu golongan sosial, yang penyebarannya kepada anggota-
anggotanya dan pewarisan kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses
belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang
terucapkan maupun yang tidak.
2. Organisasi
Organisasi didefinisikan beragam oleh para ahli. Variasi definisi ini didasarkan
pada sudut pandang dan waktu ahli ketika mendefinisikan. Gibson,
Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari
suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-
orang dalam organisasi yang merefleksikan norma- norma, asumsi-asumsi dan
keyakinan (Owens, 1991). Sedangkan Sonhadji dalam Soetopo (2010) mengatakan
bahwa budaya organisasi adalah proses sosialisasi anggota organisasi untuk
mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan terhadap organisasi untuk
mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan terhadap organisasi. Sementara
Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi berkenaan dengan keyakinan,
8
asumsi, nilai, norma-norma prilaku, ideology, sikap, kebiasaan dan harapan-harapan
yang dimiliki oleh organisasi (dalam hal ini termasuk organisasi universitas swasta)
Dari semua definisi tentang budaya organisasi diatas, secara umum dapat
ditetapkan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan makna bersama, nilai, sikpa
dan keyakinan. Dapat dikatakan bahwa jantung dari suatu organisasi adalah sikap,
keyakinan, kebiasaan dan harapan dari seluruh individu anggota organisasi
mulai dari manajemen puncak hingga manajemen yang paling rendah, sehingga
tidak ada aktifitas manajemen yang dapat melepaskan diri dari budaya.
9
Sementara Robbins (2005) mengemukakan tentang fungsi budaya dalam
organisasi menjadi lima fungsi yaitu :
Dalam organisasi, seringkali terjadi pembandingan antara budaya yang kuat dan
budaya yang lemah. Alasan ini seringkali memiliki dampak yang lebih besar
terhadap sikap karyawan dan lebih tertuju langsung untuk mengurangi keluar
masuknya karywan. Dalam hal ini, Robbins menjelaskan bahwa budaya yang kuat
selalu ditandai oleh nilai-nilai inti organisasi yang dipegang kukuh dan disepkati
secara luas. Semakin banyak anggota organisasi yang menerima nilai-nilai inti dan
semakin besar komitmen mereka terhadap nilai-nilai tersebut, maka budaya tersebut
akan semakin kuat. Sejalan dengan definisi ini, suatu budaya yang kuat jelas sekali
memiliki pengaruh yang besar dalam sikap anggota organisasi dibandingkan dengan
budaya yang lemah.
Hasil spesifik dari suatu budaya yang kuat adalah keluar masuknya pekerja yang
rendah. Suatu budaya yang kuat akan memperlihatkan kesepakatan yang tinggi
mengenai tujuan organisasi diantara anggota- anggotanya. Kebulatan suara
terhadap tujuan akan membentuk keterikatan, kesetiaan, dan komitmen organisasi.
10
Kondisi ini selanjutnya akan mengurangi kecendrungan karyawan untuk keluar dari
organisasi.
O’Reilly dan Jehn dalam Soetopo (2010) mengemukakan tujuh karakteristik utama
yang menjadi inti dari suatu organisasi, yaitu
a. Innovation and risk taking, yaitu derajat sejauh mana pekerja didorong
untuk inovatif dan berani mengambil resiko
11
Dalam mempelajari budaya organisasi, terdapat empat pendekatan menurut
Robert dan Hunt dalam Soetopo (2010). Keempat pendekatan itu antara lain :
a. beberapa sarjana memandangnya sebagai asumsi bersama, keyakinan dan
nilai-nilai dalam organisasi dan kelompok kerja,
b. kelompok kedua tertarik dengan mitos, cerita, dan
bahasa sebagai manifestasi budaya
c. memandang tata cara dan seremonial sebagai manifestasi budaya,
danmempelajari interaksi antar anggota dan symbol-simbol.
a. artefak dan kreasi berupa teknologi, seni, pola prilaku yang dapat dilihat
dan didengar. Terlihat oleh mata tetapi sering tidak dapat diartikan dan
diuraikan,
b. nilai, dapat diuji dalam lingkungan fisik, dapat diuji hanya oleh konsensus
social. Tingkat yang lebih tinggi mengenai kesadaran,
c. asumsi dasar, yaitu menegnai hubungan manusia-lingkungan, hakikat
dasar manusia, hakikat hubungan manusia.
6. Menciptakan dan Mempertahankan Budaya
Suatu budaya dalam organisasi tidak muncul begitu saja. Bila sudah terbentuk
mantap, budaya tidak akan menghilang begitu saja. Kekuatan apa yang
mempengaruhi pembentukan suatu budaya? Apa yang akan mengukuhkan dan
mempertahankan kekuatan tersebut bila kekuatan tersebut sudah berada pada
posisinya. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita dapat melihat dari
konsep tentang bagaimana suatu budaya berawal. Kebiasaan, tradisi, dan cara-cara
umum dalam mengerjakan sesuatu yang sudah ada dalam suatu organisasi
berkaitan erat dengan apa yang telah dilakukan sebelumnya dan dnegan tingkat
keberhasilan organisasi tersebut dengan upaya-upayanya. Dengan demikian sumber
utama budaya organisasi tersebut adalah para pendirinya (Robbins, 2005)
Para pendiri organisasi secara tradisional memiliki pengaruh yang dalam
membentuk budaya awal. Mereka memiliki visi bagaimana wujud organisasi
tersebut. Mereka tidak dibatasi oleh kebiasaan-kebiasaan dalam menegrjakan
12
sesuatu atau ideologi-ideologi sebelumnya. Pemberian karakter terhadap organisasi-
organisasi baru dengan ruang lingkup yang masih kecil, mempermudah para pendiri
dalam menerapkan visinya pada keseluruhan anggota organisasi. Dikarenakan para
pendiri tersebut memiliki ide yang masih asli, mereka juga biasanya memiliki bias
tentang cara bagaimana ide- ide tersebut bisa terpenuhi. Budaya organisasi
dihasilkan dari interaksi antara bias dan asumsi para pendiri dengan apa yang
dipelajari selanjutnya oleh anggota awal organisasi dari pengalaman mereka sendiri.
Bila suatu budaya sudah berlaku dalam suatu organiasi, praktik-praktik dalam
organisasi berfungsi untuk menjaga budaya tersebut dengan cara mengekspos
karyawan agar memiliki pengalaman yang serupa (Robbins, 2005). Sosialisasi dapat
di konsepkan sebagai suatu proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu kedatangan,
orientasi dan metamorphosis.
a. Tahap pertama mengarah pada semua pembelajaran yang dilakukan sebelum
karyawan baru bergabung dengan organisasi.
b. Pada tahap kedua, karyawan baru berusaha mencari seperti apa organisasi
tersebut dan membandingkan keadaan yang diharapkan dengan realita yang
mungkin saja berbeda.
c. Pada tahap ketiga muncul dan berlaku perubahan yang relative bertahan lama.
Proses dengan ketiga tahap ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan
komitmen karyawan baru terhadap tujuan organisasi dan keputusan mereka
untuk bergabung dengan organisasi (Robbins, 2005)
7. Iklim Organisasi
Owens (1991) menyatakan bahwa “organizational climate is the study of
perceptions that individual have of various aspect of the environment in the
organization”. Dengan demikian pengkajian iklim organisasi dapat dilakukan dengan
menggali data dari persepsi individu yang ada dalam organisasi.
Taguiri dan Litwin dalam Soetopo (2010) mengartikan iklim organisasi adalah
suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya,
mempengaruhi prilakunya dan dapat dideskripsikan dengan nilai- nilai karakteristik
organisasi. Dengan penegrtian ini, Miner (1998) menyarikan aspek-aspek definisi
13
iklim organisasi sebagai berikut :
a. Iklim organisasi berkaitan dengan unit yang besar yang mengandung cirri
karakteristik tertentu.
b. Iklim organisasi lebih mendiskripsikan suatu unit organisasi daripada
menilainya.
c. Iklim organisasi berasal dari praktik organisasi, dan
d. Iklim organiasasi mempengaruhi prilaku dan sikap aggota organisasi.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan suatu proses yang
dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis.
Dari pengertian di atas manajemen terlihat bahwa pengorganisasian merupakan fungsi
kedua setelah perencanaan, dimana pengorganisasian ini merupakan penentuan pekerjaan,
pengelompokan tugas dan penentuan hubungan dalam rangka mencapai tujuan.
Tujuan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah organisasi, Setiap
organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas, karena jika tidak mempunyai tujuan yang
jelas maka suatu organisasi tersebut tidak terarah. Tujuannya adalah arah atau sesuatu yang
ingin dicapai menjadi sebab dilaksanakannya sesuatu kegiatan.
Pengorganisasian bermanfaat untuk mencapai tujuan dimana individu-individu tidak
dapat mencapainya sendiri, sekelompok orang yang bekerja sama secara koperatif dan
terkoordinasikan dapat mencapai hasil yang lebih dari pada dilakukan perorangan. Konsep
ini disebut dengan sinergi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Handoko bahwa tiang dasar
pengorganisasian adalah prinsip pembagian kerja (division of labor) yang memungkinkan
sinergi terjadi.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
16