Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENANGANAN GADAR TRAUMA INTOKSIKASI

MAKANAN DAN OBAT

Disusun Oleh :

1. Novi Ida Wulandari (P17220173043)


2. Rosalia Wahyu Juniarty ( P17220174048)
3. Yosi Apriliani (P17220174053)
4. Faitul Romelah (P17220174058)
5. Pamela Agesti (P17220174063)
6. M. Adam Prayogi (P17220174068)
7. Intan Ayu Pratama (P17220174074)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONEIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN LAWANG

2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah dengan
judul ” Penanganan Gadar Trauma Intoksikasi Makanan Dan Obat ” tepat pada
waktunya. Penulisan makalah ini dibuat guna melengkapi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana. Dan hasil
penulisan makalah ini semoga dapat berguna bagi para pembacanya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami telah mendapat bantuan moril dan
material dari berbagai pihak, baik itu dalam bentuk bimbingan maupun fasilitas-
fasilitas yang kami butuhkan. Oleh karena itu kami tidak lupa pada kesempatan
kali ini ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang membantu tersusunnya makalah ini

Dalam penulisan ini terdapat banyak keuntungan ataupun


ketidaksempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran sangat kami harapkan, demi
perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, kamimengharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan memenuhi harapan bagi kami maupun rekan-
rekan mahasiswa/mahasiswi lainnya.

Lawang, 29 Juli 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi trauma intoksikasi ............................................................... 3
2.2 Patofisiologi trauma intoksikasi ....................................................... 3
2.3 Tanda dan gejala ............................................................................... 4
2.4 Penanganan kegawat daruratan trauma intoksikasi .......................... 5
2.5 Sistem pelayanan gawat darurat......................................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.....................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................11

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma Intoksikasi (Keracunan) menurut WHO adalah kondisi yang


mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran,
kognisi, presepsi, afek, perilaku, fungsi, dan respon psikofisiologis. Sumber lain
menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat
kedalam tububh yang dapat menyebabkan ketidaknormalan mekanisme dalam
tubuh bahkan sampai dapat menyebabkian kematian.

Keracunan dapat disebabkan oleh bebrapa hal di antaranya yaitu factor


bahan kimia, mikroba, toksin, dl. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
vaskuler sistematik sehingga terjadi penurunan fungsi norgan-organ dalam tubuh.

Akibat keracunan makanan dapat menyebabkan gejala pada saraf dan


saluran cerna. Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada system saraf adalah
adanya rasa lemah, kesemutan dan kelumpuhan (Arisman.2009.). Suarjana (2013)
menyatakan tanda dan gejala yang biasa terjadi pada sauran cerna adalah sakit
perut , mual, muntah, bahkan dapat vmenyebabkan diare.

Terdapat beberapa hal dalam menangani keracunan, terdapat penanganan


pertajma pada keracunan makanan dan penangan di rumah sakit.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari trauma intoksikasi ?

2. Bagaimanakah patofisilogis dari trauma intoksikasi ?

3. Apa saja tanda dan gejala dari trauma intoksikasi

4. Bagaimana penganan kegawat daruratan untuk trauma intoksikasi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari trauma intoksikasi

2. Untuk mengetahui patofisiologis dari trauma intoksikasi

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari trauma intoksikasi

4. Untuk mengetahui penanganan gawat darurat untuk trauma intoksikasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Trauma Intoksikasi

Trauma Intoksikasi (Keracunan) menurut WHO adalah kondisi yang


mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran,
kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain
menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat
kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam
tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan kematian.
Jadi trauma intoksikasi makanan dan obat merupakan kodisi tubuh yang
mengalami keracunan yang diakibatkan karena mengkonsumsi makan atau obat.

2.2 Patofisiologi Trauma Intoksikasi

Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu


faktor bahan kimia,mikroba toksin,dll. .Dari segala penyebab keracunan tersebut
dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ-
organ dalam tubuh. biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah,
diare, perut kembung, gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah
dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dari bahan kimia) terjadi mual
muntah dikarenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung
meningkat. Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) menghambat
inktivasi enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal
enzim kHe bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan mengikat AkH
KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan
IFO - KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh
di tempat-tempat tertentu, sehingga timbul gejala-gejala rangsangan Akh yang

3
berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp 4
menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP.

2.3 Tanda dan Gejala

A. Manifestasi intoksikasi makanan


Akibat keracunan makanan dapat menimbulkan gejala pada sistem saraf
dan saluran cerna. Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah
adanya rasa lemah, kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot
pernafasan (Arisman,2009). Suarjana (2013) menyatakan tanda dan gejala
yang biasa terjadi pada saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah,
bahkan dapat menyebabkan menyebabkan diare.
B. Manifestasi intoksikasi obat
Beberapa gejala umum yang dapat muncul pada seseorang yang
mengalami keracunan obat adalah sebagai berikut:
1. Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah atau muntah darah, sakit
perut, diare, perdarahan pada saluran cerna.
2. Nyeri dada.
3. Detak jantung lebih cepat (dada berdebar).
4. Sulit bernapas atau sesak napas.
5. Pusing atau sakit kepala.
6. Kejang.
7. Penurunan kesadaran, bahkan hingga koma.
8. Kulit atau bibir kebiruan.
9. Hilang keseimbangan.
10. Kebingungan atau gelisah.
11. Halusinasi.
C. Manifestasi intoksikasi gigitan binatang
1. Demam
2. Mual dan muntah

4
3. Pusing
4. Pingsan
5. Jantung berdebar
6. Bengkak di wajah, bibir, atau tenggorokan
7. Sulit menelan dan bicara
8. Sesak napas.

2.4 Penanganan Gadar pada Trauma Intoksikasi

A. Penatalaksanaan

1) Penanganan pertama pada keracunan makanan

a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan


memberi korban minum air putih atau susu sesegera mungkin.

b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban


untuk muntah.

c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke


bawah dengan kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar
tidak tersedak.

d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.

e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut


korban bila ia dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha
memuntahkannya jika tidak tahu racun yang di telan.

f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan


seperti anti karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah,
tiner, serta pembersih toilet.

5
2) Penanganan di rumah sakit

a) Tindakan emergency

Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi

Breathing: Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas


spontan atau pernafasan tidak adekuat

Circulasi: Pasang infus bila keaadaan gawat darurat dan perbaiki


perfusi jaringan.

b) Resusitasi.

Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan


dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit,nafas
buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-
obatan depresan saluran nafas, Jikaperlurespirator pada kegagalan
nafas berat.Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab
racun organo fhosfat akan meracuni lewat mulut
penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face
mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.

3) Eliminasi

Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang


sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bilatidak berhasil.Katarsis( intestinal lavage ), dengan
pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan
besar.Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang
kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.

Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam


setelah keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh

6
dengan sabun. Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya
dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam pada koma derajat
sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan
dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah
aspirasi pnemonia.

4) Antidotum (penawar racun)

Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akhir


pada tempat penumpukan.

a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg

b) Dilanjutkan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit sampai


timbul gejala-gejalaatropinisasi (muka
merah,mulutkering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).

c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit


selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.

d) Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam.


Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound
effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut
yang sering fatal.

B. Discharge Planning Keracunan

Tata cara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:

a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)

1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor


mentah atau norit)

7
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam)
dengan cara:

Dimuntahkan: Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan


reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup
ipekak.

Kontraindikasi:Cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat


korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun
dan penderita kejang.

3) Bilas lambung: Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih


rendah.Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.Pembilasan sampai 20 X,
rata-rata volume 250 cc.

Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.

b. Racun melalui melalui kulit atau mata

1) Pakaian yang terkena racun dilepas

2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).

3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.

c. Racun melalui inhalasi

1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.

2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang


terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.

d. Racun melalui suntikan

8
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri
bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit

2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.

3) Beri kompres dingin di tempat suntikan

e. Mengeluarkan racun yang telah diserap dilakukan dengan cara:

1) Diuretic: lasix, manitol

2) Dialisa

3) Transfusi exchange

2.5 Sistem Pelayanan Gadar

A. Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan


yang memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.

Tujuan Pertolongan Pertama :

1. Menyelamatkan jiwa penderita

2. Mencegah cacat

3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

B. Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu

Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan


menjadi bagian dari suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, yaitu sistem pelayanan kedaruratan bagi
masyarakat yang membutuhkan, khususnya di bidang kesehatan.

C. Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:

9
1. Akses dan Komunikasi. Masyarakat harus mengetahui kemana mereka
harus meminta bantuan, baik yang umum maupun yang khusus.

2. Pelayanan Pra Rumah Sakit. Secara umum semua orang boleh


memberikan pertolongan. Klasifikasi Penolong:

a. Orang Awam. Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan


pertolongan pertama

b. Penolong pertama. Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI

c. Tenaga Khusus/Terlatih. Tenaga yang dilatih secara khusus untuk


menanggulangi kedaruratan di Lapangan

3. Tansportasi. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

D. Persetujuan Pertolongan

Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada


korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak
sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :

1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent).


Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan
isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu
atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan.
2. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent). Persetujuan yang
dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.

E. Alat Perlindungan Diri

Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya


dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara
lain :

10
a. Sarung tangan lateks. Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat
menularkan penyakit.

b. Kaca mata pelindung. Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya


penyakit kedalam tubuh manusia

c. Baju pelindung. Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian


tubuh melalui pakaian.

d. Masker penolong. Mencegah penularan penyakit melalui udara

e. Masker Resusitasi Jantung Paru. Masker yang dipergunakan untuk


memberikan bantuan napas

f. Helm. Seiring risiko adanya benturan pada kepala meningkat. Helm dapat
mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran pernafasan, melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan
gejala klinis. Sumber dari keracunan dapat berupa makanan,obat-obatan,dl.
Trauma yang diakibatkan karena keracunan harus segera mendapatkan
pertolongan pertama.

3.2 Saran

Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jeni-jenis anti dotum dan


penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan
pertolongan yang cepat dan benar. Dan apabila hendak melakukan penilaian
terhadap tanda vital seperti jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan
kesadaran, sehingga penanganan tindakan resusitasi ABC ( Airway, Breathing,
Circulatory) tidak terlambat dimulai.

12
DAFTAR PUSTAKA

Purnawangsa,Galih.2019.DefinisiIntoksikasi,(http://eprints.undip.ac.id/43894/3/G
alih_Aryyagunawan_G2A009106_Bab2KTI.pdf).Diakses pada tanggal 27 Juli
2019.

(Yudo,Febri.2019.Keracunan,(https://www.academia.edu/29340153/BAB_II_KE
RACUNAN). Diakses pada tanggal 27 Juli 2019.

Aksomo,tri2018.DasarPertolonganPertama,(https://www.academia.edu/10530230/
DASAR_PERTOLONGAN_PERTAMA) . Diakses pada 28 Juli 2019

Tiari S. 2016. (repository.umy.co.id)

13

Anda mungkin juga menyukai