Anda di halaman 1dari 7

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN HUBUNGAN AGAMA DENGAN

MANUSIA
A. PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang maha Esa dan sebagai wakil Tuhan di
bumi yang menerima amanat-Nya untuk mengelola kekayaan alam. Sebagai hamba Tuhan yang
mempunyai kewajiban untuk beribadah dan menyembah Tuhan Sang Pencipta dengan tulus
Penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat
bagi kita semua.
1. Latar Belakang Masalah
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi
untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri
manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri
makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena
tidak terkembangkan (melalui pendidikan)[1], maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak
akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif
atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau
menggunakan narkoba dan main judi)
Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran
agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari
sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia
akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu
karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu
yang tidak sesuai dengan ajaran agama[2].
2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah
Hubungan Manusia Dengan Agama.
Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka
dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
a. Pengertian Agama
b. Konsepsi Agama
c. Hubungan Agama Dan Manusia
d. Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial tatacara pergaulan remaja sesuai dengan ajaran islam
3. Tujuan Pembahasan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan
umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian agama
b. Untuk mengetahui Konsepsi agama

c. Untuk mengetahui Hubungan agama dengan manusia


d. Untuk mengetahui bahwa agama adalah pedoman tata sosial manusia
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Agama
Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau)
dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari
kekacauan. Didunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu : religi,
religie, religion[3], yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau
mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulangulang. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti :
hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan. Kesemuanya
itu memberikan gambaran bahwa addiin merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari
seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai
manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965)[4].
Dari sudut sosiologi, Emile Durkheim (Ali Syariati, 1985 : 81) mengartikan agama
sebagai suatu kumpulan keayakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan pribadi,
suatu peniruan terhadap modus-modus, ritual-ritual, aturan-aturan, konvensi-konvensi dan
praktek-praktek secara sosial telah mantap selama genarasi demi generasi[5].
Sedangkan menurut M. Natsir agama merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang
mengandung faktor-faktor antara lain :
a. Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.
b. Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.
c. Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.
d. Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.
e. Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.
f. Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.
g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia ini.
Sementara agama islam dapat diartikan sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui
para Rosul-Nya sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi Peraturan perintah dan
larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia ini dan di akhirat kelak.
2. Konsepsi Agama
Dalam Al-Quran Surat Al-Bakoroh 208, Allah berfirman : yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara utuh, keseluruhan
(jangan sebagian-sebagaian) dan jangan kamu mengikuti langkah setan, sesunggungnya setan
itu musuh yang nyata bagimu.[6]
Kekaffahan beragama itu telah di contohkan oleh Rosulullah sebagai uswah hasanah bagi
umat islam dalam berbagai aktifitas kehidupannya, dari mulai masalah-masalah sederhana
(seperti adab masuk WC) samapi kepada masalah-masalah komplek (mengurus Negara). Beliu
telah menampilkan wujud islam itu dalam sikap dan prilakunya dimanapun dan kapanpun beliu
adalah orang yang paling utama dan sempurna dalam mengamalkan ibadah mahdlah

(habluminallah) dan ghair mahdlah (hablumminanas)[7].


Meskipun beliau sudah mendapat jaminan maghfiroh (ampunan dari dosa-dosa) dan
masuk surga, tetapi justru beliau semakin meningkatkan amal ibadahnya yang wajib dan sunah
seperti shalat tahajud, zdikir, dan beristigfar[8]. Begitupun dalam berinteraksi sosial dengan
sesama manusia beliu menampilkan sosok pribadi yang sangat agung dan mulia.
Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguhsungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah
terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai
islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.
Diantara umat islam masih banyak yang menampilkan sikap dan prilakunya yang tidak
selaras, sesuai dengan nila-nilai islam sebagai agama yang dianutnya[9]. Dalam kehidupan
sehari-hari sering ditemukan kejadian atau peristiwa baik yang kita lihat sendiri atau melalui
media masa mengenai contoh-contoh ketidak konsistenan (tidak istikomah) orang islam dalam
mempedomani islam sebagai agamanya.
3. Hubungan Agama Dengan Manusia
Kondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan
yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi nilai-nilai
keimanannya.
Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah :
a. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan
film-film yang berbau porno.
b. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat.
c. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru
berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama.
d. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan
kepentingan kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing[10].
Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi
umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada
yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan
umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu sendiri.
Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi Rahmatan
lilalamin maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam
itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa)
tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi)[11].
Mereka diharapkan mampu
mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna esensial ibadah itu sendiri
yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti : pengendalian diri, sabar, amanah,
jujur, sikap altruis, sikap toleran dan saling menghormatai tidak suka menyakiti atau menghujat
orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyatu padukan antara
mila-nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas)
dalam rangka membangun Baldatun thaibatun warabun ghafur Negara yang subur makmur

dan penuh pengampunan Allah SWT.


4. Agama Sebagai Pentunjuk Sosial
Rosulullah SAW bersabda : Innamaa buitstu liutammima akhlaaq Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak. Yang bertanggung jawab terhadap pendidikan akhlak
adalah orang tua, guru, ustad, kiai, dan para pemimpin masyarakat.
Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di
tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial
(keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting
dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara
amat tergantung kepada akhlak tersebut.
Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinerji dari
berbagai pihak dalam menumbuhkembangkan akhlak mulya dan menghancur leburkan faktorfaktor penyebab maraknya akhlak yang buruk.
C. KESIMPULAN
Agama menurut bahasa sangsakerta, agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau)
dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari
kekacauan.
Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara sungguhsungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena sudah
terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-nilai
islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.
Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi Rahmatan
lilalamin maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam
itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa)
tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi).
Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di
tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial
(keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat penting
dimiliki oleh setiap muslim (masyarakat sebab maju mumdurnya suatu bangsa atau Negara
amat tergantung kepada akhlak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amin, Ahmad,. Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta. 1968.


2. Bakar Atjeh, Abu. Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.1968.
3. Hasan, Ali H.M. Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelambagaan Agama
Islam. 1994/1995.
4. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.. Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung.

2003.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN HUBUNGAN AGAMA


DENGAN MANUSIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah TPKI
Dosen Pengampu : NAILUR ROCHMAH, S.Pd.I

MAKALAH

Oleh:
Muthmainnah M

SEKOLAH TINGGI ISLAM AL KARIMIYYAH (STIA)


KAMPUS RAUDLATUL IMAN
GADU BARAT GANDING SUMENEP
TAHUN AKADEMIK 2011/2013

[1] Abu. Bakar Atjeh, Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.1968. Hal: 23-24
[2] Ali Hasan, Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelambagaan Agama Islam.
1994/1995. Hal: 09
[3] Yusuf syamsul. Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung. 2003. Hal: 1190
[4] Amin, Ahmad,. Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta. 1968. Hal: 29
[5] Ibid, Hal: 210
[6] Ali Hasan, Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelambagaan Agama Islam.

1994/1995. Hal: 101


[7] Abu. Bakar Atjeh, Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.1968. Hal: 55
[8] Ibid. Hal: 67
[9] Yusuf syamsul. Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung. 2003. Hal: 30
[10] Yusuf syamsul Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung. 2003. Hal: 1190
[11] yusuf Syamsul, Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung. 2003. Hal: 240

Anda mungkin juga menyukai