Anda di halaman 1dari 3

Analisis Kasus PT.

Freeport
Banyak sekali hal yang telah di lakukan oleh Freeport dalam rangka mempertahankan
kekuasaannya di tanah Papua milik Indonesia. Keberadaan Freeport tentunya banyak
menimbulkan polemik. Freeport terlihat memberikan keuntungan hanya pada tingkatan
pemerintah atas, tetapi warga di bawah atau khususnya rakyat papua tidak sama sekali
mendapat keuntungan. Rakyat Papua mencari sisa- sisa serpihan emas dari saluran
pembuangan PT. Freeport tetapi tetap pihak Freeport tidak menyukai dan banyak
melakukan tindakan represiI. Betapa tragisnya, ketika rakyat Indonesia di tanahnya sendiri
ingin memiliki sumber daya miliknya tetapi di hadang oleh pihak asing yang hanya mencari
keuntungan.

Hal tersebut tentu banyak menimbulkan pertanyaan? Pemerintah pun tahu bahwa Freeport
memberikan hanya sebagian yaitu sekitar 8 lebih. Teringat, dalam sebuah buku Amien
Rais berjudul Selamatkan Indonesiaku disana diceritakan kasus Kazakgate, dimana
Presiden dan menterinya disogok milyaran dollar oleh Chevron khususnya agen Chevron
bernama James demi melancarkan penyedotan sumber daya di Kazaktan ini. Merujuk dari
kasus ini, saya memiliki dugaan bahwa keberadaan PT. Freeport pasti tidak terlepas seperti
halnya kasus Kazakgate, pemerintah pasti punya keuntungan tersendiri. Dan perlu di ingat
PT. Freeport masuk ketika rezim Soeharto dan mendapat izin perpanjangan kontrak
kembali dari Mentamben Ginandjar Kartasasmita.

Terlebih PT. Freeport menurut buku dari Amien Rais Selamatkan Indonesiaku habis masa
kontrak sekitar tahun 2041. Begitu miris, ketika mereka telah habis mengeruk kekayaan
Indonesia ,lalu apa yang terjadi? Indonesia menjadi miskin, lingkungan menjadi rusak.
Tentu jika kita melihat bagaimana lokasi pertambangan di Papua terasa begitu banyaknya
PT. Freeport telah merong- rong sumber daya milik Indonesia.

Seharusnya, pemerintah sekarang berani mengajukan taringnya, seperti Negara- Negara di
Amerika Selatan yang mulai berani melepas dan tegas terhadap cengkraman asing. Dalam
kasus ini seharusnya pemerintah berani menegosiasi ulang perjanjian dengan Freeport.
Tentunya akibat Freeport, tanah Indonesia telah mengalami kerusakan dan sumber daya
alam kita seperti dibawa oleh maling dan kita pun diam saja. Selain menegosiasikan ulang
mengenai PT. Freeport ,ada hal yang sangat heroic dan apakah Indonesia bisa melakukan
hal tersebut?. Langkah tersebut selanjutnya adalah menasionalisasikan PT. Freeport. Saya
tertawa ketika menawarkan solusi ini. Apakah pemerintah seberani itu?. Menjadi superhero
bagi rakyatnya dan melepaskan cengkraman asing?. Hal tersebut perlu kita Iikirkan
bersama.

Setelah itu, hal lain yang mengindikasikan bahwa pemerintah mendapatkan keuntungan
adalah ketika ikatan sarjana geologi Indonesia dan PT. Pertamina sanggup mengelola
pertambangan tersebut. Tapi pemerintah tetap tidak menggubris. Apalagi hal yang dapat
menyebabkan sikap pemerintah seperti itu selain pemerintah Indonesia sendiri
mendapatkan keuntungan dan takut terhadap kekuatan asing?. Sepertinya Indonesia hanya
menjadi inlander bagi kekuatan- kekuatan asing.

Jika kita lihat di bagian atas tadi, PT. Freeport habis masa kontraknya pada tahun 2041.
Bisa diibaratkan seperti ini, ketika PT. Freeport sudah habis- habisan mengeruk Kekayaan
alam kita dan lingkungan menjadi rusak tak ada lagi yang bisa di ambil dari tanah kita,
angkatan- angkatan seperti SBY, Amien Rais, Megawati dll mungkin sudah kealam baka.
Dan kita para penerus bangsa? Hanya mendapatkan sisa- sisa kerusakan dan mungkin tidak
tahu apa lagi yang harus diberdayakan dari Negeri Merah Putih ini. Rasanya pemerintah
tidak sampai memikirkan mengenai bekal apa yang nanti akan diberikan pada penerus
bangsa. Mereka hanya sibuk mendapatkan keuntungan dan sibuk untuk menjadi inlander
pada kekuasaan asing.

Lalu adakah Iungsi dari Pasal 33 UUD 1945 yang justru bersemangat anti kolonialisme,
untuk bangkit sendiri secara ekonomi. 'Dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat dalam ketentuan itu berarti negara wajib membuat regulasi yang
memihak kepada kemakmuran rakyat dan melindungi kepentingan pemodal dalam negeri.
Benarkah hal ini terjadi, terlebih terkait kasus PT. Freeport?

Anda mungkin juga menyukai