Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anselmus H.

Gafita Putra

NPM : 172030139

Mata Kuliah : Politik Bisnis Internasional

JOINT VENTURE (PERUSAHAAN PATUNGAN)

• Tidak semua kegiatan usaha bisa dilakukan sendiri, karena berbagai alasan, baik alasan
tehnis produksi, alasan penguasaan pasar, maupun semata-mata alasan keuangan. Maka
beberapa orang atau beberapa pihak bersama-sama mendirikan satu perusahaan,
mungkin sama-sama berasal dari satu sekolah yang sama, mungkin juga pihak-pihak
yang berpatungan berasal dari negara-negara yang letaknya jauh satu sama lain.

Dalam zaman globalisasi seperti sekarang, sudah biasa melihat perusahaan patungan
dengan pemegang saham yang berasal dari banyak negara. Karena itu sudah menjadi
makin susah untuk menyebut negara asal mana yang mendominasi satu perusahaan.

• Tentu saja suatu perusahaan patungan diharapkan dapat menghimpun sinergi dari
berbagai pihak, khususnya pihak yang menguasai pasar dan pihak yang menguasai
tehnologi produksi. Uang itu sifatnya universil, bisa dicari dari mana saja dan dari siapa
saja. Kalau patungan didasarkan semata-mata atas dasar kemampuan finansial, maka
seringkali tidak kokoh, karena pihak yang tidak mempunyai kemampuan finansial bisa
memperolehnya dari lembaga keuangan lain.
• Teknologi produksi sering juga bisa dibeli dan relatif kurang berharga, dibanding
dengan penguasaan pasar, kecuali kalau tehnologi itu begitu istimewa dan tidak dapat
dibeli. Karena itulah pihak yang menguasai pasar memang mempunyai ‘bargaining
power’ dalam negosiasi dengan pihak lain, khususnya produsen dari negara lain, yang
perlu melakukan penetrasi ke pasar tertentu.
• Dalam hal joint venture atau patungan, bargaining power ini merupakan factor penting,
kalau tidak boleh dikatakan factor penentu. Bargaining power akan membuat satu pihak
menjadi menonjol dan harus diikuti oleh pihak-pihak lain. Dengan demikian pihak yang
dominan ini dapat menentukan apa yang diinginkannya, khususnya porsi pemegang
saham mayoritas.
• Ini merupakan suatu hal yang penting, bukan hanya pada awalnya, melainkan juga di
kemudian hari pada waktu mengambil keputusan-keputusan operasional, bahkan nanti
lebih penting lagi pada waktu terjadi perselisihan antara para pemegang saham.
• Penentuan keputusan sangat tergantung pada komposisi saham. Karena itu pihak yang
membeli satu perusahaan, selalu menginginkan porsi minimal 51%, agar ia dapat
mengambil semua keputusan.

Contoh perusahaan Joint Venture:

PT Freeport Indonesia (On going, sedang dalam proses tawar menawar untuk melakukan Joint
Venture, diakses dari: Fariha Sulmaihati, Katadata.co.id, Gubernur Papua Jadwalkan Bertemu
Freeport untuk Bahas Pembagian Saham, 2019/04/23,
https://katadata.co.id/berita/2019/04/23/gubernur-papua-jadwalkan-bertemu-freeport-untuk-
bahas-pembagian-saham, diakses pada tanggal 21 April 2020 pada pukul 00.03 WITA).

PT Freeport merupakan Salah satu perusahaan tambang terkemuka di dunia yang


melakukan eksplorasi, menambang, dan memproses bijih yang mengandung tembaga, emas,
dan perak di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia.

Tambang di kawasan mineral Grasberg, Papua - Indonesia merupakan salah satu deposit
tembaga dan emas terbesar di dunia. Perusahaan saat ini menambang pada fase akhir tambang
terbuka Grasberg. Perusahaan mengerjakan beberapa proyek pada kawasan mineral Grasberg
sehubungan dengan pengembangan beberapa tambang bawah tanah berkadar tinggi yang
berskala besar dan berumur panjang. Secara total, semua tambang bawah tanah ini diharapkan
menghasilkan tembaga dan emas skala besar sehubungan dengan peralihan dari tambang
terbuka Grasberg.

Tentang Freeport-McMoRan

Freeport-McMoRan (FCX) merupakan suatu perusahaan tambang internasional


terkemuka dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. FCX mengoperasikan
aset yang besar, berumur panjang yang tersebar secara geografis, dengan cadangan tembaga,
emas dan molybdenum yang signifikan. Portofolio aset FCX meliputi kawasan mineral
Grasberg di Papua, Indonesia, hingga gurun-gurun di Barat Daya Amerika Serikat,dan operasi
penambangan yang signifikan di Amerika Utara dan Amerika Selatan, termasuk kawasan
mineral Morenci yang berskala besar di Arizona dan operasi Cerro Verde di Peru. FCX
merupakan perusahaan publik penghasil tembaga terbesar di dunia. Saham FCX
diperdagangkan di New York Stock Exchange dengan symbol “FCX”

Tentang MIND ID

Merupakan Holding Industri Pertambangan Indonesia, dengan PT Indonesia Asahan


Aluminium (Persero) (Inalum), PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk, dan PT
Freeport Indonesia sebagai anggota holding.

Terkait dengan perusahaan joint venture, dilansir dari Katadata.co.id, Direktur Utama
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pihaknya
telah melakukan pertemuan dengan wakil Bupati dan Gubernur Papua untuk membahas
komposisi 51,2% saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Dari pertemuan tersebut PTFI akan
bertemu langsung dengan Gubernur Papua Lukas Enembe untuk memfinalisasikannya.

Jika sudah ada kesepakatan, maka Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Papua yang akan
menerima 10% saham Freeport akan segera dibentuk. Nantinya, setelah pembentukan BUMD
Papua, Inalum bisa segera membetuk perusahaan patungan (joint venture) dengan BUMD
Papua yang dinamakan PT Indonesia Papua Metal and Minerals (IPMM). Sebelumnya,
Pemkab Mimika mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo untuk meminta izin perubahan
dua poin dalam perjanjian induk. Karena ketidaksesuaian antara perjanjian induk dengan
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2018 tentang Perseroan Terbatas (PT) Papua
Divestasi Mandiri yang diterbitkan Pemprov Papua. Terdapat dua poin yang tidak sesuai, yaitu
Dalam perjanjian induk, Pemkab Mimika bakal memiliki bagian saham Freeport sebanyak 7%,
sedangkan Pemprov Papua 3%. Poin ini sejatinya terimplementasi dalam komposisi saham PT
Papua Divestasi Mandiri, namun nyatanya tidak. Dalam Perda ditetapkan bahwa Pemprov
Papua memegang mayoritas saham PT Papua Divestasi Mandiri, yakni sebanyak 51%.
Kemudian, Pemerintah Kabupaten sekitar areal operasi Freeport memegang saham sebesar
20%. Sehingga, Pemkab Mimika hanya memegang saham sebesar 29%. Adapun, berdasarkan
perjanjian awal pada divestasi saham Freeport, 51,2% saham PTFI yang dimiliki Indonesia,
Inalum akan memiliki secara langsung sebesar 26,2%. Sisanya sekitar 25% dimiliki IPMM.
Adapun, saham IPMM akan dimiliki Inalum sebesar 60% dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) Papua sebesar 40%.

Saham BUMD Papua dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Papua sebesar 30% dan Pemerintah
Kabupaten Mimika 70%. Sehingga jika dikonversi, kepemilikan saham PTFI oleh Pemerintah
Provinsi Papua adalah 3% dan Pemerintah Kabupaten Mimika sebesar 7%. Dengan demikian
BUMD Papua akan memiliki 10% saham PTFI.

Sumber:

Fariha Sulmaihati, Katadata.co.id, Gubernur Papua Jadwalkan Bertemu Freeport untuk Bahas
Pembagian Saham, 2019/04/23, https://katadata.co.id/berita/2019/04/23/gubernur-papua-
jadwalkan-bertemu-freeport-untuk-bahas-pembagian-saham, diakses pada tanggal 21 April
2020 pada pukul 00.03 WITA).

Tentang PT Freeport Indonesia, https://ptfi.co.id/id/about, diakses pada tanggal 21 April 2020


pada pukul 00.05 WITA.

Anda mungkin juga menyukai