Anda di halaman 1dari 8

ASAS PERJANJIAN PT FREEPORT INDONESIA

( Essay dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Legal Aspek in Economics)

Oleh :

NENA SAVITRI 2201867834


SOVIA PRATIWI HARDY 2201868414
FEBRI PUTRI HERMAYANTI 2201918665
PINGKAN AYUDHITA PRATIWI HARYANTO 2201868010
ELISABET PATRISIA MANGUNSONG 2201869013

PROGRAM STUDI MANAJEMAN

BINUS ONLINE LEARNING

2019
PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang mineral afiliasi dari
Freeport-McMoRan (FCX) dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum).
PTFI menambang dan memproses bijih menghasilkan konsentrat yang mengandung
tembaga, emas dan perak. Perseroan terbuka ini memasarkan konsentrat ke seluruh
penjuru dunia dan terutama ke smelter tembaga dalam negeri, PT Smelting. PT Freeport
Indonesia beroperasi di dataran tinggi terpencil di Pengunungan Sudirman, Kabupaten
Mimika, Provinsi Papua, Indonesia

Tambang di kawasan mineral Grasberg, Papua - Indonesia merupakan salah satu


deposit tembaga dan emas terbesar di dunia. Saat ini Freeport menambang pada fase
akhir tambang terbuka Grasberg. Ada beberapa proyek yang sekarang dikerjakan pada
kawasan mineral Grasberg sehubungan dengan pengembangan beberapa tambang
bawah tanah berkadar tinggi yang berskala besar dan berumur panjang. Secara total,
semua tambang bawah tanah ini diharapkan menghasilkan tembaga dan emas skala
besar sehubungan dengan peralihan dari tambang terbuka Grasberg.

Freeport-McMoRan (FCX) sendiri merupakan suatu perusahaan tambang


internasional terkemuka dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat.
FCX mengoperasikan aset yang besar, berumur panjang yang tersebar secara geografis,
dengan cadangan tembaga, emas dan molybdenum yang signifikan. Portofolio aset FCX
meliputi kawasan mineral Grasberg di Papua, Indonesia, hingga gurun-gurun di Barat
Daya Amerika Serikat,dan operasi penambangan yang signifikan di Amerika Utara dan
Amerika Selatan, termasuk kawasan mineral Morenci yang berskala besar di Arizona
dan operasi Cerro Verde di Peru. FCX merupakan perusahaan publik penghasil tembaga
terbesar di dunia. Saham FCX diperdagangkan di New York Stock Exchange dengan
symbol “FCX”

Sedangkan inalum merupakan Badan Usaha Milik Negara yang keseluruhan


sahamnya dimiliki Pemerintah Indonesia. Inalum merupakan induk holding industri
tambang Indonesia, dengan PT ANTAM Tbk., PT Bukit Asam Tbk., PT Timah Tbk.,
dan PT Freeport Indonesia sebagai anggota holding.
PT Freeport Indonesia (PTFI) melalui perusahaan induknya ikut
menandatangani Prinsip-prinsip Sukarela tentang Keamanan dan Hak Asasi Manusia
dari Kementerian Luar Negeri AS dan Kementerian Luar Negeri Kerajaan Inggris (U.S.
State Department-British Foreign Office Voluntary Principles on Security and Human
Rights). PTFI berkomitmen memastikan bahwa kegiatan kami dijalankan sesuai dengan
Deklarasi Universal PBB tentang Hak Asasi Manusia, undang-undang dan peraturan
Indonesia serta budaya dari masyarakat yang merupakan penduduk asli di wilayah
operasi perusahaan. Freeport juga mendukung Extractive Industries Transparency
Initiative (EITI / Prakarsa Transparansi Industri Ekstraksi) dengan membuat komitmen
internasional untuk mengungkapkan pendapatan dan pembayaran-pembayaran kepada
pemerintah. PTFI melalui Freeport- McMoRan Copper & Gold Inc. ikut mendukung
U.N. Millennium Development Goals (Sasaran Pembangunan Millenium dari PBB)
yang tengah kami evaluasi untuk diselaraskan dengan pendekatan berbasis resiko yang
kami terapkan dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

Landasan dari PT Freeport Indonesia merupakan sebuah komitmen untuk


menjaga integritas dengan menganut Prinsip Perilaku Bisnis. Prinsip tersebut dirancang
untuk memperkuat hal-hal yang penting dalam kehidupan berkarya sehari-hari —yakni
kerja keras, kejujuran, memperlakukan orang dengan adil, dan bekerja dengan aman dan
dengan etika. Dalam menjalankan prinsip tersebut, PT Freeport mengkolaborasikan
berbagai peraturan dan kebijakan dari Pemerintah Indonesia, Pemerintah Amerika
Serikat dan mengadapatasikan asas – asas dari Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB).
Ada beberapa pertanyaan yang membuat publik penasaran mengapa proses negosisasi
untuk mengakuisisi 51% saham di tambang emas yang berlokasi di Papua terasa sulit
dan membutuhkan proses yang panjang. Hal ini terjadi karena adanya Kontrak Karya
(Contract of Work) PT Freeport Indonesia yang begitu mengikat. Meminjam istilah
Mahfud MD, perjanjian ini bersifat 'menyandera' Republik Indonesia.

Kontrak Karya yang dimaksud adalah kontrak yang ditandatangani dan


disepakati pada jama Presiden Soeharto dengan Freeport McMoran pada tahu 1991.
Kontrak ini sendiri diajukan oleh Freeport setalah pada tahun 1988 mereka berhasil
menemukan tambang Grasberg, salah satu tambang emas besar di dunia. Mengetahui
potensi emas di pulau Papua, Freeport mengajukan kontrak yang berlaku puluhan tahun
namun penuh dengan artikel yang dapat diperdebatkan.
Direktur PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan salah satu pasal
yang ‘panas diperdebatkan’ adalah pasal 31-2 KK. Isi pasal tersebut adalah terkait
dengan masa operasi proyek, Freeport McMoRan (FCX), pengendali PTFI, dan
pemerintah memiliki interpretasi berbeda. PTFI memiliki pemahaman bahwa setelah
Kontrak Karya berakhir pada 2021, mereka berhak mengajukan perpanjangan dua kali
10 tahun hingga 2041.

Setelah melalui proses dan perjuangan diplomasi yang panjang, akhirnya


PT Freeport Indonesia resmi berganti status dari Kontrak Karya (KK) mejadi Izin
Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Pergantian status tersebut seiring dengan
resminya pengambilalihan mayoritas saham Freeport oleh PT Indonesia
Asahan Alumunium (Inalum). Penyerahan IUPK dilakukan oleh Direktur Jenderal
Mineral dan Batubara Bambang Gatot Ariyono kepada Direktur UtamaFreeport
Indonesia disaksikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial, Deputi
Kementerian BUMN Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Fajar
Harry Sampurno, Direktur Utama Inalum Budi G. Sadikin dan CEO FCX Richard
Adkerson dan Direktur Utama PTFI Tony Wenas di kantor Kementerian ESDM, Jakarta
Pusat.

Regulasi dan kebijakan tentang PT Freeport ini diatur dalam Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara. Perjanjian PT Freeport Indonesia dengan PT Inalum dan Freeport-McMoRan
(FCX). Perjanjian ini meruapakan asas perjanjian ‘Pacta Sunt Servanda’ yang dibuat
secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi ketiga pihak yang terkait sehingga
perjanjian menimbulkan kewajiban hukum bagi para pembuatnya.

Perjanjian IUKP (Izin Usaha Pertambangan Khusus) ini telah memenuhi syarat
sah yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata. Syarat sah sendiri terdiri dari syarat
subyektif dan objektid. IUKP telah memenuhi kecakapan syarat subjektif dimana pihak
dalam perjanjian telah dianggap dewasa menurut hukum. Adapun pihak – pihak yang
terakit dalam perjanjian tersebut adalah Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
Bambang Gatot Ariyono, Direktur UtamaFreeport Indonesia disaksikan oleh Sekretaris
Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial, Deputi Kementerian BUMN Bidang Usaha
Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Fajar Harry Sampurno, Direktur Utama
Inalum Budi G. Sadikin dan CEO FCX Richard Adkerson dan Direktur Utama PTFI
Tony Wenas. Selain itu, pihak – pihak yang terkait dalam perjanjian bukanlah mereka
yang berada dalam pengampuan. Syarat subjektif yang lainnya adalah kesepakatan dari
mereka yang mengikatkan diri dalam perjanjian sudah saling menyentujui, menyepakati
dan mampu mempertanggungjawabkan segala isi dari perjanjian yang telah dibuat
bersama, sehingga perjanjian ini disahkan dan mulai diberlakukan sejak 12 Desember
2018.

Syarat sah perjanjian dari sisi syarat objektif adalah isi kesepakatan dari pihak
yang mengikatkan diri dalam perjanjian seperti yang dipaparkan oleh Silondae (2011:
21). Isi dari perjanjian IUKP ini telah tercantum secara jelas dan tidak bertentangan
dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Hal ini dapat dibuktikkan
melalui analisa isi perjanjian yang terbukti telah mengadaptasikan dan
mempertimbangkan regulasi pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat serta
menjunjung tinggi asas – asas dari Perserikatan Bangsa – Bangsa.

Prestasi merupakan pelaksanaan dari isi kontrak yang telah diperjanjikan


menurut tata cara yang telah disepakati bersama. Dapat diartikan bahwa prestasi
merupakan hal-hal yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak yang mengadakan
perjanjian sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian yang telah disepakati.
Kaitannya dengan perjanjian terkait dengan tambang emas Freeport menurut Pasal 1234
KUH Perdata, prestasi dapat berupa perbuatan seseorang untuk:

a) Memberikan sesuatu
 Pasal 64: “Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
berkewajiban mengumumkan rencana kegiatan usaha pertambangan di
WIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 serta memberikan IUP
Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
kepada masyarakat secara terbuka.”
 Pasal 67 ayat (1): “Bupati/walikota memberikan IPR terutama kepada
penduduk setempat, baik perseorangan maupun kelompok masyarakat
dan/atau koperasi.”
 Pasal 85: “Pemerintah berkewajiban mengumumkan rencana kegiatan usaha
pertambangan di WIUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 serta
memberikan IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 kepada masyarakat secara terbuka.”
 Pasal 151: “Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya berhak memberikan sanksi administratif kepada pemegang
IUP, IPR atau IUPK atas pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 ayat (3), Pasal 40 ayat (5), Pasal 41, … atau Pasal 130 ayat
(2).”
 Pasal 168: “Untuk meningkatkan investasi di bidang pertambangan,
Pemerintah dapat memberikan keringanan dan fasilitas perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kecuali ditentukan lain
dalam IUP atau IUPK.”
b) Berbuat sesuatu
 Pasal 23: “Dalam menetapkan WPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
bupati/walikota berkewajiban melakukan pengumuman mengenai rencana
WPR kepada masyarakat secara terbuka.”
 Pasal 64
 Pasal 85
c) Tidak melakukan sesuatu
 Pasal 104 ayat (3): “Pemegang IUP dan IUPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilarang melakukan pengolahan dan pemurnian dari hasil
penambangan yang tidak memiliki IUP, IPR, atau IUPK.”
 Pasql 126 ayat (1): “Pemegang IUP atau IUPK dilarang melibatkan anak
perusahaan dan/atau afiliasinya dalam bidang usaha jasa pertambangan di
wilayah usaha pertambangan yang diusahakannya, kecuali dengan izin
Menteri.”
 Pasala 134 ayat (2): “Kegiatan usaha pertambangan tidak dapat
dilaksanakan pada tempat yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha
pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Selain prestasi, sebuah perjanjian juga mengandung wanprestasi dan resiko yang
dapat ditelaah serta dipelajari lebih dalam dengan pedoman IUPK UU No. 4 Tahun
2009.
Bagian yang terakhir dalam sebuah perjanjian menegaskan perkara – perkara
yang dapat mengahapuskan adanya perikatan, beberapa contoh sanksi yang dapat
menyebabkan perkara terhapusnya perikatan adalah sebagai berikut:

 Pasal 151 ayat (2c): “pencabutan IUP, IPR, atau IUPK.”


 Pasal 153: “Dalam hal pemerintah daerah berkeberatan terhadap
penghentian sementara dan/atau pencabutan IUP dan IPR oleh Menteri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 152, pemerintah daerah dapat
mengajukan keberatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.”
 Pasal 155: “Segala akibat hukum yang timbul karena penghentian
sementara dan/atau pencabutan IUP, IPR atau IUPK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 151 ayat (2) huruf b dan huruf c diselesaikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
 Pasal 163 ayat (2): “Selain pidana denda sebagaiman dimaksud pada ayat
(1), badan hukum dapat dijatuhi pidana tambahan berupa: pencabutan
izin usaha; dan/atau pencabutan status badan hukum.

Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi (IUPK) merupakan


pengganti status Kontrak Karya (KK) yang telah dijalankan Freeport Indonesia
sejak beroperasi pada 1967 dan diperbaharui pada 1991 dengan masa berlaku hingga
2021. Dengan terbitnya IUPK ini, maka Freeport akan mendapatkan kepastian hukum
dan kepastian berusaha dengan mengantongi perpanjangan masa operasi 2 x 10 tahun
hingga 2041, serta mendapatkan jaminan fiskal dan regulasi. Freeport Indonesia juga
akan membangun pabrik peleburan (smelter) dalam jangka waktu lima tahun.

Terkait dengan pengalihan saham, Inalum telah membayar US$ 3.85 miliar atau
sekitar Rp56 triliunkepada Freeport McMoRan Inc. (FCX) dan Rio Tinto, untuk
membeli sebagian saham FCX dan hak partisipasi Rio Tinto di PTFI sehingga
kepemilikan Inalum meningkat dari 9,36 persen menjadi 51,23 persen. Kepemilikan
51,23 persen tersebut nantinya akan terdiri dari 41.23 persen untuk Inalum dan 10
persen untuk Pemerintah Daerah Papua. Saham Pemerintah Daerah Papua akan dikelola
oleh perusahaan khusus PT Indonesia Papua Metal dan Mineral (IPPM) yang 60 persen
sahamnya akan dimiliki oleh INALUM dan 40 persen oleh BUMD Papua.
Ada beberapa cara untuk menanggulangi sengketa perkara kekayaan alam
Indonesia yang saat ini masih dikelola bersama dengan pihak Freeport McMoRan Inc,
yaitu dengan meningkatkan kualitas SDM Indonesia sendiri agar mampu mengolah
SDA yang ada di Indonesia serta melanjutkan pemerataan infrastruktur yang telah
berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

https://ptfi.co.id/id (diakses pada diakses pada 18 September 2019, pukul 19.33 WIB)

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181221165518-85-355576/freeport-resmi-
ganti-status-dari-kontrak-karya-jadi-iupk (diakses pada 19 September 2019, pukul 16.45
WIB)

https://www.hukumpertambangan.com/izin-usaha-tambang/izin-usaha-pertambangan-
khusus-iupk/ (diakses pada diakses pada 19 September 2019, pukul 17.13 WIB)

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/4TAHUN2009UU.HTM (diakses pada 21


September 11.01 WIB)

Anda mungkin juga menyukai