Mediasi
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi di mana ada pihak yang
merasa dirugikan oleh pihak lain. Perasaan tidak puas akan muncul ke permukaan
apabila terjadi conflict of interest. Pihak yang merasa dirugikan akan
menyampaikan ketidak puasannya kepada pihak kedua, apabila pihak kedua dapat
menanggapi dan memuaskan pihak pertama, selesailah konflik tersebut,
sebaliknya jika reaksi pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau
memiliki nilai-nilai yang berbeda, akan terjadilah apa yang dinamakan sengketa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Mediasi?
2. Apa saja macam-macam dari Mediasi?
2
3. Bagaimanakah prinsip-prinsip Mediasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mediasi
Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, Mediare yang
berarti berada di tengah. Makna ini menunjukkan kepada peran yang ditampilkan
pihak ketga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan
menyelesaikan sengketa antara para pihak. “Berada di tengah” juga bermakna
mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan
sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa
secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan (trust) dari pihak
yang bersengketa.1
Dalam Collins English Dictionary and Thesaurus disebutkan bahwa
mediasi adalah kegiatan menjembatani antara dua pihak yang bersengketa guna
menghasilkan kesepakatan (agreement).2
Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan (etimologi) lebih menekankan
pada keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak yang bersengketa
untuk menyelesaikan perselisihannya.3
Pihak ketiga itu disebut dengan mediator. Syarat utama mediator adalah
kemampuan mengajak dan meyakinkan pihak yang bersengketa untuk mencari
jalan terbaik menyelesaikan sengketa mereka (keahlian dalam teknik mediasi).4
1
Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2002), hlm. 2.
2
Loena Gilmour, Penny Hand, dan Cormac Mckeown (eds), Collins English Dictionary and
Thesaurus, Third edition, (Great Britain: Harper Collins Publishers, 2007), hlm. 510.
3
Ahmad Musaddad, Alternative Dispute Resolution Resolusi Konlik Nonlitigasi, (Malang:
Literasi Nusantara, 2020), hlm. 137.
4
Sugiatminingsih, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan,
Jurnal, Vol. 12, No, 2, Juli-Desember 2009.
3
Mediator berfungsi untuk membantu para pihak yang berselisih untuk
menyediakan fasilitas bagi pihak-pihak di dalam negosiasi untuk mencapai
kesepakatan.
Penunjukkan pihak ketiga sebagai mediator dapat terjadi karena:
1. Kehendak sendiri (mencalonkan diri)
2. Ditunjuk oleh penguasa (misalnya wakil dari para pihak yang
bersengketa)
3. Diminta oleh kedua belah pihak.5
4
Mediator mandiri adalah orang yang berprofesi sebagai penengah yang
membantu penyelesaian sengketa, sebagai pihak ketiga yang netral.
Mediator ini berasal dari lembaga penyedia jasa atau kantor yang
memberikan jasa layanan penyeiesaian sengketa di luar pengadilan. Tipe
mediator semacam inilah yang berkembang di berbagai negara dan saat ini
sedang dikembangkan di Indonesia.6
B. Model-Model Mediasi
Seorang Professor dalam ilmu hukum dan Direktur Disputes Resolution
Centre-Bond University, yang bernama Lawrence Boulle, membagi mediasi
dalam beberapa jenis diantaranya:
1. Settlement mediation (mediasi kompromi)
Merupakan mediasi yang tujuan utamanya adalah untuk mendorong
terwujudnya kompromi dari tuntutan kedua belah pihak yang bertikai.
2. Facilitative mediation
Mediasi yang berbasis kepentingan (interest-based) dan problem
solving yang bertujuan untuk menghindarkan para pihak yang bersengketa
dari posisi mereka dan menegosiasikan kebutuhan dan kepentingan para
pihak hak-hak legal mereka secara kaku.
3. Transformative mediation (mediasi terapi dan rekonsiliasi)
Mediasi ini menekankan untuk mencari penyebab yang mendasari
munculnya permasalahan di pihak yang bersengketa, dengan pertimbangan
untuk meningkatkan hubungan diantara mereka melalui pemberlakuan dan
pemberdayaan sebagai dasar resolusi konflik dari pertikaian yang ada.
4. Evaluative mediation (mediasi normatif)
Merupakan model mediasi yang bertujuan untuk mencari kesepakatan
berdasarkan hak-hak legal dari para pihak yang bersengketa dalam wilayah yang
diantisipasi oleh pengadilan.7
Sri Mamudji, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Jurnal
6
5
Mediasi Mediasi Mediasi Mediasi
Penyelesaian Fasilitatif Tranformati Evaluatif
f
6
prosedur lemah, para sampai
sangat pihak masalah
terbatas, didorong hubungan
perundingan untuk kreatif dapat diatasi
posisional guna
memenuhi
kepentingan
secara adil
7
mediasi dan
arbitrase.
8
2. Pihak yang beriktikad tidak baik dapat memanfaatkan proses mediasi sebagai
taktik untuk mengulur-ulur waktu penyelesaian sengketa, misalnya dengan
tidak mematuhi jadwal mediasi atau berunding sekadar untuk memperoleh
informasi.
3. Beberapa jenis kasus mungkin tidak dapat dimediasi, terutama kasus-kasus
yang berkaitan dengan masalah ideologis dan nilai dasar yang tidak
menyediakan ruang bagi para pihak untuk melakukan kompromi.
4. Medasi dipandang tidak tepat digunkaan jika masalah pokok dalam sengketa
adalah penentuan hak (rights) karena sengketa penentuan hak haruslah
diputuskan oleh hakim, sedangkan mediasi lebih tepat digunakan
menyelesaikan sengketa terkait dengan kepentingan (interest).
5. Secara normatif mediasi hanya dapat ditempuh atau digunakan dalam lapangan
hukum privat tidak dalam lapangan hukum pidana.8
D. Prinsip-Prinsip Mediasi
Menurut Ruth Carlton (Hoynes dkk, 2004:16), terdapat lima prinsip dasar
mediasi yang dikenal dengan lima dasar filsafat mediasi, yaitu: prinsip
kerahasiaan (confidentiality), prinsip sukarela (volunteer), prinsip pemberdayaan
(empowerment), prinsip netralitas (neutrality), dan prinsip solusi yang unik (a
unique solution).
1. Prinsip Kerahasiaan (confidentiality)
9
Masing-masing pihak yang bertikai datang ke mediasi atas keinginan dan
kemauan mereka sendiri secara sukarela dan tidak ada paksaan dan tekanan
dari pihak-pihak lain. Prinsip kesukarelaan ini dibangun atas dasar bahwa
orang akan mau bekerja sama untuk menemukan jalan keluar dari
persengketaan mereka, bila mereka datang ke tempat perundingan atas pilihan
mereka sendiri.
Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa orang yang mau datang ke mediasi
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menegosiasikan masalah mereka
sendiri dan dapat mencapai kesepakatan yang mereka inginkan. Kemampuan
mereka dalam hal ini harus diakui dan dihargai dan oleh karena itu, setiap
solusi atau jalan penyelesaian sebaiknya tidak dipaksakan dari luar.
Penyelesaian sengketa harus muncul dari pemberdayaan terhadap masing-
masing pihak, karena hal itu akan lebih memungkinkan para pihak untuk
menerima solusinya.
Bahwasannya solusi yang dihasilkan dari proses mediasi tidak harus sesuai
dengan standar legal, tetapi dapat dihasilkan dari proses kreativitas. Oleh
10
karena itu, hasil mediasi mungkin akan lebih banyak mengikuti keinginan
kedua belah pihak, yang terkait erat dengan konsep pemberdayaan masing-
masing pihak.9
9
Muchlisin Riadi, diakses dari https://www.kajianpustaka.com/2018/11/pengertian-prinsip-
dan-dasar-hukum-mediasi.html/ /Pengertian,Prinsip,dan Dasar Hukum Mediasi/, pada tanggal 7
April 2020 pukul 11.50
10
Nyoman Satyayudha Dananjaya, dkk, Penyelesaian Sengketa Alternatif (Alternative
Dispute Resolution), (Denpasar: Universitas Udhayana, 2017), hlm. 100.
11
d. Biaya ringan dan murah Murah tidaknya tergantung kesepakatan para
pihak, artinya apabila memilih mediator diluar hakim pengadilan maka
akan ada biaya yang dikeluarkan, atau memilih tempat penyelenggaraan
akan ada biaya yang dikeluarkan. Ini artinya murah dan ringannya biaya
tergantung kemauan para pihak. Sehingga sifat relatif dan karena
prosesnya cepat dan tidak berlarut, maka banyak biaya yang dapat ditekan.
e. Prosesnya bersifat tertutup dan rahasia, artinya agar adanya kenyamanan
untuk menyampaikan tawaran dan kepentingan, juga bagi para pihak agar
sengketa yang terjadi diantara mereka tidak banyak diketahui oleh pihak
luar sehingga mengindari aib para pihak di masyarakat luas.
f. Kesepakatan bersifat mengakhiri perkara, artinya dengan adanya
kesepakatan perdamaian yang nantinya dikukuhkan menjadi akta
perdamaian sehingga memiliki kekuatan eksekutorial maka sengketa telah
selesai dengan tuntas. Hal ini dikarenakan begitu menjadi akta perdamaian
maka klausula perdamaian yang terdapat dalam akta tidak dapat dirubah
lagi.
g. Proses mediasi dapat mengesampingkan pembuktian, ciri khas dari proses
penyelesaian perkara secara litigasi adalah proses pembuktian sesuai
dengan HIR dan RBg. Namun dalam mediasi para pihak dapat dan/atau
tidak perlu saling memperdebatkan alat bukti. Karena tujuan mediasi
adalah mempertemukan dua kepentingan dengan sikap kesukarelaan untuk
mencapai kesepakatan perdamaian.
h. Hasil mediasi bersifat win win solution, artinya tidak ada pihak yang
dirugikan, selalu ada manfaat dan keuntungan yang berimbang diantara
para pihak, hal ini dapat dicapai dengan adanya sikap kooperatif antara
para pihak sehingga para pihak akan merasa menang. Berbeda dengan
proses pengadilan win lose solution, ada pihak yang menang ada pihak
yang kalah, walaupun pada intinya kalah jadi abu menang jadi arang
(artinya walaupun menang dalam perkara, ada juga kerugian yang diderita,
12
yang dicari dalam suatu kemenangan adalah kepuasan manakala pihak
lawan dinyatakan kalah dan diajtuhi putusan, harga diri dan kehormatan).11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, Mediare yang
berarti berada di tengah. Makna ini menunjukkan kepada peran yang ditampilkan
pihak ketga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan
menyelesaikan sengketa antara para pihak. “Berada di tengah” juga bermakna
mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan
sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa
secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan rasa kepercayaan (trust) dari pihak
yang bersengketa.
11
Nyoman Satyayudha Dananjaya, dkk, Penyelesaian Sengketa Alternatif (Alternative
Dispute Resolution), (Denpasar: Universitas Udhayana, 2017), hlm. 98-102.
13
Penunjukkan pihak ketiga sebagai mediator dapat terjadi karena:
1. Kehendak sendiri (mencalonkan diri)
2. Ditunjuk oleh penguasa (misalnya wakil dari para pihak yang bersengketa)
3. Diminta oleh kedua belah pihak.
C. Saran
Akhirnya, pemakalah mengharap ridla Alloh SWT., semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Meskipun makalah ini belum
berarti apa-apa bila dibandingkan dengan perubahan dunia yang begitu cepatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Loena Gilmour, Penny Hand, dan Cormac Mckeown (eds). 2007. Collins English
Dictionary and Thesaurus, Third edition. Great Britain: Harper Collins
Publishers.
14
Widjaja, Gunawan. 2002. Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Jurnal:
Website:
15