Anda di halaman 1dari 22

MATA KULIAH MANAJEMEN RISIKO

Tugas Identifikasi Risiko


(Studi Kasus PT Telekomunikasi Indonesia Tbk)

Oleh:
1102100084 Risky Danaputra
1102100108 Widya Kusuma Rini
1102100146 Brellian Gema
1102101191 Syaifullah Aziz
1102101211 Arvin Zakkaha

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2014

14
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................3
1.4 Batasan Masalah........................................................................................................3
1.5 Profil Perusahaan.......................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................................7
2.1 Pengertian Risiko......................................................................................................7
2.2 Komponen Risiko......................................................................................................9
2.3 Cara Mengidentifikasi Risiko..................................................................................10
2.4 Proses Identifikasi Risiko........................................................................................10
2.5 Manajemen Risiko...................................................................................................11
2.6 Pengelolaan Risiko..................................................................................................11
BAB III PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS.............................................................13
3.1 Identifikasi Risiko...................................................................................................13
3.1.1 Risiko Operasional..........................................................................................13
3.2 Faktor Penyebab......................................................................................................15
3.3 Sumber Penyebab Risiko.........................................................................................16
3.4 Kerugian..................................................................................................................16
3.5 Pengendalian Risiko................................................................................................17
3.5.1 Analisis Pengelolaan Risiko............................................................................17
3.5.2 Pengendalian Risiko........................................................................................19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari aktivitas mengelola risiko. Operasi suatu badan usaha atau
perusahaan biasanya berhadapan dengan risiko usaha dan risiko non usaha.
Imam Ghazali dalam Kasidy, Manajemen Resiko (2010) menyatakan bahwa
risiko usaha adalah risiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk
menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang
saham. Sedangkan risiko non usaha adalah risiko lain yang tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan.
Manajemen risiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur
untuk mengelola suatu risiko usaha. Manajemen risiko merupakan antisipasi
atas semakin kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi (Kasidi, 2010).
Dalam pelaksanaannya, PT Telkom akan menghadapi banyak sekali risiko-
risiko yang akan mengganggu, baik itu risiko internal maupun risiko
eksternal. Hal ini tentu saja dapat terjadi, dikarenakan PT Telkom merupakan
perusahaan perseroan terbatas yang berkedudukan di Indonesia yang
sebagian besar operasi, aset dan pelanggannya berada di Indonesia.
Akibatnya, kondisi politik, ekonomi, hukum dan sosial di Indonesia di
masa mendatang, serta tindakan dan kebijakan tertentu yang diambil atau
tidak diambil oleh Pemerintah secara material dapat berdampak negatif
terhadap usaha, kondisi keuangan dan hasil operasi PT Telkom.
Dalam kondisi persaingan yang cukup ketat antar penyedia jasa layanan
telekomunikasi, perusahaan dituntut untuk meningkatkan kualitas layanan
dan produk yang dihasilkan. Dengan semakin banyaknya pilihan di pasar,
konsumen mempunyai kemampuan daya tawar yang lebih tinggi dalam
memilih produk sesuai dengan kebutuhannya. Saat ini industri
telekomunikasi di Indonesia sedang tumbuh dan berkembang dengan
pesat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya
kompetitor-kompetitor yang harus dihadapi oleh PT Telkom di industri ini,

14
seperti Indosat, Ratelindo, Excelcomindo, Bakrie Telecom dan Mobile 8. Di
lingkungan industri yang sangat menarik dan semakin kompetitif ini, PT
Telkom harus terus berupaya mempertahankan dan meningkatkan pangsa
pasarnya dan terus berusaha agar para para pelanggannya tidak pindah ke
kompetitornya. Risiko industri ini merupakan suatu hal yang penting dan
harus menjadi perhatian bagi PT Telkom dalam mempertahankan dan
mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu PT Telkom harus bisa menangani
atau mengidentifikasi risiko-risiko yang akan terjadi di kemudian hari.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan
yang akan menjadi obyek penelitian ini yaitu :
1. Apa saja risiko-risiko yang muncul pada PT Telkom?
2. Jenis risiko apa saja yang muncul pada PT Telkom?
3. Faktor apa saja yang menyebabkan munculnya risiko tersebut?
4. Apa saja kerugian yang didapat oleh PT Telkom?
5. Bagaimana cara mengelola risiko pada PT Telkom?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah yang ada di atas
diantaranya :
1. Mengidentifikasi risiko-risiko yang muncul pada PT Telkom
2. Mengidentifikasi jenis risiko yang muncul pada PT Telkom
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko tersebut.
4. Mengetahui kerugian yang akan didapat oleh PT Telkom
5. Mengetahui cara mengelola risiko pada PT Telkom

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang dirumuskan oleh peneliti terkait dengan penelitian
ini adalah :
1. Penelitian ini dilakukan hanya pada tahap teoritis, tidak memperhatikan
kondisi perusahaan secara langsung.
2. Usulan yang diberikan hanya bersifat tertulis tanpa adanya implementasi pada
perusahaan.

1.5 Profil Perusahaan


Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan
telekomunikasi dan jaringan di wilayah Indonesia dan karenanya tunduk pada

14
hukum dan peraturan yang berlaku di negara ini. Dengan statusnya sebagai
perusahaan milik negara yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham,
pemegang saham mayoritas Perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia
sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Saham Perusahaan diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia (“BEI”), New York Stock Exchange (“NYSE”), London
Stock Exchange (“LSE”) dan public offering without listing (“POWL“) di
Jepang.
Bermula dari didirikannya sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos
dan telegraf pada tahun 1882, layanan komunikasi dikonsolidasikan oleh
pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf (PTT).
Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856 dimulai pengoperasian layanan
jasa telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia)
dengan Bogor (Buitenzorg), momen tersebut di kemudian hari atau tepatnya
tahun 2009 dijadikan sebagai hari lahir PT Telkom. Status jawatan diubah pada
tahun 1961 menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi atau PN
Postel. Pada tahun 1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos
dan Giro, dan satunya lagi adalah Perusahaan Negara Telekomunikasi.
Selanjutnya pada tahun 1974 PN Telekomunikasi diubah namanya menjadì
Perusahaan Umum Telekomunikasi atau Perumtel yang menyelenggarakan
jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Pada tahun 1980 seluruh
saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diakuisisi oleh
Pemerintah Indonesia dan dijadikan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN
untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari
Perumtel.

Pada tahun 1989 undang-undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang


Telekomunikasi ditetapkan untuk mengatur peran swasta dalam
penyelenggaraan telekomunikasi. Kemudian pada tahun 1991 Perumtel diubah
lagi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia
berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991. Saat ini PT
Telekomunikasi Indonesia memiliki beberapa layanan telekomunikasi
diantaranya:

1. Telepon, Data dan Internet


a) Telepon Tetap (PSTN) : Layanan telepon tetap.

14
b) Flexi : Layanan telepon, data dan internet berbasis fixed wireless
CDMA.
c) PT TelkomNet Instan : layanan internet dial up.
d) PT TelkomNet Astinet : layanan akses internet berlangganan dengan
fokus perusahaan.
e) Speedy : layanan akses internet dengan kecepatan tinggi (broad band)
menggunakan teknologi ADSL.
f) e-Business (i-deal, i-manage, i-Settle, i-Xchange, PT TELKOMWeb
Plazatron). Solusi Enterprise-INFONET.
g) PT TELKOMLink VPN IP : layanan komunikasi data any to any
connection berbasis IP MPLS.
h) PT TELKOMNet Whole Sale (VPN Dial) : layanan akses dial up ke
intranet suatu perusahaan yang dilakukan secara remote dan mobile via
jaringan data berbasis TCP IP (MPLS/tunneling) pada PT
TELKOMNet.
i) PT TELKOM ISDN : Jaringan digital yang menyediakan layanan
telekomunikasi multimedia, merupakan pengembangan dari sistem
telepon yang telah terintegrasi.
2. Satelit
a) PT TELKOM Satelit (Sewa Transponder)
b) PT TELKOMVSAT
3. Televisi Berlangganan
a) Groovia TV
b) PT Telkom Vision
c) Usee TV
d) Yes TV

Adapun visi yang dimiliki oleh PT Telkom yaitu Menjadi perusahaan yang
unggul dalam penyelenggaraan TIME di kawasan regional, Sedangkan untuk
mencapai visi yang di usulkan perusahaan, PT Telkom melakukan misi yang
diantaranya menyediakan layanan TIME yang berkualitas tinggi dengan harga
yang kompetitif, menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia,

14
memberikan pelayanan terbaik, berupa kemudahan, produk, dan jaringan
berkulitas dengan harga kompetitif.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Risiko


Risiko adalah konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang
berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat
diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan
yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian. Bentuk-bentuk risiko
antara lain risiko murni, risiko spekulatif, risiko partikular dan risiko
fundamental.
a) Risiko murni adalah risiko yang akibatnya terdiri dari 2 macam yaitu rugi
atau break even, contohnya pencurian, kecelakaan atau kebakaran.
b) Risiko spekulatif adalah risiko yang akibatnya terdiri dari 3 macam yaitu
rugi, untung atau break even, contohnya judi.
c) Risiko partikular adalah risiko yang berasal dari individu dan dampaknya
lokal, contohnya pesawat jatuh, tabrakan mobil dan kapal kandas. Sedangkan
risiko fundamental adalah risiko yang bukan berasal dari individu dan
dampaknya luas, contohnya angin topan, gempa bumi dan banjir.

14
Terdapat beberapa macam tipe risiko yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tipe Risiko
TIPE RISIKO DEFINISI ILUSTRASI
Risiko Aset Risiko yang terjadi karena Kebakaran yang melanda
Fisik kejadian tertentu berakibat gudang/bangunan perusahaan.
buruk (kerugian) pada aset Banjir mengakibatkan kerusakan
fisik organisasi. pada bangunan dan peralatan
Risiko Risiko karena karyawan Kecelakaan kerja mengakibatkan
Karyawan organisasi mengalami karyawan cedera, kegiatan
peristiwa yang merugikan operasional perusahaan
terganggu
Risiko Legal Risiko kontrak tidak sesuai Terjadi perselisihan sehingga
yang diharapkan, perusahaan lain menuntut ganti
dokumentasi yang tidak rugi yang signifikan
benar
Risiko Pasar Risiko yang terjadi dari Harga pasar saham dalam
pergarakan harga atau portofolio perusahaan
volatilitas harga pasar mengalami penurunan, yang
mengakibatkan kerugian yang
dialami perusahaan.
Risiko Kredit Risiko karena counter Debitur tidak bisa membayar
party gagal memenuhi cicilan dan bunga hutang,
kewajibannya kepada sehingga perusahaan mengalami
perusahaan kerugian.
Piutang dagang tidak terbayar.
Risiko Risiko tidak bisa Perusahaan tidak mempunyai
Likuiditas memenuhi kebutuhan kas, kas untuk membayar
risiko tidak bisa menjual kewajibannya (misal melunasi
dengan cepat karena hutang).
ketidaklikuidan atau Perusahaan terpaksa menjual
gangguan pasar tanah dengan harga murah
(dibawah standar) karena sulit
menjual tanah tersebut (tidak
likuid), padahal perusahaan

14
membutuhkan kas dengan cepat.

Risiko Risiko kegiatan Komputer perusahaan terkena


Operasional operasional tidak berjalan virus sehingga operasi
lancar dan mengakibatkan perusahaan terganggu.
kerugian: kegagalan Prosedur pengendalian
sistem, human error, perusahaan tidak memadai
pengendalian dan prosedur sehingga terjadi pencurian
yang kurang barang-barang yang dimiliki
perusahaan.

Terdapat beberapa sumber risiko di lingkungan sekitar, yaitu:


a) Lingkungan fisik, misalnya bangunan yang dimakan usia sehingga rapuh,
sungai yang dapat menyebabkan banjir, gempa bumi, badai, topan,
vandalism (pengrusakan).
b) Lingkungan sosial, misalnya kerusuhan sosial, demonstrasi, pemogokan,
pencurian, dan lain-lain.
c) Lingkungan politik, misalnya perubahan perundangan, perubahan peraturan,
atau konflik antar negara.
d) Lingkungan legal, misalnya gugatan karena gagal memenuhi peraturan atau
janji.
e) Lingkungan operasional, misalnya kecelakaan kerja, kerusakan mesin, dan
lain-lain.
f) Lingkungan ekonomi, misalnya resesi, inflasi, dan lain-lain.

2.2 Komponen Risiko


Risiko dalam manajemen risiko bukan sekedar suatu kejadian, peristiwa atau
kondisi yang dapat berkembang/terjadi, namun mencakup pula berbagai informasi
yang terkait dengan kejadian, peristiwa atau kondisi tersebut. Oleh karena itu
dalam proses identifikasi risiko, informasi yang dikumpulkan antara lain
mencakup sumber risiko, stake holder, benda atau kondisi lingkungan yang dapat
memicu timbulnya risiko. Risiko dibagi kedalam dua faktor, yaitu:

14
a) Faktor risiko internal adalah faktor-faktor risiko yang terjadi di dalam
perusahaan atau proyek yang dapat dikontrol oleh manusia. Risiko-risiko
seperti ini biasanya timbul karena masalah keuangan, organisasi, karyawan,
lingkungan kerja, perubahan produk dan masalah-masalah lain di dalam
perusahaan atau proyek yang tidak menunjang pencapaian yang diharapkan.
Akibatnya, terjadilah penundaan waktu penyelesaian proyek, peningkatan
biaya atau gangguan/interupsi pada arus kas.
b) Faktor risiko eksternal adalah faktor-faktor risiko di luar kontrol / kendali
manusia, misalnya aktivitas di pasar uang/pasar modal, kebijakan di bidang
perpajakan, perubahan lingkungan/alam (cuaca), dan lain-lain. Ketika risiko-
risiko ini terjadi, yang paling penting adalah bagaimana menghadapinya.

2.3 Cara Mengidentifikasi Risiko


Terdapat 2 cara untuk mengidentifikasikan risiko yang diantaranya :
1. Identifikasi risiko berdasarkan tujuan
Pendirian sebuah perusahaan tentulah mempunyai tujuan. Jadi, peristiwa-
peristiwa yang akan menyebabkan tidak tercapainya sebagian atau seluruh
tujuan perusahaan akan diindentifikasikan sebagai risiko
2. Identifikasi risiko berdasarkan skenario
Skenario yang dibuat dimana skenario-skenario tersebut merupakan alternatif-
alternatif cara untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi, peristiwa-peristiwa
yang memicu terjadinya alternatif skenario yang tidak diharapkan / di luar
yang telah ditetapkan perusahaan dapat diidentifikasikan sebagai risiko. Hasil
dari identifikasi risiko adalah sebuah daftar berisi risiko-risiko. Apa yang akan
dilakukan terhadap risiko-risiko yang telah didaftarkan itu tergantung dari
sifat dari risiko-risiko itu.
2.4 Proses Identifikasi Risiko
Proses identifikasi tergantung dari jenis proyek yang sedang ditangani dan
kemampuan/keahlian/pengalaman dari tim manajemen risiko yang ditugaskan
untuk mengidentifikasi risiko-risiko, beberapa langkah yang perlu dilakukan
dalam proses identifikasi risiko, antara lain :
1. Proses identifikasi risiko dimulai dengan mengumpulkan peristiwa-peristiwa
yang dapat menimbulkan risiko bagi perusahaan atau suatu proyek baru yang
akan dikembangkan/dirintis oleh perusahaan itu. Pada umumnya, sebagian

14
besar proses identifikasi risiko dimulai dengan mempelajari isu-isu dan hal-
hal yang menjadi perhatian tim pengembangan proyek. Contoh daftar
identifikasi risiko-risiko adalah manajemen, organisasi, peraturan pemerintah,
pihak ke tiga, kondisi ekonomi perusahaan, lingkungan, dan lain-lain.
2. Pengelompokan risiko, sesudah risiko-risiko diidentifikasi maka risiko-risiko
itu harus dikelompokkan dalam beberapa kelompok risiko yang sejenis.
Pengelompokkan risiko-risiko itu bertujuan untuk mencegah terjadinya
pengulangan dan membantu manajemen dalam proses menganalisa risiko-
risiko.
3. Pembentukan Tim, siapa saja yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan identifikasi risiko ? Perusahaan dapat membentuk tim
khusus untuk mengidentifikasi risiko yang terdiri dari manajer proyek,
anggota-anggota proyek, tim manajemen risiko, ahli-ahli dari luar tim proyek
yang menguasai / memahami proyek yang sedang dikerjakan, ahli manajemen
risiko dan pemegang saham.
2.5 Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam
mengelola ketidakpastian atau suatu rangkaian aktivitas manusia yang
termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya
dan mitigasi risiko dengan menggunakan pengelolaan sumberdaya. Strategi
yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian
atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus
pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana
alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko
keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan
menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
2.6 Pengelolaan Risiko
Berikut adalah jenis-jenis cara mengelola risiko:
1. Risk avoidance, yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas
yang mengandung risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk
melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan
potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.

14
2. Risk reduction, atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan
metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun
mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko
3. Risk transfer, yatu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya
melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging.
4. Risk deferral, meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana
probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil. Dampak suatu risiko tidak
selalu konstan.
5. Risk retention. Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara
mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus
tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.

14
BAB III
PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS

3.1 Identifikasi Risiko


Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, PT Telkom menghadapi banyak
sekali risiko-risiko yang akan mengganggu, baik itu risiko internal maupun
risiko eksternal. Hal ini dikarenakan PT Telkom merupakan perusahaan
perseroan terbatas yang berkedudukan di Indonesia yang sebagian besar
operasi, aset dan pelanggannya berada di Indonesia. Akibatnya, kondisi politik,
ekonomi, hukum dan sosial di Indonesia di masa mendatang, serta tindakan dan
kebijakan tertentu yang diambil atau tidak diambil oleh Pemerintah secara
material dapat berdampak negatif terhadap usaha, kondisi keuangan dan hasil
operasi PT Telkom. Risiko Operasional menurut PT Telkom adalah risiko-risiko
yang terdapat dalam kegiatan operasional sehari-hari perusahaan yang baik
secara langsung maupun tidak langsung muncul dari ketidakcukupan atau
kegagalan proses internal, orang, dan sistem atau dari kejadian di luar
kendali perusahaan, termasuk bencana alam.

3.1.1 Risiko Operasional


Risiko operasional yang terjadi pada PT Telkom adalah sebagai berikut:

1. Kegagalan dalam melanjutkan operasi jaringan PT Telkom kepada jaringan


operator lainnya yang memiliki dampak negatif terhadap bisnis dan
prospek usaha PT Telkom
2. Akses kabel jaringan PT Telkom menghadapi ancaman keamanan, seperti
pencurian dan perusakan yang dapat mengakibatkan pengaruh terhadap
operasional PT Telkom
3. Adanya pihak dari dalam perusahaan (karyawan) yang meraup keuntungan
pribadi dan merugikan konsumen
4. Kebocoran pendapatan (kesulitan memperoleh pendapatan yang
merupakan hak dari PT Telkom) yang dapat terjadi akibat kelemahan dari
faktor internal dan eksternal
5. Teknologi baru dapat mengakibatkan terhadap daya saing PT Telkom
6. Satelit PT Telkom yang memiliki masa operasi yang terbatas dan dapat
rusak selama masa operasi orbit,

14
7. Risiko terhadap pelayanan internet (jaringan PT Telkom yang rentan
terhadap akses ilegal, virus komputer, ancaman dunia maya dan ancaman
lainnya)
8. Persaingan terhadap operator yang ada dan pemain baru (operator baru) di
industri telekomunikasi ini dapat berdampak terhadap bisnis
telekomunikasi
9. Sangat banyak karyawan yang bekerja tidak secara maksimal
10. Peminjaman uang dengan pihak luar negeri untuk penambahan alat-alat
baru

14
3.2 Faktor Penyebab
Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards).
Banjir, tanah longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh
bencana yang secara langsung dapat menimbulkan kerugian. Sementara
bahaya terbagi atas beberapa jenis:
1. Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas
bangunan suatu perusahaan,
2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau
ketidakdisiplinan.
3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati ataupun
kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu perusahaan.
4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat
mengabaikan undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan.

Pada Kasus PT Telkom, faktor penyebab terjadinya risiko adalah berasal dari
moral para pegawai dari PT Telkom itu sendiri. Banyak pegawai yang belum
bekerja secara maksimal dan ditemukannya pelaksanaan operasional yang
masih belum maksimal. Kemudian banyaknya pemain baru yang masuk
kedalam dunia telekomunikasi merupakan risiko yang harus dihadapi oleh
pihak PT Telkom agar tetap dapat bertahan dan menjadi pemain nomor satu di
dunia telekomunikasi.
Bahaya moral tidak hanya mengancam PT. Telkom saja, kasus lain akibat
moral dari para pegawai suatu badan/perusahaan misalnya yang terjadi pada
kasus Citibank Indonesia yang terlibat pada permasalahan penggelapan dana
nasabah. Akibatnya bank tersebut tidak hanya menderita kerugian finansial,
tapi juga risiko reputasi, bahkan kepatuhan. Risiko reputasi dan kepatuhan
lebih membahayakan keberlangsungan perusahaan daripada risiko finansial.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap bank akan membuat bank tersebut
kehilangan dana karena masyarakat akan menarik kembali seluruh dana yang
telah tertanam di bank tersebut karena takut akan mengalami kerugian besar.
Dana-dana yang ditarik tersebut sebenarnya digunakan untuk menjalankan
kegiatan perbankan, namun kerena ada penarikan sejumlah dana dan
ketidakinginan masyarakat untuk menabung lagi maka bank tersebut dapat
terancam likuiditasnya. Pada fase ini pemerintah dapat melakukan intervensi
dengan menutup bank.

14
3.3 Sumber Penyebab Risiko
Pada kasus PT Telkom, sumber resiko berasal dari faktor internal dan
eksternal. Contohnya pada kasus pencurian kabel yang terjadi di daerah
Bintaro. Oknum yang terlibat dalam kasus ini merupakan teknisi sambungan
internet speedy dan karyawan pemeliharaan kabel, artinya oknum yang terlibat
merupakan karyawan internal perusahaan. Sedangkan dalam kasus risiko
terhadap pelayanan internet dapat disebabkan karena faktor internal (belum
adanya pembaharuan dalam teknologi pelayanan) dan faktor eksternal
(tersedianya celah bagi masyarakat untuk melakukan tindakan kriminal seperti
pencurian pulsa melalui hacker professional).

3.4 Kerugian
Pada kasus PT. Telekomunikasi Indonesia, ada beberapa kerugian yang
diderita oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Kerugian tersebut terdiri dari
kerugian finansial dan risiko menurunnya reputasi dari PT. Telekomunikasi
Indonesia sebagai perusahaan telekomunikasi yang sudah lama melayani
kebutuhan telekomunikasi terhadap konsumen ke depannya.

1. Kerugian Finansial
a) Kerugian langsung berupa merosotnya reputasi sehingga pendapatan
perusahaan menurun
b) Kerugian membayar denda-denda yang disebabkan oleh adanya tuntutan
hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung.
c) Kerugian biaya operasional terhadap jaringan kabel yang dicuri dan rusak
d) Kerugian biaya untuk membangun jaringan operator yang terhenti
e) Kerugian pembelian alat dan teknologi baru apabila tidak dapat
menggunakannya.
f) Kerugian biaya operasi dan maintenance pada Satelit PT. Telkom Indonesia
yang dapat rusak
g) Kerugian biaya dalam membangun citra positif dan mengembalikan
kepercayaan masyarakat.

2. Kerugian Reputasi

14
a) Kerugian adanya publikasi negatif dari konsumen yang mengalami
pelayanan yang kurang memuaskan
b) Kerugian berkurangnya tingkat kepercayaan para perusahaan untuk
melakukan bisnis kedepannya
c) Kerugian sulitnya untuk bersaing dengan kompetitor
d) Kerugian kredibilitas perusahaan menurun di masyarakat
Kerugian lainnya adalah kerugian yang ditimbulkan oleh resiko terhadap
kepatuhan pegawai di PT. Telkom Indonesia. Pegawai yang tidak patuh dapat
merusak keseluruhan sistem kerja. Hal ini disebabkan karena ketidakpatuhan
yang dibuatnya dapat mengganggu koordinasi dan pelimpahan tanggung jawab
oleh atasannya. Kerahasiaan perusahaan pun dapat terancam dengan adanya
pegawai seperti ini. Mereka akan cenderung mengupayakan berbagai hal untuk
memuaskan kepentingan sendiri meskipun harus melanggar peraturan.
3.5 Pengendalian Risiko
3.5.1 Analisis Pengelolaan Risiko
1. Pada kasus “kegagalan dalam melanjutkan operasi jaringan PT. Telkom
kepada jaringan operator lainnya” termasuk kedalam pengelolaan Risk
Control. Hal ini bisa dilakukan pengurangan frekuensi terjadinya resiko
operasi jaringan Telkom, sehingga dampak yang di timbulkan dapat
berkurang
2. Pada kasus “Akses kabel jaringan PT. Telkom menghadapi ancaman
keamanan” termasuk kedalam pengelolaan Risk Avoidance. Hal ini dapat
dilakukan pencegahan dari ancaman keamanan kabel jaringan. Seperti
memindahkan kabel jaringan ke tempat yang lebih aman dan strategis.
3. Pada kasus “Adanya pihak dari dalam perusahaan (karyawan) yang meraup
keuntungan pribadi dan merugikan konsumen” termasuk kedalam
pengelolaan Risk Control. Hal ini bisa dilakukan pengawasan terhadap
seluruh karyawan PT. Telkom, sehingga mengurangi frekeuensi
kemungkinan risiko
4. Pada kasus “Kebocoran pendapatan” termasuk kedalam pengelolaan Risk
Transfer
5. Pada kasus “Teknologi baru dapat mengakibatkan terhadap daya saing PT.
Telkom” termasuk kedalam pengelolaan Risk Control.

14
6. Pada kasus “Satelit PT. Telkom yang memiliki masa operasi yang terbatas
dan dapat rusak selama masa operasi orbit” termasuk kedalam pengelolaan
Risk transfer
7. Pada kasus “Risiko terhadap pelayanan internet (jaringan PT. Telkom yang
rentan terhadap akses ilegal, virus komputer, ancaman dunia maya dan
ancaman lainnya)” termasuk kedalam pengelolaan Risk Avoidance, hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang canggih agar
pelayanan dapat berjalan dengan baik
8. Pada kasus ” Persaingan terhadap operator yang ada dan pemain baru
(operator baru) di industri telekomunikasi ini dapat berdampak terhadap
bisnis telekomunikasi” termasuk kedalam pengelolaan Risk Retention
9. Pada kasus “Sangat banyak karyawan yang bekerja tidak secara maksimal”
termasuk kedalam pengelolaan Risk Avoidance. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat sebuah pelatihan yang intensif agar karyawan dapat
bekerja secara baik dan maksimal
10. Pada kasus “Peminjaman uang dengan pihak luar negri untuk penambahan
alat-alat baru” termasuk kedalam pengelolaan Risk Retention. Hal ini
perusahaan lebih memilih menganggarkan dana untuk keperluan alat-alat
baru. Sehingga perusahaan tidak akan terlilit hutang.
Berikut adalah pembagian alternati pengelolaan risiko berdasarkan kasus yang
tertera diatas:

14
Tabel 3.1 Alternatif Pengelolaan Risiko

Alternatif Pengelolaan Nomor


Risiko Risiko
Risk Avoidance
(Penghindaran Risiko) 2,9,7
Risk Retention
(Penahanan Risiko) 8,10
Risk Transfer
(Pengalihan Risiko) 4,6
Risk Control
(Pengendalian Risiko) 1,3,5

Sedangkan matriks dibawah ini merupakan hasil klasifikasi berdasarkan risiko


yang telah dijabarkan diatas sesuai dengan tingkat signifikansi dan tingkat
frekuensi yang dialami oleh risiko:

Matriks Frekuensi dan Signifikansi Risiko

Tinggi 2, 8 1, 7 6, 10
Signifikansi

Sedang 9 3, 5

Rendah 4
Tinggi Sedang Rendah
Frekuensi

Gambar 3.1 Matriks Frekuensi dan Signifikansi Risiko

3.5.2 Pengendalian Risiko


Berikut ini beberapa cara yang dapat ditempuh perusahaan dalam mengatasi
risiko ataupun mencegah terjadinya risiko yang sama ke depannya. Beberapa
cara tersebut telah diterapkan PT Telkom dalam manajemen risiko
perusahaannya.
1. Melakukan tata kelola risiko secara terpadu dengan pengimplementasian
tanggung jawab dan keseuaian kompetensi masing-masing pihak yang
terkait. Misalnya seperti Dewan Komisaris, Direksi, Risk & Capital
Committee (RCC), unit risk management dan unit business yang telah
berinteraksi dan bersinerji secara optimal.

14
2. PT Telkom menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko.
Dengan demikian, PT Telkom dapat memusatkan perhatiannya pada jenis-
jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk atau melebihi kebijakan
toleransi telekomunikasi pada resiko tertentu.
3. Melakukan dukungan aktivitas bisnis melalui legal advisory kepada unit
bisnis dengan menyampaikan kajian hukum (Legal Opinion) atas rencana
tindakan dan permasalahan yang telah terjadi terkait dengan kesesuaian
hukum atau ketentuan yang berlaku (Legal Advisory)
4. Melakukan evaluasi kajian risiko dan legal (risk & legal review) atas
rencana inisiatif bisnis, kebijakan dan rencana kerjasama yang akan
dilakukan oleh Perusahaan (Legal Review atas inisiatif Bisnis & Policy)
5. Menyelenggarakan layanan data kepada pihak eksternal sebagai bentuk
kewajiban operator telekomunikasi untuk menyediakan data kepada Aparat
Penegak Hukum
6. Mendokumentasikan dan berbagi pengetahuan atas pembelajaran
terjadinya kasus litigasi sebagai referensi untuk tidak terulang kembali
berupa PT Telkom Lesson Learn Book.

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil identifikasi risiko – risiko yang ada menunjukan bahwa risiko –
risiko tersebut bisa dikelola baik dengan cara dihindari, ditahan, ditransfer dan
dialihkan, lalu Risiko-risiko yang ada di perusahaan perlu di identifikasi supaya
perusahaan bisa tetap terus bertahan dan tidak mengalami kebangkrutan, dari tugas ini
menghasilkan langkah-langkah pengendalian risiko yang sebaiknya dilakukan PT
Telkom untuk mencegah terjadinya risiko yang sama ke depannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN


Kountur, Ronny. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur.
Hasil, 2013, Konsep Dasar Manajemen Risiko, diakses 9 April 2014, pukul 09.03,
http://sharifhaq.blogspot.com/2013/01/konsep-dasar-manajemen-resiko.html
Wikipedia, 2013, Manajemen risiko, diakses 9 April 2014, pukul 08.46,
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko
Wikipedia, 2013, Risiko, diakses 9 April 2014, pukul 09.52,
http://id.wikipedia.org/wiki/Risiko

14

Anda mungkin juga menyukai