Anda di halaman 1dari 46

asuransi

Selasa, 18 November 2014

permasalahan dan solusi kasus asuransi

Permasalahan dan solusi kasus asuransi

Contoh kasus 1:
JAKARTA. Kabar kurang sedap menimpa Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya (BAJ
Life). Ada dugaan, perusahaan asuransi jiwa lokal ini bermasalah dengan
keuangan. Akibatnya, banyak nasabah yang khawatir dengan polis mereka,
sehingga memilih mencairkan sebelum jatuh tempo.
Pengakuan seorang nasabah BAJ Life, terpaksa menarik kembali polisnya
karena mendapat info dari mantan kepala cabang asuransi itu bahwa
perusahaan sedang bermasalah. Kabarnya, manajemen wajib menyetor
dana Rp 600 miliar ke kementerian keuangan untuk penyehatan.
Makanya "Daripada uang hangus semua, polis harus ditarik secepatnya,"
kata nasabah menirukan saran mantan kepala cabang itu. Nasabah ini
memiliki polis asuransi jiwa di BAJ Life sejak enam tahun lalu melalui kantor
cabang Depok. Ia membayar polis Rp 3 juta per tahun.
Hitung punya hitung, pencairan polis hanya menghasilkan dana kembalian
Rp 6 juta. "Mereka sanggup mengembalikan, tapi membutuhkan waktu
sekitar tiga bulan," tambahnya.
Usut punya usut, masalah di BAJ Life sudah ramai sejak lama. Surat kabar
di Surabaya pernah memberitakan kesulitan nasabah di Sidoarjo,
JawaTimur pada Juni 2011. Kemudian, Wahyu, warga Ponorogo, Jawa Timur
juga kesulitan mencairkan klaim asuransi jiwa milik almarhum ibunya yang
meninggal pada September 2011.
"Nilai klaim Rp 10 juta, tapi sampai saat ini belum turun juga," kata Wahyu.
Ia dan keluarga pun memilih mengikhlaskan klaim tersebut karena
berlarut-larut.
Terkena pembatasan
Boyke Panahiatan, Direktur Keuangan BAJ Life, mengaku perusahaannya
sedang terlilit masalah. Sejak tahun 2009, mereka terkena Pembatasan
Kegiatan Usaha (PKU) oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK). Namun, ia enggan merinci penyebab PKU itu.
Sesuai regulasi, penyebab PKU karena perusahaan asuransi tidak bisa
memenuhi modal minimal. PKU menjadikan perusahaan tidak boleh
mencari nasabah baru.
Namun, perusahaan harus tetap melayani nasabah yang ingin mencairkan
klaim atau menarik polisnya. "Masalah penarikan ada, tapi kalau ada yang
kesulitan, informasikan saja namanya, akan kami bantu agar cepat
selesai," kata Boyke.
Menurut Boyke, manajemen sangat terbuka dengan kondisi perusahaan. Ia
juga siap membantu menyelesaikan permasalahan nasabah. "Kami tidak
ingin masalah ini semakin runyam, karena malah bisa dimanfaatkan pihak
lain atau merugikan industri asuransi," terang Boyke.
Isa Rachmatarwata, Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) membantah info pencabutan
izin itu. Sayang, Isa juga enggan berbicara banyak. Ia juga menolak
mengomentari soal setoran dana Rp 600 miliar.
Dari situsnya, BAJ Life berdiri sejak 10 Juni 1967. Perusahaan ini memiliki
jaringan pemasaran di 12 kantor cabang, 142 kantor distrik dan 131 kantor
sektor. Per akhir 2007, total aset mencapai Rp 717,4 miliar dan pendapatan
premi Rp 432,49 miliar.

Komentar : seharusnya perusahaan Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya (BAJ


Life) menjelaskan tentang permasalahan yang terjadi di dalam perusahaan
itu dan meyakinkan para nasabah untuk tetap percaya kepada BAJ Life
bahwa masalah yg terjadi di dalam perusahaan tidak menggagu kegiatan
atau kinerja perusahaan.
Contoh kasus 2:
LENSAINDONESIA.COM: Puluhan massa yang tergabung dalam LSM Laskar
Wengker (Lawe) menggeruduk Kejaksaan Negeri (Kejari) Ponorogo, Kamis,
(24/04/2014). Massa meminta agar tersangka kasus asuransi Prudential,
Leli Lestari (52) dibebaskan dari segala tuntutan hukum.
LSM Lawe mangganggap, warga Kelurahan Kauman Ponorogo ini, dianggap
sebagai korban dari sindikat kejahatan asuransi.

Dengan membawa seperangkat sound system dan mengendarai puluhan


sepeda motor, massa yang dikoordinir Adipati Sunardi Gondrong itu
mendatangi gedung Kejari, Pengadilan Negeri (PN) dan kantor Prudential
yang baru di Jl Jenderal Sudirman, Ponorogo.

Tak hanya itu, spanduk dengan tulisan mengecam kriminalisasi terhadap


tersangka. Menurut mereka, tersangka yang sudah kehilangan anak, oleh
pihak asuransi malah diajukan ke meja hijau, karena dianggap telah
melakukan pemalsuan dokumen untuk mengklaim asuransi sebesar Rp 5 M,
atas kematian anaknya, Nica Wijaya.

Dalam kasus ini secara logika tidak mungkin seorang ibu Leli Lestari
memalsukan dokumen, tanpa keterlibatan oknum lain dari pihak asuransi.

Kenapa pihak Pudential sendiri tidak tersentuh sama sekali ?, tanya Sunardi
di hadapan Kajari Ponorogo Sucipto, yang didampingi oleh Kapolres AKBP
Iwan Kurniawan.

Mendapati pertanyaan tersebut, Kajari mengatakan, bahwa kasus itu


merupakan pelimpahan dari Kejati Jatim dan merupakan kasus dari Polda
Jatim. Sehingga pihaknya tidak bisa mempengaruhi kasus itu. Justru
pihaknya meminta agar Sunardi dan kawan-kawan menanyakan masalah itu
ke Kejati dan Polda Jatim.

Kalau kasus itu (asuransi) adalah limpahan dari Kejati dan Polda Jatim, jadi
bisa ditanyakan hal itu ke sana,ujar Kejari.
Mendapat jawaban seperti itu, Sunardi sontak memerah mukanya, namun
akhirnya setelah disanggupi bahwa Kejari dan Kejati bisa berkoordinasi,
maka masapun meninggalkan Kejari dan mendatangi kantor perwakilan
Prudential.

Di kantor asuransi yang masih baru kontrak di timur aloon-aloon ini, masa
hanya melakukan orasi dan membeber pamflet. Tujuan berikutnya adalah
Pengadilan Negeri(PN) Ponorogo, di mana saat itu tengah berlangsung
sidang perdana kasus itu.

Dalam kasus ini tersangka diancam dengan pasal 263 ayat 1 KUHP yaitu
tentang orang yang melakukan pemalsuan, ayat 2 orang yang menggunakan
surat yang tahu itu palsu atau pasal 264 tentang pemalsuan khusus untuk
surat-surat tertentu seperti akta.

Seperti diketahui, Leli Lestari harus mendekam di tahanan Kejaksaan Negeri


Ponorogo, karena didakwa telah melakukan pemalsuan dokumen. Ibu 5 anak
ini ditahan sejak 28 Maret lalu, dan dititipkan di Rutan Ponorogo.

Kasus yang terjadi tahun 2006 ini, bermuara dengan tuntutan pihak asuransi
Prudential. Sebab janda dari Yusuf Wijaya itu, setelah membayar premi
pertama sebesar Rp 60 juta, 2 bulan kemudian ternyata tertanggung, dalam
hal ini Nica Wijaya (17), anaknya, meninggal dunia karena kanker otak.
Anehnya kasus yang sudah sampai di Polda Jatim ini sebenarnya terjadi 8
tahun silam dan sudah dipetieskan.

Kasus ini juga sudah diproses secara perdata yang hingga kini belum inkrah
di Makhamah Agung. Karena pihak Leli juga menuntut kasus ini melalui
gugatan perdata, sebab uang pertanggungan sebesar Rp 5 M, belum
dibayarkan oleh pihak asuransi. Dan kasus itu malah dialihkan ke perkara
pidana.
Tahun 2006 lalu Leli menang di praperadilan di Pengadilan Negeri Ponorogo,
karena Polwil Madiun yang menangani kasus itu menghentikan kasusnya
dengan mengeluarkan surat perintah pemberhentian perkara (SP3).@arso

Komentar : seharusnya pihak asuransi prudential tidak langsung


meperkarakan ke pihak hukum, karna belum tentu ibu lely lestari
memalsukan dokumen dan pihak asuransi sebaiknya menyelidiki atau
mencari bukti-bukti yang sebenarnya terjadi.
Jadi lebih baik kedua belah pihak membicarakan secara kekeluargaan karena
jika masalah itu semakin besar maka nama baik perusahaan akan tercoreng.

Contoh kasus 3:
Benarkah Asuransi Prudential Indonesia Menipu?
Asuransi Prudential Indonesia dikenal sebagai pelopor asuransi unit link.
Namun di sini kami tidak ingin mengulas tentang profil dari Asuransi
Prudential Indonesia. Saya hanya ingin menanggapi berbagai komentar
tentang Asuransi Prudential Indonesia.
Istilah asuransi mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, baik asuransi
konvensional maupun asuransi unit link. Jika kita membicarakan tentang
asuransi unit link, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan istilah klaim dan
investasi.
Begitu juga dengan Asuransi Prudential Indonesia, saya yakin di sekitar
tempat tinggal anda pasti ada yang menjadi nasabah asuransi unit link dari
Asuransi prudential Indonesia. Beragam pendapat dan komentar tentang
perusahaan asuransi unit link ini.
Kasus yang saya ceritakan berikut ini mungkin dapat mewakili kasus - kasus
di luar sana, yaitu tentang saldo nilai tunai. Nasabah menghadapi kenyataan
pada saat akan menarik dana, ternyata uangnya hanya sejumlah kecil yang
bisa ditarik, padahal jumlah uang yang disetorkan selama beberapa tahun
besar sekali. Namun pertanyaannya adalah BENARKAH ASURANSI
PRUDENTIAL INDONESIA MENIPU?
Tentunya kita lihat dulu kasusnya. Ada beberapa kasus semacam ini di
sekitar saya. Berbicara tentang saldo nilai tunai, tentunya ini akan berkaitan
dengan proporsi investasi, harga unit dan masa asuransi berjalan.
Proporsi investasi pada awal - awal tahun memang kecil. Jadi dari jumlah
premi yang anda bayarkan setiap bulan, hanya sebagian kecil saja yang
dialokasikan untuk investasi. Jadi tidak heran jika memang pada awal - awal
tahun, saldo investasinya kecil.
Jadi kesimpulan dari cerita di atas adalah itu karena kesalahpahaman dari
nasabah, karena tidak mempelajari dengan seksama tentang asuransi unit
link. Ada banyak hal yang harus dipelajari sebelum mengambil keputusan
seperti jumlah premi yang layak untuk produk tertentu, lebih tepat mana
premi bulanan atau tahunan, memilih produk standar yang tepat, dana
investasi yang menguntungkan dan bagaimana memahami ilustrasi manfaat
asuransi dari agen.
Berdasarkan pengalaman saya sebagai nasabah Asuransi Prudential
Indonesia, agen asuransi tidak menjelaskannya secara lengkap sehingga
berpotensi menimbulkan kesalahpengertian dari nasabahnya.

Sekadar diketahui kasus penipuan asuransi ini bermula saat Direktur


Operasional DSP, Deddy Sugiarto, yang mengaku memiliki SPK untuk
tambang batubara di Sungai Danau, Kalimantan Selatan, sepakat untuk
melakukan kontrak jual-beli batubara, dengan Direktur PRI, Kamaludeen
Muhammed Farooq Maricar.
Ditambahkan Kapolsek, untuk ancaman hukuman, (pencurian) dengan
tuntutan hukum maksimal mencapai 10 tahun.
Dia menambahkan, kasus ini menodai industri asuransi Indonesia yang relatif
baru berkembang. "Kalau industri baru berkembang, terus dihantam kasus
seperti ini akan susah. Karena itu perlu antisipasi sistem pengawasan
terhadap perusahaan asuransi." (yuyuk andriati) Pemerintah Harus Segera
Bentuk Guarantee Fund

Komentar : seharusnya dari awal pihak asuransi menjelaskan secara


terperinci tentang aturan-aturan maupun ketrentuan yang berlaku dalam
asuransi, dan para nasabah seharusnya mempelajari semua tentang atau
yang berhubungan dengan asuransi supaya kedepannya tidak terjadi
kesalapahaman.

Contoh kasus 4:
JAKARTA - Direktur Utama (Dirut) PT Asuransi Intra Asia (Intra Asia), Rendra
Prapantsa terpaksa harus duduk di kursi pesakitan Pengadilan Negeri (PN)
Jakarta Pusat, lantaran diduga turut serta melakukan tindak pidana penipuan
asuransi.
Jaksa mendakwa yang bersangkutan telah melakukan penipuan dan
penggelapan dalam proses pengeluaran jaminan uang muka atau Advance
Payment Bond (APB). Akibat perbuatannya, PT Premier Resources Indonesia
(PRI) selaku pemegang APB merugi.
Dalam paparannya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Nano Sugianto
mengungkapkan, selaku Dirut Intra Asia, seharusnya Rendra mengetahui
jaminan uang muka yang dikeluarkan kantornya, yang dibuat atas
permintaan Deddy Sugiyarto, Direktur Operasional PT Duta Sari Perdana
(DSP) dan Soeparman Duto Pradono, Komisaris DSP.
Namun, pada saat Jaminan uang muka tersebut dicairkan oleh PRI ke Intra
Asia, baru diketahui bahwa jaminan uang muka tersebut hanya sebagai
formalitas belaka atau syarat untuk memenuhi kelengkapan dokumen
kontrak perjanjian yang diminta oleh PT PRI.
"Terdakwa (Rendra) malah memberikan sarana dan kesempatan untuk
terbitnya jaminan uang muka tersebut, dengan membiarkan saksi Yudi
Irianto, selaku Regional Manager Intra Asia menyetujui dan menandatangani
polis asuransi jaminan uang muka, yang menjamin pengembalian uang
muka, yang diserahkan DSP ke PRI, untuk pembelian batubara senilai Rp27,5
miliar," terang Jaksa Nano, Rabu (14/5/2014).
Jaksa Nano melanjutkan bahwa jaminan uang muka yang dikeluarkan Intra
Asia, dan dibuat berdasarkan permohonan DSP, itu hanya sebagai formalitas
belaka dan tidak dapat digunakan untuk mencairkan uang muka Rp13,750
miliar.
"Akibat dari perbuatan terdakwa (Rendra) yang memberikan sarana dan
kesempatan kepada Deddy dan Soeparman untuk terbitnya jaminan uang
muka tersebut, menyebabkan PRI mengalami kerugian Rp13,750 miliar,"
bebernya.
Terdakwa dijerat pasal berlapis yakni Pasal 378 KUHP juncto Pasal 56 ayat 2
KUHP dan Pasal 372 KUHP juncto Pasal 56 ayat 2 KUHP. Dalam dakwaan
pertama, jaksa menjerat Rendra dengan pasal Penipuan.
Sedangkan pada dakwaan kedua, terdakwa diduga telah melakukan
penggelapan terhadap uang Rp13,750 miliar yang telah dibayarkan PRI ke
DSP.
Sementara itu, kuasa hukum terdakwa, Wilman Malau, keberatan atas
dakwaan jaksa. "Perkara tersebut merupakan perkara perdata. Lihat saja
nanti eksepsi kami," tegas Wilman.
Atas permintaan DSP, PRI memberikan uang muka sebesar 50 persen atau
Rp13,750 miliar (dari nilai kontrak Rp27,5 miliar) kepada DSP, dengan
perjanjian DSP harus mengirim batubara sebanyak 50 ribu metrik ton.
DSP kemudian menyerahkan jaminan uang muka kepada PRI dan PRI lalu
membayar uang muka Rp13,750 miliar. Dengan harapan, ketika terjadi
wanprestasi, PRI dapat mengajukan klaim dan mendapat penggantian atas
uang muka Rp13,750 miliar dari Intra Asia.
Namun, ironisnya seiring berjalannya waktu, DSP ternyata tidak juga
mengirimkan batubara, yang dipesan PRI, sehingga PRI mengajukan klaim
pencairan jaminan uang muka Rp13,750 miliar ke Intra Asia. Namun klaim
tersebut ditolak dengan alasan bahwa jaminan uang muka yang dibuat dan
diajukan DSP, ternyata hanya prasyarat untuk memenuhi kelengkapan
dokumen kontrak perjanjian belaka.
Hakim PN Jakarta Pusat sebelumnya telah memutus bersalah dua terdakwa
dalam kasus penipuan dan penggelapan ini.
Mereka yakni Singgih Andhika selaku Asisten Technical Manager Intra Asia
selama satu tahun delapan bulan, dan agennya yaitu Michael Mindo
Kristanto satu tahun delapan bulan. Adapun terdakwa dari pihak DSP yaitu
Soeparman DT dan Deddy Sugiyarto, putusannya baru akan dibacakan pada
Senin 19 Mei mendatang.

Komentar : dalam kasus tersebut ada dua perkara yang terjadi yaitu kasus
penggelapan dan penipuan. Dan seharusnya kedua belah pihak harus saling
transparan masalah dana maupun perjanjian yang bersangkutan, dan lebih
menjaga kepercayaan mitra kerja sehingga hal yang tidak di inginkan tidak
terulang kembali seperti kasus tersebut.

contoh kasus 5:
Klaim Asuransi Tidak Dibayar
Belum lama ini di Indonesia ada kasus seorang artis yang anaknya
mengalami kecelakaan lalu lintas. Anak tersebut kemudian dirawat di rumah
sakit. Sang Artis sekaligus sebagai Bapak mencoba mengurus klaim asuransi
atas biaya rumah sakit anaknya. Perusahaan asuransi di awalnya
menyatakan klaim asuransi tidak dibayarkan, karena si anak telah
melanggar peraturan lalu lintas.

Coba Kita lihat kasus di atas dalam dua sisi yang berbeda. Melihat dari sisi
Bapak kasus di atas adalah kasus yang sangat menyebalkan. Sudah harus
mengurus anak yang masuk rumah sakit, Bapak tersebut juga harus
mengeluarkan effort untuk mengurus asuransi. Padahal di awalnya, motivasi
sang artis mengasuransikan anaknya adalah untuk membiayai perawatan
medis apabila terjadi sesuatu dengan kesehatan anaknya.

Disisi lain perusahaan asuransi memiliki alasan perusahaan asuransi telah


mengikat perjanjian dengan bapak dan anak tersebut dalam sebuah kontrak
asuransi. Dalam kontrak tersebut terdapat klausul pengecualian
pembayaran, salah satunya adalah pelanggaran terhadap hukum. Nah
klausul ini yang digunakan perusahaan asuransi untuk menyatakan tidak
mau bayar.

Saat artikel ini di buat, masalah klaim dari artis ternama yang anaknya
mengalami kecelakaan yang menewaskan 7 orang di jalan tol masih
berlanjut. Pihak Prudential menolak membayar klaim yang di ajukan sebesar
500 juta. Bagi sebagian orang atau mungkin Anda sendiri menjadi ragu akan
kesungguhan perusahaan dalam membayar klaim. Karena klaim adalah
tujuan nomer satu ketika mengikuti atau memutuskan ikut dalam suatu
perusahaan Asuransi, dalam hal ini Prudential.
Penulis netral dalam hal ini. Seperti yang kita ketahui dari berita yang
berkembang bahwa Keluarga sang artis telah bertanggung jawab, terlepas
realisasinya seperti apa bukan konteks kita pada saat ini. Para korban akan
disekolahkan, akan ditanggung sampai lulus kuliah, biaya hidupnya akan
diganti dan lain sebagainya. Sekedar mengingatkan bahwa korban ada 7
orang. Bayangkan biaya yang harus ditanggung keluarga sang artis akibat
peristiwa ini, tentu besar bukan?

Upaya sang artis tersebut luar biasa, memang selayaknya sebagai seorang
orang tua membela Anak yang sedang terkena masalah. Itulah orang tua.
Beban yang ditanggung orang tua sangatlah besar, dari sisi hukum harus
dipertanggung jawabkan, dari sisi moral harus menghadapi tudingan
masyarakat se Indonesia, dari segi biaya rumah sakit besar, dari segi biaya
pertanggung jawaban terhadap keluarga korban juga tidak kalah besarnya,
belum lagi potensi kerugian akibat sang Artis tidak dapat bekerja
dikarenakan mengurus masalah sang Buah hati. Menjadi wajar ketika
Prudential menolak membayar klaim rumah sakit sebesar 500 juta menjadi
tambahan masalah atau beban bagi orang tua tersebut.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Hal yang sewajarnya terjadi pada diri kita
sendiri, pada dasarnya kita sebagai manusia tidak menyukai atau cenderung
menghindari masalah. Jika Tuhan mengijinkan jangan ada masalah di dunia
ini, kata hati penulis. Tapi kenyataannya tidak demikian, maka reaksi kita
sebagai manusia adalah berusaha meminimalisir atau mengurangi masalah.
Dalam konteks ini biaya rumah sakit sang anak sebesar 500 juta, dimana
sang artis berusaha mengupayakan agar terbayar oleh Prudential.

Jika penulis mengalami hal yang sama maka penulis pun mungkin akan
melakukan hal demikian. Namun sudah jelas bahkan sebelum
menandatangani Surat Pengajuan Asuransi Jiwa (SPAJ) bahwa ada hak dan
kewajiban yang harus terpenuhi. Aturan sudah jelas bahwa pelanggaran
hukum tidak dibenarkan. Dari sisi penulis melihat bahwa mengemudikan
kendaraan bermotor diwajibkan memiliki SIM. Untuk memiliki SIM ada
kecukupan usia, pada kasus kecelakaan maut pengemudi tidak memiliki SIM
mengingat masih dibawah umur, terjadi pada jam 3 dini hari. Anda yang
menilai apakah benar demikian atau tidak.

Upaya sang artis yang mengalami kecelakaan patut diacungi jempol,


meskipun kaya, tenar, punya banyak uang namun tetap menggunakan
asuransi. Di pihak lain Prudential adalah perusahaan ternama yang taat pada
hukum di negara kita. Perihal pembayaran klaim telah ditulis dengan jelas di
polis, bahkan sebelum jadi polis atau sebelum seorang menjadi nasabah dari
Prudential. Pada ilustrasi manfaat dengan jelas telah ditulis bahwa jika ada
hubungannya dengan tindakan pelanggaran hukum, tidak dibayar. Dan
memang demikian, jika tidak maka pelanggar hukum akan menganggap
asuransi sebagai cara membenarkan tindakan pelanggaran hukum.

Jika artis ternama Tanah Air, kaya raya menggunakan asuransi bagaimana
dengan Anda? Anda ke toko lampu mencari lampu yang bergaransi apakah
diri Anda sendiri tidak Anda Garansi ?

Pelajari dengan seksama sebelum menyetujui klausal yang ada, tanyakan


kepada Agent Anda. Anda berhak tahu. Pilihlah Agent yang berkualitas dan
berintegritas. Agent yang baik akan membela Anda dan membela
Perusahaan dimana dia bekerja.

http://jakartamagazine.com/ojk-angkat-bicara-soal-kasus-dul-vs-prudential/

http://jakartamagazine.com/ylki-sepakat-dengan-prudential-soal-asuransi-
dul/

Komentar : dalam kasus ini seharusnya pihak asuransi lebih cermat dalam
memandang dari sudut mana kasusu ini terjadi, apakah kecelakaan murni
atau unsur kesengajaan walaupun dalam kasus ini terdapat pelanggaran
hukum. Dan kedua belah pihak harus saring mengerti keadaan yang terjadi
menimpa pijhak tertanggung.
Contoh Kasus 6:

Kasus Alphard Hilang, Kala Asuransi Menolak Ganti

JAKARTA - Setelah dua tahun hilang, Toyota Alphard tahun 2005


milik Yansen Handoko Lim bisa ditemukan kembali baru-baru ini
oleh petugas Polda Metro Jaya. Namun yang jadi masalah bukan
ditemukannya kembali mobil yang telah memiliki peranti safety
canggih itu. Melainkan ketika melaporkan kehilangan mobil pada 2
tahun lalu kepada pihak asuransi, dinyatakan tidak bisa mengganti
karena tidak ada alasan kuat mobil itu hilang karena dicuri.

Di Pinjam Teman

Ketika terjaring sebuah razia, Alphard itu sudah berubah tampilan,


termasuk nomor polisi yang semula B 33 QT berganti H 8864 AZ.
Mobil tersebut kini masih berada di Polda Metro Jaya, dan tinggal
proses untuk bisa diambil kembali pemiliknya setelah melengkapi
dokumen kendaraan seperti STNK dan BPKB.

"Sebuah keberuntungan saja kalau Alphard yang hilang itu bisa


ditemukan kembali oleh polisi. Namun mestinya pihak asuransi,
dalam hal ini Allianz, mengganti mobil yang hilang karena saya
mengambil asuransi dengan pertanggungan all risk (komprehensif)
dengan premi Rp 30 juta selama dua tahun," ujar Yansen, pemilik
bengkel di bilangan Karet Pedurenan, Jakpus.

Bahkan Yansen sudah melaporkan kehilangan itu kepada polisi.


Alphard yang masih dalam pertanggungan leasing itu dipinjam
temannya ketika kemudian hilang di halaman rumah temannya itu
yang jaraknya tak jauh dari bengkel Autowork di bilangan Kuningan,
Jaksel. Temannya itu juga menandatangani surat pernyataan di
bawah meterai siap diproses hukum jika terbukti melakukan
rekayasa hilangnya mobil.

Namun pihak PT Asuransi Allianz Utama Indoneesia (AZUI)


menyatakan bahwa dengan berat hati tidak bisa mengganti
kehilangan itu. Sebab kejadian hilangnya Alphard ini dianggap
kategori pengecualian, seperti yang tercantum dalam polis standar
asuransi kendaraan bermotor Indonesia (PSAKBI) bab II pasal 3 ayat
4.

Di situ disebutkan bahwa pertanggungan asuransi tidak menjamin


kerugian atas kendaraan bermotor yang disebabkan oleh
penggelapan, penipuan, hipnotis dan sejenisnya, kendaraan tidak
digunakan sesuai kesepakatan dalam polis awal asuransi. Termasuk
tindak kejahatan yang dilakukan oleh nasabah sendiri, suami/istri,
anak, orang tua, saudara sekandung dan teman tertanggung
dengan sepengetahuan atau seizin tertanggung.

"Meminjamkan kunci mobil kepada teman itu termasuk dalam


klausul tadi. Selain itu, kami juga telah melakukan investigasi, tidak
ada bukti yang menguatkan mobil itu hilang karena dicuri. Apalagi
dengan teknologi immobilizer, dimungkinkan mobil itu tidak bisa
dicuri pihak lain karena Alphard hanya bisa dioperasikan dengan
kunci mobil yang sama," ujar Agung Priambadha, Head of Corporate
Communications AZUI.

Kemudian juga dikuatkan oleh Toyota-Astra Motor bahwa Alphard


sudah dilengkapi fitur immobilizer, yang tidak memungkinkan
dibobol maling tanpa menggunakan kunci mobil asli.

"Tapi keputusan untuk tidak mengganti kerugian pihak nasabah,


atas kehilangan mobilnya, juga harus didasarkan pada hasil
investigasi polisi melalui surat laporan kepolisian setempat. Tidak
bisa hanya berpatokan pada klaim ATPM, yang menyatakan kalau
mobil itu tidak mungkin dicuri maling," ungkap Laurentius Iwan
Pranoto Sutanto, Head Marketing Communication &PR PT Asuransi
Astra Buana (Garda Oto).

"Memang kecil kemungkinannya kalau mobil yang sudah dilengkapi


teknologi immobilizer seperti smart key atau keyless entry bisa
dengan mudah dijebol maling. Kalaupun bisa, pasti ada yang
menduplikasi master kuncinya," beber Adhi Prasojo, Warranty Head
PT Chrysler Indonesia.

Yansen sendiri menyatakan ketika ditemukan pihak kepolisian baru-


baru ini, sudah menggunakan kunci mobil yang berbeda, lebih bulat
dan tanpa alarm. Sedang kunci aslinya sendiri masih dipegang
temannya yang meminjam Alphard itu.

Berangkat dari kondisi tadi, ada kemungkinan terjadi permainan


kotor yang bisa saja dilakukan oknum tertentu. Pasalnya menurut
Adhi, untuk bisa membuat duplikat kunci immobilizer harus
membawa serta master atau kunci asli, dan wajib menyertakan
fotokopi STNK dan BPKB dengan menunjukkan dokumen yang asli.
"Duplikasi ini pun hanya bisa dilakukan pada dealer authorized
mobil tersebut," tandas pria ramah ini.

Komentar : dalam kasus ini pihak tetanggung tidak tahu menau


kejadian pencurian yang melibatkan mobil alfardnya yang di pinjam
oleh temannya, dalam hal ini tertanggung sangat rugi karena pihak
asuransi tidak mau mengganti polis karna tidak terbukti bahwa
mobil tersebut telah di curi. Dan pihak asuransi serta polisi
seharusnya menyelidiki kebenaran kejadian pencurian tersebut dan
menuntaskan permasalahan yang terjadi pada kasus tersebut.

Contoh kasus 7:

Kasus Mobil Hilang, Asuransi Raksa Remehkan Hasil Penyidikan


Polisi

Jakarta, Seruu.com - PT Asuransi Raksa Pratikara mengabaikan hasil


penyidikan kepolisian sektor Tebet dan memilih menggunakan hasil
survey mereka sebagai dasar hukum dalam mengambil keputusan
terkait kasus hilangnya mobil nasabah BCA Finance, Irwan Ferryal.

Dalam tanggapan yang disampaikan secara tertulis kepada


seruu.com, Jumat (23/11/2012), Kepala Bagian Klaim Asuransi Raksa
Pratikara, Rony Sugiyanto menegaskan bahwa kasus itu tetap
merupakan pidana penggelapan dan bukan pencurian seperti hasil
penyidikan Polisi.

"Bahwa berdasarkan survey lapangan yang mereka lakukan, kasus


tersebut masuk pidana penggelapan dan bukan pencurian seperti
yang sebelumnya disebutkan oleh korban, Irwan maupun kepolisian.
Kehilangan yang dialami oleh Bapak Irwan adalah dikarenakan
kendaraan tersebut digelapkan oleh Bapak Reynaldi yang
merupakan pegawai bengkel Sumber Jaya," ujarnya.

Padahal berdasarkan wawancara yang kami lakukan dengan Kepala


Kepolisian Sektor Tebet, Kompol Suyatno disebutkan bahwa hasil
olah TKP dan bukti - bukti mengarahkan kasus ini kepada tindak
pidana Pencurian dan bukan penggelapan.

"Silakan saja pihak asuransi raksa berkomentar. Jelas kami sebagai


aparat penegak hukum, menegaskan ini murni kasus pencurian
bukan pengelapaan, wong, ambil mobil tanpa izin pemilik mobil,
pemilik bengkel, kok " jelas Kompol Suyatno saat
ditemui Seruu.com, Rabu (21/11/2012) kemarin.

Bahkan saat ditanya kapan pelakunya ditangkap, ia menjawab,


sampai saat ini, pihaknya masih berupaya terus melakukan
pencarian. " Status Daftar Pencarian Orang (DPO) sudah keluar. Dan
polisi terus memburu, mendatangi, tongkrongan hingga tempat
tinggal pelaku, " bebernya.

Atas hal tersebut Asuransi Raksa juga menegaskan bahwa mereka


tidak akan mengganti klaim yang diajukan oleh Bapak Irwan.
"Sesuai dengan polis asuransi yang merupakan dasar kontrak
antara pihak asuransi dengan tertanggung, bahwa kehilangan
karena penggelapan adalah hal yang dikecualikan dalam polis. Oleh
karena itu kami menolak klaim yang diajukan oleh Bapak Irwan
ataas kendaraannya," jelas Rony.

Bahkan Asuransi Raksa justru menantang agar pihak Irwan


mengajukan kasus ini ke pengadilan bila merasa tidak puas dengan
keputusan tersebut.

"Apabila bapak Irwan berkeberatan dengan penolakan klaim ini


karena mempunyai pendapat yang berbeda maka sesuai dengan
yang tercantum di dalam Polis Standar Asuransi Kendaraan
Bermotor Indonesia, Bapak Irwan dapat melakukan usaha
penyelesaian sengketa melalui arbitrase ataupun melalui
pengadilan," tegasnya.

Sikap pihak raksa sendiri menurut Kuasa Hukum Irwan Ferryal,


korban kehilangan mobil dan Wahyu, pemilik bengkel Sumber Jaya,
merupakan bentuk arogansi dan pengingkaran kepada negara.
"Jelas itu bentuk pengingkaran terhadap negara yang dilakukan
oleh pihak asuransi Raksa. Bagi kami negara semestinya bisa
bersikap tegas dalam kasus ini," tandas Sarmanto.

Komentar : pihak asuransi memandang kasus ini sebagai kasus


penggelapan bukan pencurian sedangkan kepolisian menganggap
ini kasus pencurian, dan seharusnya kedua belah pihak bekerja
sama dalam menyelesaikan permasalahan seperti ini.

Contoh kasus 8:

KoranTempo - Kasus Manulife Berdampak pada Perkembangan


Industri Asuransi

Kamis, 20 Juni 2002.

Kasus Manulife Berdampak pada Perkembangan Industri


AsuransiJAKARTA-Keputusan pailit yang dijatuhkan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat kepada PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
dipastikan akan berdampak pada perkembangan industri asuransi di
Indonesia secara keseluruhan.

Kalangan praktisi industri asuransi meminta pemerintah sebagai


regulator agar bisa mengambil pelajaran positif dari kasus ini,
dengan menerapkan kebijakan satu pintu untuk mengatur industri
asuransi.

Pengamat industri asuransi Maikel Sajangbati kepada Koran Tempo


kemarin mengatakan, keputusan pailit Manulife sudah pasti
berdampak pada perkembangan industri asuransi Indonesia.
"Industri asuransi Indonesia masih baru, boleh dikatakan masih
bayi. Fondasinya belum begitu kokoh, sehingga begitu ada yang
kena hit, bisa dipastikan seluruhnya akan kena dampak," jelas
Maikel.

Menurut dia, industri asuransi Indonesia baru melangkah maju pada


sekitar tahun 90-an. Perjalanannya pun cukup sulit, karena hingga
saat ini pemegang polis asuransi di Indonesia baru mencapai sekitar
20 persen dari total jumlah penduduk. "Dengan adanya kasus pailit
Manulife, tentu saja akan lebih sulit bagi industri untuk meyakinkan
nasabah," tandasnya.

Apalagi, lanjut Direktur Heritage Advisory Asia ini, pemasaran


asuransi di Indonesia didominasi oleh penjualan lewat agen
asuransi. Pemasaran dengan cara ini, kata Maikel, lebih berbasis
individual. "Sedikit saja orang yang sadar pentingnya asuransi,
edukasi akan berjalan lambat. Begitu juga penetrasi usaha
asuransi."

Dengan adanya pukulan kasus seperti Manulife, kata dia, bisa


dipastikan nasabah kembali menimbang-nimbang sebelum ikut
asuransi. Menurut Maikel, nasabah pasti bertanya-tanya kalau
perusahaan sebesar Manulife saja bisa jatuh pailit bagaimana
dengan perusahaan asuransi yang lebih kecil.
Kalau di Amerika Serikat, dia mencontohkan, begitu ada asuransi
yang pailit asosiasi industri akan melindungi semua polis asuransi
yang diterbitkan dan nasabah tak perlu kuatir. "Kalau di Indonesia,
belum ada seperti ini. Asosiasi asuransi kita belum sampai
melangkah ke sana."

Ketika ditanya apakah dampak kasus ini akan mempengaruhi


pertumbuhan premi industri asuransi, Maikel mengatakan
dampaknya tidak terlalu signifikan. "Saya kira dampaknya pada
penurunan premi tidak terlalu signifikan karena perusahaan
asuransi cepat melakukan antisipasi setelah ada kasus seperti ini
dengan memberi penjelasan pada nasabah."

Menurut Maikel, pemerintah sebagai regulator industri asuransi


sudah selayaknya melakukan introspeksi dengan adanya kasus
Manulife ini. Dia menandaskan, sudah waktunya pemerintah
menerapkan kebijakan satu pintu bagi perusahaan asuransi.

Selama ini, kata dia, ijin operasi ada di Depkeu, ijin prinsip ada di
Departemen Kehakiman lalu yang melakukan eksekusi ternyata bisa
siapa saja, termasuk pengadilan niaga. "Ada baiknya diterapkan
seperti bank, instansi yang memberikan ijin sekaligus memberikan
rekomendasi final. Jadi hanya ada satu pintu yang mengatur itu
semua."

Ketua Dewan Asuransi Indonesia Hotbonar Sinaga mengatakan,


kasus Manulife diharapkan tidak memberikan dampak dalam jangka
panjang untuk industri asuransi. "Kalau keputusan kasasi
Mahkamah Agung bisa keluar tepat waktu, saya kira tidak akan
berdampak negatif pada industri," katanya.

Dia mengakui, pangsa pasar Manulife cukup besar untuk bisa


memberikan dampak pada industri asuransi secara keseluruhan.
"Manulife itu menguasai 10 persen dari total pendapatan premi
industri. Jadi kalau keputusan kasasi berlarut-larut, sangat mungkin
seluruh pasar industri asuransi terkena dampaknya," paparnya.
Karena itu, tandas dia, keputusan kasasi Mahkamah Agung yang
adil diharapkan bisa menetralisir dampak ini lebih lanjut.

Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR Rizal Djalil pun


mendesak agar pemerintah menerapkan sistem pengawasan yang
lebih baik pada industri asuransi. "Jangan setelah ada kasus seperti
ini, baru pejabat pemerintah bilang akan menjamin uang
nasabah. Pernyataan itu hanya angin surga saja. Apa bentuk
jaminan yang akan didapat oleh nasabah," tanyanya.

Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi Indonesia Mira


Amalia Malik mendesak pemerintah untuk segera menerapkan
sistem penjaminan asuransi melalui guarantee fund agar dana
nasabah tetap terjamin pembayarannya, meskipun perusahaan
asuransi itu dalam proses kepailitan.

"Sangat disayangkan tidak ada jaminan sama sekali dari pemerintah


mengenai dana nasabah yang diinvestasikan dalam asuarnsi,"
katanya di Jakarta kemarin.

Mira menambahkan, selama belum ada jaminan bagi nasabah


hendaknya konsumen asuransi berhati-hati dan cermat dalam
membeli polis atau produk asuransi.

Dia mengatakan menyikapi keputusan pailit yang dijatuhkan kepada


Manulife Indonesia, hendaknya perusahaan yang berkantor pusat di
Kanada ini mengutamakan kepentingan konsumen asuransi.
Ditambahkan Mira, nasabah Manulife juga dihimbau untuk terus
memperjuangkan haknya dibayar penuh tanpa ada potongan atau
penundaan pembayaran apapun. (yuyuk)

Komentar : seharusnya asosiasi asuransi indonesia menerapkan


sistem seperti di amerika, begitu ada asuransi yang pailit asosiasi
industri akan melindungi semua polis asuransi yang diterbitkan dan
nasabah tak perlu kuatir. Dan pemerintah sendiri harus lebih
melindungi para perusahaan asuransi maupun para nasabah yang
sudah membeli polis walaupun dalam perusahaan tersebut sedang
terjadi masalah agar para nasabah tidak menarik kembali polisnya
maupun ragu-ragu dalam membeli polis.

Contoh kasus 9:

Kasus Pasien Kritis dan Konflik Asuransi

28 October 2010

Seorang pasien kangker stadium akhir, sudah dalam keadaan


sekarat. Dia sudah tak sadarkan diri 5 hari, dan tergantung dengan
mesin ventilator untuk pernafasannya dan obat penguat jantung
supaya tetap berdenyut dengan tekanan darah stabil.

Keluarga sudah pasrah dan merasa kasihan si pasien menanggung


derita, apalagi si dokter menyebutkan harapan sembuh tidak ada
lagi, tinggal menunggu si pasien tidak bereaksi lagi terhadap obat-
obatan, maka dia akan meninggal.

Keluarga besar melakukan rapat dan bersepakat meminta si dokter


menghentikan semua obat-obatan penunjang kehidupan, apalagi
pengacara dari asuransi kesehatan si pasien mulai intervensi
meminta si dokter menghentikan upaya pengobatan, karena
dianggap sudah pada tahap mubazir ( biaya di ICU untuk kasus
seperti ini rata-rata 20 juta sehari) dan asuransi kesehatan tersebut
mengancam akan menuntut si dokter jika pengobatan tetap
dilanjutkan, padahal jelas-jelas tidak ada gunanya lagi.

Jadi si dokter, keluarga dan dibawah petunjuk pengacara pun


membuat semacam surat keterangan persetujuan penghentian
semua upaya pengobatan pada si pasien.

Namun, sebelum MoU itu ditandatangani, datanglah pengacara lain


dari asuransi jiwa si pasien. Mereka keberatan upaya pengobatan
dihentikan, karena si pasien belum tentu mau mati dan selalu
mungkin ada mukzizat dimana si pasien sembuh lagi. Jika
pengobatan dihentikan dan si pasien mati, asuransi jiwa itu akan
menuntut si dokter dan keluarga dengan pidana dan akan menolak
membayar asuransi kematian, karena kematian si pasien dianggap
sengaja /dibunuh.

Untung si dokter ikut asuransi malpraktek, dia tinggal menghubungi


pengacaranya saja supaya kedua ancaman tuntutan tersebut dapat
diselesaikan dengan baik. Akhirnya ke 3 pengacara tersebut saling
tuntut menuntut di pengadilan untuk mempertahankan kepentingan
asuransi mereka, si dokter tetap tenang praktek seperti biasa, si
pasien tetap tenang koma.

Terkadang menghadapi pasien yang memiliki asuransi kesehatan


dan asuransi jiwa sekaligus harus hati-hatiKarena bukan tidak
mungkin hal-hal sederhana dapat menjadi rumit saat pasien kritis
dan koma harus kita putuskan mau diarahkan kemana
penatalaksanaannya.

Komentar : sebaiknya ketiga belah pihak harus bicara baik-baik dan


mencari jalan keluarnya dan tidak hanya memikirkan kepentingan
pribadi. Dalam kasus ini semua pihak harus berfikir jernih dalam
mengambil keputusan dan menangani masalah seperti ini karena
pihak tertanggung sudah terlalu menderita karena koma yang
berkepanjangan.

Contoh kasus 10:

Enam Tahun Palsukan Kematian Untuk Dapat Uang Asuransi

SIDNEY, Jaringnews.com

Hugo Jose Sanchez yang ditangkap pihak kepolisian Australia. Ia


dituduh telah memalsukan kematiannya sendiri dan kabur dengan
uang asuransi. Seperti dikutip AFP, Kamis (3/11/2011) pihak
berwajib menyatakan, pria 47 tahun ini ditahan Kepolisian Federal
Australia di Sidney.
Selama enam tahun ia memalsukan kematiannya demi mendapat
uang asuransi jiwa atau asuransi kematian dirinya sebesar US$1,6
juta atau sekitar Rp14,35 miliar.

istri Hugo, Sophie yang ikut membantu drama kematian tersebut,


sudah lebih dahulu ditangkap. Sophie harus mendekam di dalam
penjara selama dua tahun karena penipuan. Ia dituduh memalsukan
kematian dan membawa uang asuransi jiwa sebesar US$1,6 juta
atau sekitar Rp14,35 miliar pada 2005.

Sophie ditahan usai kembali ke Inggris untuk menghadiri


pernikahan saudarinya pada September 2010 lalu. Penangkapan
tersebut pun menyebabkan kejahatan mereka terbongkar, setelah
sidik jari Hugo ada di sertifikat kematian dirinya sendiri.

Sayangnya, kepolisian menolak berkomentar saat dikonfirmasi


media bila Hugo akan di ekstradisi ke Inggris untuk menghadapi
tuntutan penipuan. Pihak kepolisian negara kanguru tersebut hanya
berkomentar, saat ini kasus Hugo akan diproses di Central Local
Court di Sidney, di mana Hugo akan hadir.

Komentar : sebaiknya pihak asuransi memproses klaim dari klien


secera objektif dan menyeluruh supaya kecerobohan dalam
mengambil keputusan di kasus seperti ini tidak terulang lagi dalam
perusahaan ini.

KECURANGAN DALAM ASURANSI

Posted: Oktober 27, 2011 in tulisan Heri yang lainnya,,click this


0

Dalam praktek pertanggungan asuransi merupakan perjanjian dengan unsur


saling percaya antara penanggung dan tertanggung. Penanggung percaya
bahwa tertanggung akan memberikan segala keterangan dengan baik dan
benar. Dilain pihak tertanggung juga percaya bahwa kalau terjadi peristiwa
penanggung akan membayar ganti rugi. Saling percaya tersebut merupakan
dasar dari asas kejujuran, yang merupakan asas yang sangat penting dalam
setiap perjanjian pertanggungan, sehingga harus dipenuhi oleh para pihak
yang mengadakan perjanjian untuk menghindari terjadinya kecurangan
asuransi.

Dewasa ini asas kejujuran sempurna lebih dikenal dengan sebutan principle
of utmost good faith atau uberrimae fidei. Good faith secara harfiah dapat
diterjemahkan sebagai itikad baik. Dengan demikian utmost good faith dapat
diterjemahkan sebagai itikad baik yang sebaik-baiknya/sempurna. Prinsip
tersebutlah yang sampai saat ini dimiliki oleh AJB Bumiputera 1912,
sehingga AJB Bumiputera 1912 tetap menjadi lembaga terbaik. Sebenarnya
secara umum asas itikad baik dan kejujuran sempurna dapat diartikan bahwa
masing-masing pihak dalam suatu perjanjian yang akan disepakati demi
hukum mempunyai kewajiban untuk memberikan keterangan atau informasi
yang selengkap-lengkapnya, yang akan dapat mempengaruhi keputusan
pihak yang lain untuk memasuki perjanjian atau tidak, baik keterangan yang
demikian itu diminta atau tidak. Istilah fraud (Inggris) atau fraude (Belanda)
sering diterjemahkan sebagai bentuk perbuatan curang terhadap asuransi
(insurance fraud) sebenarnya sudah diantisipasi dalam Pasal 251 KUH
Dagang Semua pemberitahuan yang keliru atau tidak benar, atau semua
penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung, meskipun
dilakukannya dengan itikad baik,yang sifat demikian rupa, sehingga
perjanjian itu tidak akan diadakan, atau tidak diadakan dengan syarat-syarat
yang sama, bila penanggung mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari
semua hal itu, membuat pertanggungan itu batal.

Dalam tatanan hukum Indonesia tindak pidana curang (fraud) terhadap


perusahaan asuransi yang diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) dipersamakan dengan tindak pidana penipuan sebagaimana
termaktub dalam Pasal 381. Pasal 381 Barangsiapa dengan akal dan tipu
muslihat menyesatkan orang menanggung asuransi tentang hal ikhwal yang
berhubungan dengan tanggungan itu, sehingga ia menanggung asuransi itu
membuat perjanjian yang tentu tidak akan dibuatnya atau tidak dibuatnya
dengan syarat serupa itu, jika sekiranya diketahuinya keadaan hal ikhwal
yang sebenar- benarnya, dihukum penjara selama-lamanya satu tahun
empat bulan. Yang menjadi panduan bagi praktisi asuransi di Indonesia
menyamakan pengertian fraud dengan tindak pidana penipuan, dan
memberi pengertian fraud sebagai: Tindakan penipuan, misrepresentatisi
fakta penting yang dibuat secara sengaja, dengan maksud orang lain
mempercayai fakta itu dan akibatnya orang itu menderita kesukaran
keuangan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa fraud
atau kecurangan memiliki empat Kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:

1. tindakan tersebut dilakukan oleh pelaku secara sengaja;


2. adanya korban;

3. korban menuruti kemauan pelaku;

4. adanya kerugian yang dialami oleh korban

Bentuk Kecurangan Dan Penyalagunaan Dalam Industri Asuransi


Berdasarkan sifatnya, penulis membagi bentuk kecurangan asuransi
kedalam dua kategori yaitu:
a. Menyembunyikan fakta material (misrepresentation material fact)

b. Klaim palsu (false claim)

Menyembunyikan Fakta Material (misrepresentation material fact) yaitu


pengungkapan fakta-fakta yang material dengan sejujur-jujurnya merupakan
suatu kewajiban yang mutlak yang harus dilakukan oleh masing-masing
pihak dalam suatu perjanjian pertanggungan. Keterangan atau fakta-fakta
dan informasi yang harus diungkapkan sebelum melakukan perjanjian
pertanggungan, dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. fakta yang berdasarkan faktor internal yang menunjukkan risikonya lebih


besar dari yang diperkirakan dari sifat atau kelompoknya;

b. fakta dari faktor eksternal menjadi risikonya lebih besar dari yang normal;

c. fakta yang membuat kemungkinan jumlah kerugian lebih besar dari yang
diperkirakan;

d. data kerugian dan klaim dari polis terdahulu (kalau ada);

e. penolakan yang pernah dilakukan atau persyaratan yang dikenakan oleh


penanggung lainnya (kalau ada)

f. fakta yang membatasi hak subrogasi;

g. adanya polis non indemnity;

h. fakta yang berkaitan dengan subject matter of insurance.

Pentingnya fakta-fakta atau informasi-informasi yang bersifat material


diungkapkan karena setiap fakta material tersebut dapat mempengaruhi
penanggung dalam penerimaan atau penolakan risiko, atau dalam
penetapan premi atau kondisi dan persyaratan kontrak adalah material dan
harus diungkapkan. Tidak diungkapkannya fakta-fakta material merupakan
awal dari kecurangan dalam suatu pertanggungan asuransi.
Sedangkan klaim palsu adalah suatu upaya untuk melakukan penagihan atau
permintaan pembayaran kepada seseorang atau perusahaan berdasarkan
data yang diketahuinya adalah palsu atau data yang telah direkayasa. Klaim
palsu selalu diikuti dengan tindak pidana lain misalnya memalsukan
dokumen-dokumen penting sehubungan dengan klaim, melakukan rekayasa
kejadian, perbuatan yang direncanakan dengan standar untuk mengelabuhi
pihak-pihak tertentu dengan maksud-maksud mengambil keuntungan,
membuat hasil pengujian laboratorium palsu, membuat surat keterangan
dokter palsu, dan lain-lain yang merupakan dasar untuk dapat mengajukan
klaim.

Klaim palsu biasanya dilakukan dengan unsur kesengajaan dari orang-orang


yang berkepentingan terhadap asuransi, misalnya pemegang polis yang
bukan menjadi tertanggung dan atau ahli waris. Klaim palsu atau klaim yang
tidak benar atau yang menyesatkan selalu melibatkan adanya konspirasi dari
orang lain yang turut membantu untuk memuluskan jalannya klaim palsu
misalnya dokter atau agent. Klaim palsu merupakan bentuk umum
kecurangan yang paling sering terjadi dalam industri asuransi, tujuannya
adalah untuk mendapatkan pembayaran yang tidak semestinya dia terima.
Adanya klaim palsu merupakan salah satu hal yang disebabkan oleh sulitnya
pengajuan klaim oleh nasabah. Sebab-sebab yang menyebabakan sulitnya
mengajukan klaim hdala sebagai berikut:

kesalahan informasi saat pengisian formulir asuransi,


tidak lengkapnya bukti atau data-data yang mendukung klaim,
tidak mengikuti prosedur klaim yang berlaku
klaim yang diajukan ternyata tidak termasuk resiko yang ditanggung dalam
polis
ada tagihan premi asuransi yang belum terbayar
dan lain sebagainya

Dalam mengajukan klaim asuransi, jangan lupa memperhatikan periode


pertanggungan asuransinya. Jangan sampai klaim yang diajukan melebihi
batas waktu pertanggungan yang ditentukan dalam polis asuransi. Kalau
terlewat, bisa jadi klaim asuransi tidak bisa dicairkan.
KECURANGAN KLAIM ASURANSI
(FRAUDULENT INSURANCE CLAIMS)

Penulis : Abdul Aziz, AAA-IK, ANZIIF (Snr. Assoc), CIP, SE, SH, MH
Advokat, Konsultan Hukum dan Managing Partner
Global Assurance Partnership Law Firm

Kecurangan di praktek industri asuransi merupakan hal yang sudah berlangsung lama, boleh
dikatakan pola kecurangan klaim berjalan seiring dengan perkembangan industri asuransi.
Berpuluh tahun lalu fraud hanya dilakukan oleh nasabah itu sendiri tanpa melibatkan pihak lain
dan modusnya juga sangat sederhana. Saat ini, sesuai dengan perkembangan teknologi dan
informasi modus fraud sudah banyak berubah antara lain dengan melibatkan sekelompok orang
bahkan dengan sengaja memalsukan surat-surat yang dibuat oleh pihak berwenang.

Cara perusahaan asuransi breaksi terhadap fraud cenderung sporadik tidak terencana dan tidak
terkoordinasi dan bahkan dalam banyak kasus ditangani setengah hati dengan pertimbangan
hubungan bisnis dan menjaga reputasi. Perilaku seperti ini tidak bisa dibiarkan terus
berkelanjutan karena akan menumbuh suburkan praktek-praktek yang menghancurkan tatanan
industri asuransi serta merusak record asuransi nasional di mata reasuradur luar negeri

Di Amerika Serikat dengan tingkat kecurangan klaim asuransi sangat tinggi sudah melakukan
langkah-langkah maju dengan beberapa upaya yang bisa memperkecil ruang gerak para pelaku
kejahatan asuransi. Bahkan insurance fraud sudah menempati skala prioritas yang tinggi
didalam penanganannya yang melibatkan Federal Bureau of Investigation (FBI).

Conning & Company, firma riset terkemuka di dalam satu artikelnya menyatakan : Not all
insurers are taking fraud seriously. Some are doing something only because they are required to
do so, some are doing little because they do not see it as important, and some are unaware of the
problem and just dont know what to do. Jadi sudah merupakan suatu kebiasaan umum di
industri asuransi seluruh dunia bersikap sebagaimana yang dilansir pernyataan di atas.

Pengaruh fraud terhadap bottom line perusahaan sangat signifikan, oleh karenanya hal
tersebut seharusnya dapat menggugah perusahaan asuransi supaya memiliki kebijakan
bagaimana memperkecil, mencegah dan mengontrol terjadinya klaim yang diakibatkan oleh
insurance fraud
DEFINISI KECURANGAN

Kecurangan termasuk dalam klasifikasi kejahatan adalah suatu tindakan dilakukan oleh
seseorang, sekelompok orang atau perusahaan secara melawan hukum dengan maksud untuk
menguntungkan dirinya sendiri (mereka) atau orang lain. Black Laws Dictionary
mendefinisikan fraud

1. A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to induce another to


act to his or her detriment; is usual tort (esp. when the conduct is willful) it may be a crime
2. A misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another person to act,
3. A tort arising from knowing misrepresentation, concealment of material fact, or reckless
misrepresentation made to induce another to act to his or her detriment.

Inti keseluruhan dari ketiga definisi tersebut adalah; adanya unsur perbuatan melawan hukum
dalam bentuk kesalahan dalam penyajian, penyembunyian fakta material atau kecerobohan
dalam penyajian dengan maksud membujuk orang lain untuk bertindak atau berbuat.

Terkait dengan kejahatan asuransi, ada beberapa pasal Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) yang biasa digunakan untuk mempidana para pelaku relevan dengan tindakan yang
telah mereka lakukan :

Pasal 378 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam dengan
penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun

Pasal 381 Barang siapa dengan jalan tipu muslihat menyesatkan penanggung asuransi mengenai
keadaan-keadaan yang berhubungan dengan pertanggungan sehingga disetujui perjanjian, hal
mana tentu tidak akan disetujuinya atau setidak-tidaknya dengan syarat-syarat yang demikian,
jika diketahuinya keadaan-keadaan sebenarnya, diancam dengan pidana penjara paling lama satu
tahun empat bulan

Pasal 382 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, atas kerugian penanggung asuransi atau pemegang bodemerij yang sah,
menimbulkan kebakaran atau ledakan pada suatu barang yang dipertanggungkan terhadap
bahaya kebakaran , atau mengaramkan, mendamparkan, menghancurkan, merusakkan atau
membikin tidak bisa dipakai, kapal yang dipertanggungkan atau yang muatannya maupun upah
yang akan diterima untuk pengangkutan muatannya yang dipertanggungkan, ataupun yang
atasnya telah diterima uang boderij diancam dengan pidana paling lama lima tahun

Ketentuan hukum pidana adalah hanya perbuatan-perbuatan tertentu saja yang sudah dirumuskan
unsur-unsurnya di dalam KUHP bisa dinyatakan sebagai tindak pidana yang bisa berakibat
pemidanaan. Sesuai dengan azas Nullum delictum nulla poena praevia lege (tidak ada delik,
tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu)
KETENTUAN DALAM POLIS TERKAIT KECURANGAN

Di dalam polis telah diatur ketentuan-ketentuan terkait dengan upaya kecurangan yang dilakukan
oleh Tertanggung dan/atau orang suruhan Tertanggung. Berikut adalah contoh ketentuan di
dalam polis PSAKI Pasal 8 yang mengatur hal tersebut :

1. Mengungkapkan fakta dan atau membuat pernyataan yang tidak benar tentang hal-hal
yang berkaitan dengan permohonan yang disampaikan pada waktu pembuatan Polis ini
dan yang berkaitan dengan kerugian dan atau kerusakan yang terjadi

2. Memperbesar jumlah kerugian yang diderita.

3. Menyembunyikan atau tidak memberitahukan nilai barang yang seharusnya menjadi


bagian dari harta benda atau kepentingan yang dipertanggungkan pada saat terjadinya
kerugian dengan tujuan untuk menghindari pertanggungan di bawah harga.

4. Memberitahukan barang-barang yang tidak ada sebagai barang-barang yang ada pada saat
peristiwa dan menyatakan barang-barang tersebut musnah.

5. Menyembunyikan barang-barang yang terselamatkan atau barang-barang sisanya dan


menyatakan sebagai barang-barang yang musnah.

6. Mempergunakan surat atau alat bukti palsu, dusta atau tipuan.

MODUS KECURANGAN KLAIM ASURANSI

Modus kecurangan klaim asuransi sangat beragam, tetapi ada juga pola yang sangat umum
dilakukan oleh pelaku. Kecurangan tersebut antara lain berbentuk :

1. Klaim yang dibuat-buat.

Sudah ada perencanaan atau niat dengan membuat setting agar terjadi peristiwa yang di cover
oleh polis. Kebakaran yang dibuat-buat dengan cara sengaja (by intention) s lebih dikenal
dengan istilah arson.
Contoh klasik adalah pada Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Acciden), tertanggung dengan
sengaja melukai dirinya sendiri (memotong jari dan lain-lain)

2. Pemalsuan dokumen

Memalsukan surat-surat atau dokumen pendukung, misalkan pada asuransi marine cargo
dokumen-dokumen terkait dengan cargo dan dokumen dari pihak otoritas (syahbandar
dan/atau Dir Jen Perhubungan Laut). Dokumen palsu tersebut yang akan digunakan dalam proses
klaim.

3. Pemalsuan invoice

Invoice-invoice pembelian barang diperlukan pada saat pengajuan klaim, dalam banyak kasus
tertanggung yang nakal memalsukan invoice pembelian dari para supplier. Setelah dilakukan
pengecekan, supplier memang ada dan sudah membina hubungan bisnis dengan tertanggung
tetapi nilai pembelian yang dilakukan oleh tertanggung tidak sebesar yang tercantum di dalam
invoice palsu tersebut.

4. Membesar-besarkan kerugian

Tindakan menggelembungkan nilai klaim adalah yang paling umum terjadi, biasanya akan
diikuti dengan pemalsuan invoice dan dokumen pendukung lainnya agar tampak klaim yang
diajukan nilainya wajar.

MOTIF KECURANGAN KLAIM

Setiap tindakan apapun pasti ada hal yang melatar belakanginya, motif kecurangan asuransi pada
umumnya adalah sebagai berikut :

1. Perubahan kondisi keuangan, termasuk kehilangan pekerjaan.

Uang merupakan darah bagi kehidupan pribadi maupun bisnis, oleh karenanya perubahan
kondisi keuangan akan berakibat pada perubahan tingkah laku yang bisa menimbulkan inspirasi
untuk melakukan tindak pidana mendapatkan uang cepat. Salah satu cara mendapatkan uang
cepat yang dapat dilakukan adalah mengajukan klaim asuransi. Dana klaim asuransi tersebut
diharapkan dapat menutupi biaya-biaya yang jadi beban.

2. Masalah ekonomi yang dihadapi secara umum./krisis keuangan

Kasus subprime mortgage di Amerika Serikat merupakan salah satu contoh, kalangan bawah
yang tidak layak diberikan kredit perumahan mendapat kredit sehingga mengakibatkan
catastrophic bad debt. Karena ketidakmampuan membayar kredit rumah, banyak debitur yang
akhirnya membakar rumah-rumah mereka dengan harapan perusahaan asuransi akan mengganti
kerugian tersebut dan beban hutang mereka dapat berkurang karena adanya likuiditas yang
diperoleh dari penggantian klaim asuransi.

3. Beban kredit yang bertambah berat.


Kredit konsumsi maupun produktif bilamana tidak dikaji dengan baik manfaatnya serta
kemampuan untuk membayar kembali kredit tersebut akan membebani keuangan dan secara
keseluruhan akan merusak tatanan atau kegiatan-kegaiatan rutin lainnya. Jalan tersingkat untuk
memperingan beban adalah dengan set up klaim, dana klaim diharapkan dapat memperkecil
beban perusahaan

4. Barang dagangan yang sulit terjual.

Stok barang dagangan baik di pabrik maupun di toko tentunya direncanakan oleh pemiliknya
dapat terjual dengan begitu tidak ada modal yang tertahan dan perputaran akan berlangsung
secara sehat. Akan tetapi rencana bisa saja meleset, barang dagangan menumpuk berbulan-bulan
sehingga membebani perusahaan baik dari aspek permodalan maupun biaya penyimpanan. Hal
ini dapat menjadi pemicu munculnya motif untuk melakukan klaim asuransi.

5. Barang dagangan yang telah menjadi usang .

Barang-barang tertentu yang dibuat sesuai dengan pesanan atau musim tertentu saja bilamana
musim berlalu maka model tersebut menjadi usang (obsolete), terutama pada produk apparel
(pakaian). Bermacam-macam strategi dilakukan oleh penjual atau pabrikan untuk menjual
barang yang sudah usang antara lain memberikan discount besar, beli satu dapat dua dan lain-
lain. Tetapi ada juga yang mengambil jalan singkat dengan menjual stok produk yang usang
tersebut ke perusahaan asuransi dengan cara mengajukan klaim kebakaran yang dibuat-buat.

6. Pengeluaran biaya-biaya overhead yang tinggi.

Biaya adalah suatu hal yang pasti yang harus dikeluarkan oleh perusahaan agar terus beroperasi.
Sejauh biaya dapat ditutupi dengan penjualan tidak ada masalah, tapi hal menjadi lain bilamana
biaya-biaya tinggi tapi tidak dapat ditutupi. Jalan singkat yang ditempuh oleh nasabah yang nakal
adalah mengajukan klaim asuransi dengan nilai tertentu dan frekuensi yang sering, tentunya ada
unsur penggelembungan sehingga ada excess yang dapat digunakan untuk menutupi biaya
overhead.

7. Problem dengan arus kas termasuk tekanan dari para kreditur atas pelunasan pinjaman
yang diberikan.

Arus kas tentunya harus mampu menopang operasional perusahaan, baik untuk pengeluaran-
pengeluaran rutin maupun non rutin semua sudah tentu harus dianggarkan secara pantas dan
wajar. Tetapi tidak semua akan berjalan sesuai dengan, maka mulailah muncul permasalahan
antara lain keterlambatan pembayaran pinjaman atau bahkan tunggakan pinjaman. Hal ini tentu
akan berakibat buruk kepada kreditur, pada suatu titik kreditur akan memaksakan agar pinjaman
yang diberikan dilunasi segera. Di dalam kondisi seperti inilah dapat muncul klaim yang
dilakukan oleh tertanggung dengan cara dibuat-buat.
Masih banyak lagi motif lain yang melatar belakangi tertanggung melakukan insurance fraud

INDIKASI FRAUD

Menurut Clark Wilson, LLP ada beberapa tingkah laku tertanggung yang mengindikasikan
insurance fraud baik sebelum atau setelah terjadinya peristiwa kerugian klaim :

1. Menuntut agar supaya klaim dibayarkan secepatnya.

2. Bersedia menerima penyelesaian klaim yang jauh di bawah nilai klaim sesuai dengan
bukti-bukti yang diajukan.

3. Complain yang terlalu prematur terkait dengan keterlambatannya proses adjustment


kerugian.

4. Berperilaku sangat agresif, termasuk mudah sekali melontarkan kata-kata tidak


mempunyai niat baik terhadap perusahaan asuransi.

5. Kesulitan untuk berhubungan dengan tertanggung baik melalui telp atau media
komunikasi lainnya.

6. Tertanggung menangani seluruh bisnisnya sendiri, dalam artian dia tidak


mendelegasikan kepada staf atau bawahannya walaupun dia memiliki orang-orang yang
mempunyai kapabilitas melakukan hal tersebut.

7. Mempunyai claim record dengan pola yang sama.

8. Secara kebetulan pada saat terjadinya klaim Tertanggung dan anggota keluarganya tidak
ada di tempat kejadian

Tentunya terkait dengan kecurangan klaim, indikasi atau dugaan saja tidak cukup. Harus dicari
bukti-bukti yang kuat yang mendukung dugaan tersebut. Tanpa bukti yang kuat, sesuai dengan
ketentuan perundangan-undangan tidak cukup alasan perusahaan asuransi untuk melakukan
penolakan klaim. Karena pembuktian tersebut yang akan dipertanyakan bilamana perkara
tersebut harus berakhir di pengadilan.

LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN

Penanggulangan kecurangan klaim harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan semua
unsur terlibat tidak hanya sebagian saja yang mempunyai upaya dan concern terhadap hal
tersebut. Perlu diingat, kejahatan asuransi telah membebani industri asuransi dengan biaya yang
sangat tinggi dan juga sangat merugikan nasabah-nasabah asuransi yang jujur.Oleh karena itu
perlu dilakukan langkah-langkah yang real yang komprehensif dilakukan oleh para pelaku
industri asuransi yang akan terkena dampak langsung dan regulator.

A. OLEH REGULATOR

Salah satu cara membatasi ruang gerak pelaku insurance fraud adalah membuat daftar hitam
(black list) namun harus ada payung hukum terkait dengan hal ini, sehingga tidak ada lagi
kegamangan pelaku asuransi untuk ikut serta di dalam memerangi kecurangan klaim. Tanpa
adanya payung hukum akan sulit diharapkan partisipasi aktif dari pelaku industri karena mereka
mungkin khawatir digugat oleh nasabah yang namanya masuk di dalam black list. Karena
dengan masuknya ke dalam list tersebut maka yang bersangkutan (individu ataupun perusahaan)
tidak dapat lagi membeli polis asuransi.

Saat ini perusahaan asuransi menanggulangi kecurangan asuransi secara individu, sporadis dan
tidak terencana. Akibatnya para pelaku kecurangan asuransi tetap bebas mengulangi
perbuatannya dengan berpindah dari satu perusahaan asuransi ke perusahaan asuransi lain.

B. OLEH MASING-MASING PERUSAHAAN ASURANSI

Perusahaan asuransi sebagai pelaku utama harus memainkan peran aktif dalam proses
penanggulangan penanggulangan kecurangan klaim. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan
oleh perusahaan asuransi untuk meminimalisir kerugian dari kecurangan klaim antara lain
sebagai berikut :

1. Berhati-hati di dalam proses assessment (akseptasi) nasabah baru. Sebaiknya dapatkan


informasi yang mendalam terkait dengan nasabah tersebut terutama claim history. Dari
claim history akan tampak pola terkait moral hazard atau physical hazards.

2. Diupayakan melakukan survey dengan kriteria tertentu, misalkan dengan nilai


pertanggungan min 500 juta untuk jenis asuransi tertentu dan obyek pertanggungan
tertentu harus dilakukan survey. Survey sangat bermanfaat bagi underwriters untuk
mememutuskan menerima dan menolak penutupan.

3. Pada saat terjadi klaim dilakukan upaya-upaya tuntas dan hati-hati terutama sudah
muncul kecurigaan awal akan adanya kecurangan klaim.

4. Membuat forum komunikasi atau apapun bentuknya yang merupakan pertemuan rutin
dalam periode tertentu dengan tujuan untuk urun rembuk perusahaan asuransi terkait
dengan kecurangan klaim dan nasabah-nasabah nakal.

KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, praktisi asuransi terutama asuradur paling sedikit dapat memperoleh
gambaran terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan kecurangan atau kejahatan klaim
asuransi.

Merupakan tugas bersama dari perusahaan asuransi dan perusahaan penunjang perasuransian
untuk bahu-membahu memperkecil terjadinya klaim-klaim yang memenuhi unsur-unsur
kecurangan. Hal klaim-klaim tersebut telah secara nyata-nyata membebani perusahaan asuransi,
reasuransi dan tertanggung yang mempunyai moral hazards baik. Karena akan berakibat beban
premi secara keseluruhan akan naik, selain biaya-biaya terkait dengan investigasi dan lain-lain.

Ada moto yang sangat sederhana terkait dengan perilaku kriminalitas yang merugikan yang
dikutip dari situs Arthur Boulanger Insurance Brokers terkait dengan kriminalitas di Kanada If
it worked once, try it again.and again. Oleh karenanya jangan jadi korban lakukan sesuatu
untuk paling tidak meminimalisir kerugian.

*****************************

Fraud Dalam Kegiatan Asuransi

inShare

Pesatnya perkembangan bisnis asuransi menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran


masyarakat akan pentingnya perlindungan terhadap kesehatan dan jiwa. Selain itu tujuan lain
pembukaan polis asuransi adalah untuk melindungi masa depan ahli waris ketika kehilangan
pencari nafkah utamanya. Maraknya perkembangan bisnis asuransi ini pada prakteknya diikuti
pula dengan timbulnya Insurance Fraud. Keinginan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya
menjadi salah satu faktor pendorong berkembangnya Insurance Fraud.

Apa saja yang termasuk Insurance Fraud ?

Secara luas, Insurance Fraud dapat diartikan sebagai segala macam bentuk kecurangan yang
dilakukan oleh para pelaku asuransi (Nasabah, Tenaga Pemasaran, maupun Perusahaan Asuransi)
dalam rangka menguntungkan diri sendiri. Contoh sederhana antara lain adalah pemalsuan
identitas, yaitu misalnya pemalsuan usia yang dilakukan dengan tujuan agar premi yang
dikenakan lebih murah. Untuk memperkuat, dokumen yang dipalsukan juga dilampirkan sebagai
pendukung. Contoh lainnya adalah pemalsuan kejadian seperti menyembunyikan riwayat
kesehatan.
Namun dalam bahasan kali ini, Insurance Fraud dibatasi pada hal-hal yang kerap terjadi dalam
kegiatan perasuransian yaitu menyangkut penggelapan premi nasabah serta pemalsuan tanda
tangan, dimana akibat yang ditimbulkan dari tindakan ini membawa efek yang lebih serius secara
hukum.

Penggelapan Premi

P.T Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) sebagai perusahaan asuransi terdepan di
Indonesia memiliki nasabah yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di wilayah-
wilayah tertentu dimana fasilitas perbankan masih terbatas, pembayaran premi oleh nasabah
dilakukan melalui penitipan pada agennya. Pada waktu-waktu sebelum jatuh tempo pembayaran
premi, agen akan memungut pembayaran premi dari nasabah-nasabahnya untuk kemudian
menyetorkan langsung kepada kantor pusat atau melalui akses perbankan.

Tujuan awal pembayaran premi secara titipan ini adalah untuk mempermudah sekaligus
memberikan pelayanan kepada nasabah. Yang kemudian menjadi permasalahan adalah ketika
oknum agen ternyata menyalahgunakan kepercayaan nasabah tersebut dengan tidak menyetorkan
premi atau hanya menyetorkan sebagian dari jumlah yang seharusnya atas nama nasabah.
Akibatnya tentu saja setelah melampaui jangka waktu tertentu polis atas nama nasabah tersebut
dinyatakan batal (Lapse). Kerugian bukan saja menimpa nasabah yang bersangkutan namun juga
menimpa Prudential Indonesia, sebagai perusahaan asuransi, terlebih jika ternyata nasabah yang
dirugikan memuat keluhannya tersebut dalam media massa, melakukan pelaporan dugaan tindak
pidana dan atau melakukan gugatan perdata untuk memperoleh ganti rugi. Akibatnya, bisa
dipastikan membawa kerugian materiil serta dampak negatif terhadap reputasi Prudential
Indonesia sebagai perusahan asuransi yang terpercaya.

Pemalsuan Tanda Tangan

Pemalsuan tanda tangan oleh pihak-pihak yang tidak berwenang biasanya terjadi untuk
penandatanganan formulir-formulir yang seharusnya dilakukan oleh Nasabah langsung. Contoh
yang paling sering terjadi adalah penandatanganan SPAJ, formulir perubahan polis seperti
perubahan alamat, frekuensi pembayaran, penambahan penerima manfaat dan lain sebagainya.

Pemalsuan yang lebih menimbulkan kerugian bagi Nasabah adalah pemalsuan tanda tangan atas
formulir penarikan dana (withdrawal) nilai tunai polis asuransi milik Nasabah di Prudential
Indonesia. Dalam kasus ini, pihak-pihak yang tidak berwenang tanpa sepengetahuan nasabah
melakukan penarikan dana dengan cara mengisi dan memalsukan tanda tangan nasabah pada
formulir withdrawal sebagai salah satu persyaratan penarikan dana nilai tunai. Biasanya tindakan
pemalsuan tanda tangan ini baru diketahui nasabah ketika yang bersangkutan menerima
pemberitahuan adanya penarikan dana dari Prudential Indonesia.

Dasar Hukum

Peraturan perundangan sudah mengatur sanksi-sanksi terkait kedua Insurance Fraud yang
dipaparkan di atas.
Tindakan Penggelapan Premi oleh Agen dapat dikategorikan sebagai tindak pidana penggelapan
sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUH Pidana) Pasal 372
tentang penggelapan yang menetapkan pidana penjara maksimal 4 tahun.

Lebih spesifik lagi, UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian juga telah mengatur
terkait penggelapan premi yaitu dalam pasal 21 ayat 2 yang menyebutkan ancaman pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua
milliar lima ratus juta rupiah).

Sementara itu terhadap tindakan Pemalsuan Tanda tangan, secara umum ketentuan KUH Pidana
sudah mengatur sanksi terkait hal tersebut melalui pasal 263 ayat 1 dan 2 mengenai pemalsuan
dokumen, yang menyebutkan ancaman pidana penjara paling lama enam tahun.

Ketentuan sejenis yang menyebutkan sanksi pidana bagi pelaku pemalsuan dokumen (dalam hal
ini meliputi pemalsuan tanda tangan) termuat dalam UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian Pasal 21 ayat 5 yang menyebutkan ancaman pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Perlu8 diperhatikan di sini, bahwa sanksi atas penggelapan premi dan pemalsuan dokumen
dalam UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian bukan merupakan sanksi alternative
melainkan sanksi kumulatif. Artinya pembayaran denda sebagaimana tercantum dalam pasal 21
ayat 2 dan ayat 5 tersebut tidak menghapuskan pidana penjaranya. Sanksi yang cukup berat ini
diharapkan dapat menekan tindak pidana penggelapan premi yang banyak terjasi di industry saat
ini.

Tips dan Trik

Apapun alasannya, tindakan tidak bertanggung jawab sebagaimana dipaparkan di atas akan
membawa kerugian bagi nasabah serta pada akhirnya akan membawa pihak yang tidak
bertanggung jawab tersebut ke dalam sanksi hukum yang berlaku. Kehati-hatian dan sikap taat
pada etika yang berlaku lagi-lagi menjadi pagar bagi para agen dalam berlaku dan bertindak.

Untuk menjaga reputasi, integritas, dan kelangsungan bisnis serta menghindari sanksi hukum,
berikut hal-hal yang perlu menjadi perhatian bagi agen dalam melaksanakan tugas penjualannya
sehari-hari.

Segera setorkan premi yang dititipkan nasabah kepada kantor pusat. Selain untuk alas an
keamanan juga untuk menghindari keterlambatan pembayaran Premi, yang dapat
mengakibatkan polis menjadi lapse.

Jangan pernah meminta calon nasabah menandatangani formulir kosong. Pastikan calon
nasabah mengisi formulir SPAJ denghan lengkap dan jelas sebelum calon nasabah
menandatanganinya.
Untuk alasan apapun, jangan pernah melakukan perubahan atas polis atau melakukan transaksi
apapun atas nama nasabah tanpa mendapatkan persetujuan dan tanda tangan dari nasabah yang
bersangkutan. Ingat selalu bahwa penipuan sekecil apapun dapat merugikan Nasabah dan akan
berpotensi menyeret pelakunya pada sanksi hokum yang tidak hanya menciptakan kerugiaan
secara materiil (pengenaan sanksi administrative/ denda) namun juga immaterial (pidana penjara,
hilangnya pekerjaan dan rusaknya reputasi baik).

Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Pengantar Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Penerapan atas prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance - GCG) dibutuhkan dalam rangka mendukung pertumbuhan perusahaan
yang sehat khususnya dan perkembangan industri keuangan nasional pada umumnya.
PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia, atau Perseroan) terus
membangun dan menyempurnakan strukturnya sebagai bagian dari implementasi
prinsip Tata Kelola Yang Baik bagi Perseroan sesuai dengan peraturan yang berlaku,
di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sebagai bagian dari Grup Prudential yang menerapkan ketentuan GCG yang ketat atas
seluruh unit bisnisnya secara global, manajemen Prudential Indonesia memiliki
komitmen yang kuat dalam hal penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik secara
konsisten, mengikuti prinsip-prinsip utama GCG yaitu prinsip Keterbukaan,
Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Kemandirian, serta Kesetaraan dan Kewajaran.
Prudential Indonesia yakin bahwa pelaksanaan GCG yang konsisten akan membawa
nilai tambah bagi Perseroan, pemegang saham, nasabah dan para pemangku
kepentingan lainnya untuk menjadikan Prudential Indonesia sebagai penyedia jasa
keuangan terdepan dalam pelaksanaan bisnis yang bertanggung jawab di Indonesia.

Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Prudential Indonesia telah menerapkan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
Corporate Governance) dan menyempurnakan strukturnya secara berkelanjutan
sebagaimana tercermin dalam Laporan Penilaian Sendiri (Self-Assessment) atas
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik tahun 2014 dan Laporan Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik Tahun 2014 yang telah disampaikan kepada Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) melalui surat Perseroan tertanggal 27 Februari 2015. Untuk
mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan melalui praktik bisnis yang taat,
sejalan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 2/POJK.05/2014 perihal Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Asuransi, berikut pengembangan yang
terjadi sejalan dengan ketentuan GCG:

Struktur Tata Kelola

Struktur Tata Kelola Prudential Indonesia adalah sebagai berikut:

Rapat Umum Pemegang Saham


Merupakan organ Perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
Perseroan dan memegang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada
Direksi dan Komisaris berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan dan ketentuan
hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

Pada tahun 2014, pemegang saham Prudential Indonesia telah mengambil


berbagai keputusan berkaitan dengan laporan keuangan dan neraca laba rugi
Perusahaan untuk tahun buku 2013, pengangkatan anggota direksi maupun
komisaris, serta pembagian dividend interim dan lain-lain melalui mekanisme
Keputusan Para Pemegang Saham yang diedarkan kepada seluruh pemegang
saham.

Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai
Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.
Dewan Komisaris Prudential Indonesia memiliki Komisaris Independen yang
secara aktif telah berpartisipasi dalam rapat Komite Audit maupun rapat
Komite Pemantau Risiko, baik sebagai ketua maupun sebagai anggota. Pada
tahun 2014, Prudential Indonesia telah mengadakan 6 kali rapat Dewan
Komisaris.

Komposisi Dewan Komisaris di Prudential Indonesia berdasarkan Laporan


Penilaian Sendiri dan Laporan Penerapan Tata Kelola Yang Baik tahun 2014:
Name Position

Nama Jabatan

President Commissioner
Alan Shen Fong Tan (Alan Tan)
Presiden Komisaris

Commissioner
Ira Eddymurthy Andamara
Komisaris

Independent Commissioner
Mulchis Anwar
Komisaris Independen

Berikut komposisi Dewan Komisaris di Prudential Indonesia per 6 Oktober


2015:
Name Position

Nama Jabatan

Richard John Taylor


President Commissioner

Presiden Komisaris

Stephen Paul Bickell


Commissioner

Komisaris

Ira Eddymurthy Andamara


Commissioner

Komisaris

Mulchis Anwar
Independent Commissioner

Komisaris Independen

Agustinus Prasetyantoko
Independent Commissioner
(A. Prasetyantoko)

Komisaris Independen

Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa


Independent Commissioner
(Marty Natalegawa)

Komisaris Independen

Komite Penunjang Dewan Komisaris


Untuk membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi pengawasannya
sehingga dapat berjalan secara efektif, Komite-komite di bawah ini telah
dibentuk:

1. Komite Pemantau Risiko

Komite Pemantau Risiko dibentuk untuk membantu


Dewan Komisaris dalam melakukan pemantauan risiko
atas bisnis Perseroan. Pertemuan Komite Pemantau Risiko
dilakukan sekurang-kurangnya setiap bulan dan setiap
kuartal.

2. Komite Audit

Komite Audit dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris


dalam memenuhi kewajibannya terkait pengawasan atas
kepatuhan pelaporan keuangan Perseroan, efektifitas
pengendalian internal dan sistem manajemen risiko
Perseroan serta untuk mengawasi efektifitas dan
objektifitas dari Auditor internal dan eksternal. Komite
Audit harus bertindak secara independen dalam
melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Pertemuan
Komite Audit dilakukan secara rutin setiap bulan.

Direksi
Direksi bertanggung jawab atas seluruh aktivitas pengaturan dan pelaksanaan
usaha di Perseroan sejalan dengan strategi Perseroan, rencana dan kebijakan
Perseroan.
Selama tahun 2014, Prudential Indonesia telah mengadakan 22 kali rapat
Direksi. Berikut adalah susunan anggota Direksi:

Komposisi Direksi di Prudential Indonesia berdasarkan Laporan Penilaian


Sendiri dan Laporan Penerapan Tata Kelola Yang Baik tahun 2014:
Name Position

Nama Jabatan

Rinaldi Mudahar President Director

Presiden Direktur

Evelyne Mirna Damayanti Kusumowidagdo

(Eveline Kusumowidagdo)

Director

Heraandajani Soemohandojo

Direktur

(Nini Sumohandoyo)
John Joseph Oehmke

Nicholas Oliver Holder

Berikut komposisi Direksi di Prudential Indonesia per 6 Oktober


2015):
Name Position

Nama Jabatan

Rinaldi Mudahar President Director

Presiden Direktur

Eveline Mirna Damayanti Kusumowidagdo

(Eveline Kusumowidagdo)

Heraandajani Soemohandojo Director

(Nini Sumohandoyo) Direktur

John Joseph Oehmke

Kenneth Andrew Stearns

Nicholas Oliver Holder


Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah bertanggung jawab untuk memberikan nasihat
kepada Direksi dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan unit
usaha syariah Perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah. Sepanjang tahun
2014, Perseroan telah mengadakan 10 kali pertemuan Dewan Pengawas
Syariah.

Berikut adalah susunan anggota Dewan Pengawas Syariah per 6 Oktober 2015:
Name Position

Nama Jabatan

Dr. H. Anwar Ibrahim Chairman of Sharia Supervisory Board

Ketua Dewan Pengawas Syariah

H. Ahmad Nuryadi, LL.B, MA Member of Sharia Supervisory Board

Anggota Dewan Pengawas Syariah

Komite Penunjang Direksi


Untuk membantu Direksi dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya,
Perseroan telah membentuk beberapa komite sebagai berikut:

3. Komite Investasi
Komite Investasi bertanggung jawab untuk melakukan
pemantauan atas seluruh dana investasi Perseroan.
Komite melakukan rapat secara berkala setidaknya setiap
kuartal.

4. Komite Kepatuhan
Komite ini bertanggung jawab untuk mengawasi tingkat
kepatuhan Perseroan atas kebijakan internal, pedoman
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelaksanaan rapat Komite Kepatuhan dilakukan setiap
dua bulan sekali.
5. Komite Seleksi Risiko (Underwriting) dan Klaim
Salah satu aspek penting dalam bisnis asuransi adalah
dalam proses seleksi risiko (underwriting) dan klaim.
Untuk itu, dibentuklah Komite Seleksi Risiko dan Klaim
yang memiliki kewenangan untuk meninjau dan
memberikan arahan dalam hal perubahan regulasi,
kepatuhan, risiko, kebutuhan bisnis dan standar
pelayanan atas seleksi risiko dan klaim. Disamping itu,
Komite ini memiliki peran untuk melakukan kajian dan
menilai kinerja terhadap standar pelayanan yang telah
ditetapkan, kemudian memutuskan resolusi atas
permasalahan dan menetapkan standar seleksi risiko dan
klaim.

6. Komite Pengembangan Produk


Komite ini memiliki peranan dalam perkembangan,
penerapan dan pengaturan atas seluruh pengembangan
produk dan strategi yang dihasilkan atas produk untuk
Perseroan. Hal ini termasuk pendirian dan pengaturan
atas desain serta proses persetujuan produk sejalan
dengan prioritas produk dan jadwal implementasi atau
strategi yang disetujui dari waktu ke waktu oleh Komite.

7. Komite Informasi dan Teknologi


Komite ini memiliki peranan untuk memastikan bahwa
Perseroan dapat mengadopsi sistem dan proses yang
terbaik di kelasnya, sesuai dengan konteks
pengembangan informasi dan teknologi. Pertemuan
Komite ini dilakukan sesuai dengan arahan Ketua Komite
dan dilakukan setiap bulan atau setidaknya setiap kuartal.

8. Komite Pengadaan
Komite ini didirikan untuk mengawasi inisiatif program
pengadaan dan fungsi yang berkaitan dengan tata kelola,
pencapaian waktu layanan, pengaturan kinerja pemasok,
pengaturan kontrak, pemantauan risiko pihak ketiga dan
perjanjian alih daya dengan beberapa tujuan yang
ditetapkan. Komite ini mengadakan rapat setidaknya
sekali setiap kuartal atau dalam waktu tertentu apabila
diperlukan.
9. Komite Anggaran
Tujuan dibentuknya komite ini adalah untuk memastikan
bahwa Perseroan mengelola anggaran biaya Perseroan
sesuai dengan kemampuan dan menjalankan inisiatif
secara efisien. Komite ini mengadakan pertemuan
setidaknya setiap kuartal.

10. Komite Disipliner Tenaga Pemasar


Komite ini dibentuk khusus dengan tujuan untuk
melakukan kajian atas investigasi yang dilakukan secara
lengkap oleh Petugas Layanan Keluhan terhadap dugaan
kesalahan atas praktik penjualan yang dilakukan oleh
jaringan distribusi Perseroan dan untuk menyetujui atau
memperbaiki rekomendasi sanksi atas tindakan
indisipliner yang dilakukan Tenaga Pemasar, termasuk
layanan pemulihan untuk memperbaiki keluhan.

11. Komite Persistensi


Tujuan utama didirikannya Komite Persistensi yaitu untuk
memastikan persistensi Perseroan mencapai atau
melebihi target, memastikan bahwa langkah yang tepat
telah diambil untuk mengatasi hambatan atas
pencapaian target; dan untuk menjadi pelopor mengenai
pentingnya mencapai peningkatan persistensi yang tinggi
di Prudential Indonesia. Rapat Komite ini umumnya
diadakan setiap bulan.

12. Komite Nasabah


Komite Nasabah didirikan khususnya untuk meningkatkan
kepuasan dan loyalitas nasabah dan juga
mengoptimalkan potensi penjualan yang pada akhirnya
akan menghasilkan nilai yang saling menguntungkan bagi
nasabah dan bisnis. Pada umumnya Komite ini
mengadakan pertemuan setiap kuartal.

13. Komite Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Komite ini dibentuk guna memastikan bahwa seluruh
inisiatif Tanggung jawab Sosial Perusahaan (CSR)
Perseroan sejalan dengan tujuan strategi inti dan Kode
Etik Perseroan; untuk memonitor seluruh kegiatan CSR
Perseroan yang dilaksanakan melalui kerja sama dengan
banyak pihak tertata dengan baik melalui implementasi
yang efisien dan efektif; dan untuk melakukan kajian atas
kinerja proyek yang sedang berjalan terhadap target yang
ditetapkan.

Kecukupan Kebijakan dan Prosedur

Kode Etik
Prudential Indonesia menerapkan standar profesional dan kode etik yang
tertinggi bagi seluruh karyawan. Kode etik berisi standar etika dasar yang
diperlukan.

Kebijakan Investasi
Kebijakan investasi menetapkan tujuan investasi dari masing-masing dana
investasi, serta pedoman dan parameter untuk mencapai tujuan tersebut.
Kebijakan investasi Perseroan mengacu pada strategi jangka panjang dengan
usaha meminimalkan risiko dan mengoptimalkan hasil keuntungan investasi.
Dana investasi Perseroan dikelola oleh PT Eastspring Investments Indonesia.

Konflik Kepentingan
Prudential Indonesia memiliki komitmen bahwa seluruh karyawan memililki
integritas yang tinggi dalam segala proses bisnis baik di dalam ataupun di luar
Perseroan. Kebijakan ini akan membantu karyawan untuk mengidentifikasi
berbagai potensi masalah yang ditimbulkan dan tindak lanjut apabila terjadi
konflik.

Anti Suap dan Korupsi


Prudential Indonesia menyadari bahwa penyuapan dan korupsi rentan terjadi
pada peran-peran tertentu, yang dapat membawa dampak terhadap integritas
dalam menjalankan bisnis Perseroan dengan benar. Untuk itu, kebijakan ini
merupakan petunjuk untuk melindungi Perseroan dan karyawan Perseroan dari
praktik penyuapan dan korupsi.

Implementasi atas Sistem Pengendalian Internal

Prudential Indonesia menganut prinsip tiga lini pertahanan untuk mengatur


dan mengendalikan risiko bisnis dan berperan dalam fungsi pengendalian
sebagai berikut:
1. Lini pertama adalah Unit Bisnis atau Unit Fungsional
Unit Bisnis sebagai lini yang terlibat dalam operasional
harian dan bertindak sebagai kontak pertama dengan
berbagai pihak.

2. Lini kedua adalah Fungsi Kepatuhan dan Fungsi


Manajemen Risiko.
Fungsi-fungsi ini berperan dalam menentukan kebijakan
dan standar serta melakukan proses monitoring dan
peninjauan yang diperlukan.

3. Lini ketiga adalah Audit Internal.


Fungsi ini berperan untuk memberikan kepastian secara
independen atas pelaksanaan ketentuan dan kebijakan
kepada seluruh pihak terkait termasuk manajemen dan
Komite Audit.

Anda mungkin juga menyukai