Contoh kasus 1:
JAKARTA. Kabar kurang sedap menimpa Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya (BAJ
Life). Ada dugaan, perusahaan asuransi jiwa lokal ini bermasalah dengan
keuangan. Akibatnya, banyak nasabah yang khawatir dengan polis mereka,
sehingga memilih mencairkan sebelum jatuh tempo.
Pengakuan seorang nasabah BAJ Life, terpaksa menarik kembali polisnya
karena mendapat info dari mantan kepala cabang asuransi itu bahwa
perusahaan sedang bermasalah. Kabarnya, manajemen wajib menyetor
dana Rp 600 miliar ke kementerian keuangan untuk penyehatan.
Makanya "Daripada uang hangus semua, polis harus ditarik secepatnya,"
kata nasabah menirukan saran mantan kepala cabang itu. Nasabah ini
memiliki polis asuransi jiwa di BAJ Life sejak enam tahun lalu melalui kantor
cabang Depok. Ia membayar polis Rp 3 juta per tahun.
Hitung punya hitung, pencairan polis hanya menghasilkan dana kembalian
Rp 6 juta. "Mereka sanggup mengembalikan, tapi membutuhkan waktu
sekitar tiga bulan," tambahnya.
Usut punya usut, masalah di BAJ Life sudah ramai sejak lama. Surat kabar
di Surabaya pernah memberitakan kesulitan nasabah di Sidoarjo,
JawaTimur pada Juni 2011. Kemudian, Wahyu, warga Ponorogo, Jawa Timur
juga kesulitan mencairkan klaim asuransi jiwa milik almarhum ibunya yang
meninggal pada September 2011.
"Nilai klaim Rp 10 juta, tapi sampai saat ini belum turun juga," kata Wahyu.
Ia dan keluarga pun memilih mengikhlaskan klaim tersebut karena
berlarut-larut.
Terkena pembatasan
Boyke Panahiatan, Direktur Keuangan BAJ Life, mengaku perusahaannya
sedang terlilit masalah. Sejak tahun 2009, mereka terkena Pembatasan
Kegiatan Usaha (PKU) oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK). Namun, ia enggan merinci penyebab PKU itu.
Sesuai regulasi, penyebab PKU karena perusahaan asuransi tidak bisa
memenuhi modal minimal. PKU menjadikan perusahaan tidak boleh
mencari nasabah baru.
Namun, perusahaan harus tetap melayani nasabah yang ingin mencairkan
klaim atau menarik polisnya. "Masalah penarikan ada, tapi kalau ada yang
kesulitan, informasikan saja namanya, akan kami bantu agar cepat
selesai," kata Boyke.
Menurut Boyke, manajemen sangat terbuka dengan kondisi perusahaan. Ia
juga siap membantu menyelesaikan permasalahan nasabah. "Kami tidak
ingin masalah ini semakin runyam, karena malah bisa dimanfaatkan pihak
lain atau merugikan industri asuransi," terang Boyke.
Isa Rachmatarwata, Kepala Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) membantah info pencabutan
izin itu. Sayang, Isa juga enggan berbicara banyak. Ia juga menolak
mengomentari soal setoran dana Rp 600 miliar.
Dari situsnya, BAJ Life berdiri sejak 10 Juni 1967. Perusahaan ini memiliki
jaringan pemasaran di 12 kantor cabang, 142 kantor distrik dan 131 kantor
sektor. Per akhir 2007, total aset mencapai Rp 717,4 miliar dan pendapatan
premi Rp 432,49 miliar.
Dalam kasus ini secara logika tidak mungkin seorang ibu Leli Lestari
memalsukan dokumen, tanpa keterlibatan oknum lain dari pihak asuransi.
Kenapa pihak Pudential sendiri tidak tersentuh sama sekali ?, tanya Sunardi
di hadapan Kajari Ponorogo Sucipto, yang didampingi oleh Kapolres AKBP
Iwan Kurniawan.
Kalau kasus itu (asuransi) adalah limpahan dari Kejati dan Polda Jatim, jadi
bisa ditanyakan hal itu ke sana,ujar Kejari.
Mendapat jawaban seperti itu, Sunardi sontak memerah mukanya, namun
akhirnya setelah disanggupi bahwa Kejari dan Kejati bisa berkoordinasi,
maka masapun meninggalkan Kejari dan mendatangi kantor perwakilan
Prudential.
Di kantor asuransi yang masih baru kontrak di timur aloon-aloon ini, masa
hanya melakukan orasi dan membeber pamflet. Tujuan berikutnya adalah
Pengadilan Negeri(PN) Ponorogo, di mana saat itu tengah berlangsung
sidang perdana kasus itu.
Dalam kasus ini tersangka diancam dengan pasal 263 ayat 1 KUHP yaitu
tentang orang yang melakukan pemalsuan, ayat 2 orang yang menggunakan
surat yang tahu itu palsu atau pasal 264 tentang pemalsuan khusus untuk
surat-surat tertentu seperti akta.
Kasus yang terjadi tahun 2006 ini, bermuara dengan tuntutan pihak asuransi
Prudential. Sebab janda dari Yusuf Wijaya itu, setelah membayar premi
pertama sebesar Rp 60 juta, 2 bulan kemudian ternyata tertanggung, dalam
hal ini Nica Wijaya (17), anaknya, meninggal dunia karena kanker otak.
Anehnya kasus yang sudah sampai di Polda Jatim ini sebenarnya terjadi 8
tahun silam dan sudah dipetieskan.
Kasus ini juga sudah diproses secara perdata yang hingga kini belum inkrah
di Makhamah Agung. Karena pihak Leli juga menuntut kasus ini melalui
gugatan perdata, sebab uang pertanggungan sebesar Rp 5 M, belum
dibayarkan oleh pihak asuransi. Dan kasus itu malah dialihkan ke perkara
pidana.
Tahun 2006 lalu Leli menang di praperadilan di Pengadilan Negeri Ponorogo,
karena Polwil Madiun yang menangani kasus itu menghentikan kasusnya
dengan mengeluarkan surat perintah pemberhentian perkara (SP3).@arso
Contoh kasus 3:
Benarkah Asuransi Prudential Indonesia Menipu?
Asuransi Prudential Indonesia dikenal sebagai pelopor asuransi unit link.
Namun di sini kami tidak ingin mengulas tentang profil dari Asuransi
Prudential Indonesia. Saya hanya ingin menanggapi berbagai komentar
tentang Asuransi Prudential Indonesia.
Istilah asuransi mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, baik asuransi
konvensional maupun asuransi unit link. Jika kita membicarakan tentang
asuransi unit link, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan istilah klaim dan
investasi.
Begitu juga dengan Asuransi Prudential Indonesia, saya yakin di sekitar
tempat tinggal anda pasti ada yang menjadi nasabah asuransi unit link dari
Asuransi prudential Indonesia. Beragam pendapat dan komentar tentang
perusahaan asuransi unit link ini.
Kasus yang saya ceritakan berikut ini mungkin dapat mewakili kasus - kasus
di luar sana, yaitu tentang saldo nilai tunai. Nasabah menghadapi kenyataan
pada saat akan menarik dana, ternyata uangnya hanya sejumlah kecil yang
bisa ditarik, padahal jumlah uang yang disetorkan selama beberapa tahun
besar sekali. Namun pertanyaannya adalah BENARKAH ASURANSI
PRUDENTIAL INDONESIA MENIPU?
Tentunya kita lihat dulu kasusnya. Ada beberapa kasus semacam ini di
sekitar saya. Berbicara tentang saldo nilai tunai, tentunya ini akan berkaitan
dengan proporsi investasi, harga unit dan masa asuransi berjalan.
Proporsi investasi pada awal - awal tahun memang kecil. Jadi dari jumlah
premi yang anda bayarkan setiap bulan, hanya sebagian kecil saja yang
dialokasikan untuk investasi. Jadi tidak heran jika memang pada awal - awal
tahun, saldo investasinya kecil.
Jadi kesimpulan dari cerita di atas adalah itu karena kesalahpahaman dari
nasabah, karena tidak mempelajari dengan seksama tentang asuransi unit
link. Ada banyak hal yang harus dipelajari sebelum mengambil keputusan
seperti jumlah premi yang layak untuk produk tertentu, lebih tepat mana
premi bulanan atau tahunan, memilih produk standar yang tepat, dana
investasi yang menguntungkan dan bagaimana memahami ilustrasi manfaat
asuransi dari agen.
Berdasarkan pengalaman saya sebagai nasabah Asuransi Prudential
Indonesia, agen asuransi tidak menjelaskannya secara lengkap sehingga
berpotensi menimbulkan kesalahpengertian dari nasabahnya.
Contoh kasus 4:
JAKARTA - Direktur Utama (Dirut) PT Asuransi Intra Asia (Intra Asia), Rendra
Prapantsa terpaksa harus duduk di kursi pesakitan Pengadilan Negeri (PN)
Jakarta Pusat, lantaran diduga turut serta melakukan tindak pidana penipuan
asuransi.
Jaksa mendakwa yang bersangkutan telah melakukan penipuan dan
penggelapan dalam proses pengeluaran jaminan uang muka atau Advance
Payment Bond (APB). Akibat perbuatannya, PT Premier Resources Indonesia
(PRI) selaku pemegang APB merugi.
Dalam paparannya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Nano Sugianto
mengungkapkan, selaku Dirut Intra Asia, seharusnya Rendra mengetahui
jaminan uang muka yang dikeluarkan kantornya, yang dibuat atas
permintaan Deddy Sugiyarto, Direktur Operasional PT Duta Sari Perdana
(DSP) dan Soeparman Duto Pradono, Komisaris DSP.
Namun, pada saat Jaminan uang muka tersebut dicairkan oleh PRI ke Intra
Asia, baru diketahui bahwa jaminan uang muka tersebut hanya sebagai
formalitas belaka atau syarat untuk memenuhi kelengkapan dokumen
kontrak perjanjian yang diminta oleh PT PRI.
"Terdakwa (Rendra) malah memberikan sarana dan kesempatan untuk
terbitnya jaminan uang muka tersebut, dengan membiarkan saksi Yudi
Irianto, selaku Regional Manager Intra Asia menyetujui dan menandatangani
polis asuransi jaminan uang muka, yang menjamin pengembalian uang
muka, yang diserahkan DSP ke PRI, untuk pembelian batubara senilai Rp27,5
miliar," terang Jaksa Nano, Rabu (14/5/2014).
Jaksa Nano melanjutkan bahwa jaminan uang muka yang dikeluarkan Intra
Asia, dan dibuat berdasarkan permohonan DSP, itu hanya sebagai formalitas
belaka dan tidak dapat digunakan untuk mencairkan uang muka Rp13,750
miliar.
"Akibat dari perbuatan terdakwa (Rendra) yang memberikan sarana dan
kesempatan kepada Deddy dan Soeparman untuk terbitnya jaminan uang
muka tersebut, menyebabkan PRI mengalami kerugian Rp13,750 miliar,"
bebernya.
Terdakwa dijerat pasal berlapis yakni Pasal 378 KUHP juncto Pasal 56 ayat 2
KUHP dan Pasal 372 KUHP juncto Pasal 56 ayat 2 KUHP. Dalam dakwaan
pertama, jaksa menjerat Rendra dengan pasal Penipuan.
Sedangkan pada dakwaan kedua, terdakwa diduga telah melakukan
penggelapan terhadap uang Rp13,750 miliar yang telah dibayarkan PRI ke
DSP.
Sementara itu, kuasa hukum terdakwa, Wilman Malau, keberatan atas
dakwaan jaksa. "Perkara tersebut merupakan perkara perdata. Lihat saja
nanti eksepsi kami," tegas Wilman.
Atas permintaan DSP, PRI memberikan uang muka sebesar 50 persen atau
Rp13,750 miliar (dari nilai kontrak Rp27,5 miliar) kepada DSP, dengan
perjanjian DSP harus mengirim batubara sebanyak 50 ribu metrik ton.
DSP kemudian menyerahkan jaminan uang muka kepada PRI dan PRI lalu
membayar uang muka Rp13,750 miliar. Dengan harapan, ketika terjadi
wanprestasi, PRI dapat mengajukan klaim dan mendapat penggantian atas
uang muka Rp13,750 miliar dari Intra Asia.
Namun, ironisnya seiring berjalannya waktu, DSP ternyata tidak juga
mengirimkan batubara, yang dipesan PRI, sehingga PRI mengajukan klaim
pencairan jaminan uang muka Rp13,750 miliar ke Intra Asia. Namun klaim
tersebut ditolak dengan alasan bahwa jaminan uang muka yang dibuat dan
diajukan DSP, ternyata hanya prasyarat untuk memenuhi kelengkapan
dokumen kontrak perjanjian belaka.
Hakim PN Jakarta Pusat sebelumnya telah memutus bersalah dua terdakwa
dalam kasus penipuan dan penggelapan ini.
Mereka yakni Singgih Andhika selaku Asisten Technical Manager Intra Asia
selama satu tahun delapan bulan, dan agennya yaitu Michael Mindo
Kristanto satu tahun delapan bulan. Adapun terdakwa dari pihak DSP yaitu
Soeparman DT dan Deddy Sugiyarto, putusannya baru akan dibacakan pada
Senin 19 Mei mendatang.
Komentar : dalam kasus tersebut ada dua perkara yang terjadi yaitu kasus
penggelapan dan penipuan. Dan seharusnya kedua belah pihak harus saling
transparan masalah dana maupun perjanjian yang bersangkutan, dan lebih
menjaga kepercayaan mitra kerja sehingga hal yang tidak di inginkan tidak
terulang kembali seperti kasus tersebut.
contoh kasus 5:
Klaim Asuransi Tidak Dibayar
Belum lama ini di Indonesia ada kasus seorang artis yang anaknya
mengalami kecelakaan lalu lintas. Anak tersebut kemudian dirawat di rumah
sakit. Sang Artis sekaligus sebagai Bapak mencoba mengurus klaim asuransi
atas biaya rumah sakit anaknya. Perusahaan asuransi di awalnya
menyatakan klaim asuransi tidak dibayarkan, karena si anak telah
melanggar peraturan lalu lintas.
Coba Kita lihat kasus di atas dalam dua sisi yang berbeda. Melihat dari sisi
Bapak kasus di atas adalah kasus yang sangat menyebalkan. Sudah harus
mengurus anak yang masuk rumah sakit, Bapak tersebut juga harus
mengeluarkan effort untuk mengurus asuransi. Padahal di awalnya, motivasi
sang artis mengasuransikan anaknya adalah untuk membiayai perawatan
medis apabila terjadi sesuatu dengan kesehatan anaknya.
Saat artikel ini di buat, masalah klaim dari artis ternama yang anaknya
mengalami kecelakaan yang menewaskan 7 orang di jalan tol masih
berlanjut. Pihak Prudential menolak membayar klaim yang di ajukan sebesar
500 juta. Bagi sebagian orang atau mungkin Anda sendiri menjadi ragu akan
kesungguhan perusahaan dalam membayar klaim. Karena klaim adalah
tujuan nomer satu ketika mengikuti atau memutuskan ikut dalam suatu
perusahaan Asuransi, dalam hal ini Prudential.
Penulis netral dalam hal ini. Seperti yang kita ketahui dari berita yang
berkembang bahwa Keluarga sang artis telah bertanggung jawab, terlepas
realisasinya seperti apa bukan konteks kita pada saat ini. Para korban akan
disekolahkan, akan ditanggung sampai lulus kuliah, biaya hidupnya akan
diganti dan lain sebagainya. Sekedar mengingatkan bahwa korban ada 7
orang. Bayangkan biaya yang harus ditanggung keluarga sang artis akibat
peristiwa ini, tentu besar bukan?
Upaya sang artis tersebut luar biasa, memang selayaknya sebagai seorang
orang tua membela Anak yang sedang terkena masalah. Itulah orang tua.
Beban yang ditanggung orang tua sangatlah besar, dari sisi hukum harus
dipertanggung jawabkan, dari sisi moral harus menghadapi tudingan
masyarakat se Indonesia, dari segi biaya rumah sakit besar, dari segi biaya
pertanggung jawaban terhadap keluarga korban juga tidak kalah besarnya,
belum lagi potensi kerugian akibat sang Artis tidak dapat bekerja
dikarenakan mengurus masalah sang Buah hati. Menjadi wajar ketika
Prudential menolak membayar klaim rumah sakit sebesar 500 juta menjadi
tambahan masalah atau beban bagi orang tua tersebut.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Hal yang sewajarnya terjadi pada diri kita
sendiri, pada dasarnya kita sebagai manusia tidak menyukai atau cenderung
menghindari masalah. Jika Tuhan mengijinkan jangan ada masalah di dunia
ini, kata hati penulis. Tapi kenyataannya tidak demikian, maka reaksi kita
sebagai manusia adalah berusaha meminimalisir atau mengurangi masalah.
Dalam konteks ini biaya rumah sakit sang anak sebesar 500 juta, dimana
sang artis berusaha mengupayakan agar terbayar oleh Prudential.
Jika penulis mengalami hal yang sama maka penulis pun mungkin akan
melakukan hal demikian. Namun sudah jelas bahkan sebelum
menandatangani Surat Pengajuan Asuransi Jiwa (SPAJ) bahwa ada hak dan
kewajiban yang harus terpenuhi. Aturan sudah jelas bahwa pelanggaran
hukum tidak dibenarkan. Dari sisi penulis melihat bahwa mengemudikan
kendaraan bermotor diwajibkan memiliki SIM. Untuk memiliki SIM ada
kecukupan usia, pada kasus kecelakaan maut pengemudi tidak memiliki SIM
mengingat masih dibawah umur, terjadi pada jam 3 dini hari. Anda yang
menilai apakah benar demikian atau tidak.
Jika artis ternama Tanah Air, kaya raya menggunakan asuransi bagaimana
dengan Anda? Anda ke toko lampu mencari lampu yang bergaransi apakah
diri Anda sendiri tidak Anda Garansi ?
http://jakartamagazine.com/ojk-angkat-bicara-soal-kasus-dul-vs-prudential/
http://jakartamagazine.com/ylki-sepakat-dengan-prudential-soal-asuransi-
dul/
Komentar : dalam kasus ini seharusnya pihak asuransi lebih cermat dalam
memandang dari sudut mana kasusu ini terjadi, apakah kecelakaan murni
atau unsur kesengajaan walaupun dalam kasus ini terdapat pelanggaran
hukum. Dan kedua belah pihak harus saring mengerti keadaan yang terjadi
menimpa pijhak tertanggung.
Contoh Kasus 6:
Di Pinjam Teman
Contoh kasus 7:
Contoh kasus 8:
Selama ini, kata dia, ijin operasi ada di Depkeu, ijin prinsip ada di
Departemen Kehakiman lalu yang melakukan eksekusi ternyata bisa
siapa saja, termasuk pengadilan niaga. "Ada baiknya diterapkan
seperti bank, instansi yang memberikan ijin sekaligus memberikan
rekomendasi final. Jadi hanya ada satu pintu yang mengatur itu
semua."
Contoh kasus 9:
28 October 2010
SIDNEY, Jaringnews.com
Dewasa ini asas kejujuran sempurna lebih dikenal dengan sebutan principle
of utmost good faith atau uberrimae fidei. Good faith secara harfiah dapat
diterjemahkan sebagai itikad baik. Dengan demikian utmost good faith dapat
diterjemahkan sebagai itikad baik yang sebaik-baiknya/sempurna. Prinsip
tersebutlah yang sampai saat ini dimiliki oleh AJB Bumiputera 1912,
sehingga AJB Bumiputera 1912 tetap menjadi lembaga terbaik. Sebenarnya
secara umum asas itikad baik dan kejujuran sempurna dapat diartikan bahwa
masing-masing pihak dalam suatu perjanjian yang akan disepakati demi
hukum mempunyai kewajiban untuk memberikan keterangan atau informasi
yang selengkap-lengkapnya, yang akan dapat mempengaruhi keputusan
pihak yang lain untuk memasuki perjanjian atau tidak, baik keterangan yang
demikian itu diminta atau tidak. Istilah fraud (Inggris) atau fraude (Belanda)
sering diterjemahkan sebagai bentuk perbuatan curang terhadap asuransi
(insurance fraud) sebenarnya sudah diantisipasi dalam Pasal 251 KUH
Dagang Semua pemberitahuan yang keliru atau tidak benar, atau semua
penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung, meskipun
dilakukannya dengan itikad baik,yang sifat demikian rupa, sehingga
perjanjian itu tidak akan diadakan, atau tidak diadakan dengan syarat-syarat
yang sama, bila penanggung mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari
semua hal itu, membuat pertanggungan itu batal.
b. fakta dari faktor eksternal menjadi risikonya lebih besar dari yang normal;
c. fakta yang membuat kemungkinan jumlah kerugian lebih besar dari yang
diperkirakan;
Penulis : Abdul Aziz, AAA-IK, ANZIIF (Snr. Assoc), CIP, SE, SH, MH
Advokat, Konsultan Hukum dan Managing Partner
Global Assurance Partnership Law Firm
Kecurangan di praktek industri asuransi merupakan hal yang sudah berlangsung lama, boleh
dikatakan pola kecurangan klaim berjalan seiring dengan perkembangan industri asuransi.
Berpuluh tahun lalu fraud hanya dilakukan oleh nasabah itu sendiri tanpa melibatkan pihak lain
dan modusnya juga sangat sederhana. Saat ini, sesuai dengan perkembangan teknologi dan
informasi modus fraud sudah banyak berubah antara lain dengan melibatkan sekelompok orang
bahkan dengan sengaja memalsukan surat-surat yang dibuat oleh pihak berwenang.
Cara perusahaan asuransi breaksi terhadap fraud cenderung sporadik tidak terencana dan tidak
terkoordinasi dan bahkan dalam banyak kasus ditangani setengah hati dengan pertimbangan
hubungan bisnis dan menjaga reputasi. Perilaku seperti ini tidak bisa dibiarkan terus
berkelanjutan karena akan menumbuh suburkan praktek-praktek yang menghancurkan tatanan
industri asuransi serta merusak record asuransi nasional di mata reasuradur luar negeri
Di Amerika Serikat dengan tingkat kecurangan klaim asuransi sangat tinggi sudah melakukan
langkah-langkah maju dengan beberapa upaya yang bisa memperkecil ruang gerak para pelaku
kejahatan asuransi. Bahkan insurance fraud sudah menempati skala prioritas yang tinggi
didalam penanganannya yang melibatkan Federal Bureau of Investigation (FBI).
Conning & Company, firma riset terkemuka di dalam satu artikelnya menyatakan : Not all
insurers are taking fraud seriously. Some are doing something only because they are required to
do so, some are doing little because they do not see it as important, and some are unaware of the
problem and just dont know what to do. Jadi sudah merupakan suatu kebiasaan umum di
industri asuransi seluruh dunia bersikap sebagaimana yang dilansir pernyataan di atas.
Pengaruh fraud terhadap bottom line perusahaan sangat signifikan, oleh karenanya hal
tersebut seharusnya dapat menggugah perusahaan asuransi supaya memiliki kebijakan
bagaimana memperkecil, mencegah dan mengontrol terjadinya klaim yang diakibatkan oleh
insurance fraud
DEFINISI KECURANGAN
Kecurangan termasuk dalam klasifikasi kejahatan adalah suatu tindakan dilakukan oleh
seseorang, sekelompok orang atau perusahaan secara melawan hukum dengan maksud untuk
menguntungkan dirinya sendiri (mereka) atau orang lain. Black Laws Dictionary
mendefinisikan fraud
Inti keseluruhan dari ketiga definisi tersebut adalah; adanya unsur perbuatan melawan hukum
dalam bentuk kesalahan dalam penyajian, penyembunyian fakta material atau kecerobohan
dalam penyajian dengan maksud membujuk orang lain untuk bertindak atau berbuat.
Terkait dengan kejahatan asuransi, ada beberapa pasal Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) yang biasa digunakan untuk mempidana para pelaku relevan dengan tindakan yang
telah mereka lakukan :
Pasal 378 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam dengan
penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun
Pasal 381 Barang siapa dengan jalan tipu muslihat menyesatkan penanggung asuransi mengenai
keadaan-keadaan yang berhubungan dengan pertanggungan sehingga disetujui perjanjian, hal
mana tentu tidak akan disetujuinya atau setidak-tidaknya dengan syarat-syarat yang demikian,
jika diketahuinya keadaan-keadaan sebenarnya, diancam dengan pidana penjara paling lama satu
tahun empat bulan
Pasal 382 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, atas kerugian penanggung asuransi atau pemegang bodemerij yang sah,
menimbulkan kebakaran atau ledakan pada suatu barang yang dipertanggungkan terhadap
bahaya kebakaran , atau mengaramkan, mendamparkan, menghancurkan, merusakkan atau
membikin tidak bisa dipakai, kapal yang dipertanggungkan atau yang muatannya maupun upah
yang akan diterima untuk pengangkutan muatannya yang dipertanggungkan, ataupun yang
atasnya telah diterima uang boderij diancam dengan pidana paling lama lima tahun
Ketentuan hukum pidana adalah hanya perbuatan-perbuatan tertentu saja yang sudah dirumuskan
unsur-unsurnya di dalam KUHP bisa dinyatakan sebagai tindak pidana yang bisa berakibat
pemidanaan. Sesuai dengan azas Nullum delictum nulla poena praevia lege (tidak ada delik,
tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu)
KETENTUAN DALAM POLIS TERKAIT KECURANGAN
Di dalam polis telah diatur ketentuan-ketentuan terkait dengan upaya kecurangan yang dilakukan
oleh Tertanggung dan/atau orang suruhan Tertanggung. Berikut adalah contoh ketentuan di
dalam polis PSAKI Pasal 8 yang mengatur hal tersebut :
1. Mengungkapkan fakta dan atau membuat pernyataan yang tidak benar tentang hal-hal
yang berkaitan dengan permohonan yang disampaikan pada waktu pembuatan Polis ini
dan yang berkaitan dengan kerugian dan atau kerusakan yang terjadi
4. Memberitahukan barang-barang yang tidak ada sebagai barang-barang yang ada pada saat
peristiwa dan menyatakan barang-barang tersebut musnah.
Modus kecurangan klaim asuransi sangat beragam, tetapi ada juga pola yang sangat umum
dilakukan oleh pelaku. Kecurangan tersebut antara lain berbentuk :
Sudah ada perencanaan atau niat dengan membuat setting agar terjadi peristiwa yang di cover
oleh polis. Kebakaran yang dibuat-buat dengan cara sengaja (by intention) s lebih dikenal
dengan istilah arson.
Contoh klasik adalah pada Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Acciden), tertanggung dengan
sengaja melukai dirinya sendiri (memotong jari dan lain-lain)
2. Pemalsuan dokumen
Memalsukan surat-surat atau dokumen pendukung, misalkan pada asuransi marine cargo
dokumen-dokumen terkait dengan cargo dan dokumen dari pihak otoritas (syahbandar
dan/atau Dir Jen Perhubungan Laut). Dokumen palsu tersebut yang akan digunakan dalam proses
klaim.
3. Pemalsuan invoice
Invoice-invoice pembelian barang diperlukan pada saat pengajuan klaim, dalam banyak kasus
tertanggung yang nakal memalsukan invoice pembelian dari para supplier. Setelah dilakukan
pengecekan, supplier memang ada dan sudah membina hubungan bisnis dengan tertanggung
tetapi nilai pembelian yang dilakukan oleh tertanggung tidak sebesar yang tercantum di dalam
invoice palsu tersebut.
4. Membesar-besarkan kerugian
Tindakan menggelembungkan nilai klaim adalah yang paling umum terjadi, biasanya akan
diikuti dengan pemalsuan invoice dan dokumen pendukung lainnya agar tampak klaim yang
diajukan nilainya wajar.
Setiap tindakan apapun pasti ada hal yang melatar belakanginya, motif kecurangan asuransi pada
umumnya adalah sebagai berikut :
Uang merupakan darah bagi kehidupan pribadi maupun bisnis, oleh karenanya perubahan
kondisi keuangan akan berakibat pada perubahan tingkah laku yang bisa menimbulkan inspirasi
untuk melakukan tindak pidana mendapatkan uang cepat. Salah satu cara mendapatkan uang
cepat yang dapat dilakukan adalah mengajukan klaim asuransi. Dana klaim asuransi tersebut
diharapkan dapat menutupi biaya-biaya yang jadi beban.
Kasus subprime mortgage di Amerika Serikat merupakan salah satu contoh, kalangan bawah
yang tidak layak diberikan kredit perumahan mendapat kredit sehingga mengakibatkan
catastrophic bad debt. Karena ketidakmampuan membayar kredit rumah, banyak debitur yang
akhirnya membakar rumah-rumah mereka dengan harapan perusahaan asuransi akan mengganti
kerugian tersebut dan beban hutang mereka dapat berkurang karena adanya likuiditas yang
diperoleh dari penggantian klaim asuransi.
Stok barang dagangan baik di pabrik maupun di toko tentunya direncanakan oleh pemiliknya
dapat terjual dengan begitu tidak ada modal yang tertahan dan perputaran akan berlangsung
secara sehat. Akan tetapi rencana bisa saja meleset, barang dagangan menumpuk berbulan-bulan
sehingga membebani perusahaan baik dari aspek permodalan maupun biaya penyimpanan. Hal
ini dapat menjadi pemicu munculnya motif untuk melakukan klaim asuransi.
Barang-barang tertentu yang dibuat sesuai dengan pesanan atau musim tertentu saja bilamana
musim berlalu maka model tersebut menjadi usang (obsolete), terutama pada produk apparel
(pakaian). Bermacam-macam strategi dilakukan oleh penjual atau pabrikan untuk menjual
barang yang sudah usang antara lain memberikan discount besar, beli satu dapat dua dan lain-
lain. Tetapi ada juga yang mengambil jalan singkat dengan menjual stok produk yang usang
tersebut ke perusahaan asuransi dengan cara mengajukan klaim kebakaran yang dibuat-buat.
Biaya adalah suatu hal yang pasti yang harus dikeluarkan oleh perusahaan agar terus beroperasi.
Sejauh biaya dapat ditutupi dengan penjualan tidak ada masalah, tapi hal menjadi lain bilamana
biaya-biaya tinggi tapi tidak dapat ditutupi. Jalan singkat yang ditempuh oleh nasabah yang nakal
adalah mengajukan klaim asuransi dengan nilai tertentu dan frekuensi yang sering, tentunya ada
unsur penggelembungan sehingga ada excess yang dapat digunakan untuk menutupi biaya
overhead.
7. Problem dengan arus kas termasuk tekanan dari para kreditur atas pelunasan pinjaman
yang diberikan.
Arus kas tentunya harus mampu menopang operasional perusahaan, baik untuk pengeluaran-
pengeluaran rutin maupun non rutin semua sudah tentu harus dianggarkan secara pantas dan
wajar. Tetapi tidak semua akan berjalan sesuai dengan, maka mulailah muncul permasalahan
antara lain keterlambatan pembayaran pinjaman atau bahkan tunggakan pinjaman. Hal ini tentu
akan berakibat buruk kepada kreditur, pada suatu titik kreditur akan memaksakan agar pinjaman
yang diberikan dilunasi segera. Di dalam kondisi seperti inilah dapat muncul klaim yang
dilakukan oleh tertanggung dengan cara dibuat-buat.
Masih banyak lagi motif lain yang melatar belakangi tertanggung melakukan insurance fraud
INDIKASI FRAUD
Menurut Clark Wilson, LLP ada beberapa tingkah laku tertanggung yang mengindikasikan
insurance fraud baik sebelum atau setelah terjadinya peristiwa kerugian klaim :
2. Bersedia menerima penyelesaian klaim yang jauh di bawah nilai klaim sesuai dengan
bukti-bukti yang diajukan.
5. Kesulitan untuk berhubungan dengan tertanggung baik melalui telp atau media
komunikasi lainnya.
8. Secara kebetulan pada saat terjadinya klaim Tertanggung dan anggota keluarganya tidak
ada di tempat kejadian
Tentunya terkait dengan kecurangan klaim, indikasi atau dugaan saja tidak cukup. Harus dicari
bukti-bukti yang kuat yang mendukung dugaan tersebut. Tanpa bukti yang kuat, sesuai dengan
ketentuan perundangan-undangan tidak cukup alasan perusahaan asuransi untuk melakukan
penolakan klaim. Karena pembuktian tersebut yang akan dipertanyakan bilamana perkara
tersebut harus berakhir di pengadilan.
LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN
Penanggulangan kecurangan klaim harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan semua
unsur terlibat tidak hanya sebagian saja yang mempunyai upaya dan concern terhadap hal
tersebut. Perlu diingat, kejahatan asuransi telah membebani industri asuransi dengan biaya yang
sangat tinggi dan juga sangat merugikan nasabah-nasabah asuransi yang jujur.Oleh karena itu
perlu dilakukan langkah-langkah yang real yang komprehensif dilakukan oleh para pelaku
industri asuransi yang akan terkena dampak langsung dan regulator.
A. OLEH REGULATOR
Salah satu cara membatasi ruang gerak pelaku insurance fraud adalah membuat daftar hitam
(black list) namun harus ada payung hukum terkait dengan hal ini, sehingga tidak ada lagi
kegamangan pelaku asuransi untuk ikut serta di dalam memerangi kecurangan klaim. Tanpa
adanya payung hukum akan sulit diharapkan partisipasi aktif dari pelaku industri karena mereka
mungkin khawatir digugat oleh nasabah yang namanya masuk di dalam black list. Karena
dengan masuknya ke dalam list tersebut maka yang bersangkutan (individu ataupun perusahaan)
tidak dapat lagi membeli polis asuransi.
Saat ini perusahaan asuransi menanggulangi kecurangan asuransi secara individu, sporadis dan
tidak terencana. Akibatnya para pelaku kecurangan asuransi tetap bebas mengulangi
perbuatannya dengan berpindah dari satu perusahaan asuransi ke perusahaan asuransi lain.
Perusahaan asuransi sebagai pelaku utama harus memainkan peran aktif dalam proses
penanggulangan penanggulangan kecurangan klaim. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan
oleh perusahaan asuransi untuk meminimalisir kerugian dari kecurangan klaim antara lain
sebagai berikut :
3. Pada saat terjadi klaim dilakukan upaya-upaya tuntas dan hati-hati terutama sudah
muncul kecurigaan awal akan adanya kecurangan klaim.
4. Membuat forum komunikasi atau apapun bentuknya yang merupakan pertemuan rutin
dalam periode tertentu dengan tujuan untuk urun rembuk perusahaan asuransi terkait
dengan kecurangan klaim dan nasabah-nasabah nakal.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, praktisi asuransi terutama asuradur paling sedikit dapat memperoleh
gambaran terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan kecurangan atau kejahatan klaim
asuransi.
Merupakan tugas bersama dari perusahaan asuransi dan perusahaan penunjang perasuransian
untuk bahu-membahu memperkecil terjadinya klaim-klaim yang memenuhi unsur-unsur
kecurangan. Hal klaim-klaim tersebut telah secara nyata-nyata membebani perusahaan asuransi,
reasuransi dan tertanggung yang mempunyai moral hazards baik. Karena akan berakibat beban
premi secara keseluruhan akan naik, selain biaya-biaya terkait dengan investigasi dan lain-lain.
Ada moto yang sangat sederhana terkait dengan perilaku kriminalitas yang merugikan yang
dikutip dari situs Arthur Boulanger Insurance Brokers terkait dengan kriminalitas di Kanada If
it worked once, try it again.and again. Oleh karenanya jangan jadi korban lakukan sesuatu
untuk paling tidak meminimalisir kerugian.
*****************************
inShare
Secara luas, Insurance Fraud dapat diartikan sebagai segala macam bentuk kecurangan yang
dilakukan oleh para pelaku asuransi (Nasabah, Tenaga Pemasaran, maupun Perusahaan Asuransi)
dalam rangka menguntungkan diri sendiri. Contoh sederhana antara lain adalah pemalsuan
identitas, yaitu misalnya pemalsuan usia yang dilakukan dengan tujuan agar premi yang
dikenakan lebih murah. Untuk memperkuat, dokumen yang dipalsukan juga dilampirkan sebagai
pendukung. Contoh lainnya adalah pemalsuan kejadian seperti menyembunyikan riwayat
kesehatan.
Namun dalam bahasan kali ini, Insurance Fraud dibatasi pada hal-hal yang kerap terjadi dalam
kegiatan perasuransian yaitu menyangkut penggelapan premi nasabah serta pemalsuan tanda
tangan, dimana akibat yang ditimbulkan dari tindakan ini membawa efek yang lebih serius secara
hukum.
Penggelapan Premi
P.T Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) sebagai perusahaan asuransi terdepan di
Indonesia memiliki nasabah yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di wilayah-
wilayah tertentu dimana fasilitas perbankan masih terbatas, pembayaran premi oleh nasabah
dilakukan melalui penitipan pada agennya. Pada waktu-waktu sebelum jatuh tempo pembayaran
premi, agen akan memungut pembayaran premi dari nasabah-nasabahnya untuk kemudian
menyetorkan langsung kepada kantor pusat atau melalui akses perbankan.
Tujuan awal pembayaran premi secara titipan ini adalah untuk mempermudah sekaligus
memberikan pelayanan kepada nasabah. Yang kemudian menjadi permasalahan adalah ketika
oknum agen ternyata menyalahgunakan kepercayaan nasabah tersebut dengan tidak menyetorkan
premi atau hanya menyetorkan sebagian dari jumlah yang seharusnya atas nama nasabah.
Akibatnya tentu saja setelah melampaui jangka waktu tertentu polis atas nama nasabah tersebut
dinyatakan batal (Lapse). Kerugian bukan saja menimpa nasabah yang bersangkutan namun juga
menimpa Prudential Indonesia, sebagai perusahaan asuransi, terlebih jika ternyata nasabah yang
dirugikan memuat keluhannya tersebut dalam media massa, melakukan pelaporan dugaan tindak
pidana dan atau melakukan gugatan perdata untuk memperoleh ganti rugi. Akibatnya, bisa
dipastikan membawa kerugian materiil serta dampak negatif terhadap reputasi Prudential
Indonesia sebagai perusahan asuransi yang terpercaya.
Pemalsuan tanda tangan oleh pihak-pihak yang tidak berwenang biasanya terjadi untuk
penandatanganan formulir-formulir yang seharusnya dilakukan oleh Nasabah langsung. Contoh
yang paling sering terjadi adalah penandatanganan SPAJ, formulir perubahan polis seperti
perubahan alamat, frekuensi pembayaran, penambahan penerima manfaat dan lain sebagainya.
Pemalsuan yang lebih menimbulkan kerugian bagi Nasabah adalah pemalsuan tanda tangan atas
formulir penarikan dana (withdrawal) nilai tunai polis asuransi milik Nasabah di Prudential
Indonesia. Dalam kasus ini, pihak-pihak yang tidak berwenang tanpa sepengetahuan nasabah
melakukan penarikan dana dengan cara mengisi dan memalsukan tanda tangan nasabah pada
formulir withdrawal sebagai salah satu persyaratan penarikan dana nilai tunai. Biasanya tindakan
pemalsuan tanda tangan ini baru diketahui nasabah ketika yang bersangkutan menerima
pemberitahuan adanya penarikan dana dari Prudential Indonesia.
Dasar Hukum
Peraturan perundangan sudah mengatur sanksi-sanksi terkait kedua Insurance Fraud yang
dipaparkan di atas.
Tindakan Penggelapan Premi oleh Agen dapat dikategorikan sebagai tindak pidana penggelapan
sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUH Pidana) Pasal 372
tentang penggelapan yang menetapkan pidana penjara maksimal 4 tahun.
Lebih spesifik lagi, UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian juga telah mengatur
terkait penggelapan premi yaitu dalam pasal 21 ayat 2 yang menyebutkan ancaman pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua
milliar lima ratus juta rupiah).
Sementara itu terhadap tindakan Pemalsuan Tanda tangan, secara umum ketentuan KUH Pidana
sudah mengatur sanksi terkait hal tersebut melalui pasal 263 ayat 1 dan 2 mengenai pemalsuan
dokumen, yang menyebutkan ancaman pidana penjara paling lama enam tahun.
Ketentuan sejenis yang menyebutkan sanksi pidana bagi pelaku pemalsuan dokumen (dalam hal
ini meliputi pemalsuan tanda tangan) termuat dalam UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian Pasal 21 ayat 5 yang menyebutkan ancaman pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah).
Perlu8 diperhatikan di sini, bahwa sanksi atas penggelapan premi dan pemalsuan dokumen
dalam UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian bukan merupakan sanksi alternative
melainkan sanksi kumulatif. Artinya pembayaran denda sebagaimana tercantum dalam pasal 21
ayat 2 dan ayat 5 tersebut tidak menghapuskan pidana penjaranya. Sanksi yang cukup berat ini
diharapkan dapat menekan tindak pidana penggelapan premi yang banyak terjasi di industry saat
ini.
Apapun alasannya, tindakan tidak bertanggung jawab sebagaimana dipaparkan di atas akan
membawa kerugian bagi nasabah serta pada akhirnya akan membawa pihak yang tidak
bertanggung jawab tersebut ke dalam sanksi hukum yang berlaku. Kehati-hatian dan sikap taat
pada etika yang berlaku lagi-lagi menjadi pagar bagi para agen dalam berlaku dan bertindak.
Untuk menjaga reputasi, integritas, dan kelangsungan bisnis serta menghindari sanksi hukum,
berikut hal-hal yang perlu menjadi perhatian bagi agen dalam melaksanakan tugas penjualannya
sehari-hari.
Segera setorkan premi yang dititipkan nasabah kepada kantor pusat. Selain untuk alas an
keamanan juga untuk menghindari keterlambatan pembayaran Premi, yang dapat
mengakibatkan polis menjadi lapse.
Jangan pernah meminta calon nasabah menandatangani formulir kosong. Pastikan calon
nasabah mengisi formulir SPAJ denghan lengkap dan jelas sebelum calon nasabah
menandatanganinya.
Untuk alasan apapun, jangan pernah melakukan perubahan atas polis atau melakukan transaksi
apapun atas nama nasabah tanpa mendapatkan persetujuan dan tanda tangan dari nasabah yang
bersangkutan. Ingat selalu bahwa penipuan sekecil apapun dapat merugikan Nasabah dan akan
berpotensi menyeret pelakunya pada sanksi hokum yang tidak hanya menciptakan kerugiaan
secara materiil (pengenaan sanksi administrative/ denda) namun juga immaterial (pidana penjara,
hilangnya pekerjaan dan rusaknya reputasi baik).
Penerapan atas prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance - GCG) dibutuhkan dalam rangka mendukung pertumbuhan perusahaan
yang sehat khususnya dan perkembangan industri keuangan nasional pada umumnya.
PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia, atau Perseroan) terus
membangun dan menyempurnakan strukturnya sebagai bagian dari implementasi
prinsip Tata Kelola Yang Baik bagi Perseroan sesuai dengan peraturan yang berlaku,
di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sebagai bagian dari Grup Prudential yang menerapkan ketentuan GCG yang ketat atas
seluruh unit bisnisnya secara global, manajemen Prudential Indonesia memiliki
komitmen yang kuat dalam hal penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik secara
konsisten, mengikuti prinsip-prinsip utama GCG yaitu prinsip Keterbukaan,
Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Kemandirian, serta Kesetaraan dan Kewajaran.
Prudential Indonesia yakin bahwa pelaksanaan GCG yang konsisten akan membawa
nilai tambah bagi Perseroan, pemegang saham, nasabah dan para pemangku
kepentingan lainnya untuk menjadikan Prudential Indonesia sebagai penyedia jasa
keuangan terdepan dalam pelaksanaan bisnis yang bertanggung jawab di Indonesia.
Prudential Indonesia telah menerapkan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
Corporate Governance) dan menyempurnakan strukturnya secara berkelanjutan
sebagaimana tercermin dalam Laporan Penilaian Sendiri (Self-Assessment) atas
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik tahun 2014 dan Laporan Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik Tahun 2014 yang telah disampaikan kepada Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) melalui surat Perseroan tertanggal 27 Februari 2015. Untuk
mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan melalui praktik bisnis yang taat,
sejalan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 2/POJK.05/2014 perihal Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Asuransi, berikut pengembangan yang
terjadi sejalan dengan ketentuan GCG:
Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai
Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.
Dewan Komisaris Prudential Indonesia memiliki Komisaris Independen yang
secara aktif telah berpartisipasi dalam rapat Komite Audit maupun rapat
Komite Pemantau Risiko, baik sebagai ketua maupun sebagai anggota. Pada
tahun 2014, Prudential Indonesia telah mengadakan 6 kali rapat Dewan
Komisaris.
Nama Jabatan
President Commissioner
Alan Shen Fong Tan (Alan Tan)
Presiden Komisaris
Commissioner
Ira Eddymurthy Andamara
Komisaris
Independent Commissioner
Mulchis Anwar
Komisaris Independen
Nama Jabatan
Presiden Komisaris
Komisaris
Komisaris
Mulchis Anwar
Independent Commissioner
Komisaris Independen
Agustinus Prasetyantoko
Independent Commissioner
(A. Prasetyantoko)
Komisaris Independen
Komisaris Independen
2. Komite Audit
Direksi
Direksi bertanggung jawab atas seluruh aktivitas pengaturan dan pelaksanaan
usaha di Perseroan sejalan dengan strategi Perseroan, rencana dan kebijakan
Perseroan.
Selama tahun 2014, Prudential Indonesia telah mengadakan 22 kali rapat
Direksi. Berikut adalah susunan anggota Direksi:
Nama Jabatan
Presiden Direktur
(Eveline Kusumowidagdo)
Director
Heraandajani Soemohandojo
Direktur
(Nini Sumohandoyo)
John Joseph Oehmke
Nama Jabatan
Presiden Direktur
(Eveline Kusumowidagdo)
Berikut adalah susunan anggota Dewan Pengawas Syariah per 6 Oktober 2015:
Name Position
Nama Jabatan
3. Komite Investasi
Komite Investasi bertanggung jawab untuk melakukan
pemantauan atas seluruh dana investasi Perseroan.
Komite melakukan rapat secara berkala setidaknya setiap
kuartal.
4. Komite Kepatuhan
Komite ini bertanggung jawab untuk mengawasi tingkat
kepatuhan Perseroan atas kebijakan internal, pedoman
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelaksanaan rapat Komite Kepatuhan dilakukan setiap
dua bulan sekali.
5. Komite Seleksi Risiko (Underwriting) dan Klaim
Salah satu aspek penting dalam bisnis asuransi adalah
dalam proses seleksi risiko (underwriting) dan klaim.
Untuk itu, dibentuklah Komite Seleksi Risiko dan Klaim
yang memiliki kewenangan untuk meninjau dan
memberikan arahan dalam hal perubahan regulasi,
kepatuhan, risiko, kebutuhan bisnis dan standar
pelayanan atas seleksi risiko dan klaim. Disamping itu,
Komite ini memiliki peran untuk melakukan kajian dan
menilai kinerja terhadap standar pelayanan yang telah
ditetapkan, kemudian memutuskan resolusi atas
permasalahan dan menetapkan standar seleksi risiko dan
klaim.
8. Komite Pengadaan
Komite ini didirikan untuk mengawasi inisiatif program
pengadaan dan fungsi yang berkaitan dengan tata kelola,
pencapaian waktu layanan, pengaturan kinerja pemasok,
pengaturan kontrak, pemantauan risiko pihak ketiga dan
perjanjian alih daya dengan beberapa tujuan yang
ditetapkan. Komite ini mengadakan rapat setidaknya
sekali setiap kuartal atau dalam waktu tertentu apabila
diperlukan.
9. Komite Anggaran
Tujuan dibentuknya komite ini adalah untuk memastikan
bahwa Perseroan mengelola anggaran biaya Perseroan
sesuai dengan kemampuan dan menjalankan inisiatif
secara efisien. Komite ini mengadakan pertemuan
setidaknya setiap kuartal.
Kode Etik
Prudential Indonesia menerapkan standar profesional dan kode etik yang
tertinggi bagi seluruh karyawan. Kode etik berisi standar etika dasar yang
diperlukan.
Kebijakan Investasi
Kebijakan investasi menetapkan tujuan investasi dari masing-masing dana
investasi, serta pedoman dan parameter untuk mencapai tujuan tersebut.
Kebijakan investasi Perseroan mengacu pada strategi jangka panjang dengan
usaha meminimalkan risiko dan mengoptimalkan hasil keuntungan investasi.
Dana investasi Perseroan dikelola oleh PT Eastspring Investments Indonesia.
Konflik Kepentingan
Prudential Indonesia memiliki komitmen bahwa seluruh karyawan memililki
integritas yang tinggi dalam segala proses bisnis baik di dalam ataupun di luar
Perseroan. Kebijakan ini akan membantu karyawan untuk mengidentifikasi
berbagai potensi masalah yang ditimbulkan dan tindak lanjut apabila terjadi
konflik.