Anda di halaman 1dari 6

Sengketa Perpajakan

PT Freeport Dalam
Konsep Pengadilan
Pajak
Kelompok 8
Dineu Widyaamara Anggari: 10040016182
Amaila Refsi Ika Rizky: 10040016187
Diannisa Maulida Zahra: 10040016192
Syifaa Nurqisthi Anwar: 11040016241
Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas
negara yang digunakan untuk pembangunan dengan
tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan
penting dalam perkembangan kesejahteraan bangsa.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sulitnya negara
melakukan pemungutan pajak karena banyaknya wajib
pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak
merupakan suatu tantangan tersendiri. Seperti yang
terjadi pada kasus Pembayaran pajak air permukaan
antara PT Freeport Indonesia dengan pihak Majelis
Rakyat Papua.
Freeport

Dalam pertemuan mediasi pertama telah disepakati


besaran denda pajak sebesar Rp1,8 triliun yang mesti
ditunaikan pada awal Agustus 2018. Terlebih, dalam
pertemuan pertama telah menjadi kesepakatan final
antara perwakilan Majelis Rakyat Papua dengan PT
Freeport Indonesia. Namun,dalam pertemuan kedua
ini semestinya sudah ada kata kesepakatan dan
bersifat final. Dengan begitu, Freeport Indonesia mesti
segera menunaikan kewajibannya kepada Majelis
Masyarakat Papua dengan membayar pajak air
permukaan sesuai hasil kesepakatan mediasi pertama.
Namun freeport berkeberatan atas tagihan pajak yang
dibebankan kepadanya.
Dalam kasus yang terjadi pada PT freeport telah disebutkan
bahwa PT Freeport mempunyai tunggakan denda pajak air
permukaan sebesar 1,8 triliun yang harus dibayarkan pada awal
Agustus 2018. Artinya dalam hal ini PT Freeport mempunyai
utang pajak yang pelunasannya dapat dipaksakan secara
langsung. Jadi dengan secara memaksa negara memikul
kewajiban kepada seseorang untuk menyerahkan sebagian dari
kekayaannya.
Timbulnya utang pajak dalam hal ini dikarena kan bunyi
Undang-undang saja. Dalam UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1 angka 17 “Pajak air
permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air permukaan.” Jadi tanpa adanya surat ketetapan
pajak (SKP) asal ada obyek yang merupakan penghasilan kena
pajak (PKP), maka sudah memenuhi syarat timbul hutang pajak.
Adanya pemanfaatan yang dilakukan oleh PT Freeport tersebut
sehingga mewajibkan PT Freeport untuk membayar pajak air
permukaan. Namun yang terjadi PT Freeport terlambat
freeport berkeberatan atas tagihan pajak yang
dibebankan kepadanya.
PT Freeport Indonesia telah mengajukan upaya
banding terhadap Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
Pajak Air Permukaan (PAP).
Namun banding yang diajukan tersebut ditolak oleh
MA melalui putusan Nomor 320/B/PK/Pjk/2018. Dalam
putusan Pengadilan Pajak, intinya penolakan banding
yang diajukan PT Freeport Indonesia terhadap Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) Pajak Air Permukaan
(PAP) peruntukan bulan Februari dan Maret 2014 yang
diterbitkan Gubernur Papua, 8 Oktober 2014 silam.
Dalam SKPD PAP tersebut mewajibkan Freeport
Indonesia membayar Rp333.849.600 untuk Februari
2014. Selain itu, SKPD PAP Maret 2014 sebesar
Rp369.619.200.000.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai