Anda di halaman 1dari 9

TUGAS AUDIT PAJAK

KASUS PERPAJAKAN TERBARU


TUNGGAKAN PAJAK AIR PT. FREEPORT INDONESIA

DISUSUN OLEH:
NAMA NIM
NURAISYA TAMA PUTRI HARAHAP 170503123

PROGRAM STUDI S1-AKUNTANSI


DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Freeport Indonesia Diminta Bayar Tunggakan Pajak Air Rp 5,6 T
Kepala Badan Pengelolaan Pajak Daerah (Kaban PPD) Provinsi Papua Gerson Jitmau
meminta manajemen PT Freeport Indonesia (PT FI) melunasi kewajiban tunggakan pajak air
permukaan kepada Pemerintah Provinsi Papua. Nilai tunggakan pajak air itu mencapai Rp 5,6
triliun terhitung periode 2011-2017.

"Kewajiban membayar tunggakan pajak air permukaan di areal tambang Freeport sesuai
dengan putusan Pengadilan Niaga Jakarta pada tanggal 18 Januari 2017, " ujar Gerson di Biak,
Rabu, 27 September 2017.

Ia mengemukakan bahwa berdasarkan data pemakaian air permukaan dilakukan


manajemen PT Freeport Indonesia mencapai 115 debit per detik sejak tahun 2011 hingga 2017.
Gerson menegaskan tunggakan pajak air permukaan Freeprot Indonesia kepada Pemerintah
Provinsi Papua harus dibayar karena sudah memiliki dasar atas putusan Pengadilan Niaga di
Jakarta.

Pembayaran tunggakan pajak air permukaan yang ditanggung PT Freeport Indonesia,


menurut dia, harus disetor langsung ke kas daerah Pemerintah Provinsi Papua. "Ya, kami sebagai
organisasi perangkat daerah teknis Pemprov Papua sangat berharap kewajiban pajak Freeport
sudah harus dibayar perusahaan tambang terbesar di areal wilayah Negara Kesatuan Republik
Indensia," ujarnya.

Menyinggung sumber penerimaan asli daerah Papua, ia mengemukakan, hingga 2017


pajak kendaraan bermotor, air permukaan serta retribusi daerah tetap menjadi primadona.
"Optimalisasi peningkatan penerimaan asli daerah dari sektor pajak kendaraan di berbagai daerah
dan retribusi terus digenjot melalui UPTD Samsat 29 kabupaten/kota," ujarna.

Berdasarkan data target penerimaan pajak dan retribusi daerah Pemerintah Provinsi
Papua pada tahun anggaran 2017 ditetapkan senilai Rp1,2 Triliun.
Freeport Bakal Banding ke MA Atas Putusan Pajak Air Permukaan
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Freeport Indonesia berencana untuk menantang kembali amar
putusan Pengadilan Pajak Jakarta, di mana perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut
diwajibkan untuk membayar pajak air permukaan dan dendanya sebesar US$376 juta, atau setara
Rp3,4 triliun.

Mengutip keterangan resmi induk usaha Freeport Indonesia, Freeport-McMoran Inc, perusahaan
berhak menggugat kembali putusan tersebut ke Mahkamah Agung (MA) sesuai dengan Kontrak
Karya (KK) antara perusahaan dan pemerintah. Meski, Freeport diwajibkan membayar denda
tersebut selama 30 hari setelah amar putusan itu ditetapkan.

"Freeport berharap bisa menantang balik keputusan ini dan kini perusahaan tengah mengevaluasi
berbagai opsi tindak lanjutnya," jelas keterangan tersebut dikutip dari laman resmi Freeport
McMoran, Jumat (27/1).

Menurut keterangan tersebut, Freeport diwajibkan untuk membayar pajak air permukaan kepada
Pemerintah Provinsi Papua antara Januari 2011 hingga Juli 2015 dengan total nilai US$376 juta,
dengan asumsi nilai tukar pada tanggal 31 Desember 2016. Dari angka tersebut, sebanyak
US$227 juta merupakan penalti yang perlu dibayar oleh Freeport.

Sementara itu, Juru Bicara Freeport Indonesia, Riza Pratama mengaku bahwa perusahaan masih
belum menentukan langkah selanjutnya selepas putusan ini ditetapkan oleh pengadilan pajak.

"Kami telah memperoleh informasi dan akan mempelajari putusan pengadilan pajak terkait kasus
pajak air permukaan ini," ujar Riza kepada CNNIndonesia.com.

Di tempat terpisah, Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan bahwa Freeport belum
membayar denda sejak putusan itu keluar 17 Januari 2017 silam. Ia berharap, Freeport Indonesia
mau membayar denda yang diwajibkan dan dalam periode yang dijanjikan. Apalagi menurutnya,
Freeport tidak memiliki celah untuk mengelak, karena putusan ini sudah mendapatkan
rekomendasi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 4 Tahun 2011, tarif pajak atas air permukaan
yang harus ditanggung Freeport adalah Rp120 per meter kubik per detik. Namun dengan dalih
klausul Kontrak Karya, Freeport hanya mau mengakui pajak sebesar Rp10 per meter kubik per
detik.

Enggan Bayar Tunggakan Pajak, Freeport Kembali Ajukan PK


Gubernur Papua, Lukas Enembe mengaku kesal terhadap PT Freeport Indonesia (PTFI) yang
terkesan mengulur waktu untuk melaksanakan kewajiban membayar tunggakan pajak air
permukaan kepada Pemerintah Provinsi Papua sebesar Rp5,6 triliun.

Padahal, kata Enembe, Pengadilan Pajak Jakarta telah menolak gugatan PTFI pada 17 Januari
2017 lalu dan mengharuskan anak perusahaan Freeport McMoRan ini membayar tunggakan
sejak 2011.

“Mereka (Freeport) belum mau bayar dan sekarang mereka mengajukan Peninjauan Kembali
(PK). Kami tidak bisa lagi negosiasi, ini keputusan pengadilan dan harus dibayar,” ujar Enembe
kepada wartawan di Jakarta, Minggu (14/1/2018).

Enembe menegaskan PTFI tidak punya celah untuk mangkir dari kewajiban membayar pajak air
permukaan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 4 Tahun 2011, karena putusan
itu telah mendapat rekomendasi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 4 Tahun 2011, tarif pajak atas air
permukaan yang harus ditanggung PTFI sebesar Rp120 per meter kubik per detik. Dengan dalih
klausul Kontrak Karya, PTFI hanya mau membayar pajak air permukaan sebesar Rp10 per meter
kubik per detik.
“Kami harap Freeport punya keinginan baik melaksanakan putusan itu,” kata Enembe.
Kondisi Perusahaan Tidak Stabil

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) Yunus Wonda mengaku sudah mendapat surat
dari PTFI bahwa perusahaan tambang emas dan tembaga ini hanya mau membayar Rp800 miliar
dari yang seharusnya Rp5,6 triliun karena kondisi perusahaan tidak stabil.

“Freeport mengaku hanya sanggup membayar Rp800 miliar, jelas kami menolak ,” kata Yunus.

Freeport McMoRan, kata Yunus, adalah perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di
dunia sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak membayar kewajiban itu. Yunus
mengingatkan keluarnya putusan pengadilan karena Freeport McMoRan yang menggugat
Pemprov Papua.

“Perusahaan dunia sekelas Freeport McMoRan tentu punya simpanan dana, sehingga tak masuk
akal menggunakan alasan kondisi perusahaan yang tidak stabil. Seharusnya perusahaan ini
berkomitmen melaksanakan putusan pengadilan,” kata Yunus menegaskan.

MA Menangkan Freeport, Tagihan Pajak Air Rp 2,6 T Dibatalkan

Hakim kasasi Mahkamah Agung mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali yang


diajukan PT Freeport Indonesia atas perkara tunggakan dan denda pajak air permukaan. Hakim
membatalkan keputusan Pengadilan Pajak pada 18 Januari 2017 yang menolak permohonan
banding Freeport dan mengesahkan tagihan pajak air permukaan Pemerintah Provinsi Papua ke
Freeport selama 2011-2015 dengan nilai Rp 2,6 Triliun.
"Membatalkan Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put-79857/PP/M.XVB/ 24/2017,
tanggal 18 Januari 2017," bunyi putusan yang dikutip dari situs MA, Kamis (19/4) kemarin.
Putusan ini diambil dalam sidang permusyawaratan majelis pada 27 Februari 2018 yang
dipimpin oleh Hakim Yulius dengan anggota majelis Hary Djatmiko dan Is Sudaryono. Namun,
putusan ini baru dipublikasikan hari ini di situs MA.
Hakim menganggap alasan-alasan yang diajukan Freeport dalam permohonan Peninjauan
Kembali dapat diterima. Ada beberapa argumen hukum yang disampaikan Freeport.
Pertama, Freeport dan pemerintah RI terikat perjanjian Kontrak Karya tahun 1991 yang
berlaku lex specialis derograt lex geralis atau hukum yang bersifat khusus (lex specialis)
mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis), dan berlaku sebagai Undang-
Undang bagi pembuatnya.
Kedua, sifat kekhususan memiliki yurisdiksi dan kedudukan perlakuan hukum sama
tanpa ada pembedaan perlakuan dalam pelayan hukum. Ketiga, perkara ini merupakan kebijakan
fiskal yang merupakan otoritas pemerintah pusat atau Kementerian Keuangan.
"Alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali cukup berdasar dan patut
untuk dikabulkan, karena terdapat putusan Pengadilan Pajak yang nyata-nyata bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku," bunyi putusan tersebut.
Perkara ini bermula dari tagihan Surat Ketetapan Pajak Daerah Pajak Air Permukaan dari
Pemprov Papua ke Freeport sejak 2011 hingga 2015 sebesar Rp 2,6 triliun. Pemprov menagih
pajak air permukaan berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Nomor 4 Tahun
2011 tentang pajak daerah.
Dalam Perda tersebut, Pemprov Papua mengenakan tarif pajak kepada Freeport sebesar
Rp 120 per meter kubik per detik untuk tiap pengambilan air.
Selain itu, Pemprov Papua menetapkan tarif pajak air permukaan sebesar 10% dari
jumlah volume air bawah tanah, atau air permukaan yang diambil dan dimanfaatkan.
Pembayarannya setiap bulan.
Aturan tersebut juga memuat sanksi jika wajib pajak lalai. Sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 25% dari pokok pajak, ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga dua
persen setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar.
Sementara Freeport bersikukuh tak membayar pajak air karena masih mengacu aturan
dalam kontrak karya (KK), yang hanya mengakui pajak atas penggunaan air permukaan sebesar
Rp 10 per meter kubik per detik.
Pemprov kemudian membawa perkara ke pengadilan pajak dan dimenangkan pengadilan.
Pemprov Papua mengklaim jumlah pajak yang harus dibayar Freeport tersebut sudah mendapat
rekomendasi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Kejar Pajak Air Freeport Rp 3,9 Triliun, Papua akan Ajukan PK


Pemerintah Papua akan mengajukan peninjauan kembali (PK) atas putusan Mahkamah
Agung (MA) yang menghapus pajak air yang ditanggung Freeport sebesar Rp
3.958.500.000.000. Freeport dianggap wajib membayar tunggakannya itu.
"Pemerintah Papua akan melakukan PK (peninjauan kembali) atas putusan MA tersebut,"
ujar Penjabat Gubernur Papua, Mayjen (Purn) Soedarmo, kepada detikcom saat ditemui di
kantor Gubernur Papua, Senin (23/4/2018) malam.

Membayar pajak air tanah merupakan kewajiban PT Freeport. "Jadi kita akan tetap
menuntut pajak itu harus dibayarkan. Kita pantang mundur akan melakukan tuntutan sampai
tingkat yang paling tinggi," tegas Soedarmo.

Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) juga mendukung langkah yang akan diambil
Pemerintah Provinsi Papua untuk mengajukan PK terhadap putusan MA.

Anggota Komisi I DPR Papua, Yohannes Nussy, mengatakan, secara politik, pihak DPR
Papua akan menemui Presiden Joko Widodo untuk meminta kebijakan hukum atas putusan MA
itu. Nussy mengatakan Papua selalu dibenturkan oleh UU Nasional sehingga UU Otsus Papua
seolah-olah tidak ada.

"Ada dua kaki yang mengeksekusi pelayanan publik di Papua. Saya curiga ada orang-
orang di Jakarta yang ingin menghancurkan Papua dan stabilitas nasional dengan menggunakan
interpelasi regulasi nasional," kata dia.

Seperti diketahui, MA menghapus pajak air yang ditanggung Freeport sebesar Rp


3.958.500.000.000. MA beralasan Freeport dan pemerintah RI terikat perjanjian kontrak karya
yang berlaku khusus bagi kedua belah pihak. Jadi pajak air yang diterapkan Pemprov Papua tak
berlaku.

"Membatalkan Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.79871/PP/M.XVB/24/2017 tanggal


18 Januari 2017," demikian lansir putusan MA sebagaimana dikutip detikcom dari website-nya,
Jumat (20/4) lalu.
Ada empat alasan MA memenangkan Freeport. Berikut alasannya:

1. Terkait doktrin hukum kontrak bahwa kontrak karya antara Freeport dengan Pemerintah
RI, yang telah disetujui oleh Pemerintah RI setelah mendapat rekomendasi DPR dan
departemen terkait, mengikat dari Pemerintah Pusat sampai Pemerintah Daerah. Oleh
karena itu, sesuai pula dengan surat dari Menteri Keuangan Nomor S-1032/MK.04/1988
tanggal 15 Desember 1998, bersifat khusus yaitu lex spesialis derigat lex generalis dan
berlaku sebagai UU bagi pembuatnya. (Vide pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata).
2. Sifat kekhususan memiliki yurisdiksi dan kedudukan perlakuan hukum sama tanpa ada
pembedaan perlakuan dalam pelayanan hukum.
3. Perikatan atau perjanjian itu harus dilaksanakan dengan iktikad baik (Pasal 1338 ayat 3
KUHPerdata).
4. Bahwa perkara a quo pada dasarnya merupakan kebijakan fiskal yang merupakan otoritas
pemerintah pusat (dalam hal ini Menteri Keuangan sebagai mandatory). Hal ini secara
historis dapat dibaca dalam Penjelasan UU PRDR (vide UU Nomor 18/1997 ho UU
Nomor 34/2000), yang menyatakan: kebijakan perpajakan antara pemerintah pudat dan
pemerintah daerah pada hakikatnya merupakan sistem dan bagian dari suatu kebijakan
fiskal nasioanal dan oleh karenanya terbanding (sekarang termohon peninjauan kembali)
dalam perkaraa quo tidak dapat dipertahankan karena tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 32 dan
Pasal 33A ayat 4 UU Pajak Penghasilan jo Penjelasan Pasal 13 UU Nomor 24/2000
tentang Perjanjian Internasional artikel 27 Vienna Convention, jo Pasal 13 Kontrak
Karya, jo Surat Menteri Keuangan Nomor S-604/MK.017/1998.

Sengketa Pajak Air Kelar, Freeport Setor Rp 1,39 T ke Papua


PT Freeport Indonesia (PTFI) sepakat untuk menyelesaikan sengketa pajak air
permukaan (PAP) dengan membayar kepada Pemerintah Provinsi Papua sebesar Rp 1,39 triliun.
Juru bicara PTFI Riza Pratama mengkonfirmasi hal tersebut. "Iya, benar, telah disepakati
(akan bayar PAP)," ujar Riza kepada CNBC Indonesia saat dihubungi, Selasa (14/5/2019).

Lebih lanjut, Riza menjelaskan, pajak tersebut akan dibayarkan selama tiga tahun, mulai
dari 2019 hingga 2021. Selain itu, mulai dari 2019, Freeport akan membayar pajak air
permukaan tahunan sebesar US$ 15 juta per tahun atau setara Rp 214,5 miliar, sebagaimana yang
sudah disepakati dan diatur oleh izin usaha pertambangan khusus.

Sebagai informasi, sengketa pajak antara Pemerintah Provinsi Papua dengan Freeport
sudah berlangsung sejak tahun 2011.
Freeport tidak setuju membayar pajak karena tidak sesuai dengan jumlah yang ditetapkan
dengan Perda Nomor 5 tahun 1990, yakni ketika kontrak karya ditandantangani dengan tarif
Rp.10/m3. Sementara Pemerintah Provinsi Papua menginginkan Freeport membayar PAP sesuai
nilai yang dirumuskan dari Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 4 tahun 2011 tentang Pajak
Daerah, sebesar Rp 120/m3.

Ditjen Pajak Kalah Lawan Freeport di Pengadilan

Pengajuan peninjauan kembali (PK) Direktorat Jenderal Pajak atas sengketa


pajak dengan PT Freeport Indonesia mental di pengadilan.

Dalam amar putusan yang dibacakan pertengahan Mei 2019, menjelis hakim yang
diketuai H. Supandi, menolak permohonan PK dari otoritas pajak terkait keberatan Wajib Pajak
atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) masa pajak
Januari 2014.
“Menolak permohonan peninjauan kembali dari pemohon PK Direktur Jenderak Pajak.”
Kata majelis hakim yang dikutip Bisnis.com, Kamis (15/8/2019).

Sengketa pajak antara Ditjen Pajak dan PT. Freeport Indonesia bemula ketika Ditjen
Pajak mengeluarkan SKPKB PPN No. 00029/207/14/091/16 terkait beban PPN yang harus
dibayar oleh PT. FI.

Pokok yang disengketakan dalam kasus ini adalah koreksi atas kredit pajak sebesar
Rp42,4 miliar, yang tidak disetujui oleh pihak PT FI.

Setelah melihat memori dan kontra memori dari kedua belah pihak, hakim MA alasan-
alasan Ditjen Pajak tidak dapat dibenarkan, karena putusan Pengadilan Pajak yang mengabulkan
seluruh banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor KEP-
00472/KEB/WPJ.19/2017, tanggal 18 April 2017, sudah tepat dan benar.

Selain itu, alasan-alasan otoritas pajak atas pajak masukan yang dapat diperhitungkan
masa pajak Januari 2014 sebesar Rp42,4 miliar yang tidak dipertahankan oleh majelis hakim
Pengadilan Pajak tidak dapat dibenarkan.

Apalagi setelah meneliti dan menguji kembali dalil-dalil yang diajukan dalam memori
PK oleh Ditjen Pajak dihubungkan dengan kontra memori PK tidak dapat menggugurkan fakta-
fakta dan melemahkan bukti-bukti yang terungkap dalam persidangan.

Dengan demikian, majelis hakim kemudian menyebutkan bahwa putusan pengadilan


sudah tepat dan pajak yang masih harus dibayar dihitung kembali menjadi sebesar Rp10, 7 juta.
DAFTAR PUSTAKA

https://bisnis.tempo.co/read/1020131/freeport-indonesia-diminta-bayar-tunggakan-pajak-air-rp-
56-t

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170127171849-85-189535/freeport-bakal-banding-
ke-ma-atas-putusan-pajak-air-permukaan

https://haipapua.com/enggan-bayar-tunggakan-pajak-freeport-ajukan-pk/

https://www.ayooberita.com/berita-ma-menangkan-freeport-tagihan-pajak-air-rp-26-t-dibatalkan

https://www.ayooberita.com/berita-ma-menangkan-freeport-tagihan-pajak-air-rp-26-t-dibatalkan

https://www.voaindonesia.com/a/freeport-naik-banding-kasus-pajak-air/3692916.html

https://tirto.id/putusan-ma-bebaskan-freeport-bayar-pajak-air-ratusan-miliar-cJcB

https://news.harianjogja.com/read/2019/08/15/500/1012261/ditjen-pajak-kalah-lawan-freeport-
di-pengadilan

Anda mungkin juga menyukai