Anda di halaman 1dari 11

GERAKAN PEMBAHARUAN di INDIA Pendahuluan Penguasaan Inggris di India pada mulanya seiring dengan kultur masyarakat India.

Namun, pada tahun 1830-an kalangan misionaris Inggris menjadi semakin aktif, dan para pejabatan Inggris mulai menindas peraktik keagamaan baik agama islam maupun agama Hindu, dan mereka sering menjatuhkan hukuman secara kejam. Gerakan pembaharuan Islam di India dilatar belakang oleh: ajaran Islam sudah bercampur baur dengan paham dan praktek keagamaan dari Persia, Hindu atau Animisme dan lain lain, pintu ijtihad tertutup, kemajuan kebudayaan dan peradaban Barat telah dapat dirasakan oleh orangorang India, baik orang Hindu maupun kaum Muslimin, namun orang Hindu-lah yang banyak menyerap peradaban Barat, sehingga orang Hindu lebih maju dari orang Islam dan lebih banyak dapat bekerja di Kantor Inggris. Terjadi kesenjangan antara islam dan hindu di India memunculkan gerakan pembaharuan dari umat islam diantaranya gerakan mujahidin dan lahirlah tokoh-tokoh pembaharuan di India seperti: Abdul Azis (1746-1823), Sayid Ahmad Syahid (1786-1831), Sayid Ahmad Khan (18171898), secara umum mereka meyuarakan persamaan derajat antara umat muslim India dan umat hindu di dalam pemerintahan colonial inggris. Dalam makalah ini penulis akan memuat sekilas tentang gerakan pembaharuan umat muslim di India tokoh dan pemikiran mereka.Sebagai penyempurna makalah ini penulis mengharapkan kontribusi pemikiran dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini Salam Penulis Pembahasan 1. Sejarah Lahirnya Gerakan Mujahidin di India Seperti yang penulis kemukakan dipendahuluan terjadinya gerakan pembaharuan di India dilatarbelakangi oleh factor kesenjagan perlakuan inggris terhadap umat hindu dan umat Islam dalam sistem pemerintahan, serta kesemenah-menahan inggris terhadap rakyat India. Sejak awal abad XVIII kekuasaan Islam Mongol yang berpusat di Delhi semakin merosot. Lemahnya kemampuan serta kewibawaan sultan tidak dapat mengahalangi kehendak para amir akan melepaskan diri dan berkuasa penuh di wilayah mereka. Selain itu kaum Brahmana mulai bergerak ingin membangun kembali kerajaan Hindu. Rakyat Maratha yang sebelumnya telah berulangkali memberontak dan bergerilya, akhirnya berhasil membebaskan diri dan mendirikan kerajaan Hindu yang merdeka di India Barat. Demikian pula golongan Sikh memenangkan pemberontakannya. Bangsa Inggris semenjak permulaan abad XVII telah tiba di India sebagai pedagang dengan angkatannya yang bernama "The East India Company." Mengetahui pertentangan-pertentangan

antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu pihak, dan antara Kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain, akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik mengail di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan. Dengan politik adu domba yang lihai, mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun 1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka. Demikianlah selanjutnya dengan kekuatan bedil, politik adu-domba dan senjata uang, dilumpuhkannya kekuasaan hakiki kesultanan Islam Mongol. Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa dikalahakan oleh Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu, seperti kerajaan Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818[1]. Sayyid Ahmad dengan golongan Mujahidinnya mencoba memulai peperangan terhadap golongan sikh di India Utara. Peperangan ini berbuah kemenangan pada kelompok Mujahidin, mereka dapat menguasai Akora yang merupakan pusat kekuatan golongan Sikh. Ide yang dimunculkan oleh Sayyid Ahmad ialah merubah sistem pemerintahan dari monarki kepada sistem imamah, yaitu negara dipimpin oleh seorang imam. Sistem pemerintahan imamah dibentuk pada tahun 1827, dalam menjalankan tugasnya, imam mengangkat seorang khalifah sebagai wakilnya di kota-kota penting. Diantara tugas mereka yaitu mengumpulkan zakat utnuk pemerintahan imam dan mencari mujahidin untuk meneruskan jihad[2]. Namun, sistem imamah yang didirikan oleh Sayyid Ahmad tidak bertahan lama, golongan Sikh menganggap gerakan Mujahidin mengancam kekuasaan mereka. Golongan Sikh di bantu oleh golongan-golongan non muslim seperti golongan Barakzai melangsungkan pertempuran di Balekot dan pada pertempuran inilah Sayyid Ahmad mati terbunuh. Menurut Harun Nasution setelah meninggal Sayyid Ahmad, para pengikutnya terpecah menjadi dua golongan. Golongan pertama mereka bergerak di bidang pendidikan dengan mendirikan madrasah deoband, golongan ini berpendapat tidak cukup kekuatan untuk melanjutkan perjuangan. Namun demikian, madrasah deoband banyak memberikan pengaruh terhadap pembaharuan islam India dengan lahirnya tokoh-tokoh terkenal. B. Madrasah Deoband Sepeninggalan Sayyid Ahmad Syahid, gerakan intelektual melawan kolonial Inggris terus dilakukan oleh para pengikut Sayyid Ahmad Syahid. Pada tahun 1857 madrasah Deoband melalui Mawlana Muhammad Qasim Nanantawi dan Mawlana Ishaq, seorang cucu dari Syah Abdul Aziz ditingkatkan menjadi perguruan tinggi. Ide-ide Syah Waliullah yang kemudian ditonjolkan oleh sayyid Ahmad Syahid dan gerakan Mujahidin, itulah menjadi pegangan bagi Deoband[3].

Ide-ide itu meliputi:

Bidang agama, pemurnian ajaran Islam India dari paham-paham salah yag dibawa tarekat dan dari keyakinan animisme lama dan pemurnian dari perkatek keagamaan seperti bid'ah. Bidang politik dan pendidikan, Deoband mengambil sikap anti Inggris. Sikap anti inggris ini dilator belakangi oleh para pendiri deoband mayoritas pemuka gerakan mujahidin. Mereka mendirikan deoband untuk menentang pendidikan sekuler inggris dan juga sebagai reaksi terhadap usaha kristenisasi di India.

C. Gerakan Aligarh 1. Sayid Ahmad Khan (1817-1898) Sayid Ahmad Khan lahir pada tahun 1817 Masehi keturunan dari Rasulullah Muhammad SAW, dari pihak Husein. Neneknya adalah seorang pembesar istana di zaman Alamghir II (1754-1759). Pendidikan yang ia tempuh melalui pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama dan disamping bahasa Arab ia juga belajar bahasa Inggris. Menurut pemikiran Sayid Ahmad Khan kemajuan ummat Islam bukan cara memusuhi Inggris dan bekerja sama dengan Hindu, tetapi harus dekat dengan orang-orang Inggris, karena kamajuan Islam tidak terlepas dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern banyak dihasilkan oleh orang-orang Inggris. Penafsiran dan interpretasi yang diberikannya terhadap ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima oleh golongan terpelajar (Islam) dibandi dari hasil penafsiran yang lama atau sebelumnya. Pemikirannya dalam keagamaan itu antara lain :

Perkawinan menganut asas monogami, poligami bertentangan dengan semangat Islam dan hal ini tidak akan diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa. Islam dengan tegas melarang perbudakan, termasuk perbudakan dari tawanan perang, meskipun syariat memperkanankannya. Bank Modern, transaksi perdagangan, pinjaman serta perdagangan internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun semua itu mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap riba, karena hal itu tidak bertentangan dengan hukum Al-Qur'an. Hukum potong tangan yang didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah bagi pencuri, lemparan batu serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya sesuai dengan masyarakat primitif yang kekurangan tempat penjara atau tidak mempunyai penjara. Jihad itu dilarang kecuali dalam keadaan memaksa untuk mempertahankan diri.

Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat pada tanggal 24 Maret tahun 1898, ide ide pembaharuan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan selanjutnya oleh pengikut dan pada akhirnya lahirlah sebuah gerakan yang disebut Gerakan Aligarh Ada beberapa tokoh Aligarh yang berpengaruh dan melanjutkan ide-ide pembaharuan yang dicetuskan Sayyid Ahmad Khan, di antaranya: 2. Nawab Muhsin Al-Mulk

Setelah Sayyid Ahmad Khan menghadapi masa tua, pimpinan Muhammedan Angol Oriental Conference (M.A.O.C.) pindah ketangan Sayyid Mahdi Ali yang lebih dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al-Mulk (1837-1907). Pada mulanya ia adalah pegawai Serikat India Timur, kemudian menjadi pembesar di Hyderabad. Ia pernah berkunjung ke Inggris untuk keperluan Pemerintah Hyderabad. Di tahun 1863 ia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan antara keduanya terjalin tali persahabatan yang erat. la banyak rnenulis artikel Tahzib Al Akhlaq dan kemudian juga di majalah yang diterbitkan M.A.O.C. la pindah ke Aligarh dan menetap di sana mulai dari tahun 1893. Pada tahun 1897 ia menggantikankan kedudukan Sayyid Ahmad Khan di M.A.O.C. Ia mempunyai jasa yang besar dalam menyebarkan ide ide Sayyid Ahmad Khan yangdilakukannya melalui Muhammedan Educational Conference[4]. Muhsin al-Mulk tidak hanya membawa para ulama dekat dengan Aligarh, lebih jauh ia mampu menarik beberapa lawan politik pendiri Perguruan Tinggi tersebut. Ia adalah orang yang paling cinta damai, namun ia dihadapkan juga kepada kontraversi Hindu-Urdu yang telah ada sejak akhir-akhir kehidupan Sayyid Ahmad Khan. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan ia mengundurkan dari Perguruan Tinggi tersebut. Ia wafat 16 Oktober 1907, dan dikuburkan di samping kuburan Sayyid Ahmad Khan di Aligarh[5]. Yang menjadi perbedaan faham keagamaan dan politik Aligarh dan Deoband. Dari segi politik Deoband anti terhadap Inggris dan Aligarh justru sebaliknya pro terhadap Inggris. Dari segi keagamaan Deoband tetap mempertahankan taklid kepada ulama' klasik dan menutup pintu ijtihad, beda halnya dengan gerakan Aligarh mereka tidak menutup pintu ijtihad. Tetapi pada akhirnya sikap Deoband yang tadinya keras bisa melembut dan berubah terhadap sikap yang tadinya mempertahankan tradisi dan menutup pintu ijtihad, perlahan mulai membuka pintu ijtihad. Karena "Dalam menghadapi golongan ulama Nawab Muhsin al-Mulk bersikap lebih lembut dari Sayyid Ahmad Khan."[6] Dari bidang politik Nawab Muhsin Al-Mulk jelas terlihat. Nawab Muhsin Al-Mulk tidak raguragu memasuki bidang politik. Ini terlihat dari usahanya dalam membentuk Delegasi Umat Islam India karena pada waktu itu pemimpin pemimpin Islam India yang duduk di dalam DewanDewan Perwakilan Daerah melihat bahwa. sebagai minoritas umat Islam tidak dapat menandingi golongan mayoritas Hindu, dalam pemilihan yang akan diadakan. Oleh karena itu, kepada umat Islam harus diberikan daerah-daerah pemilihan terpisah. Delegasi umat Islam India diterima oleh Lord Minto dan tuntutan diterima. Peristiwa itulah yang membawa kepada terbentuknya Liga Muslimin India di tahun itu juga 1906[7]. Dalam bidang politik terlihat antara Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk mempunyai perbedaan prinsip, Sayyid Mahdi Ali yang lebih dikenal dengan Nawab Muhsin AlMulk ia tidak ragu-ragu dalam memasuki bidang politik. Dan sebaliknya, Sayyid Ahmad Khan berprinsip turut campur dalam bidang politik akan merugikan umat Islam India. Ia berpendapat bahwa kemajuan bukannya melalui jalan politik. Adapun prestasi yang tidak dicapai pada masa Sayyid Ahmad Khan dan dicapai oleh Nawab Muhsin Al-Mulk di antaranya :

- Dalam bidang sosial keagamaan. Berubahnya sikap Deoband yang tadinya bersikap keras dalam mempertahankan taklid kepada para ulama' klasik menjadi lebih melembut akan adanya perbedaan sikap yang berbeda dari k mereka, - Dalam bidang pendidikan berhasil mempopulerkan gerakan Aligarh, ini terlihat dalam meningkatnya jumlah siswa di zamannya, yang dahulunya 343 sampai 800 siswa, - Dalam bidang politik berhasilnya membentuk Delegasi Umat Islam India untuk berjuang dalam mendapatkan daerah daerah pemilihan terpisah dari golongan mayoritas Hindu. 3. Viqar Al-Mulk Pemimpin lain yang berpengaruh ialah Viqar al Mulk (1841 1917). Ia semenjak muda telah menjadi pembantu dan pengikut Sayyid Ahmad Khan. Di tahun 1907 ia menggantikan Nawab Muhsin AI Mulk dalam pimpinan M.A.O.C.(harun, 176) Masa inilah terjadinya perubahan-perubahan besar dalam adminsitrasi Perguruan Tinggi Aligarh, bahkan dalam kebijaksanaan politik umat muslim India. Viqar al-Mulk bernama Mushtaq Hussain yang lahir 1841, di Distrik Moradabad, United Pravinces. Ia adalah rekan Sayyid Ahmad Khan dan juga Muhsin al-Mulk. Bersama dengan Muhsin al-Mulk ia selalu bekerja sama dalam masalah administrasi Aligarh. Dan setelah Muhsin al-Mulk meninggal pada tahun 1907, ia dipilih menjadi Sekretaris Badan Pendiri. Pada masa Viqar ini terjadi pertentangan antara Viqar al -Mulk dengan Mr. Archbold yang menjadi Direktur M.A.O.C. di waktu itu. Dalam pertentangan ini Gubernur Daerah menyebelah Archbold sedang Viqar al Mulk disokong oleh Agha Khan serta Amir Ali dan selanjutnya oleh masyarakat Islam di luar. Archbold akhirnya terpaksa mengundurkan diri. Kekuasaan Iriggris di M.A.O.C. dari semenjak itu mulai berkurang. Pada masa Viqar inilah berakhirnya kontraversi tentang administrasi Perguruan Tinggi, dan di mulainya era baru bagi perjalanan Aligarh.[8]. Ini berarti bahwa di masa Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk kekuasan besar yang menjadi direktur M.A.O.C. yang pada saat itu ialah orang Inggris, tetapi pada masa Viqar Al-Mulk kekuasan besar yang menjadi direktur M.A.O.C. yang dipegang oleh orang Inggris berkurang. Karena tersingkirnya orang Inggris (Archbold) yang menjadi direktur dalam M.A.O.C. yang mengundurkan diri akibat terjadinya pertentangan antara dia dengan Viqar AlMulk yang banyak mendapat dukungan atau sokongan dari masyarakat Islam di luar. Ada salah seorang sahabat dari sayyid Ahmad Khan yang sangat tidak setuju dengan kekuasaan direktur yang begitu besar dari orang Inggris dalam M.A.O.C. Dari hal itu ia memutuskan hubungan dengan M.A.O.C. yaitu Maulvi Sami Allah Viqar Al-Mulk populer di kalangan ulama' India, ia mendapat simpati dari kalangan ulama' India dengan menerapkan dengan kuat hidup keagamaan di M.A.O.C. pelaksanaan ibadat misalnya : shalat dan puasa dan memperketat pengawasannya. Lulus dalam ujian agama menjadi syarat untuk dapat naik tingkat.(harun, 176) Hal ini wajar jika Viqar Al-Mulk lebih populer dan

disenangi ulama' India dari pada Sayyid Ahmad Khan pada waktu itu. Sedangkan Sayyid Ahmad Khan lebih populer di kalangan pelajar. Dalam pandangan politik ia tidak sama dengan Sayyid Ahmad Khan meskipun dahulunya ia sependapat bahwa Inggris lah yang dapat menciptakan kelanjutan wujud umat Islam India akan dapat terjamin hanya dengan berlanjutnya kekuasaan Inggris. Tetapi ia pada akhirnya merubah pandangan bahwa Inggris bukan tempat orang Islam menggantungkan nasib dalam kelanjutan wujud umat Islam India. Karena ia berpendapat Inggris tidak akan pernah peduli terhadap penderitaan dari umat Islam di India, bisa kami gambarkan melalui pepatah habis manis sepah dibuang. Tetapi terhadap partai Kongres Nasional India, pendiriannya tetap tidak berubah. Orang Islam harus mempunyai partai sendiri dan harus mempertahankan Liga Muslimin India. Yang dahulu pada masa Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Muk ketergantungan gerakan Aligarh kepada Inggris kuat, tetapi pada masa Viqar Al-Mulk telah mulai berkurang dan tidak lagi sekeras dizaman Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk dahulu. Hal ini menggambarkan bahwa Viqar Al-Mulk tidak mau bergantung kepada Inggris seperti yang dilakukan oleh Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk pada masa sebelumnya. 4. Altaf Husain Ali Tokoh India lainnya yang terkenal sebagai penyebar ide ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan adalah Altaf Husain Hali (1837- 1914). Ia pernah bekerja sebagai penerjemah di kantor Pemerintah Inggeris di Lahore, tetapi kemudian pindah ke Delhi. Di sinilah ia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan keduanya menjadi teman baik. Hali terkenal sebagai seorang penyair, tetapi ia juga menulis karangan karangan untuk Tahzib Al Akhlaq. Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan ia menulis syair tentang peradaban Islam di Zaman Klasik. Keluarlah di tahun 1879 apa yang terkenal dengan nama Musaddas. Syair itu antara lain juga mengandung ide ide Aligarh. Musaddas sangat berpengaruh terhadap ummat Islam India, sehingga dikatakan bahwa di samping MAOC dan Muhammedan Educational Conference. Musadddas lah yang mempunyai jasa besar dalam mempopulerkan gerakan Aligarh[9]. Ia menyebarkan ide ide pembaharuan gerakan Aligarh dengan cara yang berbeda dari tokoh yang lain. Ia menyebarkan ide ide pembaharuan melalui syair yang terkenal dengan nama musaddas. Dalam bidang politik ia berpandangan bahwa umat Islam India merupakan suatu kesatuan tersendiri di samping umat Hindu. Tetapi bukan anti Hindu. Semangat patriotisme Hali ini terlihat dalam Syairnya: Jika Anda ingin kebaikan dari negerimu. Maka janganlah menganggap sebagai orang asing sesama patriot dari tanah airmu, Apakah ia Muslim atau Hindu, Apakah Budhis atau Brahma, Pandanglah mereka dengan mata persahabatan yang syahdu, Anggaplah mereka seperti bagian hitam dari matamu[10].

Dalam dunia pendidikan ia berbeda pendapat menurutnya pendidikan wanita ia lebih bersifat progresif. Sedangkan, Sayyid Ahmad Khan yang memandang kaum wanita belum perlu mendapatkan pendidikan sebagaimana kaum laki-laki. 5. Chiragh Ali Chiragh Ali adalah murid Sayyid Ahmad Khan. Ia melakukan studi banding tentang Bibble dengan Al-Qur'an, sebagai upaya untuk berargumentasi dengan penganut kitab Bible. Ia juga melakukan penelitian kembali sumber-sember hukum Islam. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa Islam tidak terikat pada sistem sosial tertentu. Akhirnya ia pun memunculkan suatu penafsiran yang menyeluruh dan pembaruan dalam lapangan hukum dan politik yang didasarkan atas Al-Qur'an. Menurutnya Al-Quran bukan merupakan penghalang kemajuan spiritual dan tidak melarang kebebasan berfikir di antara kaum muslimin serta bukan penghalang inovasi dalam segala aspek kehidupan baik dalam politik sosial, pemikiran maupun segi moral[11]. Ini berarti bahwa ia berpendapat Islam harus beradaptasi dengan kondisi zaman yang berubahubah, agar senantiasa mampu hadir ke tengah-tengah umat dalam menyelesaikan problematika kehidupan yang terjadi. Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad di dalamnya terdapat elastisitas atau fleksibel yang memungkinkan bagi Islam untuk beradaptasi terhadap perkara politik dan sosial yang terjadi di sekitarnya. Tetapi Islam tidak menentukan sistem sosial atau politik tertentu. Inti pemikirannya tidak berbeda nyata dengan gurunya Sayyid Ahmad Khan 6. Maulvi Nazir Ahmad Beliau termasuk orang menyebarkan ide ide pembaharuan dengan cara yang berbeda yaitu melalui gerakan keilmiahan. Karangan karangannya berkisar sekitar soal agama, budi pekerti, dan problem problem sosial. Maulvi berpendapat kemunduran umat Islam, terletak pada umat Islam itu sendiri dan bukan dating dari luar. Umat Islam tidak hidup lagi sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Ia juga menerjemahkan Al-Qur'an dalam bahasa Urdu yang pada saat itu banyak dibaca dan berpengaruh pada masyarakat Islam India, dari hal itu gerakan Aligarh semakin dekat dengan golongan ulama' India. 7. Muhammad Shibli Nu'mani Muhammad Syibli Nu'mani (1857 1914) diangkat pada tahun 1883 sebagai Asisten Profesor Bahasa Arab di Aligarh. Ia mempunyai pendidikan madrasah tradisional dan pernah pergi ke Mekah dan Medinah memperdalam pengetahuannya tentang agama Islam. Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat meninggalkan M.A.O.C. Ketika di M.A.O.C. ia berjumpa dengan ide ide baru yang dikemukakan oleh Gerakan Aligarh dan tertarik padanya. Latar belakang pendidikan madrasahnya, membuat ia tidak mempunyai sikap se-liberal Sayyid Ahmad Khan. Tetapi ia tidak menentang pemakaian akal dalam soal-soal agama; mempelajari falsafat barat yakin bukanlah haram. Ulama-ulama zaman klasik juga

mempelajari dan mengetahui falsafat. Mereka, demikian argumennya lebih lanjut, menyetujui pelajaran falsafat pemikiran modern dalam bentuk moderat dapat diterimany[12]a. Pada tahun 1894 ia mendirikan "Nadwah Ulama" yang diawali dengan semangat yang tinggi. Sehingga, Suleman Nadwi, pengganti Syibli menyatakan bahwa "banyak orang percaya bahwa hal ini akan membawa kepada berdirinya pemerintahan ulama". Inilah nampaknya gerakan tandingan yang pada akhirnya membawa Aligarh kepada kemunduran. Banyak kritik-kritik yang dilontarkan Syibli kepada Aligarh, dia tidak terkesan dengan hasilhasil intelektual pendidikan modern, karena perlakuan yang ia terima sebagai Asisten Profesor bahasa. Pada akhirnya ia meninggalkan MAOC dan pergi ke Lucknow untuk memimpin perguruan tinggi Nadwat al-Ulama. Pemikiran modern moderat yang dianutnya membawa perobahan pada perguruan tinggi ini. Kritik Syibli yang membawa kepada sikap meninggalkan Aligarh adalah bahwa sejak masa Sayyid Ahmad Khan telah terjadi pemisahan agama dari politik. Walaupun pada kenyataannya Sayyid Ahmad Khan sangat memperhatikan agama, Shibli percaya bahwa agama sebagai bantuan untuk tujuan-tujuan duniawi. Ini barangkali obsesi masa lalu ketika para ulama memegang kekuasaan spiritual sekaligus duniawi. Pada masa inilah, gaung Aligarh mulai memudar, namun ide-ide pembaharuan yang dicetuskan melalui lembaga ini terus dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang lahir kemudian[13]. D. Gerakan Sayyid Amir Ali Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi'ah yang di zaman Nadir Syah (1736 1747) pindah dari Khurasan di Persia ke India. Keluarga itu kemudian bekerja di Istana raja Mughal. Sayyid Amir Ali lahir di tahun 1849, dan meninggal dalam usia tujuh puluh sembilan pada tahun 1928. pendidikannya ia peroleh dari perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada didekat Kalkuta. Disinilah ia belajar bahasa Arab. Selanjutnya ia belajar bahasa Inggris dan kemudian juga sastra Inggris dan hukum Inggris. Di tahun 1869 ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai ditahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum. Selesai dari studi ia kembali ke India dan pernah bekerja sebagai pegawai Pemerintah Inggris, pengacara, hakim, dan guru besar dalam hukum Islam. Di tahun 1883 ia diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota Majlis Wakil Raja Inggris di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam Majlis itu[14]. Beliau tidak anti pati terhadap dunia politik bahkan ia memasuki dunia politik. Ini tercermin pada tahun 1877 ia membentuk National Muhammedan Association, sebagai wadah persatuan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang politik. Amir Ali juga berpendapat dan berkeyakinan bahwa Islam bukanlah agama yang membawa kepada kemunduran sebaliknya Islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan dan untuk membuktikannya ia mengajak meninjau kembali sejarah masa lampau bahwa agama bukanlah yang menyebabkan kemunduran dan menghambat kemajuan. Ia tidak menutup pintu ijtihad

melainkan membuka pintu ijtihad. Pada pendapat lain juga memberikan pendapat bahwa menggunakan akal bukan suatu dosa dan kejahatan. Bahkan ia memberikan ayat-atat dan haditshadits untuk menunjang argumen argumen untuk menyatakan bahwa ajaran ajaran itu tidak bertentangan dengan pemikiran akal. Sayyid Amir Ali untuk memajukan umat Islam ia berpendirian tidak ingin bergantung atau berkiblat kepada ketinggian dan kekuatan Barat seperti halnya dengan Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Amir Ali dalam memajukan umat Islam ia berpatokan dan berkiblat pada ilmu pengetahuan yang dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka kuat berpegang pada ajaran Nabi Muhammad Saw. dan berusaha keras untuk melaksanakannya. Gerakan Muhammad Iqbal dan Jinnah Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876. untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Ditahun 1905 ia pergi ke Inggris dan masuk ke Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich di Jerman, dan di sanalah ia memperoleh gelar Ph.D, dalam tasawuf. Pada tahun 1908 ia berada kembali ke Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai pengacara ia menjadi dosen filsafat. Kemudian ia memasuki dunia politik dan di tahun 1930 dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Ia wafat dalam usia enam puluh dua tahun ia meninggal di tahun 1938(harun,h. 190-191) Muhammad Iqbal berpendapat kemunduran umat Islam selama lima ratus tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada statis. Penyebab lain ialah terletak pengaruh zuhd yang terdapat pada ajaran tasawuf. Zuhd, perhatian harus dipusatkan kepada tuhan. Hal itu akhirnya membawa kepada keadaan umat kurang mementingkan soal kemasyarakatan dalam Islam. Kemudian menjadi penyebab juga katanya ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemujaun pemikiran umat Idlam dipertengahan amat ketiga belas. Pada saat itu pintu ijtihad mereka tertutup. Menurut Muhammad Iqbal hukum dalam Islam sebenarnya tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Islam, menurut Iqbal pada hakekatnya mengajarkan dinamisme. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Inti sari hidup menurutnya adalah gerak, sedangkan hukum hidup ialah menciptakan, maka ia berseru kepada umat Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru. Di India terdapat dua umat besar, demikian menurut Iqbal. India pada hakekatnya tersusun dari dua bangsa, bangsa Islam dan bangsa Hindu. Umat Islam India harus menuju pada pembentukan Negara tersendiri terpisah dari Negara Hindu di India. Tetapi yang patut diingat bahwa bibit ide untuk membentuk Negara tersendiri sebelumnya sudah dalam ide politik yang ditimbulkan oleh Sayyid Ahmad Khan, tetapi ide dan tujuan membentuk

Negara tersendiri diumumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India ialah oleh Muhammad Iqbal Dan Jinnah-lah memperjuangkannya sehingga Pakistan mempunyai wujud. Kesimpulan Kesemenahan inggris terhadap masyarakat India dan terjadinya kesenjangan perlakuan antara islam dan hindu India dalam hak sebagai warga Negara, menuai kritik dari para tokoh India, sehingga gerakan anti inggris bermunculan. Gerakan Mujahidin di pelopori oleh Sayyid Ahmad mencoba memulai peperangan terhadap golongan sikh di India Utara. Ide yang dimunculkan oleh Sayyid Ahmad ialah merubah sistem pemerintahan dari monarki kepada sistem imamah, yaitu negara dipimpin oleh seorang imam., imam mengangkat seorang khalifah sebagai wakilnya di kota-kota penting. Diantara tugas mereka yaitu mengumpulkan zakat utnuk pemerintahan imam dan mencari mujahidin untuk meneruskan jihad Dari para Murid Syah Waliullah berdirilah dua perguruan tinggi di India Deoband dan Aligarh. Yang menjadi perbedaan faham keagamaan dan politik Aligarh dan Deoband. Dari segi politik Deoband anti terhadap Inggris dan Aligarh justru sebaliknya pro terhadap Inggris. Dari segi keagamaan Deoband tetap mempertahankan taklid kepada ulama' klasik dan menutup pintu ijtihad, beda halnya dengan gerakan Aligarh mereka tidak menutup pintu ijtihad. Tetapi pada akhirnya sikap Deoband yang tadinya keras bisa melembut dan berubah terhadap sikap yang tadinya mempertahankan tradisi dan menutup pintu ijtihad, perlahan mulai membuka pintu ijtihad. Hingga berdirinya Negara Pakistan yang dipelopori oleh Iqbal dan Jinnah, Deoband dan Aligarh telah banyak melahirkan tokoh-tokoh India seperti Sayyid Ahmad Khan, Sayyid Amir Ali, Nawab Muhsin Al-Mulk, Viqar Al-Mulk , Altaf Husain Ali , Chiragh Ali, Maulvi Nazir Ahmad, Muhammad Shibli Nu'mani. Daftar Bacaan Risman Abu , Jurnal/Journal from digilib-uinsuka / 2008-08-22 15:26:06, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Nasution Harun, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Pergerakan, Jakarta:Bulan Bintang, 1990 Ali Mukti, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1993 www.google.com, Pemikiran Altaf Husain Ali

M. Ridwan Nafisah, Tinjauan Mendasar dalam Semangat Pembaharuan, www. google.com, 2009 Pemikiran Muhammd Shibli Nu'mani, www.google.com M. Lapidsus Ira, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta:Rajawali Grapindo persada, 2000

[1]Abu Risman Sumber bacaan dapat dilihat Jurnal/Journal from digilib-uinsuka / 2008-08-22 15:26:06, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [2] Harun Nasution, pembaharuan dalam Islam Sejarah pemikiran dan pergerakan, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, h.160 [3] Ibid, h.163 [4] Ibid, h. 174-175 [5] Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1993 [6] Harun., Op.Cit, h. 175 [7] Op.Cit 175-176 [8] Mukti Ali, Op.Cit [9] Harun, Op.Cit. h.177 [10] www.google.com, Pemikiran Altaf Husain Ali. [11] Artikel oleh Nafisah M. Ridwan, judul tinjauan mendasar dalam semangat pembaharuan, www. google.com 2009 [12] Harun, Log.Cit, h. 179 [13] Pemikiran Muhammd Shibli Nu'mani, www.google.com [14] Harun, Log.Cit h. 181

Anda mungkin juga menyukai