Anda di halaman 1dari 33

DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................1

PENDAHULUAN ........................................................................................................1

1.1 Latar belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah ............................................................................................2

1.3 Tujuan ...............................................................................................................2

BAB II ...........................................................................................................................3

ISI ..................................................................................................................................3

2.1 ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

2.2 ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

2.3 ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

2.4 ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

2.5 ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB III .......................................................................................................................31

PENUTUP ..................................................................................................................31

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................31

3.2 Saran ................................................................................................................31

3.3 Daftar Pustaka ................................................................................................32


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Andalusia merupakan provinsi yang terdiri dari Spanyol, Portugal, dan
Perancis Selatan saat ini. Andalusia juga seing disebut sebagai Al-Andalus yang
merupakan sebutan bagi semenanjung Iberia periode Islam. Sebutan itu berasal
dari kata vandalusia yang artinya bangsa vandal. Nama vandalusia diambil
karena bagian selatan semenanjung Iberia penah dikuasai bangsa vandal sebelum
kekuasaan mereka direbut oleh bangsa barat atau Visigoth pada abad ke- 5 M.

Sebelum kedatangan umat Islam, daerah Iberia merupakan kerajaan Hispania


yang dikuasai oleh orang Kristen Visigoth. Keadaan Iberia saat itu sangat
memprihatinkan, dimana keadaan alam yang sangat buruk, keadaan ekonomi dan
politik yang tidak stabil. Keadaan Iberia yang kacau dan tidak stabil ini
memudahkan jalan awal masuknya Islam. Saat itu, umat Islam beserta para
pempimpin pasukannya dibawah perintah Abdurrahman ad-Dakhil berhasil
menaklukkan wilayah Andalus dan mendirikan pemerintahan disana. Dibawah
kekuasaan Islam, Eropa banyak mengalami kemajuan yang sangat gemilang
khususnya di ujung barat daya yaitu Andalusia. Pada saat itu, pemimpin Islam di
Andalusia yang ibukotanya Cordova berhasil menggali sumber daya manusia dan
memperbaiki keadaan yang kacau sehingga menghasilkan kekayaan yang
melimpah ruah dan memberikan dampak yang sangat baik di Eropa. Akan tetapi,
Kejayaan kekuasaan Islam di Andalusia kurang lebih 8 abad lamanya harus
berakhir dengan peristiwa yang memilukan. Banyak faktor yang menyebabkan
keruntuhan Islam di Andalusia.

Untuk mengetahui lebih lanjut, maka di dalam makalah ini akan dijelaskan
mengenai peradaban Islam di Andalusia mulai dari asal usulnya, perkembangan

1
politik dan pemerintahan, kemajuan islam, kemunduan dan kehancuran islam,
serta konstribusi peradaban Islam terhadap kemajuan Eropa.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana proses awal masuknya Islam ke Andalusia ?
2. Bagaimana perkembangan politik dan pemerintahan Islam di Andalusia ?
3. Bagaimana kemajuan peradaban Islam di Andalusia ?
4. Apa yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia ?
5. Bagaimana konstribusi peradaban Islam terhadap kemajuan Eropa ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui proses awal masuknya Islam ke Andalusia
2. Mengetahui perkembangan politik dan pemerintahan Islam di Andalusia
3. Mengetahui kemajuan peradaban Islam di Andalusia
4. Mengetahui penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia
5. Mengetahui konstribusi peradaban Islam terhadap kemajuan Eropa

2
BAB II

ISI

2.1 Awal Penyebaran Islam Di Andalusia

Penamaan Andalusia atau al Andalus disandarkan pada kata “Vandalusia”


atau “Vandalicia” yang dihubungkan dengan nama bangsa vandal, yakni suku
German Timur (East Germanic tribe) yang menempati Semenanjung Iberia (the
Ibeian Peninsula) dan menyebrang ke Afrika utara. Semenanjung itu kemudian
diberi nama Isbania, Hispania, Espana atau Spanyol. Ekspansi pasukan muslim
ke Semenanjung Iberia, gerbang Eropa sebelah barat daya, merupakan perluasan
wilayah yang sangat luar biasa. Ekspansi bermula ketika Count Julian, penguasa
Ceuta dari kerajaan Visigoth meminta bantuan kepada Gubernur Musa ibn
Nusayr di Afrika Utara dari Dinasti Umayyah I untuk mengalahkan Raja Roderic
yang telah mengambil kekuasaan Raja Witizan. Musa kemudian memohon saran
kepada khalifah al-Walid bin abd al-Malik. Setelah persetujuan al-Walid
diperoleh, maka Tarif ibn Malik dikrim pada tahun 91 H (710 M) bersama 500
tentaranya untuk melaksanakan pengintaian terhadap kawasan tersebut.1

Tharif ibnu Abdul Malik an-Nakha’I diperintah gubernur Musa ibnu Nushair
pada tahun 91 H/710 M untuk melakukan penjajahan awal memasuki wilayah
Andalusia. Ia membawa 400 tentara dan 100 pasukan berkuda, ia dan pasukannya
menyebrangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa, dan mendarat
di sebuah tempat yang kemudian diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil dan
Tharif kembali ke Afrika Utara membawa banyak harta rampasan (Ghanimah).2

1
Ahmad Choirul Rofiq. Sejarah Islam Periode Klasik, Malang: Gunung Samudera, 2017, h. 191
2
Sunanto dan Musyrifah. Sejarah Islam Klasik, Jakarta : Kencana, 2007, h.118

3
Pada tahun 92 H/711 M, Gubernur Musa ibnu Nushair mengutus Thariq ibnu
Ziyad untuk melanjutkan penyerangan ke Andalusia dengan pasukan sebanyak
7000 orang. Musa ibnu Nushair pun melibatkan diri untuk membantu perjuangan
Thariq. Dalam suatu pertempuran di suatu tempat (Bakkah), Raja Roderik tewas.
Thariq dan pasukannya menaklukan kota-kota penting seperti Cordoba,
Archedonia, Malaga, Elvira, Granada, dan Toledo sebagai ibukota kerajaan
Visigoth. Ketika akan menaklukan kota Toledo pasukan Thariq ditambah 5000
personel sehingga berjumlah 12.000 orang Barbar dan Arab yang menghadapi
pasukan Raja Roderik yang berkekuatan 100.000 personel. Sejat itulah Islam
berkuasa di Andalusia. 3

Pada tahun 93 H/712 M, Musa bin Nushair Gubernur Jenderal Afrika-Utara di


zaman khalifah Walid bin Abdul Malik, telah menaklukan seluruh Afrika-Utara
bagian Barat, kecuali kota yang berbenteng kuat, yang diperintahi oleh seorang
bangsawan Gothia Barat bernama Graaf Yulian. Pasukan Musa ibnu Nushair dan
Thariq ibnu Ziyad bergabung di Toledo. Dan kedua pasukan berhasil menguasai
seluruh kota penitng di Andalusia sampai ke utara, seperti Saragosa, Terrofona,
dan Barcelona.4

Keberhasilan ekspansi yang dilakukan oleh pasukan Muslim diiringi dengan


semangat juang mereka yang tinggi serta kondisi orang-orang Andalusia sendiri
yang mendukung ekspansi Islam. Masyarakat Andalusia mendukung Islam
dikarenakan membenci Roderick sehingga mereka pun memberikan bantuan
kepada pasukan Muslim. Saudara penguasa Witiza bernama Uskup Oppas yang
beragama Kristen serta komunitas Yahudi yang secara umum telah menderita di
bawah kekuasaan Kerajaan Kristen telah berperan penting dalam memudahkan
pasukan Muslim untuk mendapatkan kemenangan besar di Andalusia. Sejak

3
Ratu Suntiah dan Maslani. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017, h. 157
4
Ibid.

4
itulah, Andalusia akhirnya menjadi bagian dari wilayah kekuasaan dinasti
Umawiyyah (Umayyah) I yang berpusat di Damaskus.

2.2 Perkembangan Politik Dan Pemerintahan Islam Di Andalusia


Perjalanan pemerintahan Islam di Andalusia sejak awal kedatangan Islam
sampai keruntuhan kekuasaan politik terakhir di Granada dapat diperiodesasikan
menjadi beberapa periode, yaitu Dinasti Umayyah I (711-750 M), masa
Gubernur Yusuf ibn Abd al-Rahman ibn Habib al-Fihi (750-756 M), masa
Umayyah II (1047-1248 M), masa Muluk al-Tawa’if (1031-1090), masa Dinasti
Murabitun (1090-1147), masa Dinasti Muwahhidun (1047-1248 M), dan masa
Dinasti Nasriyyah atau Bani Amhar (1248-1492M). Setelah kekuasaan Islam
diruntuhkan di Granada, Andalusia kemudian dikuasai oleh Raja Philip III (1609-
1614M) dan umat Islam mengalami pengusiran besar-besaran.

Ketika ditaklukkan Dinasti Umayyah I pada tahun 711 M, wilayah Andalusia


menjadi bagian dari kekuasaan Dinasti Umayyah I hingga kemudian muncul
revolusi ‘Abbasiyyah’. Setelah Dinasti Abbasiyyah menggulingkan kekuasaan
Dinasti Umayyah I pada tahun 750 M, maka Andalusia berada di bawah
kepemimpinan gubenur terakhir Umayyah I yang bernama Yusuf al Fihri dari
suku Mudar.5 Yusuf al-Fihri berkuasa setelah memenangkan peselisihan antara
orang-orang dari suku Mudar (Mudariyyun) dan suku Yaman (Yamaniyyun) pada
tahun 129 H (746 M) dan tetap memerintah sampai dikalahkan oleh Abd al-
Rahman Mu’awiyyah ibn Hisyam Ibn Abd al-Malik pada tahun 138 H (756 M).
Karena al Fihri berasal dari Suku Mudar, maka Abd al-Rahman (yang lolos dari
kerjaan pasukan Dinasti Abbasiyyah setelah revolusi Abbasiyyah dan berhasil
sampai ke Andalusia dengan dibantu kawanannya yang benama Badar) langsung
mendapatkan dukungan dari masyarakat keturunan Dinasti Umayyah dan Suku
Yaman yang ditindas oleh Yusuf al-Fihri. Petempuran antara kedua pihak

5
Ahmad Syalabi, Mawsu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadarah al-Islamiyah, vol.4, Kairo: Maktabat al-Nahdah al-Misriyyah,
1979, h. 26

5
akhirnya dimenangkan oleh Abd al-Rahman. Yusuf al-Fihri tebunuh dan
akhirnya Abd al-Rahman al Dakhil dapat memasuki Cordoba dan menguasai
Andalusia.

Umat Islam telah berperan penting dalam perjalanan panjangnya di Andalusia


sejak tahun 711 M - 1492 M yang dibagi dalam 6 periode, yaitu :

1. Periode Pertama (711-755 M)

Andalusia berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh


Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Darmakus. Selama masa ini terjadi
20 kali pergantian wali. Pada periode ini, Islam di Andalusia belum memasuki
kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan.6 Pada periode
pertama ini, stabilitas politik di Spanyol belum sempurna dan masih terjadi
berbagai gangguan, baik yang datang dari dalam, maupun dari luar. 7

Ganggguan dari dalam, di antaranya berupa perselisihan antara


penguasa yang diakibatkan oleh perbedaan etnis dan golongan. Di samping
itu, juga terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah Umayyah di
Damaskus dengan Gubernur Afrika Utara, di mana masing-masing pihak
saling klaim bahwa mereka-lah yang menguasai Spanyol. Hal ini pula yang
menyebabkan terjadinya dua puluh kali pergantian wali (gubernur) di Spanyol
dalam waktu yang singkat. Perbedaan politik tersebut juga mengakibatkan
sering terjadinya perang saudara di Spanyol.8

Adapun gangguan dari luar berasal dari sisa-sisa musuh Islam yang ada
di Spanyol. Mereka bertempat tinggal di daerah pegunungan dan tidak pernah
tunduk kepada pemerintahan Islam Spanyol. Karena sering terjadinya konflik
internal dan mendapat serangan-serangan dari luar, pada periode ini Spanyol
belum mampu melaksanakan pembangunan di bidang peradaban dan

6
Ratu Suntiah dan Maslani, Op. Cit., h. 159
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014, h.93-94
8
Ibid.

6
kebudayaan. Periode para wali ini berakhir setelah datangnya Abdul Rahman
ad-Dakhil ke Spanyol pada tahun 755 M. 9

2. Periode Kedua (755-912 M)


Pada periode ini Andalusia berada di bawah pemerintahan Abbasiyah
di Baghdad. Periode ini sampai akhir periode keempat merupakan zaman
Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia hingga 1031, yakni berdirinya dinasti-
dinasti kecil. Abd al-Rahman ad-Dakhil adalah keturunan dari Bani Umayyah
yang berhasil lolos dari pengajaran Bani Abbasiyyah ketika Bani Abbasiyyah
berhasil menaklukan Bani Umayyah di Andalusia. Pada periode ini, umat
Islam Andalusia mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik
ataupun peradaban.10

Setelah berakhirnya periode pemerintahan para wali, untuk selanjutnya


Spanyol berada di bawah pimpinan para amir (panglima atau gubernur).
Pemerintahan Islam yang dipimpin oleh para amir di Spanyol tidak tunduk
kepada pusat pemerintahan Islam yang saat itu dipegang oleh para khalifah
Abbasiyah di Bagdad.11
Amir pertama yang memerintah di Spanyol setelah masa para wali
adalah Abdurrahman I yang diberi gelar ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol).
Abdurrahman ad-Dakhil masuk ke Spanyol pada tahun 755 M. Dia adalah
keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari serangan Bani Abbasiyah
yang saat itu telah berhasil menaklukkan Khilafah Bani Umayyah di
12
Damaskus. Abdurrahman ad-Dakhil berhasil menyingkirkan Yusuf ibn
Abdurrahman Al-Fihri yang menyatakan diri tunduk kepada kekuasaan Bani
Abbasiyah pada tahun 138 H/756 M. Abdurrahman ad-Dakhil
memproklamirkan bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Bani Abbasiyah dan

9
Ibid.
10
Ratu Suntiah dan Maslani, Op.Cit., h.159
11
Badri Yatim, Op. Cit., h.94-95
12
Ibid.

7
dia memakai gelar amir, bukan khalifah. Kekuasaan yang didirikan oleh
Abdrahman ad-Dakhil mampu bertahan selama dua tiga per empat abad (756-
1031).13
Para penguasa Spanyol pada masa Keamiran adalah: Abdurrahman ad-
Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdul Rahman al-Ausath, Muhammad ibn
Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad dan Abdullah bin Muhammad.14 Masa
Keamiran di Spanyol mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan
amir ke delapan, Abdurrahman III (912-961) yang merupakan pemimpin
terkuat dan orang yang pertama sekali menyandang gelar
khalifah.15Abdurrahman III memilih sendiri gelarnya, yaitu Al-Khalifah An-
Nashir li Din Allah (Khalifah penolong agama Allah).16
Pada periode pemerintahan di bawah para amir, Spanyol sudah mulai
memperoleh kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang
peradaban. Abdurrahman ad-Dakhil pada saat itu mendirikan masjid Cordova
dan juga membangun sekolah di beberapa kota besar di Spanyol. Selain
Abdurrahman ad-Dakhil, beberapa amir lainnya juga telah berhasil
membangun peradaban di Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam
menegakkan hukum Islam di Spanyol. Sementara itu, Hakam dikenal sebagai
pembaharu dalam bidang kemiliteran yang telah memprakarsai tentara
bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdul Rahman al-Ausath dikenal sebagai
penguasan yang mencintai ilmu pengetahuan. Pada periode ini, pemikiran
filsafat juga sudah mulai masuk ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu
pengetahuan di Spanyol sudah mulai marak.17 Meskipun demikian, stabilitas
negara pada periode pemerintahan para amir juga sempat terganggu dengan
munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan pada
pertengahan abad ke-9. Namun, seluruh gereja Kristen di Spanyol tidak
13
Dedi Supriyadi . Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008, h.115
14
Badri Yatim., Loc. Cit.
15
Dedi Supriyadi., Loc. Cit
16
Ibid., h. 116
17
Badri Yatim, Loc. Cit

8
mendukung gerakan tersebut karena jauh sebelumnya pemerintahan Islam
telah mengembangkan kebebasan beragama di Spanyol.
Gangguan politik paling serius pada masa ini justru datang dari umat
Islam sendiri. Gerakan pemberontak di Toledo pada tahun 825 M telah
berhasil membantuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di
samping itu, perseteruan antara orang Arab dan Barbar juga terus terjadi di
Spanyol.18

3. Periode Ketiga (912-1012 M)


Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahman
III yang bergelar “An-Nasir” hingga munculnya raja-raja kelompok (Muluk
al-thawaif). Gelar khalifah mulai digunakan sejak tahun 929 M oleh
Abdurarahman III yang bergelar Amirulmukminin disebabkan kemelut yang
melanda Dinasti Abbasiyyah di Baghdad, yakni khalifah al Muktadir dibunuh
oleh pengawalnya. Gelar khalifah ini digunakan oleh penerusnya sampai akhir
masa pemerintaha Bani Umayyah II tahun 1031 M. Pada periode ini mencapai
puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi kejayaan Dinasti Abbasiyyah di
Baghdad. 19

Sejarah Islam di Spanyol ini, dimulai dari pemerintahan Abdurrahman


III sampai dengan munculnya raja-raja kelompok (Muluk Thawaif). Pada
periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa muslim yang menggunakan
gelar khalifah. Penggunaan gelar khalifah ini dipicu oleh kondisi Daulah Bani
Abbasiyah di Baghdad yang sedang berada dalam kemelut dengan
terbunuhnya Khalifah Al-Muktadir. Menurut Abdurrahman III, penggunaan
gelar khalifah pada saat itu sudah sangat tepat, setelah gelar khalifah tersebut
hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun. Untuk pertama
kalinya, gelar khalifah bagi penguasa Spanyol digunakan pada tahun 929 M.
18
Ibid., Op. Cit., h. 96
19
Ratu Suntiah dan Maslani, Op. Cit., h.160

9
Ada tiga orang khalifah besar yang mengendalikan kekuasaan Islam di
Spanyol, yaitu Abdurrahman III (912-961 M), Hakam II (961-976 M) dan
Hisyam II (976-1009 M).20
Pemerintahan Abdurrahman III dan penerusnya Al-Hakam II,
kemudian dilanjutkan oleh kediktatoran Hajib al-Manshur menandai puncak
kejayan muslim di Barat. Sebelum dan sesudah periode ini, sebagaimana
disebut Hitti, Spanyol muslim tidak pernah mampu menggenggam pengaruh
politik sedemikian rupa, baik di Eropa maupun di Afrika.21 Pada periode ini,
umat Islam di Spanyol berhasil mencapai puncak kejayaan dan mampu
menyaingi kejayaan Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad. Pada masa ini
masyarakat Spanyol dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.22

4. Periode Keempat (1013-1086)


Pada periode ini Andalusia terpecah-pecah menjadi beberapa kerajaan
kecil (Mulu at-Thawaif) atau raja-raja golongan lain. Kehidupan intelektual
terus berkembang walaupun keadaan politik tidak stabil.23

Terpecahnya negara islam di spanyol itu menjadi lebih dari tiga puluh
kerjaan kecil yang dipimpin oleh raja-raja golongan atau Al-Muluk at-
Thawaif. Pemerintahan ini terpusat di kota-kota tertentu, seperti Seville,
Cordova, Toledo dan sebagainya. Kerajaan terbesar pada masa ini adalah
Abbadiyah di Seville. Pada masa ini juga sering terjadi perang saudara antara
umat Islam, bahkan ada sebagian pihak yang meminta bantuan kepada raja-
raja Kristen. Disebabkan kondisi umat Islam yang lemah pada saat itu, para
penguasa Kristen mulai melakukan penyerangan. Meskipun kondisi politik

20
Badri Yatim, Loc. Ci.t
21
Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Slamet Riyadi, Jakarta: Serambi, 2005, h. 668-669
22
Badri Yatim,Op. Cit., h.97
23
Susanto dan Musrifah, Loc. Cit.

10
tidak stabil, namun pada masa Muluk at-Thawaif ini kehidupan intelektual
terus mengalami perkembangan.24
Kerajaan-kerajaan kecil pada masa Muluk at-Thawaif dipimpin oleh
orang-orang Barbar, Slavia dan Arab. Kerajaan kecil yang terkuat pada masa
ini, di antaranya: Bani Ibad di Seville, Alfasid di Bedajoz, Al-Ziri di Granada,
Zu al-Nun di Toledo dan Bani Hud di Saragossa serta 38 kerajaan kecil
lainnya yang tersebar di wilayah Spanyol. 25
Puncak berakhirnya Muluk Thawaif ditandai dengan jatuhnya Toledo
ke tangan Alfonso VI (1065-1109) yang pada saat itu berada dalam
pemerintahan Banu Zi an-Nun (1032-1085). Alfonso memanfaatkan
pertentangan raja-raja kecil Muluk at-Thawaif dengan memberikan bantuan
kepada salah satu pihak yang sedang bertikai. 26

5. Periode Kelima (1086-1248 M)


Pada periode ini, Andalusia berada dalam kekuasaan Dinasti
Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti
Murabithun didirikan oleh Yusuf ibnu Tasyfin yang berpusat di Marakesy
(Maroko), yaitu masuk ke Andalusia atas undangan penguuasa-penguasa
Islam yang kewalahan oleh serangan umat Kristen, dan berhasil mengalahkan
kerajaan Castilia, yang berkuasa hingga tahun 1143 M, namun Saragossa
dikuasai Kristen tahun 1118 M .27
Pada tahun 1146 Andalusia berada di bawah kekuasaan dinasti
Muwahhidun hingga tahun 1235 M. Pada tahun 1212 M tentara Kristen
mengalami kemenangan di Las de Tolesa dan penguasa Muwahhidun memilih
meninggalkan Andalusia. Setelah itu, keadaan Andalusia kembali dikuasai
dinasti-dinasti kecil yang tidak sanggup menahan serangan-serangan dari
24
Badri Yatim, Op. Cit., h.98
25
Merduati. Runtuhnya Kekuasaan Islam di Spanyol dan Implikasinya Terhadap Umat Islam di Eropa. Banda Aceh: Ar-Raniry
Press, 2007, h. 33
26
Ibid., h.40
27
Ratu Suntiah dan Maslani, Loc. Cit.

11
pihak Kristen, sehingga pada akhirnya seluruh Andalusia lepas dari kekuasaan
Islam, kecuali Granada.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini umat islam berada dibawah kekuasaan Dinasti Bani
Ahmar (1232-1492 M) di daerah Granada. Peradaban kembali mengalami
kemajuan pada masa Abdurrahman an-Nasir dengan munculnya filsuf-filsuf
besar, seperti Ibnu Tufail, Ibnu Bajjah, dan Ibnu Rusyd.28
Setelah sempat berhenti beberapa saat, karena mengurusi pertikaian
internal antar pemimpin Kristen di utara, proses perebutan kembali ini
menjadi lebih cepat karena Castile dan Leon telah bersatu pada tahun 1230 M.
Pada paruh abad ke-13, penaklukkan kembali ini dengan pengecualian
Granada hampir tuntas dijalankan. Toledo direbut pada tahun 1085 M, diikuti
Cordova tahun 1236 M dan Seville pada 1248 M. 29

2.3 Kemajuan Peradaban Islam Di Andalusia

Andalusia adalah sebuah negara yang pernah ditaklukan oleh Islam untuk
mengembangkan agama Islam di negeri tersebut. Ketika islam masuk ke
Andalusia banyak mengalami perkembangan peradaban yang pesat, baik dari
kebudayaan maupun pendidikan Islam yang dimulai dari dengan mempelajari
ilmu agama dan sastra, kemudian meningkatkan dengan ilmu-ilmu akal.30

Selama tujuh setengah abad berkuasa di Andalusia, umat islam telah


mencapai kemajuan diberbagai bidang. Perkembangan ilmu pengetahuan dimulai
sejak massa Abdurrahman ad-Dakhil, yang mendirikan mesjid Cordoba dan
sekolah-sekolah dikota-kota besar diAndalusia. Beberapa tokoh lain semisal
Hisyam telah berjasa dalam menegakkan hukum islam; sementara Hakam
dikenal sebagai pembaharu dalam bidang militer, yang memprakarsai tentara

28
Ratu Suntiah dan Maslani, Op. Cit., h. 161
29
Philip K. Hitti, Op. Cit., h. 700
30
Badri Yatim, Op. Cit., h. 7

12
bayaran di Andalusia; dan abd al-rahman al-ausath dikenal sebagai penguasa
yang cinta ilmu dengan mengundang para ahli dari dunia islam lainnya untuk
datang ke Andalusia, sehingga kegiatan ilmu pengethauan mulai semarak. 31

Meskipun terjadi persaingan sengit antara penguasa Abbasiyah di


Baghdad dengan Umayyah di Spanyol, namun hubungan budaya dari Timur dan
Barat tidak selamanya berupa peperangan. Walaupun umat Islam berpecah dalam
beberapa kesatuan politik, tetapi kesatuan budaya Islami tetap terjaga dengan
baik. Bahkan, perpecahan umat Islam di Spanyol pada masa Muluk at-Thawaif
juga tidak menyebabkan mundurnya peradaban dan justru pada masa itu
merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan
Spanyol Islam. Muluk at-Thawaif juga disebut-sebut berhasil mendirikan pusat-
pusat peradaban baru yang lebih maju. 32(

Satu hal yang tidak dapat dipungkiri, bahwa kemajuan peradaban Islam di
Spanyol pada saat itu telah berimbas pada bangkitnya Renaisans di dunia Barat
pada abad pertengahan sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah
guru bagi bangsa Eropa. Cordova sebagai ibukota Spanyol merupakan pusat
peradaban Islam yang tinggi sehingga dapat menyamai kemasyhuran Baghdad di
Timur dan Kairo di Mesir.33

Puncak keemasan ilmu pengetahuan terjadi pada masa Abdurrahman III


(an-Nasir) yang mendirikan Universitas Cordoba, lengkap dengan perpustakaan
yang memiliki koleksi ratusan ribu buku. Universitas-Universitas terkenal
lainnya tersebar dikota-kota utama Andalusia seperti Toledo, Sevilla, Granada,
dan salamanca yang menghasilkan para Ilmuan ternama. Berbagai kemajuan
peradaban Andalusia meliputi bidang-bidang berikut. 34

1. Bahasa Arab
31
Ratu Suntiah dan Maslani, Op. Cit., h. 161 dan 162
32
Badri Yatim, Op. Cit., h. 106-107
33
Dedi Supiyadi, Op. Cit., h.120
34
Ensiklopedia Islam 1, Jakarta :PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, h. 146-147

13
Sebagai realisasi kebijakan arabisasi (pengaraban) Dimesti Umayyah
Damaskus dalam bidang bahasa, ilmu pengetahuan berkembang dengan
perantaraan bahasa Arab. Masyarakat Andalusia baik muslim maupun
nonmuslim menerima dan mempelajari bahasa Arab. Oleh karena itu, lahirlah
ahli bahasa antara lain ibnu khuruf, Ibnu Al-hajj, Abu Hasan, Ibnu Asfur, Abu
Hayyan al-Garnati, dan Ibnu Malik yang merupakan pengarang kitab alfiyah.
Ulama lainnya yang diungkapkan Mubarak adalah al-Zabidi (guru Ibnu
Quthiyah) dengan karyanya antara lain Mukhtasar al-Ayn dan Akhbar al-
Nahwiyin, ali-Qali.

2. Tafsir
Para ahli dibidang tafsir Al-Qur’an antara lain Ibnu Atiah dan al-Qurtubi.
Kedua Mufasir itu menggunakan metode penulisan at-Tabari, yang dikenal
dengan Tafsir bi al-Ma’sur
3. Hadis
Para ahli dibidang hadits antara lain Ibnu waddah ibnu Abdul Barr, al-Qodi
ibnu Yahya al-laisu, Abdul walaid al-Baji, Abdul Walid Ibnu Rusyd, dan Abu
Hasim yang menulis kitab at-Tuhfah(Suntiah dan Maslani.2017:163).
4. Fikih
Masyarakat Abdalusia menganut Madzab al-Auza’i, kemudian Madzab
Maliki yang diperkenalkan pertama kali Oleh Zidan ibnu Abd al-Rahman.
Prinsip-prinsip yurisprudensi malik diulas dan diberi penjelasan sehingga
tahun 800 M muncul buku-buku tentang pemikiran yurisprudensi Malik, yang
diperkenalkan oleh Isa Ibnu Dinar (w. 827 M) dan Yahya al-laitsi (w.847 M).
Ilmuwan terkemuka lainnya seperti Abu Bakar al-Qutiyah, Ibnu Hazm yang
menulis kitab al-muhalla. (tentang fikih) dan al-ahkamfi ushul al-ahkam
(tentang ushul fiqh) serta al-fashlifi al-milal wa ahwa’ fi al-nihal Tentang
ilmu kalam) Munzir ibnu sa.id al-Balluti (w.355 H) yang pernah menjadi

14
hakim Agung pada massa Abdurrahman III, dan Ibnu Rusyd dengan kitabnya
Bidayah al-Mujtahid (permulaan bagi seorang mujtahid).
5. Tasawuf
Ilmuwan dalam bidang tasawuf adalah Muhyidin ibnu arabi yang terkenal
dengan faham Wahdatul Wujud ( Kesatuan wujud) dan menghasilkan banyak
karya tulis sains antara lain al-futuhat al-Makkiyyah (penaklukan Mekkah).
6. Filsafat
Apabila dari kawasan timur dikenal nama-nama besar seperti al-kindi, al-
farabi, dan Ibnu Sina, maka dari kawasan Barat (Andalusia) dikenal Ibnu
Bajjah, ibnu tufail, dan Ibnu Rusyd sebagai bandingannya.

Ibnu Bajjah (w. 533 H/1138 M) lahir di saragosa. Beliau hidup saat
pemerintahan al-murabithun di Barat dikenal dengan nama Avenpace ia juga
pernah menjadi penguasa Granada dab Saragosa dibawah Raja Yusuf al-
Murabiti. Ia merupakan komentator karya-karya Aristoteles, ahli Fisika dan
ahli Musik.

Adapun Ibnu Tifail (506-581 H/1110-1185 M) lahir di Granada. Di Barat


(Eropa) dikenal dengan nama Abubacher. Ia menulis buku Hayy ibnu Yaqzan
. ia memiliki hubungan baik dengan Abu Yakub Yusuf al-Manshur, khalifah
dinasti Muwahhidun, yang sering meminta bantuannya untuk menguraikan
buku-buku Aristoteles. Karangannya tentang Filsafat Fisika, metafisika,
kejiwaan, dan sebagainya tidak sampai kepada kita kecuali risalah Hayy ibnu
Yaqzan tersebut.

Sementara Ibnu Rusyd (520-595 H/1126-1198 M) lahir di Cordova. Di


Barat (Eropa) ia dikenal dengan nama Averroes dan mendapat julukan
explainer (penafsir karya-karya Aristoteles). Karya filsafatnya yang terkenal
adalah Tahafut al-Tahafut, yang merupakan jawaban atas serangan al-Ghazali
dalam buku Tahafut al-falasifah yang mengkritik para filsuf. Kometarnya

15
terhadap karya Aristoteles adalah Jami’ Talkhis (Rangkuman yang lengkap).
Karena pengaruhnya yang besar, di Eropa muncul suatu aliran Filsafat yang
dikenal dengan nama Averoisme. Disamping sebagai filsuf, ia juga dikenal
sebagai ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Muztahid.

Kemajuan ilmu pengetahuan Spanyol Islam tidak terlepas dari berbagai


faktor penunjang, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal
dalam hal ini adalah faktor ajaran islam sebagai motifasi, nilai dan doktrin
yang terakumulasi dalam al-Qur’an dan Hadits, ini merupakan pendorong
utama dalam memajukan pendidikan Spanyol Islam. Sedangkan faktor
ekstrinsik, merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya kaum muslimin
Spanyol dalam menciptakan kultur Islam dalam membentuk kebudayaan.
Faktor tersebut antara lain adalah: (1) faktor kekuasaan, (2) faktor akademis,
(3) faktor kompetisi positif yang ditunjukkan umat Islam dalam upaya
pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, (4) faktor toleransi dan
stabilisasi nasional antara Islam dan non-Islam (Samsul Nizar, 2009).

7. Kedokteran

Ada banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol dan telah menjadi
dasar kemajuan Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter Islam, al-Kindi (809-
873 M), telah menulis buku Ilmu Mata yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin menjadi Optics. Selain itu, terkenal pula ar-Razi (865-925 M) yang oleh
orang Barat-Latin disebut Rhazez. Ia mengarang sebuah buku kedokteran
berjudul al-Hawi. Buku tersebut telah diterjemahkan oleh Faraj bin Salim
(seorang tabib Yahudi dari Sicilia) ke dalam bahasa Latin dengan
judul Continens atas perintah Raja Farel dari Anyou. Ia memuat dan
merangkum ilmu ketabiban dari Persi, Yunani dan Hindu, dan hasil-hasil
penyelidikan.

16
Andalusia mencapai kejayaan dibidang kedokteran dengan Cordova
sebagai salah satu pusat aktivitas medis, yang kemudian melahirkan beberapa
ilmuwan terkemuka, antara lain Ibnu Rusyd dengan karya besarnya kitab al-
kulliyyat fi at-tibb (tentang filsafat dalam ilmu kedokteran). Kita referensi
yang dipakai berabad-abad di Eropa. Ilmuwan dibidang obat-obatan antara
lain Abu ja’far Ahmad Ibnu Muhammad al-Gafiqi dengan karyannya Al-
Adawiyah al-Mufradah (Uraian tentang berbagai macam Obat) dan Abu
Zakariya Yahya ibnu Awwan dengan Karyanya al-Filahat (Uraian tentang
berbagai macam Obat) (Suntiah dan Maslani.2017:164).

8. Pertanian
Andalusia sudah mengenal irigasi dan saluran-saluran air sehingga dapat
membangun kebun-kebun tebu, kapas, padi, jeruk, anggur dan sebagainya.
Kemajuan dalam bidang pertanian telah membawa Andalusia pada
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Andalusia
mampu membangun beberapa kota yang megah dan mempunyai banyak
bangunan monumental(Suntiah dan Maslani.2017:165).
9. Seni
Seni Arsitektur dan desain Andalusia dapat dilihat dari keindahan istana-
istana dan mesjid-mesjid yang tersebar di kota-kota besar. Sebut saja misalnya
mesjid Cordoba, yang dibangun massa Abdurahman ad-Dakhil tahun 170
H/786 M hingga kini masih kokoh ; Al-Qshr al-Kabir, Rusfahat, Madinat al-
Zahra, an-Nashir yang dibangun tahun 325 H/936 M. Kota ini dilengkapi
dengan mesjid tanpa atap kecuali mihrabnya dan air mengalir di tengah
mesjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman hewan
(margasatwa), pabrik senjata, dan pabrik perhiasan; istana alhambra di
Granada yang merupakan pusat dan puncak ketinggian arsitektur Andalusia,
yang dikelilingi teman-teman yang menakjubkan; ada juga istana al-Gazar,

17
menara Girilda masih di Granada, Istana Ja’fariyah di saragosa yang tak kalah
indahmya

Kemegahan Islam Spanyol juga dapat dilihat di Granada. Kota ini


mengambil tempat pada sebuah dataran tinggi yang tersubur dan termasyhur
di Spanyol. Rio Darro mengalir membelah jantung kota ini. Rio Darro adalah
sebuah kanal besar yang sangat panjang yang digali pada masa pemerintahan
Bani Ahmar di Granada. Kanal ini digali mulai dari pegunungan Searra
Nevada, yang membujur jauh di sebelah timur laut kota Granada. Puncaknya
selalu diselimuti salju dan memutih bersih saat ditimpa sinar matahari.35

Indikasi kemajuan bidang seni dan musik di Spanyol, ditandai dengan


berdirinya sekolah music di Cordoba yang didirikan oleh Zaryab, seorang
artis terbesar di zamannya. Zaryab adalah siswa sekolah musik Ishaq Al-
Mausuli di Baghdad. Sekolah tersebut akhirnya menjadi model bagi sekolah
musik lainnya yang bermunculan di Villa, Toledo, Valencia dan Granada. 36

Salah seorang musisi terkenal yang bernama Ziryab (Hasan Ibnu Nafi’)
itu. berkebangsaan Persia dan pernah mengharumkan musisi Istana Harun al-
Rasyid di Baghdad. Setelah diusir khalifa harun, ia mendapat perlindungan
Abdurrahman II Al Awsath di Cordoba. keahliannya di bidang musik
membekas hingga sekarang bahkan ia dianggap sebagai peletak dasar musik
spanyol modern. Menurut Sigrid Hunke dan Abd Mun’im Maguid, bahwa
yang memperkenalkan not lagu : do-re-mi-fa-so-la-si adalah ulama arab yang
berasal dari bunyi-bunyi huruf : ‫د‬-‫ر‬-‫م‬-‫ف‬-‫ص‬-‫ل‬-‫س‬.

Ziryab seorang musisi yang pernah mengharumkan istana Harun Ar-


Rasyid yang tidak hanya memperoleh popularitas sebagai artis, tetapi juga
sebagai seorang ilmuan dan sastrawan. Ketenarannya itu menimbulkan

35
Merduati, Op. Cit., h. 58
36
Dedi Supriyadi, Op. Cit., h.122

18
kecemburuan dari gurunya yang sama-sama populer, Ishaq Al-Maushuli.
Akhirnya Ziryab melarikan diri ke Afrika Barat Laut. Ziryab bersinar sebagai
seorang penyair sekaligus astronom dan ahli geografi. Ziryab menjadi figur
paling popular pada masa itu dan bahkan menjadi pencipta trend. 37

Perkembangan seni musik di Spanyol, memberikan pengaruh yang cukup


besar pada seni musik di kawasan Eropa. Ketika masyarakat Kristen
menerima model lirik lagu muslim, nyanyian Arab menjadi populer di seluruh
semenanjung Spanyol.38

10. Sastra
Banyak ahli sastra terkenal pada saat itu, seperti Ibnu Sayidar al-Andalusi
dengan kitabnya al-mu’jam (ensiklopedi), Muhammad Ibnu Hani menulis
Andalus (Uraian tentang Andalusia), Ibnu Zaydun yang sajaknya banyak
mengungkapkan kisah kasihnya kepada Ratu Wallada, Ibnu Abdi Rabbi
karyanya a;-iqd al-farid, Ibnu Bassah dan Fath ibnu Khaqan ( Kitab al-
Qaal\aid).

Seiring dengan perkembangan sastra yang pesat di Spanyol, karya-karya


sastra-pun banyak bermunculan, di antaranya: Al-Iqd al-Farid karya Ibn Abd
Rabbih, Al-Dzakirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam dan kitab Al-
Qalaid karya Al-Fath ibn Khaqan. 39

Adapun bidang penulis lainnya yang paling terkenal adalah Ibn Abd Rabbihi
(860-940 M) dari Cordova yang merupakan penyair kesayangan Abdurrahman
III. Tapi pujangga terbesar dan memiliki pemikiran murni dari kalangan
muslim Spanyol adalah Ali ibn Hazm (994-1064 M)40. Selain itu, penyair
terkenal lainnya adalah Abu al-Walid ibn Zaidun (1003-1071 M). Dia

37
Philip K. Hitti, Op. Cit., h.654
38
Ibid., h.765
39
Badri Yatim, Op. Cit., h. 103
40
Philip K. Hitti, Op. Cit., h.709

19
dianggap oleh beberapa orang sebagai penyair terbesar di Andalusia
(Spanyol). 41

11. Sejarah
Ahli sejarah terkenal adalah Ibnu Qutiya (w.927 M) dengan karyanya
Tarikh Iftitah al-andalus, yang berisi sejarah penaklukan Andalusia sampai
dengan masa awal kekuasaan Abdurahman III.

Ahli sejarah lainnya yaitu Ibnu Khaldun yang terkenal melalui karyanya
Miqaddimah. Sebagai seorang ilmuan yang mencoba merumuskan hukum-
hukum kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, Ibn Khaldun juga dianggap
sebagai penemu sejati cabang ilmu sosiologi. Tidak ada penulis Arab, atau
pun Eropa yang pernah meletakkan sudut pandang sejarah dengan begitu
komprehensif dan filosofis. Menurut Hitti, semua pendapat kritis bersepakat
bahwa Ibn Khaldun merupakan filosof sejarah terbesar yang pernah dilahirkan
Islam sepanjang masa.42

12. Geografi

Ahli geografi terkenal seperti Ibnu Abdul Aziz al-Bahri dengan karyanya
al-masalik wa al-Mamalik (tentang Geografi) al-Idrisi, Abul Husain ibnu
Ahmad al-kinani, ibnu jubair dengan karyanya Rihlah (Suatu petjalanan), dan
Muhammad al-mazini (1080-1170 M) di Granada yang menulis Geografi
Islam Timur dan daerah Vopga yang di dasarkan atas perjalanannya.
Muhammad ibnu Ali az-Zuhri dari Spanyol. Menulis suatu Risalah teori
geografi setelah tahun 1140. Sementara al-Idrisi dari Silia menulis untuk Raja
Normandia, Roger II, yang kemudian diketahui sebagai sebuah deskripsi
Geografis yang paling teliti diDunia. Al-Idrsi juga mengubah ensiklopedia
geografi antara tahun 1154 dari 1166 untuk William I.

41
Ibid., h.712
42
Ibid., h. 724

20
Pada abad ke-11 M Al-Bakri yang merupakan ahli geografis tersebut,
seorang Arab Spanyol. Al-Bakri adalah ahli geografi pertama dari muslim
Barat yang karyanya mampu bertahan sampai sekarang. Sedangkan penulis
geografi dan ahli kartografi paling cerdas pada abad ke-12 adalah Al-Idrisi,
seorang keturunan bangsawan Arab Spanyol. Setelah Al-Idrisi, kepustakaan
geografi berbahasa Arab dapat dikatakan tidak sepenuhnya menampilkan
originalitas, tapi lebih banyak bercerita tentang kisah para petualang. 43

13. Astronomi
Ahli astronomi terkenal antara lain az-Zarqali (I. 1029 M) di Toledo dan
Abul Qasim Maslama ibnu Ahmad al-Farabi al-Hasib al-Majriti (w.1007 M)
di Cordoba. Keduanya merupakan Ilmuwan angkatan pertama. Di Sevilla
muncul Jabir ibnu aflah Abu Muhammad dengan karyanya Kitab Al-Hai’a,
yang memuat angka-angka trigonometri yang masih digunakan sampai
sekarang , dan Nuruddin Abu Ishaq al-Bitruji (w.1204 M) dengan karyanya
kitab al-Hai’a. Sementara Muhammad Ibnu Ali az-Zuhri menulis risalah teori
geografi setelah tahun 1140 M; Al-Mazini di Granada menulis Geografi Islam
Timur dan Daerah Volga, yang didasarkan atas perjalanannya. Karya-karya
para astronom muslim ini telah banyak menyumbangkan istilah yang berasal
dari bahasa Arab ke dalam perbendaharaan Ilmu Astronomi dan Matematika.
14. Trigonometri

Ahli trigonometri ternama adalah Jabir Ibnu Afth dari Seville, pengantar
risalah Astronominya ditulis oleh Islah al-Majisti, yang berisi tentang teori-
teori trigonometrikal.

15. Antidote (Penawar Racun)

Ahli antidote ternama, al-Qafini dari Cordova telah menulis sebuah


risalah terbaik yang menjelaskan tentang serum. Ahli geografi al-Idrisi pun

43
Ibid.

21
telah menguraikan 360 serum dalam sebuah karya yang juga memiliki makna
penting dalam ilmu botan.

16. Agama Dan Hukum Islam

Umat Islam di Spanyol menganut Mazhab Maliki pada awalnya


diperkenalkan oleh Ziyad ibn Abdurrahman yang selanjutnya dikembangkan
oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam bin Abdurrahman.
Ahli Fiqih lainnya yang terkenal di Spanyol adalah Abu Baki, Ibn Al-Qutiyah,
Munzir, Ibn Said Al-Batuthi dan Ibn Hazm. Selain itu, Ibn Rusyd yang juga
ahli fiqih telah menulis sebuah kitab fiqih monumental yang dinamai dengan
Bidayatul Mujtahid. Sampai dengan saat ini, kitab tersebut masih menjadi
rujukan dalam bidang fiqih, khususnya di Indonesia.44
Dalam bidang keagamaan, di Spanyol saat itu juga hidup sufi terkenal,
yaitu Abu Bakar Muhammad ibn Ali Muhyidin ibn Arabi. Dia dilahirkan di
Murcia pada tahun 1165 M dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di
Seville sampai 1202 M dan wafat di Damaskus pada 1240 M. Di antara sekian
banyak karyanya yang berpengaruh adalah al-Futuhat al-Makkiyah dan
Fishush al-Hikam.45

`2.4 Kemunduran dan Kehancuran Islam di Andalusia

Berdasarkan sejarahnyaa, sebelum masuknya Islam ke Andalusia telah


terjadi perang antara Dinasti Umayyah dengan Dinasti Abbasiyah.
Pertempuran tersebut dimenangkan oleh Dinasti Abbasiyah setelah melalui
proses yang sangat panjang. Dinasti abbasiyah yang dipelopori Abu al-Abbas
berhasil menjatuhkan Dinasti Bani Umayyah, dimana mereka telah menguasai
Syam (Suriah) hingga Damaskus yang merupakan Ibu kota Dinasti Umayyah.

44
Dedi Supriyadi, Loc. Cit.
45
Philip K. Hitti, Op. Cit., h. 747-748

22
Keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari pengejaran Dinasti
Abbasiyah adalah Abdurrahman ad-Dakhil. Beliau melarikan diri hingga
sampai ke Andalusia dengan bantuan temannya yang bernama Badar.
Abdurrahman ad-dakhil inilah yang mendirikan Dinasti Umayyah II di
Andalusia setelah behasil mengalahkan Yusuf al-Fihri, Gubernur Andalusia.

Abdurrahman ad-Dakhil beserta penguasa berikutnya telah mampu


memajukan islam di Andalusia beserta umatnya dalam bidang politik,
peradaban, dan bidang ilmu pengetahuan yang selalu mereka utamakan. Akan
tetapi, hal inilah yang menjadi salah satu kelemahan dari Dinasti Umayyah II
karena mereka terlalu fokus dalam memajukan ilmu pengetahuan dan
mengabaikan aspek lain seperti sistem pertahanan negara.

Kemunduran dinasti ini bermula ketika Hisyam naik tahta dalam usia 11
tahun, sehingga kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Tahun 981 M,
khalifah menunjuk Ibnu Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak yang
ambisius. Beliau berhasil menancapkan kekuasaannya dan memperluas wilayah
kekuasaan Islam dengan menyingkirkan para pesaingnya. 46 Ibnu Amir digelar
sebagai Al-Hajib (‫ )الحاجب‬dan Al-Mansur (‫المنصور‬, sang pemenang) yang
merupakan seorang jendeal dan politikus dari tahun 976-1002, dimana
kekuasaannya melebihi khalifah yang resmi. Ibnu Amir sebelumnnya pernah
menjabat sebagai Pelaksana Kuasa pada masa Hakam II yang kemudian
diangkat lagi oleh anaknya, Hasyim. Berkat kegigihannya, ia berhasil
menjadikan Andalusia sebagai negara terkuat di Semenanjung Iberia.

Atas keberhasilan Ibnu Amir tersebut, ia mendapat gelar al-Mansyur Billah


dan wafat tahun 1002 M. Kemudian ia digantikan putranya,Abd. Malik bin
Muhammad bin Abiamir, dengan gelar Mulk Al Muzhaffir atau al-Muzaffar,
lalu digantikan adiknya yaitu al Nashir yang tidak berkualitas setelah beliau

46
Ratu Suntiah dan Maslani, Op. Cit., h. 168

23
wafat tahun 1008 M, sehingga negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan
dan kehancuran total. Tahun 1009 M, khalifah pun mengundurkan diri dan
tidak ada seorangpun yang sanggup memperbaiki keadaan. Tahun 1013, Dewan
Menteri memerintah Cordova menghapus jabatan khalifah dimana Andalusia
sudah terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil (Muluk at-Thawaif).47

Berdasarkan data sejarah, kerajaan di Andalusia (Spanyol) terdiri dari 20


wilayah kerajaan kecil, antara lain bani Ibad di Seville, bani Hamud di Malaga,
bani Zirry di Granada, bani Hud di Saragosa, dan yang terkenal adalah bani
Dzin Nun yang menguasai kota Toledo, Valensia, dan Marusa. Walaupun umat
di semua kerajaan tersebut sama-sama muslim, mereka seringkali berebut
kekuasaan hingga terjadi perang. Hal inilah yang menjadi awal titik lemah
mereka dimana menjadi alasan umat kristen dengan mudah menghancurkan
Islam di Andalusia. Umat kristen memanfaatkan kesempatan ini untuk
mengumpulkan kekuatan dan melakukan penyerangan yang membuat para
penguasa-penguasa Islam menjadi kewalahan hingga mengundang Dinasti
Murabithun dari Afrika Utara untuk membantu.

Dinasti Murabithun pada awalnya adalah sebuah gerakan agama yang


didirikan oleh Yusuf in Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062, dia berhasil
mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Dinasti Murabithun
masuk ke Spanyol atas undangan para penguasa Islam di Spanyol yang sedang
kewalahan mempertahankan kekuasaan Islam akibat serangan-serangan dari
penguasa Kristen. Yusuf ibn Tasyfin bersama pasukannya memasuki Spanyol
48
pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Kondisi
Spanyol yang tidak stabil saat itu mendorong Dinasti Murabithun untuk
menguasai Spanyol. Dinasti Murabithun berhasil merebut kota-kota di Spanyol
satu per satu. Pada bulan November 1090 M, mereka berhasil merebut Granada

47
Ibid
48
Badri Yatim, Op. Cit., h.98

24
dan disusul oleh Seville. Satu-satunya kota yang masih berada dalam kekuasaan
Kristen dan tidak mampu direbut oleh Dinasti Murabithun adalah kota Toledo.
49
Penguasa Dinasti Murabithun sepeninggal Yusuf ibn Tasyfin adalah orang-
orang lemah sehingga pada tahun 1143 M kekuasaan Dinasti Murabithun
berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol. Pada saat Spanyol dikuasai
oleh Dinasti Murabithun, tepatnya pada tahun 1118 M, Saragossa jatuh ke
tangan Kristen. Sepeninggal Dinasti Murabithun ini, Spanyol kembali muncul
dinasti-dinasti kecil yang berlangsung 3 tahun. Selanjutnya kekuasaan Dinasti
Murabithun digantikan oleh Dinasti Muwahidun.50

Dinasti Muwahidun datang ke Spanyol dari Afrika Utara yang dipimpin


oleh Abd Al-Mu’min. Antara tahun 1114 dan 1154 M beberapa kota penting,
seperti Cordova, Almeria, dan Granada berhasil direbut oleh Dinasti
Muwahidun. Selama berkuasa di Spanyol, Dinasti ini mengalami kemajuan.
Kristen dapat dipukul mundur. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen berhasil
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.51 Pada tahun 1118 M,
Saragossa juga berhasil ditaklukan oleh tentara Kristen. Akhinya, Dinasti
Muwahidun di Spanyol tidak bertahan lama karena kewalahan menghadapi
serangan-serangan dari Kristen. Lalu, para penguasa dinasti ini memilih untuk
meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Pada
saat itu pun, Kristen melakukan penyerangan kembali sehingga dapat
menguasai Cordoba tahun 1238 M dan Seville tahun 1248 M karena kerajaan-
kerajaan kecil tidak mampu bertahan dari serangan kristen. Akhrinya seluruh
Andalusia dapat dikuasai kristen kecuali Granada yang masih bertahan di
bawah kekuasaan Islam.

Pada periode keenam sejarah Islam di Spanyol, umat Islam hanya berkuasa
di Granada yaitu di bawah kekuasaan Dinasti Bani Ahmar atau disebut juga

49
Merduati, Runtuhnya Kekuasaan Islam di Spanyol dan Implikasinya Terhadap Umat Islam di Eropa, Banda Aceh, 2007, h.36
50
Badri Yatim, Loc. Cit.
51
Badri Yatim, Op.Cit.,h. 99

25
Dinasti Nasriyyah. Kelangsungan dinasti ini dalam rentang waktu yang cukup
lama dikarenakan kesediaannya dalam membayar upeti kepada penguasa
kristen sehingga ketika pembayaran upeti tidak dilaksanakan umat Islam, maka
penguasa kristen akan langsung menjatuhkan dinasti ini.52 Pembayaran upeti
setiap tahunnya ini merupakan perjanjian Granada kepada kerajaan Castile,
salah satu kerajaan kristen yang terkuat di Eropa. Timbal baliknya, Castile
menjamin tidak akan mengancam ataupun menyerang Granada. Keruntuhan
Granada dimulai ketika Raja Ferdinand dari Aragon menikah dengan Putri
Isabela dari Castile. Pernikahan ini menyatukan dua kerajaan terkuat di
semenanjung Iberia, dimana tujuannya sama yaitu menaklukkan kekuasaan
Islam di Granada.

Akhir pemerintahan Banu Nasr (Bani Ahmar) ditandai oleh tindakan


memalukan oleh Abu Abd Allah Muhammad al-Kha’in yang menggadaikan
kemuliaan negerinya demi ketamakan pribadi. Dia memerangi Abu al-Hasan
‘Ali ib Sa’d (ayahnya) untuk mendapatkan kekuasaan karena menganggap
ayahnya terlalu mengistimewakan Muhammad ibn ‘Ali al Zahali (saudaranya).
Akibat peperangan ini, ayahnya meninggal secara menyedihkan. Pada saat
Muhammad ibn Sa’d memegang kekuasaan, Abu ‘Abd Allah al Khain
melakukan konspirasi dengan Raja Ferdinan dari Aragon dan Ratu Isabela dari
Castile untuk menggulingkan Muhammad ibn Sa’d dan membantu orang-orang
kristendalam mengalahkan pasukan Muslim. Setelah Muhammad ibn S’d
digantikan oleh Abu ‘Abd Allah al-Khain, ternyata Ferdinan dan Isabella justru
mengepung dan menyerang Abu ‘Abd Allah al-Khain.53

Pasukan Muslim kemudian menyerah kepada pasukan Kristen dengan


syarat-syarat tertentu. Pemimpin Dinasti Nasriyyah beserta seluruh pejabatnya
harus mengucapkan sumpah setia kepada raja kisten dan orang-orang Islam

52
Philip K. Hitti, Op. Cit.,h. 703
53
Ahmad Syalabi, Op. Cit., h. 78

26
akan dijamin keaamnannya serta dibei kebebasan menjalankan agamanya.
Penyerahan Granada terjadi pada tanggal 2 Januri 1492. Ternyata Ferdinan dan
Isabella melanggar janji yang sudah disepakati bersama.54 Mereka selanjutnya
melakukan gerakan kristenisasi, yakni memaksa orang menganut kembali
agama kisten. Kadinal Ximenes de Cisneros menyingkikan dan mebaka semua
buku Arab yang menguraikan agama Islam. Kemudian pada tahun 1556 M,
Raja Philip II (aja Spanyol 1556-1598 M) mengumumkan undang-undang agar
kaum Muslimin yang masih tinggal di Andalusia membuang kepercayaan,
bahsa, adat istiadat, dan cara hidupnya. Tahun 1609 M, Raja Philip III (1598-
1621 M) mengusir secara paksa semua kaum Muslimin dari Andalusia atau
mereka dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kisten atau keluar dari
Andalusia.55 Tidak kurang dari 5.000.000 orang Islam terusir dari Andalusia
secara sangat menyedihkan.56

Terdapat faktor penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di


Andalusia, yaitu :

1. Konflik Islam dengan Kristen


Keadaan ini berawal dari kuang maksimalnya paa penguasa muslim di
Andalusia dalam melakukan proses islamisasi. Hal ini mulai terlihat ketika
masa kekuasaan setelah Hakam II yang dinilai tidak secakap dari khalifah
sebelumnya. Bagi para penguasa, dengan ketundukan kerajaan-kerajaan
kristen dibawah kekuasaan kristen hanya dengan membayar upeti saja,
sudah cukup puas bagi mereka. Mereka membiarkan umat Kristen
menganut agamanya dan menjalankan hukum adat dan tradisi kristen,
termasuk hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata. Namun,
kehadiran Arab Islam tetap dianggap sebagai penjajah sehingga malah
memperkuat nasionalisme masyarakat Spanyol Kristen. Hal ini menjadi

54
Ibid., h. 81
55
Ensiklopedia Islam 1 Op. Cit.,h. 114
56
Ahmad Syalabi, Loc. Cit.

27
salah satu penyebab kehidupan negara Islam di Andalusia tidak pernah
berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Akhirnya pada abad
ke-11, umat Islam Andalusia mengalami kemunduran, sedang umat Kristen
memperoleh kemajuan pesat dalam bidang IPTEK dan strategi perang.57
Kemunduran dan kehancuran Islam di Andalusia disebabkan oleh para
penguasa Islam yang cukup puas menerima upeti dari penguasa Kristen dan
tidak melakukan Islamisasi secara sempurna di Spanyol. Sementara
kehadiran bangsa Arab di Spanyol menimbulkan rasa iri bagi penduduk
Kristen dan kondisi ini turut membangkitkan rasa kebangsaan umat Kristen
di Spanyol. Selain itu, loyalitas militer Islam sebagai tentara bayaran juga
sangat diragukan. Di sisi lain, etnis-etnis non Arab di Spanyol juga sering
menjadi perusak perdamaian.58

2. Tidak adanya Ideologi Pemersatu


Hal ini terjadi hingga abad ke-10 atas perlakuan para penguasa muslim
sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah terhadap para mu’allaf
yang berasal dari umat setempat. Mereka diperlakukan tidak sama seperti
tempat-tempat daerah taklukan Islam lainnya. Kenyataan ini ditandai
dengan masih diberlakukannya istilah ibad dan muwalladun, suatu
ungkapan yang dinilai merendahkan.

Akhirnya kelompok-kelompok etnis non-Arab terutama etnis Salvia


dan Barbar, sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini
menimbulkan dampak besar bagi perkembangan sosio-ekonomi di
Andalusia. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada ieologi pemersatu yang
mengikat kebangsaan mereka. Bahkan banyak diantara mereka yang

57
Badri Yatim, Op. Cit., h.107
58
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009, h. 250

28
berusaha menghidupkan kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan
Bani Umayyah.59

3. Kesulitan Ekonomi
Dalam catatan sejarah, pada paruh kedua masa Islam di Andalusia,
para penguasa begitu aktif mengembangkan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam, sehingga mengabaikan pengembangan perekonomian.
Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang memberatkan dan berpengaruh
bagi perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini diperparah lagi
dengan datangnya musim paceklik dan membuat para petani tidak mampu
membayar pajak. Selain itu, penggunaan keuangan negara tidak terkendali
oleh para penguasa muslim.60

4. Tidak Jelasnya Sistem Pealihan Kekuasaan


Pada awalnya pergantian kepemimpinan dilakukan dengan rasa ikhlas,
tetapi lama kelamaan disebabkan nafsu terhadap kemewahan banyak yang
menyodorkan diri sebagai pemimpin. Kondisi ini akhirnya menyebabkan
terjadinya pergolakan politik dalam istana.61
Kekuasaan merupakan hal yang menjadi perebutan diantara ahli waris.
Karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif
muncul. Maka, Granada yang awalnya menjadi pusat kekuasaan Islam
terakhir di Spanyol akhirnya jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella. 62

5. Keterpencilan
Letak Andalusia yang terpencil dari dunia Islam yang lain, secara tidak
langsung telah mendorong Andalusia berjuang sendiri tanpa bantuan dari

59
Badri Yatim, Loc. Cit.
60
Ibid., h.108
61
Merduati, Op. Cit.,h. 52
62
Badri Yatim, Loc. Cit

29
negara Islam lainna, kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena itu, tidak ada
kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di
sana.63

2.5 Konstribusi Islam Di Andalusia Terhadap Kemajuan Eropa


Islam telah memberikan konstribusi yang sangat besar selama masa
pemerintahannya di Andalusia, baik konstribusi dari bentuk pemikiran maupun
bangunan-bangunan monumental yang sangat indah dan mengagumkan lewat
arsiteknya dimana bangunan tersebut dapat disaksikan hingga sekarang. Bangunan
yang terkenal seperti, istana Alhambra di Granada yang merupakan puncak
ketinggian arsitektur Andalusia , masjid Cordoba yang dibangun pada masa
Abdurrahman ad-Dakhil tahun 170H/786 M hingga kini masih kokoh dan sangat
megah dan dijadikan sebagai gereja. Islam juga telah memberikan pengaruh yang
sangat besar dalam ilmu pengetahuan dan terdapat banyak ilmuwan yang ahli
dalam bidang keagamaan maupun non-keagamaan. Banyak orang-orang dari luar
Eropa yang berbondong-bondong datang ke Andalusia untuk mempelajari dan
memperdalam ilmu pengetahuan.
Konstribusi Islam terhadap peradaban di Eropa dapat dilihat dari kemajuan-
kemajuan yang telah dilakukan oleh para penguasa islam maupun umatnya dalam
berbagai bidang, seperti bahasa Arab, tafsir, hadis, fikih, tasawuf, filsafat,
kedokteran, pertanian, seni, sastra, sejarah, geografi, astronomi, trigonometri, dan
antidote (penawar racun).

63
Ibid.

30
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam telah menorehkan catatan sejarah yang sangat bepengaruh di tanah
Eropa. Mulai dari proses awal masuknya Islam di Andalusia, kedudukan para
khalifah-khalifah dalam setiap dinasti-dinasti yang didirikan berdasarkan
periodenya hingga keruntuhan kekuasaan Islam di Andalusia. Penguasaan Islam
terhadap Andalusia berlangsung selama tujuh setengah abad. Suatu masa
kekuasaan dalam waktu yang sangat lama untuk mengembangkan Islam. Selama
masa kekuasaannya, Islam menghadapi berbagai peristiwa yang membuat
mereka jatuh bangun untuk mempertahankan kekuasaannya. Diawali dari konflik
internal yang terjadi di antara para pemimpin Islam yang menyebabkan
perpecahan diantara mereka, dan konflik yang kerap terjadi antara umat Islam
dan Kristen hingga menimbulkan peperangan yang terjadi beberapa kali.
Kekuasaan Islam harus berakhir di Andalusia karena dikalahkan oleh umat
Kristen. Walaupun masa kekuasaan Islam di Andalusia tidak abadi, Islam telah
memberikan konstribusi terhadap kemajuan peradaban di negara Eropa.

3.2 Saran
Penyusun menyarankan kepada para pembaca bahwa belajar dari peristiwa
masa lalu adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Ketika kita telah belajar dari
sebuah masa lalu, maka kita akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik.
Berdasarkan penjelasan pada makalah ini, kita sebagai umat Islam harus
melindungi martabat Islam, menjaga persatuan dan kesatuan Islam agar para
musuh-musuh Islam tidak dapat menjatuhkan bahkan menghancukan Islam dari
segi mana pun. Dalam penjelasan makalah ini dapat diambil pelajaran bahwa
umat Islam harus siap menghadapi berbagai persoalan dan tantangan yang

31
berhubungan dengan agama kita, mempertahankan ajaran-ajaran Islam,
senantiasa aktif dalam da’wah memperjuangkan Islam serta selalu menerapkan
ajaran Islam dalam kehidupan individu, masyarakat, dan negara.

3.3 Daftar Pustaka


o Ahmad Syalabi. 1979. Mawsu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadarah al-
Islamiyah, vol.4, Kairo: Maktabat al-Nahdah al-Misriyyah
o Ensiklopedia Islam 1, 1994, Jakarta :PT Ichtiar Baru Van Hoeve
o Hitti, Philip K. (terjemah: Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi).
2005. History of The Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
o Karim, M. Abdul. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam.
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
o Merduati. 2007. Runtuhnya Kekuasaan Islam di Spanyol dan Implikasinya
Terhadap Umat Islam di Eropa. Banda Aceh: Ar-Raniry Press.
o Rofiq, Ahmad Choirul. 2017. Sejarah Islam Periode Klasik. Malang :
Gunung Samudera
o Sunanto dan Musyrifah. 2007. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Kencana
o Suntiah, Ratu dan Maslani. 2017. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
o Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia
o Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo
Persada

32

Anda mungkin juga menyukai