Anda di halaman 1dari 16

Pengertian Pertolongan Pertama Gawat Darurat pada Trauma Introksiasi

Makanan, Obat, dan Gigitan Hewan Berbisa

Disusun Oleh :
Layla Rahmadani
201914401002

Program Studi D3 Keperawatan


Akper Bahrul Ulum Tambakberas Jombang
2021-2022
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan lehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
individu untuk mata kuliah keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana dengan
judul Pengertian Pertolongan Pertama Gawat Darurat pada Trauma Introksiasi Makanan,
Obat dan Gigitan Hewan Berbisa.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ns. Asri Kusyani.,M.Kepselaku dosen
pengampu mata kuliah keperawatan gawat darurat dan manajeman bencana yang
membimbing saya dalam pengerjaan makalah ini. Saya juga mengucapkanterimakasih kepada
teman teman saya yang selalu setia membantu dlamhal mengumpulkan data data dalam
pembutan makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang tidak saya ketahui, mohon
dari itu saya mohon saran dani kritik dari teman teman maupun dosen. Demi tercapainya
makalah ini dengan sempurna.

Pasuruan,13 Oktober 2021

Penyusun
Daftar Isi

Halaman Judul

Kata pengantar..........................................................................................................................

Daftar Isi...................................................................................................................................

Pembukaan

BAB I

I.1 Latar Belakang.................................................................................................


I.2 Rumusan Masalah............................................................................................
I.3 Tujuan Makalah................................................................................................
I.4 Manfaat Makalah..............................................................................................

Pembahasan

BAB II

2.1 Definisi Intoksisasi...........................................................................................


2.2 Etiologi.............................................................................................................
2.3 Macam macam Intoksiasi.................................................................................
2.4 Manifestasi Klinik............................................................................................
2.5 Pathway............................................................................................................
2.6 Penatalaksanaan trauma intoksiasi...................................................................
2.7 Asuhan keperawatan trauma Introksiasi...........................................................

Penutup

BAB III

I. 3.1 Kesimpulan......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara
yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan,  penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan
dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau
bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun
alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah
gigitan binatang yang menyebab infeksi yang menyerang susunan saraf  pusat
(rabies). Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan seperti gigitan
anjing, kucing dan monyet maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat
kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan
binatang tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang di maksud dengan introksiasi ?


1.2.2 Apa saja etiologi terjadinya trauma introksiasi ?
1.2.3 Apa saja macam macam introksiasi ?
1.2.4 Bagaimana Manifestasi klinik terjadinya introksiasi ?
1.2.5 Bagaimana penatalaksanaan pada trauma introksiasi ?

1.3 Tujuan makalah

1.3.1 Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah keperawatan
gawat darurat dan manajemen bencana;
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian, etiologi, dan macam macam intoksiasi;
1.3.3 Untuk mengetahui penangganan pertama pada gawat darurat trauma
inroksiasi;
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi introksiasi


Introksiasi atau Keracunan adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap,
diabsorpsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang
relatif kecil dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Racun merupakan zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang
dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan
kematian. Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau
melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat atau
secara kumulatif.
Sedangkan definisi keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi
yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan
kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber
lain menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat
kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh
bahkan sampai dapat menyebabkan kematian.

2.2 Etiologi
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan,
antara lain:
i. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan
seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen
metana, karbon monoksida, klor  ), golongan logam (timbal, posfor, air
raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil
klorida fenol );
ii. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants  ) mis : sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing;
iii. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri (  Bacterial toxicants  ) mis :  Bacillus
cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli
iv. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur
amnita, jamur  psilosibin, oleander, kecubung dll
2.3 Macam macam intoksiasi
2.3 1 Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
     Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan:
a. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau
diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
b. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali
berturut-turut dalam setia jamnya.
c. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat
menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
d. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara
memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari
kepala untuk memudahkan kontraksi.
e. Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter
terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
2.3.2 Keracunan obat
Keracunan obat melalui menelan
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau mengnonaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara
system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan
memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
1. Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan tidak
ada    kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada
keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
3. Tangani syok yang tepat.
4. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin
untuk menurunkan efek toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system saraf
pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang
ditela, yaitu:
 Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
 Dialisis
 Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan
cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah
detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
8. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
10. Menurunkan peningkatan suhu.
11. Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
12. Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
14. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
 Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda
dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
 Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha bunuh diri
 Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan
pencegahan racun dan instruksi pembersihan racun rumah pada pasien
atau keluarga.
b. Keracunan obat melalui inhalasi

Penatalaksanaan umum :

a. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela.
b. Longgarkan semua pakaian ketat.
c. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlukan.
d. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
e. Pertahankan pesien setenang mungkin.
f. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.

2.3.3 Keracunan Gigitan Hewan

a. Bisa Ular
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik
yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic, kardiovaskuler,
sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.

Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan korban,
melepaskan benda yang mengikat seperti cincin, memberikan kehangatan,
membersihkan luka, menutup luka dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh
dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak digunakan. Evaluasi awal didepartemen
kedaruratn dilakukan dengan cepat meliputi :

a) Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.


b) Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
c) Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema,
dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
d) Menentukan keparahan dampak  keracunan.
e) Memantau tanda vital.
f) Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada
beberapa titik.
g) Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan
pemeriksaan pembekuan).
b. Sengatan Serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai
edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya waktu yang lebih
pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis
yang paling buruk.
Penatalaksanaan umum:

a) Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk


mempercepat absorbsi.
b) Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang
tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik.
c) Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
 Injeksi segera dengan epineprin
 Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
 Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
 Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
 Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

2.4 Manifestasi Klinik


Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,apakah
melalui mata,paru,lambung atau melalui suntikan. Karena hal ini mungkin mengubah
tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu  bahan toksik, tetapi juga jenis dan
kecepatan metabolismenya, pertimbangan lain meliputi perbedaan respon jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil sangat kecil
(pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernapasan pada keracunan akut morfin
dan alkaloid. Kulit muka merah,banyak berkeringat, tinitus, tuli,takikardia dan
hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin). Riwayat
menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat, disertai dengan gangguan pernapasan
dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda sering dihubungkan dengan
keracunan akut dekstroprokposifen, terutama bila digunakan bersamaan dengan
alkohol. Untuk zat aditif, gejala terdiri dari dua kelompok besar yaitu :

1. Kelompok Sindrom Simpatotimetik Gejala yang sering ditemukan adalah


dilusi,paranoid,takikardia,hipertensi,keringat
banyak,midriasis,hiperefleksi,kejang (pada kasus berat),hipotensi
2. Golongan Opiat (morfin,petidin,heroin,kodein) dan sedatif Tanda dan gejala
yang sering ditemukan adalah koma,depresi napas, miosis, hipotensi,
bradikardi, hipotermia, edema paru, bising usus menurun, hiporefleksi dan
kejang. Obat pada kelompok ini yaitu : Narkotik, Barbiturat, Benzodiazepin,
Meprebamat, Etanol.
2.5 Pathway

2.6 Penatalaksanaan
1. Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus
dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran
pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada
kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun
organo fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya
dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.
2. Eliminasi.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak
berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun
telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada
penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan
terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan
kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal
berbalon, untuk mencegah aspirasi pnemonia.
3. Anti dotum (penawar racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat
penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg.
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit samapi timbul gejala-
gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan
psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2
– 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA INTROKSIASI MAKANAN, OBAT, DAN
GIGITAN HEWAN

1. Pengkajian
a. Aktifitas dan Istirahat Gejala : Keletihan,kelemahan, malaise Tanda : Kelemahan,
hiporefleksi
b. Sirkulasi Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (pada kasus
berat), aritmia jantung, pucat, sianosis,keringat banyak.
c. Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria, bising usus
menurun, kerusakan ginjal. Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,
merah, coklat
d. Makanan Cairan Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati Tanda
: Perubahan turgor kulit atau kelembaban, berkeringat banyak
e. Neurosensori Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis,miosis, pupil
mengecil,kram otot/kejang Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan memori, penurunan tingkat
kesadaran ( azotemia ), koma, syok.
f. Nyaman / Nyeri Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala Tanda : Perilaku
berhati-hati/distraksi, gelisah
g. Pernafasan Gejala : Nafas pendek, depresi napas, hipoksia Tanda : Takipnoe,
dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, batuk produktif
h. Keamanan Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia
i. Penyuluhan atau pembelajaran Gejala : Riwayat terpapar toksin ( obat, racun ),
obat nefrotik penggunaan berulang Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin
serta derivatnya.
2. Diagnosis
1) Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan.
2) Resiko kekurangan cairan tubuh.
3) Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
4) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual,muntah
5) Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard
6) Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan depresi mekanisme suhu tubuh
7) Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.
3. Rencana Keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat Intervensi :
a. Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi
b. Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan
perfusi jaringan
c. Berikan kenyamanan dan istirahat
Rasional : Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien
istirahat mengurangi komsumsi oksigen
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum
Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan
2) Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat


mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)

Intervensi :

a. Monitor vital sign tiap 15 menit

Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi


penurunan kesadaran  

b. Catat tingkat kesadaran pasien


Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran
darah otak.
c. Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan
kolapsnya pembuluh darah

Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada


otak, ginjal, jantung dan paru

3) Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan berkurang


Intervensi

a. Kaji tingkat kecemasan pasien


Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi
dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan
tindakan medikamentosa  
b. Jelaskan mekanisme pengobatan
Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan diharapkan
dapat mengurangi kecemasan pasien
c. Tingkatkan mekanisme koping yang efektif
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang
dimiliki efektif
d. Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan safety
precautions.
Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat
membantu proses pengobatan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan,
merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan dating karena masalah toksik.
BAB

DAFTAR PUSTAKA

Noer Syaifoellah,1996, Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta

Mansjoer Arif,2000,  Kapita Selekta Kedokteran  Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius,FKUI,Jakarta

Suzanne C. Brenda G.2001, Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta

Sumber : Http/www.indonesianurse.htm

Anda mungkin juga menyukai