Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN ENVENOMASI STONEFISH

OLEH :
KELOMPOK V

NAMA NIM
STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat Taufik Hidayah serta Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Kami bersyukur kepada Allah, karena atas taufik dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN
ENVENOMASI STONEFISH . Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman kita semua.

Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan,


tentu hasil karya kami ini tidak luput dari kekurangan baik dari segi isi maupun
penulisan kata. Maka dari itu dengan mngharapkanridha Allah swt kami sangat
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari anda semua demi untuk
memperbaiki makalah kami dimasa yang akan datang. Semoga Allah swt
meridhai makalah ini. Amin ya rabbal amin.

Kendari,5 Januari, 2022


PENULIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya
bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa
tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan binatang yang menyebab
infeksi yang menyerang susunan saraf pusat (rabies).
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko yang
dihadapi oleh para wisatawan. Binatang laut berbahaya dapat dibagi jadi dua
kelompok yaitu binatang laut yang menggigit dan binatang laut yang
menyengat.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat
pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati,
darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang.

B. Tujuan
Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan maritim pada Envenomasi
Stonefish.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Envenomasi adalah proses dimana racun disuntikkan dengan gigitan (atau


sengatan) dari hewan berbisa. Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke
dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis
dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian.

Stonefish merupakan hewan yang berbahaya dan berbisa yang dapat di


temukan di perairan tropik dangkal pada samudra pasifik dan india. Di bagian
siripnya terdapat duri yang mengandung racun yang terdiri dari susunan protein
yang terkandung dalam hemolitik stonustoxin, neurotoksik , kardioaktif
kardioleputin, verrucotoxin.

Dari racun yang terdapat pada stonefish dapat membuat orang menjadi nyeri
hebat, syok, kelumpuhan dan kematian jaringan. Terkadang racunnya itu dapat
menyebabkan hal yang fatal dalam beberapa jam saja. Racunnya dapat menyebar
ke seluruh tubuh dalam 60-90 menit dan mencapai puncak serangan dalam 12 jam
jika tidak diobati.
B. Jenis-Jenis Envenomasi Stone Fish
a) Karakteristik
Famili Scorpaenidae mewakili beragam jenis yang ditandai dengan
kemampuan untuk mengenvenomasi menggunakan duri khusus yang
ada di punggungnya. Kelompok ikan ini bertanggung jawab atas
envenomasi tersering kedua setelah ikan pari.
b) Jenis Famili Scorpaenidae
Berdasarkan struktur organ dan toksisitas racunnya:
1) Pterois
Duri panjang dan ramping dengan kelenjar racun kecil dan
sengatan yang tidak terlalu berbahaya (misalnya Lionfish,
Zebrafish)
2) Scorpaena
Duri yang lebih pendek dan tebal dengan kelenjarracun yang lebih
besar dan sengatan yang lebih beracun (misalnya Scorpionfish,
Bullrout, Sculpin)
3) Synanceia
Duri kuat dengan kelenjar getah yang sangat berkembang dan
sengatan yang berpotensi fatal (misalnya stonefish )

C. Etiologi
Penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa Serangga dan
binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau
diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan.
Gigitan serangga untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang
tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi
kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan
bengkak di lokasi yang tersengat.

D. Manifestasi Klinis
 Luka tusukan bisa menyakitkan, dengan edema yang cepat dan
perdarahan subkutan.
 Gejala sistemik jarang terjadi, hanya pada sekitar 13% kasus.
 Gejala tersebut antara lain vomitus,nyeri
abdomen,delirium,kejang,sianosis,
bradikardia (denyut jantung lambat),hipotensi dan gagal napas. Dalam
kasus ekstrim, sindrom kompartemen dan nekrosis jaringan mungkin
terjadi.

E. Pencegahan dan Pertolongan Pertama


Pengamatan dan kewaspadaan yang teliti terhadap keberadaan ikan
saat berada di perairan dan selalu berusaha untuk menghindar dari kontak
langsung merupakan usaha pencegahan terbaik.
Apabila korban tidak sengaja tertusuk usahakan tidak panic dan
segera membawa korban ke tepian. Merendam tungkai yang tertusuk
dengan cairan panas (<45C) diketahui efektif sebagai pertolongan pertama
untuk mencegah nekrosis jaringanndan hipotensi pada kasus envenomasi
stonefish.

F. Penatalaksanaan
Kontrol nyeri,perawatan luka dan profilaksis tetanus menjadi
esensial di dalam tatalaaksana keracunan. Apabila memungkinkan, blok
saraf dengan anastesi local sangat efektif dalam menekan nyeri. Tindakan
pembedahan mungkin di perlukan untuk merawat luka, mengeluarkan
sisa sirip ataau benda asing yang menancap dan mengatasi kerusakan
jaringan yang di perberat oelh envenomasi lokal.
Antivenom spesifik hanya tersedia untuk sengatan stonefish.
Antivenom IgG tersebut dapat di peroleh dari equine dan di anjurkan
untuk di berikan secara intramuscular. Dosis penyuntikan adalah 1 vial
untuk 1_-2 lokasi tusukan , 2 vial untuk 3-4 loksi tusukan dan 3 vial
untuk 5 atau lebih lokasi tusukan.
Epenefrin dan difenhudramin harus disiapkan untuk mengatasi
kemungkinan reaki anafilaksis. Antibiotika direkomendasiakan untuk
mengontrol infeksi sekurder yang mungkin desebabkan oleh vibrio sp.

G. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas
e. Syok
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identifikasi Pasien
Umumnya berisikan nama, nomor rekam medik, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
RS, dan diagnosa medis. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan
bahwa pasien yang dihadapi adalah pasien yang dimaksud, selain itu
identitas diperlukan untuk data penelitian, asuransi, dan lain
sebagainya (Sudoyo, 2009).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien sehingga
pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menulis
keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama
pasien akan mengalami hal tersebut (Sudoyo, 2009).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis,
terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
keluhan utama sampai pasien datang berobat.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu bertujuan untuk mengetahui
kemungkinan kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang
pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Tanyakan pula
apakah pasien pernah mengalami kecelakaan, menderita penyakit
yang berat dan menjalani operasi tertentu, riwayat alergi obat dan
makanan, lama perawatan, apakah sembuh sempurna atau tidak.
Obat-obat yang pernah dikonsumsi seperti steroid, kontrasepsi,
transfusi, kemoterapi, dan apabila pasien pernah mengalami
pemeriksaan maka harus dicatat dengan seksama hasilnya (Sudoyo,
2009).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga penting untuk mencari kemungkinan
penyakit herediter atau penyakit infeksi. Biasanya pasien memiliki
riwayat keluarga yang mengalami kelainan pada sistem
pencernaan, seperti kanker lambung, gastritis, atau penyakit
penyerta .(Sudoyo, 2009).

c. Pemeriksaan Umum
1. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi

2. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus
berat) ,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising
usus menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
4. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak\
5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil
mengecil,kram otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang
perhatian,ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan
memori,penurunan tingkat kesadaran(azotemia), koma,syok.
6. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
7. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia
Tanda : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk
produktif
8. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia 
9. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik
penggunaan berulang
10. Kaji kondisi pasien,apabila ada sengatan akan ditemukan :
a. Sesak nafas
b. Tenggorokan sakit atau susah berbicara
c. Pingsan atau lemah
d. Infeksi
e. Kemerahan
f. Bengkak
g. Nyeri
h. Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan

Anda mungkin juga menyukai